Referat Impetigo Bulosa Dan Krustosa: Disusun Oleh: Mutiara Adisti 1102013190
Referat Impetigo Bulosa Dan Krustosa: Disusun Oleh: Mutiara Adisti 1102013190
Disusun Oleh :
Mutiara Adisti
1102013190
Pembimbing :
Pioderma superfisial adalah infeksi bakteri pada kulit bagian epidermis, dibawah
stratum korneum atau di folikel rambut. Pada negara maju, Staphylococcus aureus
adalah penyebab utama dari pioderma superfisial. Sementara pada negara berkembang
umumnya disebabkan oleh Streptococcus. Jika tidak diobati, pioderma dapat meluas
ke bagian dermis menghasilkan ektima dan formasi furunkel. Salah satu bagian dari
pioderma adalah impetigo.
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa
nampak pada daerah permukaan kulit. Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo bullosa
dan impetigo non-bullosa. Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau
impetigo kontagiosa.
Impetigo, yaitu merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering
menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di
bagian tubuh manapun setelah terjadi cedera pada kulit, seperti luka maupun pada
infeksi virus herpes simpleks. Paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai.
Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga
terjadi setelah suatu infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus
lainnya). Sumber infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak adalah berasal dari
hewan peliharaan, kuku yang kotor, dan penularan dari teman sekolahnya. Sedangkan
pada orang dewasa, penularan penyakit dapat diperoleh dari tempat cukur, salon
kecantikan, kolam renang dan tertular dari anak.
Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit
yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api.
Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jenis impetigo bulosa disebabakan oleh
Staphylococcus aureus dan non-bulosa disebabkan oleh Streptococcus-β-hemoliticus.
Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh
mengidap penyakit menahun, kurang gizi, keganasan atau kanker dan sebagainya
2
atau adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit
terganggu.
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai usia
2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup
kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di
Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak.
Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun
dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa
meliputi kira-kira 70% dari semua kasus impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di
daerah tropis atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan
tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau miskin.
Tempat predileksi tersering pada wajah terutama sekitar mulut dan hidung, pada
ketiak, dada serta punggung. Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul
yang apabila pecah membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau berupa
koleret di pinggirnya.
Impetigo sangat penting dibahas karena banyak terjadi pada masyarakat pada
umumnya. Penegakan diagnosis yang adekuat, cara mengobati penyakit ini dengan
baik dan mengedukasi pasien dengan benar adalah kunci sehingga penyakit ini tidak
menyebabkan komplikasi lain yang serius.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit
yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api.
Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa
yang disebabakan oleh Staphylococcus aureus dan non-bulosa yang disebabkan oleh
Streptococcus-β-hemoliticus. Dasar infeksinya adalah kurangnya hygiene dan
terganggunya fungsi kulit.
2.2. Epidemologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9-10 % dan anak-anak yang datang ke klinik
kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-
kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dan 2
tahun. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang
terinfeksi). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak
2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo
krustosa. Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai
usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup
kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di
Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik.
Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada negara-
negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong
lemah atau miskin.
Penelitian pada tahun 2005 menunjukkan S. aureus sebagai patogen terbanyak
yang menyebabkan baik impetigo bulosa dan impetigo non bulosa pada Amerika dan
Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara berkembang. Kebanyakan
infeksi bermula sebagai infeksi Streptococcus tetapi kemudian Staphylococci
mengantikan Streptococcus. Selain dapat menyebabkan manifestasi pyoderm primer
4
dan kulit yang utuh, dapat juga menyebabkan infeksi sekunder dari penyakit kulit
yang ada sebelumnya atau pada kulit yang terkena trauma, yang disebut dengan
dermatitis impetigenisata. Impetigo jarang berkembang menjadi infeksi sistemik,
walaupun post streptococcal glomerulonepritis yang merupakan komplilkasi pada
infeksi GABHS dapat terjadi walaupun jarang. Pasien dapat lebih jauh menginfeksi
dirinya sendiri atau orang lain setelah rnenggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar
dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan
higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.
2.3. Etiologi
Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus-β-hemoliticus
grup A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi keduanya.
Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman ditemukan
bersamaan, maka infeksi Streptococcus merupakan infeksi penyerta. Kuman S.
pyogenes menular ke individu yang sehat melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke
mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus, yang berawal dengan kolonisasi
kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada isolasi kuman di kulit pada
sekitar 11 hari kemudian.
Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm,
berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus
tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan.
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan
pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa
bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa
toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan
katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatin, toksik
sindrom syok toksik, dan enterotoksin..
5
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang
terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah
menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat
penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal
yang padat penduduk.
6
menimbulkan demam pada anak, tapi ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan
kelenjar getah bening pada area yang terinfeksi. Impetigo sangat mudah menular,
sehingga jangan menyentuh atau menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi
ke bagian tubuh lainnya.
7
saat datang berobat, vesikel/bula sudah memecah sehingga yang tampak hanyalah
koleret dan dasarnya masih eritematosa. Luka akibat infeksi ini dapat berubah
menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama ketimbang serangan impetigo jenis lain
Diagnosis banding dan impetigo ini adalah dermatofitosis (jika sudah pecah dan
tampak koleret).
Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika
ada, diagnosisnya adalah impetigo bullosa. Pengobatannya jika hanya terdapat
beberapa vesikel bula ditangani dengan cara memecahkan bula, lalu berikan salep
antibiotik atau cairan antiseptik. Jika bula vesikel banyak maka berikan pula antibiotic
sistemik.
8
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm,
kemudian berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo kontagiosa awalnya
berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan
diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau
pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan
menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang
berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan
disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian mengering
membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta
terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali
menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah.
Kemudian pada impetigo bullousa, bula timbul secara tiba-tiba pada kulit yang sehat
dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada
daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai
lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila
pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.
a. Impetigo Bulosa
Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul sampai
bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit
yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel
berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh.
Atap dan bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya.
Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh.
9
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai
dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.
Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat
yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang
sekali disetai dengan infeksi sendi atau tulang.
b. Impetigo Krustosa
Awalnya berupa wama kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kuning madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan
kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat
menyebar dengan cepat.
Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka (tangan
dan kaki).
Kelenjar getah bening dapat membesar dan dapat nyeri.
Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri
sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat
lain).
Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalarn beberapa minggu tanpa jaringan
parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan
pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada
ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksioleh kuman Streptococcus penyebab
impetigo.
10
2.8. Diagnosis dan Diagnosis banding
Diagnosis
Diagnosis impetigo didasarkan pada riwayat dan gambaran klinis. Diagnosa
biasanya sudah bisa ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Onset yang terjadi dari 2
hingga 3 hari turut mendukung menegakkan diagnosis.
Pada impetigo bulosa, predileksi utama yang terlibat adalah pada wajah (terutama
pada sekitar hidung dan mulut) dan ekstremitas bawah. Lesi secara umum tidak nyeri.
Munculnya demam biasa dihubungkan dengan penyakit lain atau komplikasi. Lesi
awal pada impetigo adalah berupa bula keruh yang nantinya akan menjadi krusta,
biasanya berwarna kuning keemasan, dengan daerah sekitarnya yang eritem. Besarnya
lesi bervariasi antara vesiko-pustul berukuran kacang hingga lesi menyerupai
ringworm
Diagnosis Banding
- Impetigo Bulosa
a. Varisela
Vesikel bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah
berdinding tipis yang berdasar eritem; vesikel pecah dan terbentuk
krusta.
b. Pemfigoid Bulosa
Vesikel dan bula muncul secara cepat pada daerah yang gatal serta
muncul plak urtikaria
c. Pemfigus Vulgaris
Manifestasi klinis berupa bula yang tidak terasa gatal, ukurannya
bervariasi antara 1 sampai beberapa sentimeter, muncul secara
bertahap dan menjadi generalisata. Terjadi erosi selama beberapa
minggu sebelum penyembuhan disertai hiperpigmentasi.
11
- Impetigo non-bulosa
a. Virus Herpes Simplex dan Herpes Zoster
Vesikel berkelompok yang berdasar eritem pecah sehingga
menimbulkan erosi yang dikelilingi oleh krusta, terjadi pada kulit dan
bibir.
b. Candidiasis
Papul eritema atau merah, plak lembab biasanya terbatas pada
membran mukosa dan area intertriginosa.
c. Dermatitis Atopik
Lesi pruritik yang kronik atau relaps dan kulit kering yang abnormal,
berlangsung lama. Likenifikasi fleksural biasanya terjadi pada orang
dewasa. Pada anak-anak biasanya berpredileksi di area wajah dan
ekstensor
d. Skabies
Papula yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela
jari, gatal pada malam hari.
e. Insect bite
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.
12
b. Pemeriksaan Lain
Titer anti-streptolysin-O (ASTO), mungkin akan menunjukkan hasil positif
lemah untuk Streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
Streptozyme, menunjukkan hasil positif untuk Streptococcus, tetapi
pemeriksaan ini jarang dilakukan.
Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri.
2.10. Terapi
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan
memperbaiki kosmetik dan lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain
dan mencegah kekambuhan.
Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan, krusta sedikit dilepaskan,
selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan diberikan salep antibiotik. Pada
pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau
salap antibiotik.
1) Antiseptik
13
2) Antibiotik Topikal
a) Mupirocin
Mupirocin 2% topikal (di berikan di kulit terinfeksi 2x sehari selama 3-5 hari)
b) Fusidic Acid
c) Ratapamulin
Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan
untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin resisten.
Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan
peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari
bakteri.
Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang
berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau
>2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada pasien tersebut
didapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasien-pasien tersebut
14
diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi. Evaluasi dilakukan
mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi berkurang, lesi
telah mengering, dan lesi benar-benar telah membaik tanpa penggunaan terapi
tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan ratapamulin didapatkan
perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang
menggunakan plasebo.
b. Terapi Sistemik
Impetigo staphylococcal berespon baik dengan terapi yang tepat. Pada orang
dewasa dengan lesi berat atau lesibulosa, dicloxacillin (atau penisilin sejenis-penisilin
semisintetik resisten), 250 – 500 mg secara oral, 4 kali sehari, atau eritromisin (pada
pasien alergi penisilin), 250 – 500 mg secara oral, 4 kali sehari, biasa diberikan, dosis
pada anak 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari. Pengobatan sebaiknya dilanjukan selama
5 – 7 hari (10 hari jika Streptococcusdiisolasi). Pemberian azitromisin oral (pada
dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg per hari pada 4 hari selanjutnya) telah
menunjukkan efektivitas yang sama dengan dicloxacilin untuk infeksi kulit pada
orang dewasa dan anak-anak.
15
TOPIKAL SISTEMIK
(alergi
peniisilin)
16
Terapi nonmedikamentosa
a. Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai
mengelupaskan krusta dengan handuk basah
b. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang
lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak
d. Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk
mencegah penyebaran local
e. Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo
krustosa.
Penanganan dini yang dapat dilakukan oleh ibu jika mendapati anaknya dengan
tanda dan gejala impetigo yaitu :
1. Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun selama 15-20 menit. Lakukan 2-3
kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit.
2. Gunakan sabun obat seperti Betadin. Gosoklah kulit sakit yang mengering.
3. Oleskan salep obat seperti polysporin pada kulit yang sakit. Lakukan 2-3 kali sehari
setelah kerak pada kulit hilang..
4. Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan anak menyentuh
atau menggaruknya.
a. Cuci tangan dengan sabun setelah menyentuh kulit anak yang sakit atau pakaian
maupun handuknya.
b. Cuci tangan anak sampai bersih. Potong pendek kuku tangan anak.
17
c. Jaga agar tangan anak tidak menyentuh hidungnya.
2.11. Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak
diobati. Bila tidak diobati, infeksi dapat menimbulkan komplikasi S.Aureus impetigo
dengan selulitis, lymphangitis, dan bakterimia. Produksi exfoliatin juga dapat
berujung menyebabkan SSSS (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome) pada bayi dan
dewasa dengan defisiensi imun. Komplikasi lain berupa radang ginjal pasca infeksi
Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak
dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak tekanan darah tinggi,
terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan
walaupun gejala-gejala tadi muncul.
2.12. Pencegahan
Kebersihan sederhana dan perhatian dapat mencegah timbulnya impetigo.
Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan
Streptococcus-β-hemoliticus grup A (GABHS) membuthkan perawatan medik dan
jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat mungkin untuk mencegah
menyebarnya infeksi ke orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi dan dicegah
agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian
antibiotik.
Adapun pencegahan yang harus di lakukan yaitu:
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir setelah kontak dengan
pasien, terutama apabila terkena luka.
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita.
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan
pada orang lain, setelah digunakan pasien.
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun
dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif).
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek
dan bersih.
18
6. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
7. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
2.13. Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan
yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan
lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: FKUI.
2. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. 1979. Impetigo. Textbook of
Dermatology. Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341.
3. Craft, Noah. 2012. Superficial Superficial Cutaneuous Infections and
Pyodermas, dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition.2.
New York: McGraw-Hill Medicine; 2012; p 3025-3032
4. Wolff K, Johnson RA . 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology 8th edition.2. New York: McGraw-Hill Medicine; p 528-
529
21