MAKALAH HTN Kel 3
MAKALAH HTN Kel 3
Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
Ayu Maisitoh : 220641
Toyibah : 221380
Saruni Umatil Jasiyah : 220989
Ma'lufil Hadi : 220813
Nazwa Amalia Zahra : 220959
A. Ichdal Umam Wachid : 220744
Rival Junivan P. : 220890
Firman Nur Wahid : 221333
Siti Sofi Nurwafa : 221653
M. Hopid Rohmatulloh : 220684
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala Puji Bagi Allah SWT Yang Telah Memberikan Kemudahan Bagi
Penulis Dalam Menyelesaikan Makalah Ini Tepat Waktu. Tanpa Rahmat Dan
Ridho Nya Penulis Tidak Akan Mampu Menyelesaikan Tugas Makalah Hukum
Tata Negara Mengenai Fungsi Pemerintahan, Organisasi Pemerintahan/
Organisasi Administrasi Negara, Kedudukan Pemerintah Yang Istimewa Ini
Dengan Baik. Tidak Lupa Shalawat Serta Salam Tercurahkan Kepada Nabi
Muhammad SAW Yang Syafa'atnya Kelak Kita Nantikan.
Adapun Tujuan Dari Penulisan Makalah Ini Adalah Untuk Memenuhi
Tugas Dari Bapak Saifun Nufus M.H. Mata Kuliah Hukum Tata Negara. Selain
Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Menambah Wawasan Tentang
Pengetahuan .
Penulis Juga Mengucapkan Terima Kasih Kepada Bapak Saifun Nufus
M.H. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Tata Negara Yang Telah
Memberikan Tugas Ini Sehingga Dapat Menambah Pengetahuan Dan Wawasan
Sesuai Dengan Bidang Studi Yang Penulis Tekuni. Penulis Juga Mengucapkan
Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membagi Sebagian
Pengetahuannya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah Ini, Dan Juga
Kepada Pembaca Yang Telah Meluangkan Waktu Untuk Membaca Makalah Ini.
Penulis Menyadari, Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna. Oleh Karena
Itu, Kritik Dan Saran Yang Membangun Akan Sangat Penulis Nantikan Demi
Kesempurnaan Makalah Ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PEMBAHASAN
Atas dasar itulah Hukum Tata Negara Indonesia berkembang pesat dari
waktu ke waktu. Perkembangan kehidupan ketatanegaraan Indonesia dewasa ini
mulai menggeser praktik Hukum Tata Negara dari arah orientasi terlalu politis ke
arah orientasi yang lebih praktis. Perkembangan ini menunjukkan bahwa Hukum
4
Tata Negara menempati posisi penting dalam kehidupan bernegara di Indonesia
saat ini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Inggris. Oleh sebab itu, bidang kegiatannya selalu berkaitan dengan
konstitusi. Namun dalam praktiknya selama ini, bentuk konkret aktivitas
Hukum Tata Negara atau Hukum Konstitusi itu biasanya selalu berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan politik di sekitar Majelis Permusyawaratan Rakyat
atau di sekitar pembentukan undang-undang atau kegiatan legislasi yang
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama-sama dengan Presiden,
Hukum Tata Negara pada umumnya membahas persoalan-persoalan
akademis yang berkaitan dengan undang-undang dasar, yang dalam
praktiknya berhubungan erat dengan fungsi-fung- si legislatif di DPR atau
fungsi-fungsi konstitutif di lembaga MPR. Akibatnya, dunia Hukum Tata
Negara itu seolah selalu berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang
bersangkut-paut dengan dinamika politik ketatanegaraan.
7
MPR, DPR, (dan sekarang ada pula DPD), fungsi pemerintahan pusat dan
daerah, partai politik dan pemilihan umum, persoalan kewarganegaraan, dan
aspek-aspek kegiatan politik ketatanegaraan lainnya. Sementara itu, aktivitas
hukum tata negara di bidang peradilan kurang mendapat perhatian yang
utama.
8
yang dapat mengawali aspek-aspek konstitusionalitasnya. Mereka itu dapat
diharapkan membantu men jawab bagaimana partai politik dan organisasi
kemasyarakatan dapat berperan dalam membangun budaya kewarganegaraan
yang sadar konstitusi, dan bagaimana di dalam kehidupan internal organisasi.
organisasi itu sendiri dapat pula tumbuh budaya konstitusi seperti Anggaran
Dasar sebagai konstitusi organisasi dapat benar-benar menjadi pegangan
dalam kegiatan berorganisasi. Semua bidang ini memerlukan dukungan
expertise dari kalangan yang bergelut dengan aspek-aspek hukum konstitusi
dalam arti yang luas.
Kegiatan hukum tata negara itu sendiri dalam arti yang lebih
spesifik, dapat pula lebih berkembang secara seimbang di bidang-bidang:
9
2.2 LAHAN PRAKTIK HUKUM TATA NEGARA
10
1. lembaga parlemen seperti MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. DPRD Kabupaten/
Kota di seluruh Indonesia tercatat berjumlah 440 DPRD;
2. lembaga administrasi pemerintahan eksekutif secara vertikal mulai
dari tingkat pusat sampai ke daerah provinsi, dan kabupaten/kota, dan
secara horisontal mulai dari departemen pemerintahan, lembaga
pemerintahan nondepartemen, dewan dewan, komisi-komisi, dan
badan-badan eksekutif yang bersifat independen, semuanya
memerlukan dukungan expertise di bidang hukum tata negara;
3. lembaga-lembaga penegak hukum mulai dari Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Kepolisian, Kejaksaan, Advokat. dan
badan-badan peradilan serta quasi-peradilan baik secara vertikal
maupun secara horisontal di seluruh Indonesia;'2
2
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan badan-badan peradilan secara vertikal adalah peradilan tingkat
pertama, kedua (banding), dan kasasi. Sedang- kan, badan peradilan secara horisontal adalah
hubungan horisontal antara pengadilan negeri, pengadilan agama, dan pengadilan tata usaha negara.
3
Bandingkan komposisi dan jumlah anggota dari ketiga lembaga negara tersebut sebelum dan sesudah
amandemen UUD 1945. Sebelum amandemen, MPR terdiri dari DPR (500 orang), Utusan Daerah
(135 orang yang berasal masing-masing 5 orang dari 27 provinsi), dan Utusan Golongan (65 orang).
Sedangkan, setelah amandemen, MPR terdiri dari DPR (550 orang) dan DPD (128 orang, yang
masing-masing 4 orang berasal dari 32 provinsi)
11
misalnya, satu orang staf ahli, jumlah sarjana hukum tata negara yang dapat dibu-
tuhkan juga sekurang-kurangnya 15.000 orang.
Para anggota DPR dan DPD di tingkat pusat pun sebenarnya masing-
masing harus pula dilihat sebagai institusi-institusi yang tersendiri. Oleh karena itu,
setiap anggota DPR dan DPD itu sudah seharusnya dilengkapi dengan sejumlah staf
ahli, di mana salah satu di antaranya harus dipastikan berlatar belakang sarjana
hukum tata negara. Anggota DPR dan DPD adalah jabatan resmi kenegaraan
Menurut teori Hans Kelsen, dalam masing-masing jabatan negara-i terdapat law
creating function dan law applying function sehingga dapat disebut secara sendiri-
sendiri sebagai organ negara atau state organ (staatsorgan). Oleh sebab itu, adalah
wajar jika setiap organ jabatan itu dipandang sebagai suatu institusi yang tersendiri
yang tentunya harus dilengkapi secara memadai dengan sejumlah staf, perlengkapan
kantor, dan perangkat penunjang lain yang diperlukan. Di negara maju seperti
Amerika Serikat, misalnya, seorang senator biasa mempunyai staf antara 25-35 orang
yang seluruhnya dibayar dan diberi honor dari anggaran negara, meskipun sistem
kerjanya berdasarkan kontrak selama masa jabatan senator yang dibantunya itu
menduduki jabatannya. Dengan demikian, tugas dan fungsi seorang anggota lembaga
perwakilan rakyat dapat efektif dalam menyalurkan dan memperjuangkan
kepentingan rakyat yang diwakilinya. Dalam kaitan itu, staf ahli di bidang hukum,
khususnya hukum tata negara merupakan keniscayaan. Oleh karena itu, dapat
12
dikatakan bahwa di masa-masa mendatang, kebutuhan negara kita akan tenaga ahli
hukum tata negara ini, sebagaimana juga dialami oleh semua negara-negara maju,
akan terus meningkat seiring dengan tingkat perkembangan kesejahteraan
masyarakat dan kematangan sistem demokrasi yang dikembangkan dalam praktik Di
bidang administrasi negara di lingkungan lembaga-lembaga negara dan badan-badan
pemerintahan lainnya, juga selalu diperlu- kan peranan para sarjana hukum tata
negara dalam arti luas, yaitu termasuk sarjana hukum administrasi negara. Setiap
lembaga negara dan badan pemerintahan selalu membutuhkan direktorat hukum, biro
hukum, bagian hukum, divisi hukum, atau petugas- petugas di bidang hukum.
Meskipun sifatnya sangat relatif, dapat dikatakan bahwa yang tepat untuk memimpin
pelaksanaan tugas- tugas di bidang hukum itu adalah para sarjana hukum tata negara,
bukan bidang hukum yang lain.
13
lain, seperti kepolisian, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK),
Komisi Nasional HAM,' dan sebagainya, sepenuhnya merupakan aspek-aspek yang
berkaitan dengan hukum tata negara, bukan hukum pidana. Apalagi di lingkungan
kejaksaan juga terdapat fungsi-fungsi yang menangani persoalan perdata dan tata
usaha negara yang dipimpin oleh seorang Jaksa Agung Muda bidang Perdata dan
Tata Usaha Negara. Oleh karena itu, di lingkungan kejaksaan, dibutuhkan banyak
sarjana hukum tata negara dan hukum administrasi negara, di samping para sarjana
hukum pidana.
14
2.3 PRAKTIK PERADILAN TATA NEGARA
Oleh sebab itu, peradilan tata negara itu sendiri dapat kita be- dakan
dalam tiga pengertian, yaitu: (i) peradilan tata negara dalam arti yang paling
luas di mana mencakup peradilan tata negara (constitutional adjudication)
yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi dan peradilan tata usaha negara
(administrative adjudication) yang dilakukan oleh Mahkamah Agung serta
badan-badan peradilan tata usaha negara; (ii) peradilan tata negara dalam arti
yang lebih sempit tetapi masih tetap luas adalah peradilan tata negara
(constitutional adjudication) yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
ditambah peradilan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
undang- undang yang dilakukan oleh Mahkamah Agung menurut Pasal 24A
ayat (1) UUD 1945.10 Pengujian peraturan perundang-undangan itu juga
termasuk lingkup peradilan tata negara dalam arti luas; (iii) peradilan tata
negara dalam arti yang paling sempit, yaitu peradilan yang dilakukan di dan
oleh Mahkamah Konstitusi menurut ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan Pasal
7B khususnya ayat (4) UUD 1945."
15
Dalam rangka peradilan tata negara dalam pengertian yang kedua,
proses pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang dapat dikategorikan seba- gai bentuk peradilan tata
negara juga. Demikian pula dalam penger- tian yang pertama, peradilan tata
usaha negara juga termasuk ke dalam pengertian peradilan tata negara.
Dengan demikian, peradilan tata negara itu tidak hanya berkaitan dengan
Mahkamah Konstitusi. Artinya, proses peradilan tata usaha negara, proses
pengujian per- aturan perundang-undangan, dan proses peradilan di
Mahkamah Konstitusi sama-sama merupakan lahan praktik bagi kajian ilmu
hukum tata negara. Bahkan, keseluruhan bangunan struktural dan fungsional
kelembagaan peradilan di dalam lingkungan Mahkamah Agung serta aparatur
penegakan hukum sebagai keseluruhan, juga termasuk objek kajian hukum
tata negara sebagai ilmu.
Lahan praktik bagi ilmu hukum tata negara itu terbuka sangat lebar
yang terkait dengan kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga peradilan pada
umumnya. Hanya saja, dalam pengertiannya yang lebih khusus dan spesifik,
lahan praktik yang khas terkait dengan bidang kajian hukum tata negara
(constitutional law) dalam arti yang sempit adalah peradilan yang dilakukan
16
di dan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga pengadilan konstitusi.
Dalam UUD 1945 dan UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi, kewenangan mengadili yang dikaitkan dengan mahka- mah ini
ada lima, yaitu :
4
Jimly Asshiddqhie, Hukum Acara Pengujian Undang-undang (Jakarta: Konstitusi Press.2006), hlm.5
17
5
Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang
ditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat (1) huruf A sampai dengan D
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Pembentukan Mahkamah Konstitusi muncul pada era reformasi pada saat
perubahan UUD 1945 terjadi dan menyebabkan MPR tidak lagi
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara dan supremasi telah beralih
dari supremasi MPR kepada supremasi konstitusi. Karena perubahan yang
mendasar ini maka perlu disediakan suatu mekanisme institusional dan
konstitusional serta hadirnya lembaga negara yang mengatasi kemungkinan
sengketa antar lembaga negara yang kini telah menjadi sederajat,serta saling
mengimbangi dan saling mengendalikan (cheks and balances).
5
Taufiqurrahman Syahuri, Pengkajian Konstitusi Tentang Problematika Pengujian Peraturan
Perundang-Undangan (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Dan Ham Ri. 2004), hlm. 9.
6
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hlm. 7
18
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
7
Abdul latif, Fungsi Mahamah Konstitusi,( Yogyakarta: kreasi total media, 2009), hlm.53.
19
1. Pembentukan Undang-Undang tidak memenuhi ketentuan
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945;
2. Materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945; atau
3. Materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian peraturan
perundang-undangan dibawah Undang-Undang bertentangan dengan
Undang-Undang.
8
Theodory J.Lowi, Benjamin Ginsberg and Kenneth A.shepsle, American Government:power and
purpose (New York. London: W.W. Norton and Company, 2004), hlm. 345.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto, siklus
kekuasaan mengalami stagnasi sehingga dinamika demokrasi tidak dapat tumbuh
dengan sewajarnya yang memungkinkan berkembangnya pandangan-pandangan
kritis mengenai persoalan- persoalan politik ketatanegaraan. Teori dan pemikiran
akademis di perguruan tinggi bermuara hanya kepada aktivitas politik di DPR dan
MPR, dan sangat jarang berhubungan dengan praktik di pengadilan. Oleh karena itu,
sifat 255 sifat yang berkembang dalam perkembangan ilmu hukum tata negara
menjadi sangat politis, karena memang selalu berhubungan dengan aktivitas di
lembaga-lembaga politik Para sarjana hukum tata negara (constitutional lawyers)
juga kebanyakan dipengaruhi pula oleh cara berpikir politis. Jika hukum tata negara
dilihat secara luas mencakup bidang hukum administrasi negara, maka sebenarnya
lahan praktik peradilan tata negara itu mencakup peradilan tata negara di Mahkamah
Konstitusi dan peradilan tata usaha negara di Mahkamah Agung serta badan-badan
peradilan tata usaha negara yang ada di bawahnya. Sebenarnya, lahan praktik bagi
ilmu hukum tata negara dapat dikatakan cukup luas, banyak, dan terbuka. Bidang-
bidang yang terkait dengan hukum tata negara sangat luas, termasuk hukum
administrasi, dan mencakup kegiatan-kegiatan yang sangat luas aspeknya.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain, tentu saya selaku
penulis juga membutuhkan arahan serta bimbingan dari berbagai pihak, terutama
dosen dan teman-teman serta pembaca yang lebih berwawasan serta berpengetahuan.
Dalam proses pengerjaan makalah ini, penulis menyadari banyak sekali kekurangan
baik dari segi pemahaman maupun referensi bacaan disamping minimnya
pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, sumbangsih berupa saran dan
kritik sangat dibutuhkan agar dapat meningkatkan kemampuan dan menambah
wawasan penulis.
21
DAFTAR PUSTAKA
INTERNET
https://idr.uin-antasari.ac.id/11286/4/BAB%20I.pdf. Diakses Pada Sabtu, 4
Maret 2023. Pukul 11.10 WIB
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/63259/1/%283%2
9%20Penulis%20Pengujian%20Konstitusionalitas%20Perda.pdf. Diakses
Pada Sabtu, 4 Maret 202. Pukul 11.10 WIB
BUKU
22