Anda di halaman 1dari 19

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN

SAKIT KRONIS/TERMINAL : PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI/ANAK


DENGAN LABIO&/PALATOSKISIS

OLEH :
RESTU FITRA MULYA
NPM : 2301012007

DOSEN PENGAMPU :
NS. SRI FAWZIYAH, M.KEP

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA


TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Rasa syukur yang dalam kita sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang “LABIOPALATOSKISIS”, yaitu
suatu kelainan bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang biasa
terjadi pada bayi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang ilmu keperawatan
anak yang menjadi mata kuliah di prodi S1 Keperawatan. Dalam proses pendalaman materi ini,
tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih
yang dalam-dalamnya saya sampaikan pada dosen mata kuliah Ilmu keperawatan anak sakit
kronis/terminal..
Demikian makalah ini saya buat semoga memberikan manfaat bagi kita semua.

Muara Bungo, 28 Maret 2024

Restu Fitra Mulya


DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ....................................................................................................
B. Penyebab ....................................................................................................
C. Patofisiologi ................................................................................................
D. Penatalaksanaan ..........................................................................................
E. Komplikasi ..................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ...................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
C. Intervensi .....................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang

dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan

yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis,

labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia

diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan

hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah

labioskizis dan labiopalatoskizis.

Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada

struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167). Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan

oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan

embriotik. (Wong, Donna L. 2003. Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang

terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna

L. 2003).

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian labioskizis dan labiospalatokizis.

2. Mengetahui penatalaksanaan labioskizis dan labiospalatokizis.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

(Cleft lip) bibir sumbing, atau labioskisis adalah belahan atau bukaan pada bibir

bagian atas yang terjadi ketika jaringan yang membentuk bibir tidak bergabung dan menutup

sepenuhnya sebelum kelahiran. Bibir sumbing bisa terjadi secara unilateral (pada satu sisi

bibir) atau bilateral (pada dua sisi bibir). Kondisi ini biasanya juga disertai dengan celah di

langit-langit mulut (cleft palate) yang disebut labiopalatoskisis.

Labioskisis dan labiopalatoskisis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah

atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna selama masa perkembangan embrio,

dimana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

B. PENYEBAB

1. Faktor Genetik atau keturunan. Dimana material genetik dalam kromosom yang

mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan

kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22

pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom

X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13

atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, Jika

terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan
berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang

terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.

2. Kurang Nutrisi dan kekurangan asam folat.

3. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

4. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan

Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.

5. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas

selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.

6. Multifaktoral dan mutasi genetik.

7. Diplasia ectodermal (kelainan yang menyerang kulit, kelenjar keringat, rambut, gigi, dan

kuku).

C. PATOFISIOLOGI

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama faseembrio

pada trimester satu

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris

untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan

penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan
Pathway :

Genetik Lingkungan: Fraktur herediter Perubahan


teratogen konsentrasi
glukortikoid dan
perubahan faktor
Minggu ke-5 kehamilan epidemal

Proses maxilaris tumbuh ke dua arah

arterior medial Sel mesenkim sebagai penginduksi

Penyatuan dengan Gagal menyatu Diferensiasi sel epitel pada


pembentukan proses proses palatal
fronto nasal (pada dua
titik dibawah lubang
hidung untuk
membentuk bibir atas) Celah kecil s/d Bergabung dengan septum
kelainan hebat nasalis digaris tengah
pada wajah

Bibir saja/meluas; Gagal bergabung


lubang hidung,
tulang maxila, gigi

Gagal bicara, labioskisis Celah pada letak palato lunak dan


gangguan keras, distorsi hidung
menghisap, dll

Palatoskisis (kehamilan 9 minggu)


Terjadi bersama :
Komplikasi : gangguan labiopalatoskisis
pendengaran, otitis media,
distress penapasan, resiko Gangguan bicara,
infeksi saluran pernafasan, aspirasi, dll
pembedahan
tumbang terhambat
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Deformitas pada bibir

2. Kesukaran dalam menghisap dan makan

3. Kelainan susunan gigi

4. Gangguan pada hidung sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan

5. Gangguan komunikasi verbal

6. Distorsi pada hidung

7. Adanya celah pada bibir tampak sebagian atau keduanya

8. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari

D. PENATALAKSANAAN

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini

dilakukansetelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari

infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk

melakukanoperasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten) yaitu, Berat badan

bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar

leukositminimal 10.000/ui.
1. Perawatan

a. Menyusu ibu Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi

dengan bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba

sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa

payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan

menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.

b. Menggunakan alat khusus

 Dot domba Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan

melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi

pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus

dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang besar.

 Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian

belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.

 Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum

agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum

sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive .

c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara.

d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada

bagian pemisah lubang hidung. e. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi

menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk

memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.

f. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung

kapas yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.
2. Pengobatan

a) Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan

selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki keainan, tetapi waktu

yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.

b) Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often

yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui .

c) Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini

mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak

belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi

penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi

mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

d) Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang

muka mendeteksi selesai.

e) Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan horseshoe yang

lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang

gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.

f) Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk

pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaik, dapat

mempengaruhi pola bicara secara permanen.


Prinsip perawatan secara umum;

1. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk

membantu masuknya makanan kedalam lambung.

2. Umur 1 minggu: pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan

mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.

3. Umur 3 bulan: labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan

evaluasi telingga.

4. Umur 18 bulan - 2 tahun: palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat

sumbing pada langit-langit.

5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.

6. Umur 6 tahun: evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.

7. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar

untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan otthodontis.

8. Umur 12-13 tahun: final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.

9. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu

E. KOMPLIKASI

Keadaan kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenannya,

yaitu:

1) Kesulitan makan : pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum.

memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga

kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.


2) Infeksi telinga dan hilangnya pendengaran. Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran

yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi

makan akan kehilangan pendengaran.

3) Kesulitan berbicara. Otot - otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya

celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.

4) Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh,sehingga

perlu perawatan dan penanganan khusus


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur

2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

3. Riwayat Kesehatan:

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada

kehamilan Trimester I. Bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang

pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan

berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kehamilan dan keturunan labiopalatoskisis, sifilis dari orang tua laki-laki.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.

2) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi

3) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.

4) Kaji tanda-tanda infeksi

5) Palpasi dengan menggunakan jari

6) Kaji tingkat nyeri pada bayi


7) Pengkajian Keluarga

8) Observasi infeksi bayi dan keluarga

9) Kaji harga diri / mekanisme koping dari anak/orangtua

10) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan

11) Kaji kesiapan orangtua dan kesanggupan mengatur perawatan dirumah.

12) Kaji tingkat pengetahuan keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan.

2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

refleks menghisap pada anak tidak adekuat.

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis)

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.

6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

C. Intervensi

No Dx Kep Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional

1. Resiko Tidak akan a. Pantau tanda-tanda a. Perubahan yang tjd


aspirasi b.d mengalami aspirasi: aspirasi selama proses Pada proses
gangguan a. Menunjukkan pemberian makan dan pemberian makanan
menelan. peningkatan pemberian obat. & pengobatan bisa
kemampuan b. Tempatkan pasien saja menyebabkan
menelan. pada posisi semi- aspirasi.
b. Bertoleransi thd fowler atau fowler. b. Agar mempermudah
asupan oral dan c. Sediakan kateter mengeluarkan sekresi.
sekresi tanpa penghisap disamping c. Mencegah sekresi
aspirasi. tempat tidur dan menyumbat jalan
c. Bertoleransi thd lakukan penghisapan napas, khususnya bila
pemberian selama makan, sesuai kemampuan menelan
parenteral tanpa dengan kebutuhan. terganggu.
aspirasi
2. Ketidak Menunjukkan status a. Pantau kandungan a. Memberikan
seimbangan gizi : nutrisi dan kalori pada informasi sehubungan
nutrisi a. Mempertahankan catatan asupan. dgn keb nutrisi &
kurang dari BB dalam batas b. Ketahui makanan keefektifan terapi.
kebutuhan normal. kesukaan pasien. b. Meningkatkan selera
tubuh b.d b. Toleransi thd diet c. Ciptakan lingkungan makan klien.
refleks yang dianjurkan. yang menyenangkan c. Meningkatkan
menghisap c. Menyatakan untuk makan. sosialisasi &
pada anak keinginannya memaksimalkan
tidak untuk mengikuti kenyamanan klien
adekuat diet. bila kesakitan makan
menyebabkan malu.
3. Kerusakan Menunjukkan a. Anjurkan klien a. Melatih agar bisa
komunikasi kemampuan untuk berkomunikasi berkomunikasi lebih
verbal b.d komunikasi : secara perlahan dan lancar.
kelainan a. Menggunakan mengulangi b. Pujian dapat membuat
anatomis bahasa tertulis, permintaan. keadaan klien akan
(labiopalato berbicara atau b. Sering berikan lebih membaik karena
skizis). nonverbal. pujian positif pada mendapat dorongan.
b. Mengguanakan klien yang berusaha c. Membantu klien
bahasa isyarat. untuk memahami
c. Pertukaran pesan berkomunikasi. pembicaraan.
dengan orang c. Menggunakan kata
lain. dan kalimat yang
singkat.
4. Gangguan Meningkatkan rasa a. Kaji pola istirahat a. Mencegah kelelahan
rasa nyaman : bayi/anak dan dan meningkatkan
nyaman a. Menunjukkan kegelisahan. koping terhadap stres
nyeri b.d teknik relaksasi b. Bila klien anak, atau ketidaknyamnan.
insisi secara individual berikan aktivitas b. Meningkatkan
pmbedahan. yang efektif bermain yang sesuai relaksasi serta
untuk mencapai dengan usia dan membantu pasien
kenyamanan. kondisinya. memfokuskan
b. Mempertahankan c. Berikan analgetik perhatian pada
tingkat nyeri sesuai program. sesuatu disamping
pada atau kurang diri sendiri.
(skala 0-10) c. Menurunkan derajat
c. Melaporkan nyeri nyeri sehubungan
pada penyedia dengan luas dan
perawatan dampak psikologi
kesehatan. pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh.
5. Resiko Mencegah infeksi : a. Berikan posisi yang a. Meningkatkan
infeksi b.d a. Terbebas dari tepat setelah makan, mobilisasi sekret,
insisi tanda atau gejala miring kekanan, menurunkan resiko
pmbedahan. infeksi. kepala agak sedikit pneumonia.
b. Menunjukkan tinggi supaya b. Deteksi dini
higiene pribadi makanan tertelan dan terjadinya infeksi
yang adekuat. mencegah aspirasi memberikan
c. Menggambarkan yang dapat berakibat pencegahan
faktor yang pneumonia. komplikasi lebih
menunjang b. Kaji tanda-tanda serius.
penularan infeksi. infeksi, termasuk
drainage, bau dan
demam.
6. Ansietas b.d Rasa cemas teratasi : a. Kaji tingkat a. Untuk mengetahui
kurangnya a. Mencari kecemasan klien. seberapa besar
pngetahuan informasi untuk b. Berikan terapi kecemasan yang
keluarga menurunkan bermain kepada si dirasakan klien
tentang kecemasan. anak untuk sekarang.
penyakit. b. Menghindari mengalihkan ras b. Untuk mengurangi
sumber cemasnya. kecemasan yang
kecemasan bila c. Berikan penyuluhan dirasakan klien,
mungkin. pada klien dan berikan suasana yang
c. Menggunakan keluarga tentang tenang dan nyaman.
teknik relaksasi penyakit dan proses c. Untuk mengetahui
untuk penyembuhannya. bagaimana untuk
menurunkan memudahkan
kecemasan. memberikan support
atau penyuluhan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi,

rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan emberio. Labiopalatoschizis

dibagi beberapa jenis yaitu Unilateral Incomplete, Unilateral complete dan Bilateral complete.

Beberapa penyebab Labiopalatoschizis antara lain : factor genetic, insufisiensi zat untuk

tumbuh kembang, pengaruh obat terateratogenik, factor lingkungan maupun infeksi khususnya

taxoplasma dan klamadial. Penatalaksanaan Labiopalatoschizis adalah dengan tindakan

pembedahan. Asuahan Keperawatan ditegakkan untuk mengatasi masalah Hospitalisasi yang di

timbulkan.

B. Saran

Bagi masyarakat khususnya ibu hamil dapat sesering mungkin untuk memeriksa

kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin hal-hal yang dapat terjadi menyebabkan

terjadinya kelainan congenital pada janin atau organ yang dikandungnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. http://aan-suryaman.blogspot.co.id/2012/01/labio-palato-skizis.html. Diakses pada tangga 17


september 2015.
2. http//sixxmeeblogspot.co.id/2012/10/askep-labiopalatoskizis.html Diakses pada tangga 17
september 2015
3. http://sythadewi.blogspot.co.id/2014/08/laporan-pendahuluan-labiopalatoskizis.html.
Diakses pada tangga 17 september 2015

Anda mungkin juga menyukai