Anda di halaman 1dari 12

Framing Media THE GUARDIAN terkait Pemberitaan Perang Irak pada Bulan

Maret–April Tahun 2003

Dhevy Larasati, 215120400111040, 6, dhevylarasati@student.ub.ac.id

ABSTRACT

The invasion launched by the United States in 2003 is one of the major problems
that have occurred since the Cold War era. There are various media covering events in
the area where the invasion took place, namely Iraq. The media that are present to cover
the story will be seen to be leaning towards one side or camp. Therefore, in order to know
and understand media framing related to the Iraq war, this research was conducted. The
main objective of this study is to understand how the GUARDIAN media compiled the
framework for reporting on the Iraq war in March-April 2003. The research method
applied was descriptive qualitative analysis. This study concludes that THE GUARDIAN
media looks more inclined to the side or stronghold of the invaders, namely the United
States.
Keywords: United States of America. Iraq, and United Nations

ABSTRAK

Invasi yang dilancarkan oleh Amerika Serikat pada tahun 2003 merupakan salah
satu persoalan besar yang terjadi sejak era Perang Dingin. Terdapat berbagai media yang
meliput kejadian di wilayah terjadinya invasi yakni Irak. Media-media yang hadir untuk
melakukan liputan akan senantiasa terlihat lebih condong ke suatu sisi atau kubu. Maka
dari itu, guna mengetahui dan memahami framing media terkait perang Irak, penelitian
ini dilakukan. Terdapat pula tujuan utama penelitian ini yakni memahami bagaimana
media THE GUARDIAN menyusun kerangka pemberitaan perang Irak pada bulan
Maret–April tahun 2003. Adapun metode penelitian yang diaplikasikan yakni analisis
deskriptif kualitatif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa media THE
GUARDIAN terlihat lebih condong ke sisi atau kubu pelaku invasi yakni Amerika
Serikat.

Kata kunci: Amerika Serikat, Irak, dan PBB


A. PENDAHULUAN
Perselisihan yang terjadi di Irak pada tahun 2003 dilatarbelakangi oleh
adanya kekhawatiran yang dialami oleh Amerika Serikat beserta Britania Raya
terkait tuduhan mereka terhadap Irak. Pada era itu, tuduhan yang dilontarkan
Amerika Serikat serta Britania Raya merupakan implementasi dari kecemasan
kedua negara terkait perakitan senjata beserta alat pemusnahan massal yang
dilakukan oleh Irak. Hal tersebut dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan
nasional Amerika Serikat, Britania Raya, beserta sekutu-sekutu milik kedua
negara. Guna menyelesaikan persoalan terkait tuduhan tersebut, Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau PBB menerbitkan suatu keputusan yang bertujuan untuk
melakukan pembuktian terkait tuduhan perakitan senjata beserta alat pemusnahan
massal yang dilakukan oleh Irak. Keputusan tersebut merupakan Resolusi Dewan
Keamanan PBB No. 1441 yang dicetuskan oleh Dewan Keamanan PBB pada
tahun 2002.
Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1441 meletakkan titik fokusnya pada
dampak yang dapat terjadi dari tindakan perakitan senjata beserta alat
pemusnahan massal yang dilakukan oleh Irak. Dalam keputusan tersebut, Dewan
Keamanan PBB menekankan bahwa Irak gagal dalam melakukan kerja sama
dengan PBB dalam melaksanakan perdamaian dunia (Council, 2002). Kegagalan
Irak dalam mempertahankan perdamaian dunia bersama PBB serta sejumlah
keputusan lain yang ditetapkan memicu PBB untuk tetap memegang kekuasaan
penuh atas persoalan tersebut. Mengetahui hal tersebut, Amerika Serikat
melancarkan aksi invasi terhadap Irak. Invasi tersebut telah melalui berbagai
pertimbangan, termasuk poin-poin keputusan yang tercantumkan pada Resolusi
Dewan Keamanan PBB No. 1441. Pada salah satu poinnya, terdapat kesanggupan
Irak untuk menerima konsekuensi yang dapat terjadi kepada negaranya. Poin
tersebut merupakan salah satu tonggak yang digunakan oleh Amerika Serikat
sebagai pembenaran terkait tindakan invasi yang dilakukan (Budianto, 1999).
Invasi dimulai pada tanggal 19 Maret 2003, berupa persoalan yang
mengusung penggunaan senjata militer yang diawali oleh Amerika Serikat serta
dilanjutkan dengan umpan balik oleh Irak. Invasi tersebut sekaligus menjadi salah
satu persoalan yang memperlibatkan penggunaan senjata militer terbesar sejak
adanya perang dingin. Hal tersebut menimbulkan dampak yang signifikan
terhadap kedua negara yang bersangkutan. Dampak yang timbul akibat persoalan
tersebut masih terasa hingga era ini, mulai dari pandangan scholar terkait tindakan
Amerika Serikat yang dinilai tidak mencerminkan nilai kemanusiaan dengan
melakukan invasi ataupun kolonialisme. Terdapat pula spekulasi terkait intensi
George Walker Bush untuk melakukan invasi terhadap Irak. Intensi Amerika
Serikat pada era itu memicu adanya penurunan kredibilitas negara oleh
masyarakatnya. Terdapat pula perubahan rezim, demokratisasi dari rezim otoriter,
perbaikan taraf hidup masyarakat Irak, musnahnya praktik terorisme pada skala
internasional, serta pergeseran pengawasan Amerika Serikat di wilayah Timur
Tengah (Winarno, 2014).
Dampak-dampak tersebut tidak hanya berlaku pada masing-masing negara
yang bersangkutan. Benar adanya bahwa Amerika Serikat sebagai pelaku invasi
serta Irak sebagai penerima invasi akan mendapatkan dampak yang signifikan.
Akan tetapi, terdapat aktor lain yang akan senantiasa menerima dampak yang
terjadi. Aktor-aktor tersebut dapat berupa negara maupun organisasi non-
pemerintah yang ada pada skala internasional. Hal tersebut terjadi akibat tindakan
invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat maupun tindakan invasi yang
dilakukan oleh negara mana pun akan menimbulkan dampak terhadap negara
ataupun aktor pada skala internasional lainnya. Maka dari itu, tiap-tiap negara
maupun aktor pada skala internasional perlu mengetahui serta memahami
persoalan yang sedang terjadi. Negara-negara maupun aktor-aktor pada skala
internasional juga perlu mengantisipasi serta menghadapi dampak yang dapat
terjadi akibat persoalan yang ada.
Guna mengetahui serta memahami persoalan yang sedang terjadi dan
melakukan tindakan untuk mengantisipasi serta menghadapi dampak yang dapat
terjadi akibat persoalan yang ada, masyarakat perlu menambah serta memperbarui
wawasan terkait seluruh hal yang sedang terjadi. Terlebih lagi jika terjadi
persoalan yang dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perdamaian
dunia. Penambahan serta pembaruan wawasan terkait peristiwa yang sedang
terjadi dapat ditemukan pada cerita yang berisi keterangan terkait peristiwa yang
sedang terjadi atau telah terjadi. Cerita tersebut dapat ditemukan dalam berita,
baik itu dalam surat kabar maupun dalam media digital. Akan tetapi, tidak semua
berita atau media dapat mengulas peristiwa yang sedang terjadi dengan sifat yang
netral.
Masyarakat juga perlu untuk memahami diferensiasi terkait framing
media yang benar adanya serta berita palsu atau hoax yang kerap terjadi, terlebih
lagi berita terkait aktivitas politik (Gumilar, 2017). Maka dari itu, masyarakat
sebagai pembaca berita perlu untuk mengetahui serta memahami sifat berita dan
media yang terdapat pada media. Bagaimana tone atau nada yang digunakan
penulis berita atau media tersebut, bagaimana pandangan responden atau
narasumber berita atau media tersebut, serta kecenderungan pandangan penulis
berita atau media tersebut terkait peristiwa yang sedang terjadi maupun telah
terjadi. Pada jurnal ini, peneliti akan memaparkan sejumlah data hasil riset beserta
analisis berita atau framing media terkait invasi yang diawali dari pertanyaan:
Bagaimana media THE GUARDIAN menyusun kerangka pemberitaan perang
Irak pada bulan Maret–April tahun 2003?

B. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan akibat adanya sikap manusia yang melakukan
perkembangan yang bersifat kontinu. Dorongan dari adanya inovasi pada bidang
teknologi serta rasa ingin tahu yang tinggi memicu munculnya aktivitas penelitian
(Prof. Dr. Suryana, 2010). Sistem atau metode penelitian yang diaplikasikan pada
jurnal Framing Media THE GUARDIAN terkait Pemberitaan Perang Irak pada
Maret–April 2003 merupakan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif.
Metode penelitian ini muncul akibat adanya pertanyaan utama terkait fokus jurnal
yakni bagaimana media THE GUARDIAN menyusun kerangka pemberitaan
perang Irak pada bulan Maret–April tahun 2003. Sesuai tujuan berikutnya yakni
memecahkan suatu masalah, pada kasus ini, framing media terkait peperangan,
peneliti memutuskan untuk mengaplikasikan metode penelitian kualitatif sebagai
sistem penelitian guna mengetahui dan memahami situasi yang nyata dan natural
terkait perang Irak. Dalam pengaplikasian metode penelitian kualitatif, diperlukan
adanya pendekatan induktif atau pendekatan dari hal khusus ke hal umum serta
penggunaan pandangan yang subjektif (Prof. Dr. A. Muri Yusuf, 2014).
Sistem atau metode penelitian yang diaplikasikan merupakan metode yang
dicetuskan oleh Robert Entman, ahli analisis framing media yang berhasil
menanamkan konsep dan tahapan dalam melakukan analisis terkait media. Robert
Entman meletakkan titik fokus analisisnya pada definisi atau penjelasan terkait
media, evaluasi, serta rekomendasi yang diajukan. Penentuan media THE
GUARDIAN sebagai fokus utama penelitian ini dipicu oleh pandangan pembaca
terkait luasnya pembagian berita yang ditawarkan serta kredibilitas media yang
telah dan tetap terjaga hingga era ini. Pada penelitian ini, terdapat dua jenis sumber
data yang diteliti yakni sumber data primer serta sumber data sekunder. Perbedaan
yang terlihat di antara kedua sumber data tersebut yakni asal muasal informasi
atau sumber informan diperoleh. Sumber data primer diperoleh dari objek
penelitian langsung, tanpa adanya perwakilan. Sumber data sekunder diperoleh
dari sumber kredibel yakni buku ataupun jurnal.

C. PEMBAHASAN
Perang Irak yang sejatinya merupakan perlawanan yang dilakukan oleh
Irak pihak yang diinvasi oleh Amerika Serikat terjadi selama bertahun-tahun,
tepatnya sejak tanggal 19 Maret 2003 hingga 15 Desember 2011. Diawali dengan
adanya kekhawatiran Amerika Serikat, Britania Raya, serta sekutu-sekutu dari
kedua negara terkait aktivitas negara Irak yang pada era itu sedang melakukan
perakitan senjata beserta alat pemusnahan massal. Hal tersebut memicu Dewan
Keamanan PBB untuk mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1441.
Resolusi tersebut berisi pernyataan kegagalan Irak dalam menjaga perdamaian
dunia. Resolusi tersebut juga menjadi fondasi tindakan invasi yang dilakukan oleh
Amerika Serikat. Persoalan yang terjadi selama hampir satu dekade tersebut
memang dinyatakan telah usai pada pertengahan Desember 2011. Meskipun
begitu, terdapat sejumlah persoalan lain yang muncul akibat perang Irak, termasuk
pergantian rezim Saddam Hussein yang otoriter. Selama perang Irak terjadi,
terdapat berbagai jenis media yang meliput kondisi di wilayah tempat persoalan
terjadi. THE GUARDIAN sebagai salah satu media dengan kredibilitas yang
tinggi telah melakukan liputan terkait perang Irak. Display data berikut berisi
pemberitaan media THE GUARDIAN terkait Perang Irak pada bulan Maret–April
tahun 2003.

No. Tanggal Tone Berita Sudut Berita / Cover / Responden


1. 20 Maret 2003 + o Presiden Amerika Serikat
George Bush
o Militer Amerika Serikat
2. 29 Maret 2003 + Militer Amerika Serikat
3. 7 Maret 2003 0 Dewan Keamanan PBB
4. 2 April 2003 + Kolonel John Peabody
5. 19 April 2003 0 Warga Sipil Irak
6. 17 Maret 2003 + Militer Amerika Serikat dan Britania
Raya
7. 12 April 2003 + Militer Amerika Serikat

Keterangan: tone berita


+ Mendukung penyerangan atau invasi
0 Netral atau tidak tahu
- Tidak mendukung penyerangan atau invasi

Terdapat tiga tone atau nada berita yang menyatakan perbedaan dari tiap-
tiap berita yang diteliti. Tone atau nada pertama yakni + atau positif yang
mengandung arti bahwa berita tersebut mendukung aktivitas Amerika Serikat
yakni penginvasian wilayah Irak. Tone atau nada kedua yakni 0 yang
mencerminkan posisi netral atau ketidaktahuan peneliti terkait kecondongan
berita. Tone atau nada terakhir yakni – atau negatif yang mencerminkan isi berita
yang tidak mendukung penyerangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Terdapat lima berita dengan tone atau nada positif yang mengandung arti
dukungan terhadap aksi invasi yang dilancarkan oleh Amerika Serikat. Kedua
berita sisanya berfokus pada kondisi di wilayah Irak, meskipun tone atau nada
berita keduanya masih berada pada posisi netral.
Berita pertama yang dirilis oleh THE GUARDIAN sesaat setelah Amerika
Serikat melakukan penyerangan terhadap Irak berjudul “The Bombing Begins”
dirilis pada hari Kamis, 20 Maret 2003. Berita ini mengacu pada keputusan
Presiden Amerika Serikat era itu, George Bush, yang mengarahkan pemerintah
Irak untuk melucuti senjata mereka dan membebaskan masyarakatnya. Tone atau
nada yang tertera pada berita pertama merupakan dukungan terhadap Amerika
Serikat untuk melakukan invasi terhadap Irak. Terdapat sejumlah responden lain
yakni militer dari Britania Raya yang juga mendukung proses invasi yang terjadi,
serta Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan yang melihat warga sipil Irak sebagai
korban yang tidak bersalah dan perlu diselamatkan. Sekretaris Jenderal PBB Kofi
Annan terkenal dengan kebijakannya dalam mengambil keputusan, terlebih lagi
dalam menekan risiko yang dapat terjadi (Blix, 2004). Terdapat pula Pemerintah
Turki yang mendukung Amerika Serikat untuk melancarkan penyerangan
terhadap Irak melalui bantuan udara.

Berita kedua “Facts, Some Fiction and The Reporting of War” memuat
timeline terjadinya invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Pada
kronologinya, terdapat pandangan dari sejumlah responden yakni pihak militer
dari Amerika Serikat. Menurut responden, invasi diawali dengan adanya konvoi
yang melalui sebelah selatan kota Baghdad dan dilanjutkan dengan penaklukan
Umm Qasr. Lalu, peluncuran senjata kimia beserta eksekusi yang dilancarkan
oleh militer Amerika Serikat. Setelahnya, terdapat Basra yang mulai naik dan
melanjutkan peperangan. Terakhir, terdapat kendaraan tank milik Basra yang
berhasil melaksanakan tugasnya dengan melakukan perlawanan terhadap
Amerika Serikat.

Berita selanjutnya berjudul “War Would Be Illegal” memuat nilai


kemanusiaan yang diangkat oleh media THE GUARDIAN dengan bantuan
pernyataan yang dicetuskan oleh Dewan Keamanan PBB. Pada berita ketiga ini,
THE GUARDIAN memaparkan kenetralannya dalam memutuskan sisi dukungan
dari kedua pihak yakni Amerika Serikat sebagai pihak penginvasi dan Irak sebagai
pihak yang diinvasi. Berita urutan ketiga ini dirilis pada tanggal 7 Maret 2003,
satat invasi belum terjadi. Maka dari itu, media THE GUARDIAN masih belum
menemui sisi yang akan lebih diangkat serta diliput.
Pada berita keempat, media THE GUARDIAN kembali meletakkan titik
fokusnya pada kesaksian militer Amerika Serikat. Kali ini, Kolonel John Peabody
banyak menuturkan kesaksian berupa kondisi terkini yang berfokus pada keadaan
di Irak, khususnya pada rumah sakit yang telah mengalami pengeboman. Hal
tersebut merupakan suatu peristiwa yang menambah guncangan terhadap kondisi
di wilayah Irak. Rumah sakit yang penuh dengan korban telah mengalami
pengeboman yang makin menambah korban jiwa. Menurut Kolonel John
Peabody, Amerika Serikat tidak akan mundur hingga Irak sepenuhnya melucuti
senjata mereka.

Berita selanjutnya “Does He Understand Why War Took Place?” memuat


keraguan yang dialami oleh pihak media THE GUARDIAN terkait keikutsertaan
warga sipil yang masih di bawah umur dalam peperangan. Warga sipil yang masih
di bawah umur tersebut telah melalui berbagai kehilangan, mulai dari harta,
benda, hingga nyawa kerabat terkasih mereka. Pada berita kelima ini, media THE
GUARDIAN kembali bersifat netral dan hanya memfokuskan liputannya pada
kondisi masyarakat dan warga sipil yang sedang mengalami invasi oleh Amerika
Serikat.

Pada berita keenam, media THE GUARDIAN mencantumkan responden


dari pihak militer Amerika Serikat maupun Britania Raya. Pada berita kali ini,
THE GUARDIAN menunjukkan dukungan positifnya terhadap aktivitas invasi
yang masih dilakukan oleh Amerika Serikat. Aktivitas invasi masih terus
dilakukan karena pihak yang diinvasi, Irak, masih belum juga melakukan hal yang
diharapkan oleh Amerika Serikat yakni melucuti senjata mereka dan melepaskan
warga yang tidak bersalah. Kedua pihak militer, Amerika Serikat maupun Britania
Raya masih sama-sama berkutat dalam peperangan yang terjadi.

Berita terakhir meliput kondisi Baghdad pada tanggal 12 April 2003. Pada
era itu, terdapat sejumlah perlawanan yang dilakukan oleh Irak yang mengambil
senjata milik militer Amerika Serikat yang masih tersisa. Pada berita ketujuh,
media THE GUARDIAN kembali mendukung aksi invasi yang dilakukan
Amerika Serikat terhadap Irak. Terdapat pula alur penginvasian yakni militer
Amerika Serikat yang bergerak kembali ke Tikrit dan menetapnya pasukan di
Kirkuk. Pada era itu, militer Irak masih belum melakukan perlucutan senjata
seperti yang diminta oleh Presiden Amerika Serikat sejak pertama kali
mengumandangkan aksi invasi. Maka dari itu, aksi invasi masih terus berjalan.

D. KESIMPULAN
Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa media
THE GUARDIAN merupakan media yang memiliki kecenderungan untuk lebih
condong kepada pihak yang melancarkan aksi invasi yakni Amerika Serikat.
Media THE GUARDIAN telah melakukan liputan yang melibatkan berbagai
responden. Meskipun responden terkesan bervariasi, terlihat pada kuantitas pihak
militer Amerika Serikat yang kerap menjadi responden. Hal tersebut sendiri telah
mencerminkan posisi media THE GUARDIAN dalam meliput berita yang
signifikan. Dalam penyusunan kerangka pemberitaannya, media THE
GUARDIAN cukup memicu pembaca untuk lebih memerhatikan detail-detail
yang dapat teracuhkan, seperti pandangan Dewan Keamanan PBB maupun
pandangan dari aktor lainnya.

E. DAFTAR PUSTAKA

Blix, H. (2004). Disarming Iraq. New York: Pantheon Books.

Budianto. (1999). Dasar-Dasar Ilmu Tatanegara. Jakarta: Erlangga.

Council, U. N. (2002). Resolution 1441., (pp. 3-5).

Gumilar, G. (2017, January 12). Literasi Media: Cerdas Menggunakan Media Sosial
dalam Menanggulangi Berita Palsu (Hoax) oleh Siswa SMA. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Vol. 1, No. 1, 36. Retrieved from http

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. P. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Prof. Dr. Suryana, M. S. (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian


Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.
Winarno, B. (2014). Satu Dekade Pasca Invasi AS di Irak. Jurnal Hubungan
Internasional Vol. 3 No. 2, 107-110.
LAMPIRAN

N Judul Tautan Berita


o. Berita
1. The https://www.theguardian.com/news/2003/mar/20/wrap.rostaylor
Bombin
g Begins
2. Facts, https://www.theguardian.com/media/2003/mar/29/iraqandthemedia.ir
Some aq1
Fiction
and the
Reportin
g of War

3. War https://www.theguardian.com/politics/2003/mar/07/highereducation.i
Would raq
be
Illegal
4. Baghdad https://www.theguardian.com/world/2003/apr/02/iraq.simonjeffery
Hospital
Bombed
5. Does He https://www.theguardian.com/world/2003/apr/19/iraq.samjones
Underst
and
Why
War
Took
Place?
6. They’ve https://www.theguardian.com/media/2003/mar/17/mondaymediasecti
Lost the on.Iraqandthemedia
Battle,
Will
They
Support
the
War?
7. Chaos in https://www.theguardian.com/world/2003/apr/12/iraq6
Baghdad

Anda mungkin juga menyukai