Anda di halaman 1dari 11

Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...

( May Lim

IMPLIKASI HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


TERHADAP KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

May Lim Charity


Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM
Jln. Rasuna Said Kav 6-7 Kuningan Jakarta Selatan Indonesia
E-mail: charity_maylim@yahoo.com
(Naskah diterima 12/05/2017, direvisi 28/08/2017, disetujui 29/09/2017)

Abstrak
Indonesia sebagai Negara demokrasi kontitusional terdiri dari cabang kekuasaan eksekutif, legislative, dan
yudikatif berdasar prinsip check and balance untuk mewujudkan kekuasaan berimbang dan dibatasi Konstitusi.
Wujud prinsip check and balance dalam ketatanegaraan Indonesia terlihat pada fungsi pengawasan DPR RI yang
diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945. Fungsi a quo dalam penerapannya dapat digunakan melalui hak angket
untuk menyelidiki segala bentuk pelaksanaan UU maupun kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pelaksanaan hak angket ditujukan kepada KPK agar
dapat membuka hasil pemeriksaan terhadap Miryam S Haryani. Penggunaan hak angket tersebut merupakan
upaya DPR RI dalam menjalankan fungsi pengawasan. Berdasarkan keterangannya, Miryam S Haryani
menyatakan bahwa dirinya mendapat tekanan dari anggota DPR RI agar tidak menyampaikan peristiwa yang
sebenarnya. Hak angket DPR RI kepada KPK pada dasarnya dapat dilakukan terkait pelaksanaan suatu UU yang
berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas serta diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Hak angket DPR RI kepada KPK tidak sesuai dengan prinsip check and balance dalam
system ketatanegaraan Indonesia mengingat hak a quo tidak memenuhi rumusan Pasal 79 ayat (3) UU MD3 dan
bertentangan dengan UU KIP serta UU KPK sebagai lex specialis. Penelitian ini menggunakan penelitian
normative.
Kata kunci: hak angket, DPR RI, KPK

Abstract
Indonesia as a State of constitutional democracy consists of branches of executive, legislative, and judicial power
based on the principle of checks and balances to realize balanced and constrained power of the Constitution. The
implementation of principle of check and balance in the Indonesian constitution is seen in the supervisory function
of the House of Representatives mandating the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The a quo function
in its application can be used through the right of inquiry to investigate all forms of law enforcement as well as
government policy that are allegedly contrary to laws and regulations. The right of parliament questionnaire to
KPK in order to publish the investigation result of Miryam S. Haryani’s case is used as supervisory function of the
House of Representatives. In her statement, Miryam S. Hariyani was under The House of Representatives’ pressure
to not spill the truth. Basically, the right of parliament questionnaire to KPK may be implemented if a Law related
to important, strategic and urgent matters is alleged contrary to prevailing laws and regulations. It is also not in
accordance with the principle of check and balance in the Indonesian state administration system since the a quo
right does not fulfill the formulation of Article 79 section (3) of Law on MD3 and contradictory to Law on KIP and
Law on KPK as lex specialis. This study uses normative research.
Keywords: the right of parliament questionnaire, The House of Representatives, KPK

A. Pendahuluan
Indonesia sebagai Negara demokrasi seperti tidak terlepas dari terminology demokrasi
diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang itu sendiri yakni demos berarti rakyat dan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 cratein dimaknai kekuasaan atau kedaulatan.
(UUD NRI Tahun 1945) yaitu kedaulatan berada Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut dianggap paling baik dari yang lain seperti
UUD. Demokrasi identik dengan kekuasaan monarki maupun oligarki sehingga sangat
yang dipegang oleh rakyat, pengertian ini “diidam-idamkan” dunia. Mengutip pendapat

1
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 245 -

Polybius1 yang terkenal dengan teori siklusnya


kegiatan yang ditujukan untuk menjamin sikap
bahwa demokrasi merupakan reaksi terhadap
pemerintah agar berjalan sesuai hukum yang
Tirani dengan karakter otoriter penguasa dalam
berlaku. Dalam hukum tata Negara, pengawasan
suatu Negara dimana hanya mementingkan
berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk
kepentingannya sebagai penguasa sehingga
menjamin terlaksananya penyelenggaraan
kepentingan rakyat terabaikan.
Negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan
Secara historis demokrasi muncul pertama sesuai dengan hukum yang berlaku.6
kali di Yunani kuno2 yang mana pada saat itu
Fungsi pengawasan secara konstitusional
Yunani masih dalam bentuk city state. Pada
merupakan fungsi yang melekat pada legislatife
saat itu Yunani dengan city state menerapakan
seperti bunyi Pasal 20A UUD NRI Tahun 1945.
demokrasilangsungdimanarakyatdiikutsertakan
Pengaturan fungsi pengawasan lebih lanjut
dalam menentukan kebijakan, karena keikutan
terdapat dalam UU No.17 Tahun 2014 Tentang
rakyat demikian sehingga dapat disebut sebagai
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
demokrasi langsung. Karakter demokrasi
menurut Pericles adalah adanya kesetaraan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
warga Negara, kemerdekaan, penghormatan dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU
terhadap hukum dan keadilan, serta kebajikan MD3). Dalam menjalankan tugas-tugasnya
bersama3 . Selain itu, Filsuf Prancis Montesquieu terkait dengan pengawasan DPR RI menjalankan
dengan teori trias politicanya mengatakan prinsip fungsinya dengan menggunakan kewenangan
demokrasi harus terdapat pemisahan kekuasaan yang dimilikinya dalamUUD NRI 1945 dijelaskan
paling tidak terdiri eksekuti, legislative dan tentang tugas-tugas DPR RI, yaitu mengawasi
yudikatif untuk menghindari kekuasaan yang jalannya kinerja pemerintahan dengan
absolut atau terpusat. Kekuasaan yang absolut menggunakan hak maupun kewajibannya.7
cenderung korup sebagaimana dikatakan Lord Salah satu hak dalam pelaksanaan
Acton “power tends to corrupt. Absolut power pengawasan oleh DPR RI yakni dengan Hak
corrupts absolutel” (kekuasaan cenderung Angket DPR RI sebagaimana diatur dalam Pasal
korup. Kekuasaan mutlak pasti korup)4. 79 ayat (3) UU MD3 “hak angket sebagaimana
Mengenai karakter dan prinsip demokrasi di dimaksud ayat (1) huruf b adalah hak DPR
atas telah terakomodir dalam UUD NRI Tahun RI untuk melakukan penyelidikan terhadap
1945 seperti Negara hukum diatur dalam Pasal pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau
3 ayat (1), asas kesamaan di hadapan hukum kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
(equality befor the law), dan terdapat pemisahan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada
kekuasaan. Demokrasi Indonesia dikenal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
demokrasi konstitusional yaitu pemerintahan bernegara yang diduga bententangan dengan
yang kekuasaan politik dan kekuasaan peraturan perundang-undangan”.
pemerintah dibatasi UUD NRI Tahun 1945 atau
Hak angket DPR RI sebagai wujud atau
Konstitusi5. Pemisahan kekuasaan menurut
pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap cabang
konstitusi Indonesia berprinsip check and
kekuasaan lainnya dan sesuai prinsip check
balance yaitu adanya perimbangan kekuasaan
and balance demi terwujudnya kekuasaan yang
diantara cabang kekuasaan yakni masing-
berimbang. DPR RI menggunakan hak angket
masing kekuasaan dapat diawasi kekuasaan
pada dasarnya untuk melakukan penyelidikan
lainnya.
terhadap pelaksanaan UU atau kebijakan
Pengawasan (controlling) yaitu suatu
pemerintah yang diduga bertentangan dengan
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
peraturan perundang-undangan. Namun dalam
agar penyelenggaraan Negara sesuai dengan
praktek penggunaan dari hak angket oleh DPR
rencana. Jika dikaitkan hukum pemerintahan,
RI banyak memunculkan problema hukum baru
pengawasan dapat diartikan sebagai suatu
di kalangan praktisi hukum tata Negara saat ini.

1 Soehino. Ilmu Negara. 2000. Liberty. Yogyakarta. hlm 87


2 City state merupakan Negara kota yang pada saat itu digunakan oleh Yunanni Kuno dalam menerapkan Demokrasi. Ibid
3 Dwi Arif Wibowo. Teori-Teori Demokrasi. https://dwiarifwibowo.worDPR RIess.com
4 M. Zaid Wahyudi. Penyalahgunaan Kekuasaan; Gagalnya Sistem Kendali Diri. rumahpengetahuan.web.id
5 Saldi Isra. Konstitusi, Konstitusionalisme, dan Demokrasi Konstitusional. https://www.saldiisra.web.id
6 Sri Soemantri, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia : 30 Tahun Kembali ke Undang- undang Dasar 1945,
pustaka sinar harapan. Jakarta, 1993, hlm.. 285
7 Max Bobby, DPR RI RI Dalam Perspektif Sejarah Dan Tatanegara, pustaka sinar harapan, Jakarta, 1994. Hlm. 71

2
Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...( May Lim Charity

Salah satu problematika dari pelaksanaan hak


rumusan masalah yaitu, 1. Bagaimana tinjauan
angket oleh DPR RI adalah terkait dengan kasus
yuridis hak angket DPR RI kepada KPK RI terkait
hak angket DPR RI kepada KPK untuk meminta
membuka rekaman pemeriksaan sebagai saksi
hasil rekaman penyidikan kasus Miryam S
Miryam S Haryani oleh KPK? 2. Bagaimana
Haryani.
implikasi yuridis dilakukannya kewenangan hak
Munculnya keinginan DPR RI menggunakan angket oleh DPR RI kepada KPK RI?
hak angket kepada KPK RI setelah pemeriksaan
mantan anggota DPR RI Miryam oleh KPK B. Pembahasan
terkait tindak pidana korupsi KTP elektronik.
Hasil pemeriksaan tersebut terungkap B.1. Tinjauan Hak Angket DPR RI Kepada
keterlibatan anggota sampai pimpinan DPR KPK RI Terkait Membuka Rekaman
RI Setya Novanto. Selain itu berdasarkan hasil Pemeriksaan Sebagai Saksi Miryam
pemeriksaan terhadap Miryam menyampaikan Haryani Oleh KPK
bahwa mendapat tekanan dari Komisi III DPR Hak angket merupakan hak DPR RI untuk
RI agar supaya tidak membeberkan keterlibatan menjalankan fungsinya. Adapun fungsi DPR
elit politik negeri ini dalam kasus tindak pidana RI yaitu diatur dalam Pasal 20A UUD 1945
korupsi e-KTP. “Drama” yang dimainkan Miryam Ayat (1) Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
tidak berhenti disitu, Miryam dalam fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
persidangan kasus e-KTP tersebut mencabut pengawasan, Ayat (2), berbunyi : “Dalam
keterangan atau Berita Acara Pemeriksaan (BAP) melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur
terhadap dirinya oleh penyidik KPK dengan alasan dalam Pasal-Pasal lain dalam Undang-Undang
bahwa penyidik KPK dalam meminta keterangan Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
Miryam pada saat penyidikan menggunakan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat. Ayat 2 di atas menunjukkan hak
ancaman dan kekerasan yang pada intinya
DPR RI sebagai lembaga yang tentunya untuk
Miryam merasa tertekan sehingga memberikan
menjalankan lembaga. Setiap anggota DPR
keterangan demikian sebagaimana dalam BAP
RI disertai dengan hak sebagai anggota yang
tersebut.
terdapat dalam ketentuan Pasal 80 Undang-
Dampak pencabutan BAP tersebut hakim Undang No 17 Tahun 2014 Tentang MD3 yaitu:
meminta untuk dikonfrontir antara Miryam dan Anggota DPR RI berhak:
penyidik KPK untuk memberikan keterangan
a) Mengajukan usul rancangan undang-
masing-masing dan dalam waktu bersamaan undang;
KPK memutar rekaman pemeriksaan Miryam
b) Mengajukan pertanyaan;
sebagai upaya KPK untuk membuktikan dan
c) menyampaikan usul dan pendapat;
meyakinkan hakim bahwa tidak ada tekanan
sama sekali dalam proses pemeriksaan Miryam d) memilih dan dipilih;
oleh penyidik. Setelah itu kemudian KPK e) membela diri;
menetapkan Miryam sebagai tersangka atas f) imunitas;
dugaan telah memberikan keterangan tidak g) protokoler;
benar. h) keuangan dan administratif;
Disisi lain muncul reaksi dari DPR RI atas i) pengawasan;
keterangan Miryam mengenai keterangannya j) mengusulkan dan memperjuangkan program
mendapat tekanan dari Komisi III DPR RI supaya pembangunan daerah pemilihan; dan
tidak membeberkan kronologis kasus e-KTP
k) melakukan sosialiasi undang-undang.
tersebut sehingga KPK diminta DPR RI untuk
membuka rekaman pemeriksaan terhadap Keseluruhan hak sebagai lembaga maupun
Miryam, namun permintaan tersebut tidak sebagai anggota dimaksudkan agar fungsi DPR
diindahkan KPK sehingga DPR RI menggunakan RI sebagai lembaga dapat dijalankan.8 Dengan
opsi lain yaitu hak konstitusionalnya berupa hak kata lain hak merupakan sesuatu untuk
angket yang ditujukan kepada KPK supaya bisa berjalannya suatu fungsi. Pasal 79 Ayat (3)
mendapat bagian atau KPK bisa memberikan Undang– Undang No 17 Tahun 2014 Tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
rekaman pemeriksaan terhadap Miryam.
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah jo Pasal
dalam penulisan jurnal ini penulis mengambil
164 Ayat (3)
8 Philiphus M Hadjon Dkk.2011.Pengantar Hokum Administrasi Indonesia.Gajahmada University Press.Yogyakarta.Hal 82

24
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 245 -

Peraturan DPR RI No 1 Tahun 2014 Tentang


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Tata Tertib menyatakan hak angket adalah hak
yang diduga bertentangan dengan peraturan
DPR RI untuk melakukan penyelidikan terhadap
perundang-undangan termasuk dalam hal ini
pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau
adalah korupsi. Karena korupsi sebagai tindak
kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
pidana luar biasa tentu mempunyai dampak
hal penting, strategis, dan berdampak luas
yang sangat luas terhadap kehidupan
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
bernegara yang diduga bertentangan dengan
Sebagaimana konsideran dalam Undang-Undang
peraturan perundang-undangan.
No 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Rumusan Pasal tersebut di atas dapat Pemberantasan Korupsi yang menyebutkan
dipahami bahwa penggunaan hak angket bahwa perlu dibentuk suatu Komisi
berkaitan dengan proses penyelidikan pemberantasan korupsi yang independen
ketatanegaraan bukan penyelidikan dengan tugas dan wewenang melakukan
sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP, pemberantasan korupsi. Dengan demikian
meskipun menggunakan nomenklatur yang KPK mempunyai andil yang besar dalam
sama. Tentu dengan mempertimbangkan pemberantasan korupsi.
rumusan secara sistematis dari maksud Kaitan antara penggunaan hak angket
penggunaan hak angket tersebut. Jika melihat oleh DPR RI terhadap kinerja dari KPK dapat
maksud dari pada penggunaan hak angket dibenarkan secara teori sepanjang hak angket
dapat dilihat dalam Pasal 164 ayat (4) huruf itu digunakan untuk menyelidiki pelaksanaan
b dan c Peraturan Tata Tertib No 1 Tahun Undang-Undang Pemberantasan Tipikor dan
2014 menyatakan, Hak menyatakan pendapat Undang-Undang KPK. Temuan atau kesimpulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dari penggunaan hak angket dapat digunakan
adalah hak DPR RI untuk menyatakan pendapat sebagai bahan untuk melakukan revisi atau
atas tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi perbaikan terhadap kedua undang-undang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak tersebut. Dengan demikian pelaksanaan hak
angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3); angket sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan
atau dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil fungsi pengawasan maupun fungsi legislasi dari
Presiden melakukan pelanggaran hukum, baik DPR RI.
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, Menurut Pasal 1 angka 5 KUHAP
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden penyelidik untuk mencari dan menemukan
dan/ atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
Presiden. dilakukan penyelidikan. Sedangkan penyelidik
dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 adalah pejabat
Pasal 177 ayat (4) Peraturan Tata Tertib,
polisi Negara Republik Indonesia yang diberikan
Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat wewenang untuk melakukan penyelidikan.
(3) disampaikan oleh pimpinan DPR RI kepada Dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang KPK
Presiden paling lama 7 (tujuh) hari sejak menyebutkan penyelidik adalah penyelidik pada
keputusan diambil dalam rapat paripurna DPR Komisi pemberantasan korupsi yang diangkat
RI. Sama halnya dengan Pasal 182 ayat (1) dan diberhentikan oleh Komisi pemberantasan
Peraturan Tata Tertib DPR RI dalam hal rapat korupsi. Proses penyelidikan dan penyidikan
paripurna DPR RI sebagaimana dimaksud dalam dimaksudkan untuk menentukan suatu
Pasal 181 ayat (2) memutuskan menerima tindakan sebagai suatu tindak pidana.
laporan panitia khusus terhadap materi
Namun dalam hal penggunaan hak angket
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat
tidak dimaksudkan untuk menentukan suatu
(4) huruf a dan huruf b, DPR RI menyatakan tindakan sebagai tindak pidana akan tetapi
pendapatnya kepada Pemerintah. sebagai suatu penyelidikan ketatanegaraan
Sepanjang penggunaan hak angket oleh seperti meminta pertanggungjawaban presiden
DPR RI untuk melakukan penyelidikan dan wakil presiden (impechment) atau menjadikan
terhadap pelaksanaan peraturan perundang- temuan-temuan penyelidikan pansus angket
undangan yang berkaitan dengan hal penting untuk dijadikan bahan dalam perumusan
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan

24
Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...( May Lim Charity

undang-undang baru maupun undang-undang


saling megontrol satu sama lain. Berdasarkan
yang akan direvisi. meskipun dalam penyelidikan
prinsip check and balance ini, maka kekuasaan
tersebut terdapat temuan-temuan adanya tindak
Negara dapat dibatasi sehingga peyalahgunaan
pidana yang dilakukan maka hasil penyelidikan
kekuasaan dapat ditanggulangi dengan baik11.
itu dapat ditindak lanjuti oleh instansi penegak
Pada prinsipnya pemisahan atau pembagian
hukum. Dengan demikian pelaksanaan hak
kekuasaan adalah untuk menghindari kekuasaan
angket oleh DPR RI tidak berdampak langsung
absolut atau sentralisasi kekuasaan sehingga
pada proses penegakan hukum.
kemugkinan penyalagunaan kekuasaan dapat
Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan terjadi.
hak angket oleh DPR RI pada dasarnya
Berkaitan dengan hak angket yang digulirkan
bertujuan untuk melakukan penyelidikan
kepada KPK sebagai wujud pengawasan DPR
terhadap pelaksanaan suatu UU/atau kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, RI terhadap lembaga Negara sekaligus wujud
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan prinsip check and balance. Namun pada
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dasarnya prinsip check and balance tidak
yang diduga bertentangan dengan peraturan dilakukan dengan melemahkan fungsi dan
perundang-undangan. Hak angket oleh DPR RI mengurangi independensi lembaga lain (KPK)
bukan instrument kewenangan untuk yang justru akan mengganggu kinerja lembaga
melakukan penyelidikan terhadap proses yang bersangkutan (KPK). Mengusulkan hak
penegakan hukum yang sedang berjalan di KPK angket secara teoritis terdapat kekeliruan sebab
RI. sebagaimana alasan digulirkannya hak angket
yakni meminta KPK membuka rekaman hasil
B.2. Hak Angket Oleh DPR RI Kepada KPK RI pemeriksaan Miryam, dimana posisi KPK pada
Antara Intervensi Politik Dan Perbuatan saat ini sebagai penegak hukum bukan sebagai
Menghalang-Halangi Proses Penyidikan pelaksanaan kebijakan maupun penentuan
Hak angket merupakan hak konstitusional kebijakan. Menurut Jimly Asshiddiqie secara
DPR RI sebagaimana disampaikan dalam poin teoritis fungsi pengawasan oleh parlemen
sebelumnya. Penyelenggaraan hak angket sebagai lembaga perwakilan rakyat dapat pula
menurut DPR RI sebagai bentuk perwujudan dibedakan, yaitu:12
dari prinsip hukum tata Negara yaitu check and a. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan
balance. Konsep check and balance merupakan (control of policymaking);
bagian dari hasil reformasi yang pada intinya
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
ingin mewujudkan system perimbangan
(control of policy executing);
kekuasaan. Reformasi Mei 1998 memberikan
banyak perubahan dalam ketatanegaran c. Pengawasan terhadap penganggaran dan
Indonesia, salah satu adalah9 kesadaran belanja Negara (control of budgeting);
memperkuat proses check and balance antara d. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran
cabang-cabang kekuasaan telah berkembang dan belanja Negara (control of budget
sedemikian rupa bahkan melampui konvensi implementation);
yang selama ini dipegang yakni asas kekeluargaan e. Pengawasan terhadap kinerja pemerintahan
di dalam penyelenggaraan Negara. Ketentuan ini (control of government performances);
bermasksud untuk menjadikan DPR RI berfungsi
f. Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat
secara optimal sebagai lembaga perwakilan
publik(control of political appointment of
rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan
publik officials) dalam bentuk persetujuan
check and balance oleh DPR RI10.
atau penolakan, atau dalam bentuk
Prinsip check and balance merupakan pemberian pertimbangan oleh DPR RI.
sarana kontroling antara cabang kekuasaan,
sehingga konsekwensinya adalah ketiga cabang Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil
kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif sebuah kesimpulan bahwa pengawasan DPR
memiliki derajat yang sama karena dapat RI menggunakan hak angket terhadap KPK
secara teoritis tidak terpenuhi atau salah

9 Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, 2014, rajawali pers, Jakarta, hlm 107
10 Ibid. hlm.112
11 Ibid. hlm. 115
12 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta,2013,

24
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 245 -

sasaran mengingat DPR RI menggunakan


Selain itu, pelaksanaan Pasal 79 ayat (3) UU
hak konstitusionalnya (hak angket) hanya MD3 di atas harus memperhatikan ketentuan
untuk meminta KPK membuka rekaman hasil perundang-undangan yang lain, apakah dalam
pemeriksaan penyidikan terhadap Miryam. keadaan demikian (KPK sebagai penegak hukum)
Sedangkan dalam posisi demikian pula KPK ketentuan UU tersebut harus dikesampingkan
sedang melaksanakan kewangannya sebagai karena terdapat UU mengatur hal sama tetapi
penegak hukum. Oleh karena demikian hak bersifat khusus. Alasan DPR RI menggunakan
angket tidak dapat memberikan dampak Hak angket kepada KPK ingin membuka
signifikan terhadap KPK sebab permintaan DPR rekaman hasil penyidikan terhadap Miryam,
RI tersebut dapat saja ditolak KPK. hal ini berkaitan dengan keterbukaan informasi
publik karena DPR RI sebagai representative
Selain secara teoritis, hak angket dapat
dari rakyat.
dilihat melalui sudut pandang hukum positif
Indonesia yaitu selain diatur UUD NRI Tahun Ketentuan mengenai keterbukaan informasi
1945 juga diatur dalam UU MD3 yaitu Pasal 79. publik dapat dilihat UU No.14 Tahun 2008 (UU
Mengenai metode pengesahan usulan hak KIP). Berdasarkan Pasal 17 huruf a UU KIP
angket diatur dalam Pasal 199 ayat (3) UU mengatur informasi yang dapat dikecualikan
MD3 “usulan sebagaimana dimaksud pada ayat dimana informasi boleh tidak dibuka kepada
(1) menjadi hak angket DPR RI apabila mendapat publik (termasuk DPR RI) salah satunya
persetujuan dari rapat paripurna DPR RI yang apabila informasi itu dapat menghambat proses
dihadir ½ jumlah anggota DPR RI dan keputusan penyidikan suatu tindak pidana. Mengutif
pendapat Abdulhamid Dipopramono bahwa
diambil dengan persetujuan lebih dari ½ jumlah
ketentuan Pasal 17 huruf a UU KIP memberikan
anggota DPR RI yang hadir”. Sedangkan untuk
hak kepada penegak hukum, tidak hanya KPK,
panitia angket dapat dilihat dalam Pasal 201
tetapi juga kejaksaan, kepolisian, untuk tidak
ayat (2) UUMD3 berbunyi “dalam hal DPR RI
mengungkap apapun kepada publik apabila
menerima usul hak angket sebagaimana
dinilai informasi itu dapat menghambat proses
dimaksud pada ayat (1), DPR RI membentuk
penegakan hukum.
panitia khusus yang dinamakan panitia angket
yang keanggotaannya terdiri atas semua unsur Abdulhamid juga berpendapat bahwa
fraksi DPR RI”. Pasal 17 huruf a UU KIP merupakan bentuk
perlindungan Negara kepada penegak hukum
Berdasarkan ketentuan yuridis di atas bahwa dalam menjalankan tugasnya karena penegak
DPR RI menggunakan hak angket terhadap KPK hukum tidak boleh diintervensi. Ketentuan ini
berdasarkan penafsiran Pasal 79 ayat (3) yaitu juga terdapat dalam Pasal 3 UU No.30 Tahun
DPR RI melakukan penyelidikan terhadap 2004 tetang KPK (UU KPK) yaitu “Komisi
pelaksaan suatu UU. Hal ini dimaksudkan pemberantasan korupsi adalah lembaga
menurut DPR RI bahwa hak angket dapat Negara yang dalam melaksanakan tugas dan
ditujukan kepada KPK meskipun dalam wewenangnya bersifat independen dan bebas
posisinya sebagai penegak hukum yaitu dari pengaruh kekuasaan manapun”. Penjelasan
melaksanakan UU dalam hal ini UU No. 30 Pasal ini menyebutkan “dalam ketentuan ini
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan yang dimaksud dengan kekuasaan manapun
Korupsi (UU KPK) maupun UU No. 8 Tahun 1981 adalah kekuatan yang dapat mempengaruhi
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). tugas dan wewenang Komisi pemberantasan
Penafsiran demikian keliru meskipun unsur korupsi atau anggota Komisi secara individual
pelaksanaan suatu UU merupakan unsur dari pihak eksekutif, yudikatif, legislative,
tersendiri dan bersifat alternative atau komulatif, pihak-pihak lain yang terkait dengan perkara
artinya diantara unsur Pasal 79 ayat (3) UU MD3 tindak pidana korupsi, atau keadaan dan situasi
tersebut dapat memenuhi salah satu unsur ataupun dengan alasan apapun”.
saja atau seluruh unsur Pasal itu tetapi harus Berdasarkan ketentuan di atas, berkaitan
memperhatikan unsur yang terakhir yaitu hak juga dengan asas peraturan perundang-
DPR RI untuk melakukan penyelidikan terhadap undangan yaitu lex specialis derograt legi
pelaksanaan suatu UU diduga bertentangan generalis (UU yang khusus mengesampingkan
dengan UU pula. Sedangkan proses penyidikan UU yang umum). Berkaitan dengan hal ini
yang dialakukan KPK terhadap Miryam tidak ketentuan
terdapat adanya pelanggaran UU.

25
Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...( May Lim Charity

UU MD3 yang mengatur hak angket terhadap


Lembaga ad interim (tujuan khusus) ini
lembaga Negara yang melaksanakan suatu UU
dibentuk berdasarkan UU No.30 Tahun 2002
(KPK) dapat dikesampingkan oleh UU KIP dan UU
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. UU
KPK yang bersifat khusus mengatur kewenagan
tersebut mengatur pula tata cara KPK dalam
KPK dan termasuk hasil penyidikan merupakan
menindak tindak pidana korupsi atau dengan
informasi yang dapat dirahasiakan oleh KPK
kata lain sebagai lex specialis UU No.8 tahun
karena apabila hasil penyidikan tersebut dibuka
1981 (KUHAP) apabila terdapat konflik norma.
kepada publik (DPR RI) berpotensi menghambat
UU KPK merupakan hukum pidana formil yaitu
proses penyidikan kasus mega korupsi e-KTP.
sebagai alat menegakkan hukum pidana korupsi
Mengenai sahnya pengusulan hak angket (materil) sebagaimana diatur dalam UU No.31
harus mendapatkan persetujuan ½ dari anggota Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
DPR RI yang hadir dalam sidang paripurna Pidana Korupsi dan UU No.20 Tahun 2001
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 199 ayat Tentang Perubahan Atas UU No.31 Tahun 1999
(3), sedangkan apabila melihat proses paripurna Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
yang dipimpin oleh Fahri Hamzah tidak melalui
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
pemungutan suara (voting). Sehingga dapat
bahwa KPK adalah lembaga negara independen
menimbulkan pertanyaan bahwa dari mana
dan bebas dari intervensi kekuasaan manapun,
mengetahui lebih dari ½ anggota DPR RI yang
ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 3 UU
hadir dalam paripurna tersebut menyetujui
KPK. Kekuasaan yang dimaksud tidak terlepas
usulan hak angket terhadap KPK sedangkan
dari 3 (tiga) cabang kekuasaan eksekutif, legislatif
tidak dilakukan pemungutan suara. Selain
dan yudikatif dan bentuk kekuasaan lainnya
itu panitia angket KPK terancam gagal karena
yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
terindikasi tidak memenuhi rumusan Pasal
(lihat penjelasan Pasal 3 UU KPK). Berdasarkan
201 ayat (2) UUMD3 karena panitia angket
ketentuan tersebut berkaitan dengan hak
keanggotaannya terdiri dari semua unsur fraksi
angket DPR RI sebagai upaya meminta KPK
DPR RI sedangkan terdapat beberapa fraksi
membuka hasil pemeriksaan terhadap Miryam
tidak akan mengirimkan anggotanya untuk
merupakan bentuk intervensi DPR RI dalam
bergabung dalam panitia angket KPK tersebut.
penegakan hukum pidana korupsi. Sebab
Lebih lanjut, Hak angket KPK menurut Denny Pasal 3 UU KPK maupun penjelasannya telah
Indrayana yang ditulis dalam kolom opini harian membatasi kekuasaan legislatif bahwa tidak
kompas (5 Mei 2017) telah menabrak beberapa bisa menggunakan upaya apapun termasuk hak
prinsip dasar lalu lintas bernegara yaitu angket dalam mengintervensi KPK dalam proses
pertama, sebagai badan lain yang berkaitan penegakan hukum pidana korupsi meskipun
dengan kekuasaan kehakiman sebagaimana dengan dalih sebagai wujud pelaksanaan fungsi
diatur dalam Pasal 24 UUD NRI Tahun 1945, pengawasan. Pelaksanaan fungsi pengawasan
KPK juga diproteksi dengan prinsip DPR RI sebagaimana pendapat Jimly Asshiddiqie
kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Maka sebelumnya bahwa tidak dapat dilakukan
konsekwensinya adalah tugas dan kewenangan terhadap KPK yang notabene sebagai lembaga
KPK terkait korupsi hanya dapat dinilai dan independen dalam penegakan hukum pidana
dikontrol melalui proses peradilan. Lembaga di korupsi. Upaya pengawasan terhadap KPK
luar yudikatif tidak berwenang bahkan dilarang sebagai penegak hukum hanya dapat dilakukan
untuk mengontrol kewenangan KPK dalam melalui proses peradilan.
menangani kasus. Kedua, angket adalah hak
penyelidikan DPR RI terhadap kebijakan Ditinjau dari pelanggaran terhadap UU
pemerintah dalam hal ini eksekutif baik pun hak angket tersebut tidak tepat sasaran
kementerian maupun nonkementerian. karena alasan atau dasar penggunaan hak
Sedangkan KPK merupakan Komisi Negara angket tersebut kurang sesuai sebagaimana
independen yang bukan bagian pemerintah diuraikan dalam poin sebelumnya. Sedangkan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU KPK. dalih hak angket yang lain adalah sebagai
Sehingga menurut Denny Indrayana hak angket bentuk meminta pertanggungjawaban KPK
dapat dikategorikan sebagai bentuk intervensi sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1)
DPR RI tehadap KPK dalam menangani kasus UU KPK. Ketentuan ini merupakan kewajiban
mega korupsi e-KTP yang seharusnya KPK dalam menyampaikan laporannya kepada
independen berdasarkan Pasal 3 UU KPK.

25
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 245 -

DPR RI, Presiden, dan BPK bersifat berkala


Tindak pidana korupsi sebagai extra ordinary
bukan dalam sewaktu-waktu dan KPK dapat
crime sebagaimana diuraikan sebelumnya
diminta pertanggungjawaban kinerjanya. Selain
memberikan dampak terhadap kekuasaan
itu ketentuan tersebut berkaitan dengan asas
pembentuk perundang-undangan untuk
akuntabilitas sebagaimana dalam Pasal 5 UU
mengatur segala bentuk tindakan korupsi
KPK. Pertanggungjawaban KPK untuk
dan perbuatan yang mencoba menghalangi,
menyampaikan laporan kepada DPR RI
mencegah, atau menggagalkan proses
merupakan laporan tahunan dan
penegakan hukum pidana korupsi. Wujud
pertanggungjawaban tersebut tidak melalui hak
komitmen pemerintah (dalam arti luas) dalam
angket tetapi itu merupakan kewajiban KPK
pencegahan dan pemberantasan korupsi di
seperti diatur dalam Pasal 15 UU KPK.
Indonesia dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
Selain ketentuan di atas, terdapat juga 21 UU No.31 tahun 1999 tentang
ketentuan lain yang dapat digunakan sebagai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dasar argumen bahwa hak angket DPR RI berbunyi “setiap orang yang dengan sengaja
salah sasaran yaitu Pasal 17 huruf a UU KIP. mencegah, merintangi, atau mengagalkan secara
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa langsung atau tidak langsung penyidikan,
ketentuan ini sebagai pengecualian tidak penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
dipublikasikannya informasi publik berkaitan pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa
dengan proses penyidikan karena berpotensi atau pun para saksi dalam perkara korupsi,
menghambat proses pengungkapan kasus dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
mega korupsi e-KTP yang terindikasi banyak (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
melibatkan “orang besar” negeri ini. Begitupun tahun dan atau denda paling sedikit
dengan dalih hak angket sebagai wujud prinsip Rp.150.000.000 dan paling banyak Rp.
check and balance dalam negara demokrasi. 600.000.000”.
Pada dasarnya prinsip ini tidak dapat
Berdasarkan ketentuan a quo terdapat
dibenarkan apabila dilakukan dengan
beberapa unsur yang harus dipenuhi yaitu :
melemahkan fungsi dalam menegakkan hukum
a. Setiap orang;
pidana korupsi dan mengurangi independensi
KPK sehingga mengganggu kinerja yang b. Dengan sengaja;
bersangkutan. Oleh sebab itu, pelaksanaan c. Mencegah, merintangi, atau menggagalkan;
prinsip check and balance untuk mewujudkan d. Secara langsung atau tidak langsung
keseimbangan antara cabang kekuasaan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sebagai ciri khas demokrasi konstitusional yaitu sidang pengadilan; dan
dengan tidak mengganggu kemandirian dan e. Terhadap tersangka atau terdakwa atau pun
melemahkan KPK. para saksi dalam perkara korupsi.

Demi menjaga independensi KPK, secara Melihat substansi ketentuan ini bahwa tindak
yuridis telah diatur bahwa KPK dilarang pidana tersebut (Pasal 21 UU Tipikor) merupakan
mengadakan hubungan langsung atau tidak bukan tindak pidana berdiri sendiri namun
dengan tersangka atau pihak lain yang ada tindak pidana yang lahir atau berkaitan dengan
hubungannya dengan perkara tindak pidana tindak pidana korupsi. Artinya tindak pidana
korupsi yang ditangani KPK dengan alasan yang diatur dalam Pasal 21 UU Tipikor adalah
apapun seperti diatur dalam Pasal 36 UU KPK. tindak pidana turunan yaitu tindak pidana dapat
Berdasarkan BAP yang dicabut Miryam bahwa terjadi apabila terdapat tindak pidana korupsi.
terdapat keterlibatan anggota legislatif dalam Selain itu, tindak pidana Pasal 21 UU Tipikor
kasus korupsi e-KTP oleh sebab itu hak angket bukanlah tindak pidana korupsi hanya saja
DPR RI yang ditujukan kepada KPK secara berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Letak
teoritis maupun yuridis tidak tepat sasaran. keterkaitannya adalah adanya perbuatan yang
Bahkan terindikasi DPR RI ingin mengganggu proses penegakan hukum pidana
mengintervensi, melemahkan dan menciderai korupsi seperti unsur perbuatan melawan
kemandirian KPK dalam pengungkapan kasus hukum yaitu perbuatan mencegah, merintangi,
korupsi e-KTP sehingga publik pun menentang dan menggagalkan proses pemeriksaan di
tindakan wakil rakyat tersebut. setiap tingkatan (penyidikan, penuntutan, dan

25
Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...( May Lim Charity
pemeriksaan di persidangan).

25
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 245 -

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerhati


dengan menggunakan hak angket terhadap
korupsi Adami Chazawi berpendapat13
KPK secara teoritis kurang tepat atau salah
perbuatan mencegah adalah usaha agar tidak
sasaran mengingat DPR RI menggunakan hak
terjadi sesuatu seperti menghilangkan atau
angket hanya untuk meminta KPK membuka
memusnahkan barang bukti atau menyuruh
rekaman hasil pemeriksaan penyidikan
pelaku atau saksi melarikan diri ke luar negeri.
terhadap Miryam, sedangkan posisi KPK
Sedangkan perbuatan merintangi memerlukan
syarat bahwa sesuatu itu telah terjadi, dan melaksanakan kewenangannya sebagai penegak
perbuatan menggagalkan adalah segala hukum. Upaya pengawasan terhadap KPK
perbuatan dengan cara apapun yang menjadi sebagai penegak hukum hanya dapat dilakukan
penyebab gagalnya sesuatu. Tindak pidana melalui proses peradilan.
dalam Pasal 21 UU Tipikor ini termasuk jenis Proses penegakan hukum oleh KPK RI
tindak pidana formil. Mengenai tindak pidana bersifat independen dan bebas dari pengaruh
formil Roni Wiyanto mengatakan14 delik formil kekuasaan manapun termasuk kekuasaan
adalah suatu perbuatan pidana yang sudah legislatif. KPK RI patut menolak usulan hak
selesai dilakukan dan perbuatan itu mencocoki angket DPR RI dengan dasar Pasal 3 UU KPK.
rumusan dalam Pasal UU yang bersangkutan. Selain itu dalam Pasal 17 huruf a UU KIP juga
Pendapat demikian pada intinya, tindak pidana merupakan bentuk perlindungan Negara kepada
itu dianggap telah terjadi apabila telah selesai penegak hukum dalam menjalankan tugasnya
perbuatan yang dilarang itu dilakukan meskipun
karena penegak hukum tidak dapat diintervensi.
belum atau tidak terdapat suatu akibat.

Kaitannya dengan hak angket DPR RI kepada Daftar Pustaka


KPK memunculkan problem baru, yaitu setelah
Chazawi, Adami, 2014. Hukum Pidana Materiil
diteliti baik secara teoritis, yuridis, maupun
dan Fomil Korupsi di Indonesia, Bayumedia.
legitimasi dari publik tidak terdapat
Malang. Hlm. 303.
pembenaran atas alasan penggunaan hak angket
tersebut sebagaimana diuraikan sebelumnya.
Soehino, 2000. Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta.
Oleh karena itu apabila hak angket tetap
Hlm. 87.
“dipaksakan” terindikasi adanya perbuatan
untuk menghalangi proses penyidikan untuk Soemantri, sri, 1993. Ketatanegaraan Indonesia
membongkar kasus mega korupsi e-KTP. Dalam Kehidupan Politik Indonesia : 30 Tahun
Apabila dalam melanjutkan proses Kembali ke Undang- undang Dasar 1945,
pembongkaran kasus korupsi e-KTP KPK pustaka sinar harapan, Jakarta. hlm. 285.
merasa terganggu dalam bekerja maka anggota
DPR RI dapat dijerat tindakan menghalangi proses Bobby, Max, 1994. DPR RI RI Dalam Perspektif
penyidikan kasus korupsi e-KTP sebagaimana Sejarah Dan Tatanegara, pustaka sinar
rumusan Pasal 21 UU Tipikor. Menerut Eddy harapan, Jakarta. Hlm. 71.
Os Hiarej sebagaimana ditulis di kolom opini
harian Kompas (8/5) yaitu jika KPK M Hadjon, Philipus, 2011. Pengantar Hukum
menganggap manuver politik DPR RI dengan Administrasi Indonesia, Gajahmada University
menyetujui hak angket menghambat dan Press, Yogyakarta. Hlm. 82.
menghalangi kinerj KPK dalam mengungkap
perkara korupsi e-KTP anggota DPR RI dapat Huda, Ni’Matul. 2014, Hukum Tata Negara
dijerat dengan obstruction of justice atau Indonesia, rajawali pers, Jakarta. Hlm. 107
tindakan menghalang-halangi proses
penyidikan. Asshiddiqie, Jimly, 2013. Pengantar Ilmu hukum
Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta.
C. Penutup
Wiyanto, Rony. 2012, Asas-Asas Hukum Pidana
Hak angket tidak dapat dilakukan terhadap
Indonesia. 2012, Mandar Maju, Bandung.
berjalannya proses peegakan hukum di KPK
Hlm. 172.
RI terkait meminta rekaman penyidikan
kasus Miryam S Haryani. Pengawasan DPR RI

13 Adami Chazawi. Hukum Pidana Materiil dan Fomil Korupsi di Indonesia. 2014. Bayumedia. Malang. Hlm 303
14 Roni Wiyanto. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. 2012. Mandar Maju. Bandung. Hlm 172

25
Implikasi Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat...( May Lim Charity

INTERNET
Dwi Arif Wibowo. Teori-Teori Demokrasi. https://
dwiarifwibowo.worDPR RIess.com. (diakses
Saldi Isra. Konstitusi, Konstitusionalisme, dan
pada tanggal 09 mei 2017).
Demokrasi Konstitusional. https://www.
saldiisra.web.id. (diakses pada tanggal 09 mei Zaid Wahyudi. Penyalahgunaan Kekuasaan;
2017). Gagalnya Sistem Kendali Diri.
rumahpengetahuan.web.id. (diakses pada
tanggal 09 mei 2017)

25

Anda mungkin juga menyukai