Anda di halaman 1dari 13

Analisa Pelanggaran Kebijakan Hukum Internasional Dan HAM Oleh

Tentara Bayaran Amerika Serikat Terhadap Stabilitas Sistem Keamanan


Di Irak

Salman Al Farisi (201710360311101)


Hubungan Internasional
Kelas Hukum Internasional - D

Universitas Muhammadiyah Malang


Email: salfairisi8@gmail.com
081230538189

Abstraksi

Jurnal penelitian ini menjelaskan, menganalisa serta juga membahas mengenai


peran tantara bayaran Amerika Serikat pada stabilitas sistem keamanan di Irak.
Penelitian ini bertujuan sebagai sebuah acuan Analisa akan motif tindakan
Amerika Serikat dalam melakukan Aksi invasi genjatan senjata oleh tantara PMC
(Private Military Company) sejak tahun 2003. Metode yang digunakan adalah
deskriftif analitif atas data berupa literatur. Landasan teori yang digunakan pada
jurnal ini yakni kajian literatur dan teori perspektif realisme politik luar negeri
sebagai indikator Hasil temuan dari jurnal penelitian ini adalah adanya usaha
tertentu oleh Amerika Serikat akan kebutuhannya dan ketergantungannya pada
Negara Irak secara struktural maupun sumber daya alam. Motif dasar ini
membuat Amerika Serikat mengesampingkan adanya pelanggaran aspek-aspek
yang sudah dilakukan, contohnya yakni adanya pelanggaran perlindungan
HAM, serta pelanggaran mengenai kerusakan pada negara lain yang
mengakibatkan stabilitas perdamaian dunia terganggu.

Keywords: Tentara Bayaran PMC, Amerika Serikat Irak, Teori Realisme


A. Pendahuluan
Fenomena pasca terjadinya invasi Irak yang dilakukan oleh
Negara Amerika Serikat sebagai pelaku utama dalam keterlibatan invasi
Irak yang telah memakan waktu cukup lama yaitu tiga belas tahun
lamanya sejak 19 Maret 2003. Hal itu menimbulkan banyak konspirasi
serta kasus yang perlu dikaji sebagai upaya pengetahuan akan
permasalahan dunia yang telah terjadi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
dari data literatur Essay Forum (2010), yaitu alasan dari serangan atau
kegiatan invasi ini merupakan salah satu bentuk tindakan Amerika
Serikat dalam mencegah terjadinya ancaman dunia, karena dalam
pandangann Amerika Serikat pada masa itu negara Irak yang pada saat
itu dipimpin oleh Saddam Husein memiliki senjata pembunuh masal
(mass weapon). Terjadinya penyalahgunaan secara merata dalam
produksi nuklir di muka bumi. Namun seiring waktu setelah Amerika
Serikat berhasil menjatuhkan kekuasaan Saddam Hussein, mulai
terungkap dan terjelaskan secara nyata alasan sebenarnya George W.
Bush selaku presiden Amerika Serikat pada saat itu bahwa apa yang
pernah menjadi alasan mereka dalam menginvasi Irak tidaklah benar,
bagkan tidak ditemukan adanya senjata nuklir tersebut1. Topik dari
permasalahan dari adanya pembuktian tersebut yaitu banyak negara
muai mengecam Amerika Serikat atas tujuannya yang tidak jelas, selain
itu masi ada keberadaan tantara bayarannya yang masih berada di Irak.
Berdasarkan kesepakatan keamanan Washington-Baghdad (Status
Of Force Agreement) yang ditandatangani antara Irak dan Amerika
Serikat pada era pemerintahan George W. Bush, seluruh tentara Amerika
Serikat harus ditarik mundur dari Irak hingga akhir Desember 20112.
Namun kini muncul keraguan soal komitmen Gedung Putih dalam
merealisasikan program tersebut. Alasannya karena para pejabat teras

____________
1
Essay Forum. 2010 “Irak Invasion Research Paper Feedback.” [online] diakses pada tanggal
29 November 2018. Sumber : http://www.essayforum.com/research-papers11/Irak-
invasion-research-paper-feedback-16503/
2
Cahyo, Agus. 2011. Tokoh-Tokoh Timur Tengah Yang Menjadi Antek Amerika Dan
Sekutunya DIVA Press : Jogjakarta, hal 56.
politik dan militer Amerika dalam satu tahun terakhir sangat pro-aktif
berusaha meyakinkan pemerintah Irak untuk menyetujui berlanjutnya
kehadiran pasukan pendudukan.
Pembasan dalam jurnal ini yakni untuk menganalisa
mengenai keberadaan Amerika Serikat mengirimkan tantara regulernya
beserta PMC (Private Military Company) sejak tahun 2003. Sedangkan
peran dari PMC pada saat itu berbeda dengan tantara regular, karena
PMC ini hanya bertugas sebagai suatu kesatuan yang mengawal dan
memberikan keamanan dalam pengiriman logistic perang dan
sebagainya. Private Military Security Companies (PMSCs) dapat
didefinisakan sebagai kooperasi perusahaan komersial yang bersifat legal
dengan bentuk produk berupa jasa. Private Security menawarkan
pelayanan untuk melibatkan potensi dalam melatih kekuatan dengan cara
sistematis dan cara militer untuk meningkatkan posisi klien3. Dalam hal
ini mereka terdaftar sebagai badan korporasi yang diakui hukum, tunduk
pada undang-undang, dan di sewa oleh pemerintah, yang bertugas
memberikan keamanan publik. PMSCs juga dimengerti sebagai aktor
non-negara yang ikut terlibat atau dilibatkan dalam suatu konflik
kontemporer dengan jalan menjadi utusan suatu negara baik secara
strategi maupun di lapangan (dengan berperang), atau aktor non negara
lainnya. Contoh yakni perusahaan yang menjalankan suatu
pembangunan infrastruktur di area konflik. Dari latarbelakang yang telah
disebutkan, maka tujuan dari penulisan jurnal penelitian ini yakni untuk
menganalisa dan mengkaji ulang mengenai motif tertentu keberadaan
Peran Tentara Bayaran Amerika Serikat Pada Stabilitas Sistem Keamanan
di Irak.

____________
3 Putra Kurniawan. 2012. “Diberlakukannya UN Guiding Principles on Business & Human
Right Dan Keterkaitannya Dengan Keberadaan Private Military Securities
Companies AS,” Universitas Airlangga : Surabaya . 1703–21. [online] diakses pada
tanggal 29 November 2018. Sumber : http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jahi3d753c4210full.pdf
B. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian pada jurnal ini yakni
deskriptif analisis yang merupakan salah satu jenis penelitian yang termasuk
dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Sumanto (1995: 77) penelitian
deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada
(bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang
tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi atau
kecederungan yang tengah berkembang)4. Adapaun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan,
fenomena, vairabel dan keadaan yang terjaddi saat penelitian berlangsung
dengan menyajikan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Teknik yang
digunakan dalam jurnal ini untuk menganalisa yaitu Teknik kepustakaan
yang meruju pada sumber-sumber yakni berupa literatur-literatur (buku),
artikel-artikel dari jurnal ilmiah dan dari beberapa situs-situs internet
yang mendukung. Pengumpulan dari data-data, baik data sekunder,
peneliti menggambarkan keadaan-keadaan atau suatu fenomena yang
terjadi yang dapat diamati dari kata-kata yang tertulis dari sumber-
sumber yang diambil yang menjadi subyek penelitian.
C. Temuan
1. Landasan Teori
Teori perspektif realisme dalam politik ketika menganalisis
hubungan internasional selalu mendasarkan pandangan mereka pada
realitas, pada fakta apa yang ada, dan bukan pada apa yang seharusnya
ada dalam observasi, seperti yang diklaim oleh kaum idealisme politik. Di
dunia nyata, menurut kaum realis, konflik sudah diambang pintu karena
sifat kekerasan yang melekat di dalam diri manusia dan karena jalan yang
dipilih oleh penduduk dunia lebih tertarik untuk mengorganisasikan
bentuk negara yang berdaulat dan independen yang cenderung tidak
menghormati otoritas di luar atau di atas negaranya. Pemikiran kaum

____________
4 Sumanto. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
realis dengan demikian berlandaskan pada pencarian kekuatan dan
dominasi yang berasal dari sifat manusia sebagai alasan dasar bagi
konflik (Sorensen, 2003: 205)5. Sedangkan Realis juga beranggapan bahwa
prinsip-prinsip moral tidak dapat diterapkan untuk memahami perilaku
politik negara. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Morgenthau, bahwa
“realisme politik tidak memerlukan pembenaran moral, akan tetapi ia
memerlukan pembedaan yang tajam antara apa yang dikehendaki dan
apa yang mungkin, antara apa yang diharapkan di mana pun kapan pun”
(Morgenthau, 1985:7)6. Kalangan realis juga menolak penerapan prinsip-
prinsip moral dalam analisis politik internasional karena perbedaan
mendasar antara politik internasional dan politik domestik.
Menurut kajian kasus dalam penggunaan teori realisme tersebut,
maka Kehadiran militer Amerika Serikat memang di perlukan dalam
masa pasca pemerintahan Saddam. Hal ini diperlukan untuk memastikan
akses Amerika Serikat terhadap minyak di Irak tetap ada. Keberadaan
pangkalan militer Amerika Serikat di sekitar daerah pertambangan
minyak dan saluransaluran pipa minyak berguna dalam menjaga dan
mengamankan kegiatan penambangan minyak dan pengankutan minyak
dari kilang hingga jalur pendistrbusiannya ke Teluk Persia. Disamping
menjaga wilayah Irak dari keamanan terhadap kelompok insurgensi,
beberapa jumlah pasukan Amerika Serikat yang berada di Irak memang
ditugaskan untuk menjaga saluran pipa minyak rawan diserang, kilang
produksi minyak, fasilitas penampungan dan instalasi bahan bakar
minyak. Hal ini sangat diperlukan karena serangan gerilya dari kelompok
insurgensi dapat saja terjadi sewaktu-waktu, dan serangan mereka bisa
berupa ledakan maupun gencatan senjata yang dapat menyebabkan
kerusakan yang parah. Contohnya saja pada bulan April 2004, terjadi
penyerangan terhadap pelabuhan Khor Al-Amaya, tempat yang biasanya
digunakan untuk menampung minyak produksi di Irak sebelum di

____________
5 Sorensen, G. (2003) Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek dalam Sebuah
Dunia Yang Sedang Berubah. Yogyakarta: CCSS & Pustaka Pelajar.
6 Morgenthau, H.J. (1985) Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace. New

York: Alfre A. Knopf.


ekspor. Hal ini membawa kerugian yang cukup besar bagi pemerintah
Irak serta Amerika Serikat di wilayah tersebut. Penurunan produksi harus
dicegah dengan menempatkan dan memastikan keamanan di wilayah
Irak agar produksi minyak dapat berlangsung secara aman dan
terkendali.
Saat pasca invasi Amerika Serikat ke Irak, banyak perusahaan
Amerika Serikat yang berlomba dalam mendapatkan kendali atas
tambang-tambang minyak yang berada di wilayah Irak. Keberadaan dan
potensi penambangan diwilayah Irak yang sangat murah produksinya
serta banyaknya cadangan yang dihasilkan untuk minyak sangat
membuat banyak perusahaan minyak Amerika Serikat ingin
memenangkan kontrak kerjasama dengan pemerintah Irak. Hingga tak
jarang tiap perusahaan yang berhasil memenangkan kontrak tersebut
meminta bantuan Departemen Pertahanan dan Luar Negeri untuk
memberikan pelindungan di titik-titik produksi yang berada di area
rawan konflik. Salah satu implikasi yang didapatkan dari invasi Amerika
Serikat kewilayah Irak adalah kekosongan pemerintahan dan perubahan
kebijakan pemerintah baru Irak,yang notabene dibantu pembentukan nya
oleh pihak Amerika Serikat melalui bantuan dan konsultasi yang
diberikan oleh pihak Keduataan Besar Amerika Serikat dan PMC di Irak7.
Apabila dikaji menurut pandangan teori realisme berdasarkan fakta
Amerika Serikat bersama-sama dengan beberapa perusahaan minyak
Inggris, mulai membuat kontrak-kontrak kerjasama antar perusahaan
minyak mereka dengan pemerintahan Irak, maka America melakukan
invasi tersebut dikarenakan ingin menguasai sumber daya alam yang ada
di Irak dan untuk menganggu stabilitas negara akan kegiatan industri
serta kapital di Negara Irak.

____________
7
Farras Abdu Zudma. 2017. Kebijakan Amerika Serikat Dalm Mengirim Pmc (Private
Military Company) Ke Irak Tahun 2011. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik:Universitas Riau. Jom FISIP Volume 4 No. 2:
hal. 1–15. [online] diakses pada tanggal 29 November 2018. Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/128584-ID-none.pdf
2. Tindakan Pelanggaran HAM oleh PMC
Dari banyaknya kasus kemanusiaan yang terjadi, tidak semua
diperkarakan. Berikut daftar yang didapat penulis dalam kasus-kasus
yang diperkarakan. Blackwater, sebagai PMSCs yang paling dikenal
berkat kasus penembakan di Nissoun Square mumiliki kasus-kasus lain
yang serupa. Pada 16 September 2007 masih di Nisoor Square, Baghdad,
pasukan khusus bagian dari Blackwater yakni Raven 23 Tactical Support
Team menembak hingga tewas empat belas orang dan melukai dua puluh
lainnya. Ironisnya yang menjadi korban tersebut adalah waga sipil tak
bersenjata yang terprovokasi oleh kekerasan yang dilakukan anggota
Blackwater tersebut. Berikut Deskripsi ringkas Kasus-kasus yang
melibatkan PMSCs lainnya, faktanya dari dokumentasi pada 9 October
2007 seorang warga sipil (wanita) Marani Awanis Manook ditembak
ketika melakukan perjalanan (menyetir) melintasi jalan Karrada di
Baghdad, Iraq. Pelaku penembakan adalah anggota dari PMSCs Unity
Resource Group.Marani Awanis tewas, Tanggal: 9 October 2007. Lokasi:
Baghdad, Iraq. Kasus kedua yakni pada September 2007 di alun-alun Al
Watahba, Baghdad. Tanpa sebab yang jelas pasukan bersenjata lengkap
menembak yang mengakibatkan terbunuhnya dua orang laki-laki yakni
Aziz dan Jarallah. Kasus lainnya ialah pada tanggal 9 Agustus 2009
tentara PMSCs yang bekerja untuk British Armor Group menembak mati
rekannya Paul McGuigan dan Darren Hoare serta melukai warga sipil
bernama Arkan Mahdi Saleh di . Baghdad’s Green Zone, Irak.

D. Diskusi
Tentara reguler Amerika Serikat dan PMC sudah berada sejak
awal perang sampai akhir perang di Irak hingga membuat Amerika
Serikat membuat beberapa pos pengamanan yang diisi oleh tentara
reguler maupun PMC, setelah perang Irak berakhir Amerika sudah
menarik mundur tentara reguler nya secara berkala namun tidak dengan
PMC yang berada di Irak Setelah perang tersebut berakhir tentara reguler
dan PMC bertugas untuk mengamankan kondisi Irak dikarenakan pasca
perang mengalami konflik internal dan memberikan bantuan berupa
pengamanan kedaulatan negara Irak karena di awal pasca perang antara
Amerika Serikat dan Irak, pemerintahan Irak masih belum memiliki
tentara nasionalnya sehingga pemerintahan Irak sedikit kewalahan dalam
menangani konflik internal tersebut. Para pejabat Gedung Putih
berulangkali mengklaim bahwa penarikan mundur militer Amerika
Serikat dari Irak akan menimbulkan banyak masalah bagi pemerintah
Baghdad, termasuk instabilitas dan kerusuhan. Dengan merujuk pada
karya The Structure of Scientific Revolutions, oleh teori Thomas Kuhn
(1962) tentang pergeseran paradigma, Van Ness berargumen bahwa
realisme, yang disebut oleh Kuhn sebagai “normal science” dalam teori
Hubungan Internasional, berada dalam krisis karena
ketidakmampuannya menjelaskan sejumlah anomali, menurut Van Ness
semakin maraknya saling ketergantungan ekonomi dan kerjasama
keamanan antar negara merupakan indikator penting untuk menyebut
realisme sedang berada dalam tahap krisis sebagai sebuah paradigma 8.
Hanya segelintir pejabat Irak termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata
Irak, Babker Zibari, yang termakan oleh bujukan Amerika Serikat.
Menurutnya, pasukan keamanan Irak tidak akan mampu mengendalikan
situasi dalam negeri hingga tahun 2020 tanpa bantuan militer asing9.
Selanjutnya, ada masalah tentang minyak untuk Amerika Serikat
untuk menyerang Irak. Sudah diketahui dengan baik bahwa di balik
invasi adalah alasan sebenarnya untuk perang yang merupakan minyak
Irak sebagai hadiah besar bagi Amerika Serikat dan penggerak rahasia
agenda perang Washington. Logika untuk menganggap ini sebagai Bush,
seorang ahli minyak Texas dengan latar belakang, adalah untuk

____________
8
Asrudin, Azwar. 2014. “Thomas Kuhn Dan Teori Hubungan Internasional: Realisme
Sebagai Paradigma.” Indonesian Journal of International Studies 1 (2): 107–22.
[online] diakses pada tanggal 29 November 2018. Sumber :
file:///C:/Users/asus/Downloads/28830-64910-1-SM.pdf
9 Ibid hlm. 3.
mendapatkan kendali atas cadangan Irak yang merupakan yang terbesar
kedua di dunia setelah Arab Saudi. Abdel Bari Atwan, pemimpin redaksi
surat kabar berbahasa Arab di London, Al-Quds mengatakan, "Jika Anda
mengendalikan cadangan cadangan Irak dan negara-negara Teluk, Anda
mengendalikan semua pasokan, semua produksi, semua ekspor, sehingga
Anda dapat menghancurkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak
(OPEC), Anda dapat menentukan harga minyak. "Dan karena itu Amerika
Serikat adalah yang utama menyebabkan perang ke dalam tindakan
karena memang benar bahwa motif adalah untuk menguasai minyak Irak
sendiri . Oleh karena itu, adalah logis untuk menganggap Amerika Serikat
berada dalam perang dan utama yang dipimpin oleh kekuatan militer di
negara hanya karena ingin memenangkan minyak nasional. Dengan ini,
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat pertama-tama akan
mengeksplorasi kontrak eksplorasi dan produksi, menggusur
perusahaan-perusahaan Prancis, Rusia dan Cina yang sebelumnya telah
menandatangani perjanjian dengan Irak di bawah Saddam. Namun,
sebagian besar analis Barat meragukan teori bahwa "ini benar-benar
tentang minyak." Jika Amerika Serikat ingin menekan harga global
dengan pasokan Irak, cara yang lebih cepat untuk melakukannya adalah
sanksi akhir terhadap Baghdad daripada pergi berperang. Sebaliknya,
penumpukan militer memiliki efek terpendek dalam menciptakan pasar
dunia dan mendorong harga lebih tinggi. Dave O'Reilly, Ketua dan
Pejabat Eksekutif Chevron Texaco Corporation menyatakan bahwa, "Jika
itu adalah perang untuk minyak, kami tidak memilikinya. Karena jika
Anda melihat konsekuensinya - Irak kini menghasilkan lebih sedikit
minyak, itu lebih tidak stabil, telah menyebabkan gangguan di pasar. Hari
ini, sembilan bulan kemudian, Irak memproduksi - dan saya tidak
memiliki pengetahuan tangan pertama - kurang dari apa yang diproduksi
sebelum perang. "Oleh karena itu, teori konspirasi minyak terlalu
berlebihan dan tidak mendukung. alasan mengapa Amerika Serikat
menyerang Irak di tempat pertama yang mempertahankan perdamaian
global.
The American Code of Military Justice mengatakan bahwa ketika
terjadi perang, mereka yang ikut serta atau mengiringi angkatan
bersenjata di medan perang, dapat menjadi subjek dalam pengadilan
militer10. Akan tetapi, hanya sedikit kejadian dilakukannya sidang militer
atas kontraktor sipil yang melanggar aturan ketika perang, termasuk di
Irak. Departmen of Justice dari AS saat ini memiliki yuridiksi untuk
menghukum kontraktor militer yang bekerja untuk Departmen of Defense
(DoD) untuk pekerjaan di luar AS dibawah Military Extrateriotorial
Jurisdiction Act, yang dibuat pada tahun 2000 khususnya untuk
melindungi tentara AS dan ketergantungganya terhadap marakas militer
AS di luar Negara. Akan tetapi aturan ini belum dilakukan secara
sepenuhnya karena DoD belum mengeluarkan aturan implemetasi yang
dibutuhkan secara hukum. Ditambah lagi, DoD juga mungkin menolak
untuk mengimplementasikan aturan tersebut karena terbatasnya sumber
daya dan tidak adanya kantor pengacar AS di Irak untuk mengatur
aktivitas masyarakat AS disana. Sebagai akibat dari hal tersebut hingga
saat ini, lebih dari 20.000 pegawai PMC dan PSC di Irak selama setahun
atau lebih, tidak seorangpun telah dihukum atau dituntut atas kejahatan
apapun. Walalupun tentara AS telah menemukan bahwa pekerja PSC
terlibat dalam 36% dari insiden kekerasan/penganiayaan dan terdapat 6
kontraktor sipil tertentu yang bersalah atas penganiayaan tersebut, akan
tetapi tidak satupun dari mereka dituntut, didakwa ataupun dihukum.
Hal ini sangat ironis karena bilamana yang melakukan pelanggaran HAM
adalah tentara nasional Amerika Serikat, akan dilakukan proses sesuai
hukum. Negara memiliki kewajiban untuk mengehukum pelaku
kejahatan perang di pengadilannya, negara juga wajib untuk menghukum
pelaku kejahatan perang apapun negara asalnya atau dimana kejahatan
tersebut dilakukan. Apapun tingkat tanggung jawab indivualnya, negara

____________
10 Uniform Code of Military Justice : congressional code of military criminal law applicable to
all military members worldwide. U.S. Code Chapter 47. .” [online] diakses pada
tanggal 29 November 2018. Sumber :
https://www.law.cornell.edu/uscode/text/10/subtitle-A/part-II/chapter-47
dengan otoritas atas kontraktor militer tetap bertanggung jawab dibawah
hukum internasional atas tindakan kontraktor tersebut. Sehingga, AS
seharusnya tidak dapat menghindari kewajiban legal internasional untuk
menjamin bahwa tahanan mendapatkan perlakuan yang sesuai melalui
penyewaan/penggunaan kontraktor. Maka dapat disimpulkan, bahwa
motif utama yang dilakukan oleh Amerika Serikat sangat meresahkan
stabilitas perdamaian dunia dikarenakan hal ini dapat merusak
kemanusiaan serta membuat tindakan pelanggaran HAM terasa dan
dianggap sesuatu yang normal dalam invasi peperangan.

E. Kesimpulan
Fenomena pasca invasi Irak yang dilakukan oleh Negara Amerika
Serikat sebagai pelaku utama dalam keterlibatan invasi Negara Irak yang
telah memakan waktu tiga belas tahun lamanya sejak 19 maret 2003,
menimbulkan banyak konspirasi serta kasus yang perlu dikaji sebagai
upaya pengetahuan akan permasalahan dunia yang telah terjadi. Teori
Realis beranggapan bahwa prinsip-prinsip moral tidak dapat diterapkan
untuk memahami perilaku politik negar, hal ini selaras dengan adanya
bukti berdasarkan fakta Amerika Serikat bersama-sama dengan beberapa
perusahaan minyak Inggris, mulai membuat kontrak-kontrak kerjasama
antar perusahaan minyak mereka dengan pemerintahan Irak, maka
America melakukan invasi tersebut dikarenakan ingin menguasai sumber
daya alam yang ada di Irak dan untuk menganggu stabilitas negara akan
kegiatan industri serta kapital di Negara Irak. Hasil yang didapatkan dari
jurnal penelitian ini yakni Motif utama yang dilakukan oleh Amerika
Serikat sangat meresahkan stabilitas perdamaian dunia dikarenakan hal
ini dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan serta akan pelanggaran HAM
yang telah dilakukan oleh PMC.
Bibliography
Buku :
Sumanto. (1995). ‘’ Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan’’ .
Yogyakarta: Andi Offset.
Cahyo, Agus. 2011. Tokoh-Tokoh Timur Tengah Yang Menjadi Antek
Amerika Dan Sekutunya DIVA Press : Jogjakarta, hal 3-56.
Sorensen, G. (2003) Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek
dalam Sebuah Dunia Yang Sedang Berubah. Yogyakarta: CCSS &
Pustaka Pelajar.
Morgenthau, H.J. (1985) Politics Among Nations: The Struggle for Power
and Peace. New York: Alfre A. Knopf.
Isenberg, David. (2009). “Private Military Contractors and U . S . Grand
Strategy.” British American Security Information Council (BASIC)
Tshepo T. Gwatiwa. (2016). “Private Military And Security Companies
Policy In Africa : Regional Policy Stasis As Agency In International
Politics. Graduate Institute of International and Development.”
n.d. 44 (2): 68–86.
Jurnal :
Farras Abdu Zudma. 2017. Kebijakan Amerika Serikat Dalm Mengirim
Pmc (Private Military Company) Ke Irak Tahun 2011. Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik:Universitas Riau. Jom FISIP Volume 4 No. 2: hal. 1–15.
[online] diakses pada tanggal 29 November 2018. Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/128584-ID-
none.pdf
Sarah, Maleona, Lupita Citrayogi, 2012. “Strategi Lobbying Dan
Rebranding Blackwater Untuk Merespon Citra Negatif Pasca
Insiden Di Irak Tahun 2004 – 2012,” Program Studi, S Hubungan,
and Universitas Airlangga. 363–96. [online] diakses pada tanggal
29 November 2018. Sumber :
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jahi34d2076ca5full.pdf
Geraldy Diandra Aditya, Soekotjo Hardiwinoto, Joko Setiyono, 2017.
‘’Peran Dan Status Private Military Companies Dalam Konflik
Bersenjata Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional’’.
Program Studi, S Ilmu, Fakultas Hukum, and Universitas
Diponegoro. Journal, Diponegoro L A W, 6 (1): 1–18. [online]
diakses pada tanggal 29 November 2018. Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/55802-ID-peran-
dan-status-private-military-compan.pdf
Putra Kurniawan. 2012. “Diberlakukannya UN Guiding Principles on
Business & Human Right Dan Keterkaitannya Dengan Keberadaan
Private Military Securities Companies AS,” Universitas Airlangga :
Surabaya . 1703–21. [online] diakses pada tanggal 29 November
2018. Sumber : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jahi3d753c4210full.pdf
Asrudin, Azwar. 2014. “Thomas Kuhn Dan Teori Hubungan
Internasional: Realisme Sebagai Paradigma.” Indonesian Journal of
International Studies 1 (2): 107–22. [online] diakses pada tanggal 29
November 2018. Sumber :
file:///C:/Users/asus/Downloads/28830-64910-1-SM.pdf
Artikel Daring :
Essay Forum. 2010 “Irak Invasion Research Paper Feedback.” [online]
diakses pada tanggal 29 November 2018. Sumber :
https://essayforum.com/research/iraq-invasion-paper-feedback-
16503/

Anda mungkin juga menyukai