Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361922793

Neorealisme: Analisis Instalasi Militer Area 51 sebagai Ekspresi Kewaspadaan


dan Bentuk Himpunan Militer Amerika Serikat

Article · July 2022

CITATIONS READS

0 180

1 author:

Avim Dwi Wiranata


Airlangga University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Teori Hubungan Internasional (SOH201) View project

All content following this page was uploaded by Avim Dwi Wiranata on 12 July 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Neorealisme: Analisis Instalasi Militer Area 51 sebagai Ekspresi
Kewaspadaan dan Bentuk Himpunan Militer Amerika Serikat

Avim Dwi Wiranata


Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Surabaya
avim.dwi.wiranata-2021@fisip.unair.ac.id

Tulisan ini akan menganalisis salah satu instalasi militer Amerika Serikat, yakni Area 51. Area
51 adalah sebuah instalasi militer Amerika Serikat yang dibangun pada tahun 1955 di area Danau
Groom, Nevada Selatan. Terkenal sebagai area dengan kerahasiaan dan penjagaan yang ketat,
Area 51 baru diakui secara resmi sebagai basis militer Amerika Serikat oleh Central Intelligence
Agency (CIA) pada tahun 2013 dengan nama resmi Groom Lake and Homey Airport.
Dikarenakan oleh kerahasiaannya, Area 51 pun mendapatkan berbagai spekulasi dan teori
konspirasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Kendati demikian, Area 51 yang
dibangun pada masa Perang Dingin untuk membantu Amerika Serikat memata-matai Uni Soviet
itu nyatanya hanya memproduksi berbagai macam instrumen canggih spionase militer. Hal
tersebut menunjukkan bahwa aspek kerahasiaan pada Area 51 merupakan suatu bentuk strategi
politik Amerika Serikat. Oleh karena itu, tulisan ini akan berusaha untuk memaparkan alasan
dibalik diterapkannya strategi kerahasiaan pada Area 51 oleh Amerika Serikat.

Dalam memaparkan alasan tersebut, penulis akan menggunakan kerangka teori neorealisme
dalam kajian Hubungan Internasional. Neorealisme beranggapan bahwa struktur internasional
yang anarki akan mendorong sifat negara menjadi saling curiga dan menumbuhkan upaya-upaya
untuk menghimpun kekuatan. Oleh karena itu, penulis berargumen bahwa strategi kerahasiaan
pada Area 51 merupakan bentuk dari sikap waspada dan berhati-hati Amerika Serikat terhadap
potensi serangan negara lain di tengah struktur anarki internasional yang penuh dengan
ketidakpastian. Struktur anarki tersebut telah mendorong Amerika Serikat untuk memperkuat
militernya demi mengamankan diri dari potensi ancaman yang datang dari negara lain. Secara
runtut, tulisan ini akan disusun ke dalam tiga bagian, yakni bagian kerangka teoretis neorealisme
dalam kajian Hubungan internasional, pembahasan berupa analisis perilaku neorealis Amerika
Serikat melalui Area 51, dan kesimpulan.

1
Neorealisme dalam Hubungan Internasional

Dalam Hubungan Internasional kontemporer, neorealisme atau realisme struktural merupakan


salah satu perspektif utama yang muncul sebagai kritik atas teori realisme atau realisme klasik.
Realisme berasumsi bahwa sifat dasar manusia (human nature) yang konfliktual merupakan akar
dari banyaknya konflik dan perebutan kekuasaan yang dapat dilihat dari banyaknya perang
antara negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional. Akan tetapi, neorealisme
membantah asumsi tersebut dan menganggap bahwa sifat dasar manusia yang konfliktual tidak
memiliki dampak yang signifikan pada perilaku negara dalam interaksi antarnegara di arena
hubungan internasional (Mearsheimer 2013). Sebaliknya, neorealisme memandang bahwa
konflik yang ada pada lingkup internasional disebabkan oleh struktur internasional itu sendiri
yang berupa anarki. Kendati neorealisme menjelaskan bahwa negara selalu berupaya untuk
mencari kekuasaan (struggle for power), perilaku tersebut tercipta dari kondisi anarki, bukan
manusia yang hanya berperan sebagai aktor kecil dalam tatanan internasional yang luas.

Neorealisme menggambarkan struktur internasional sebagai anarki, yakni kondisi ketiadaan


aktor atau higher being dengan otoritas yang lebih tinggi daripada negara. Struktur internasional
yang anarkilah yang kemudian memaksa negara untuk berperilaku agresif dan memicu konflik di
hubungan internasional. Hal tersebut dikarenakan kondisi anarki juga diikuti oleh kondisi
ketidakpastian akan perilaku negara lain (Mearsheimer 2013). Akibatnya, negara menjadi
berpotensi untuk menyerang negara lain maupun diserang oleh negara lain. Oleh karena
ketidakpastian tersebut, setiap negara dalam politik internasional memiliki perasaan tidak aman,
waspada, dan curiga atas negara lain sehingga masing-masing negara berusaha untuk mencapai
keamanan dan memperoleh kekuatan (power) seoptimal mungkin. Mearsheimer (2013)
menjelaskan bahwa kekuatan (power) adalah segala kapabilitas material yang jumlah dan
tingkatannya dapat dikendalikan oleh negara, yaitu kekuatan militer dan ekonomi. Dengan
demikian, neorealisme menganggap suatu negara sebagai negara yang kuat ketika negara
tersebut memiliki akumulasi kekuatan militer dan ekonomi yang kuat (Dharmaputra 2018).

Secara singkat, Booth (2011) merangkum bahwa setidaknya terdapat empat asumsi dasar
neorealisme. Pertama, anarki adalah struktur internasional yang menyebabkan dua konsekuensi,

2
yakni (1) keamanan setiap negara menjadi tidak terjamin sehingga menumbuhkan rasa waspada
serta (2) self-help yang berarti setiap negara harus mengamankan dirinya sendiri dari potensi
perilaku agresif negara lain (Dharmaputra 2018). Kedua, negara merupakan aktor utama karena
memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan dapat terpengaruh secara langsung oleh dinamika
politik internasional yang konfliktual. Ketiga, negara memiliki prinsip satu-kesatuan yang
nasionalis. Artinya, berdasarkan kewaspadaannya akan kondisi anarki, negara bertindak secara
rasional untuk memaksimalkan kekuatannya demi keselamatan nasionalnya sendiri
(Dharmaputra 2018). Keempat, terdapat pola interaksi yang didasarkan pada kapabilitas negara.
Artinya, neorealisme hanya memandang negara berdasarkan kekuatan militer dan ekonominya.
Negara yang kuat akan mendominasi negara lain, sedangkan negara yang lemah akan cenderung
mengikuti negara lain yang lebih kuat atau dominan supaya tidak diserang. Akan tetapi, jika
terdapat lebih dari satu negara yang dominan, maka akan tercipta keseimbangan kekuatan karena
masing-masing negara akan menahan diri untuk menyerang satu sama lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Area 51 sebagai suatu basis militer
merupakan perwujudan dari ekspresi Amerika Serikat dalam meningkatkan kekuatannya sebagai
suatu negara yang berada di tengah kondisi anarki. Selain itu, Area 51 yang dibangun pada masa
Perang Dingin juga membuatnya berkaitan erat dengan eksistensi dua negara dominan atau
superpower dalam struktur anarki kala itu, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Oleh karena
itu, pada bagian selanjutnya, tulisan ini akan menjawab lebih dalam mengenai bagaimana
struktur anarki internasional mendorong Amerika Serikat untuk membangun Area 51. Tak hanya
itu, tulisan ini juga akan mengulas mengenai bagaimana Area 51 menjadi hal penting dalam
menggambarkan pola interaksi antarnegara ketika terdapat lebih dari satu negara dominan serta
bagaimana Amerika Serikat menggunakan Area 51 untuk meningkatkan kapabilitas atau
kekuatan negaranya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis akan
menggunakan argumentasi-argumentasi neorealisme yang telah disampaikan oleh Booth
sebelumnya.

3
Anarki sebagai Penyebab Eksistensi Area 51

Dengan menyerahnya Jerman dan Jepang pada tahun 1945, Perang Dunia II pun dimenangkan
oleh blok sekutu yang beranggotakan Amerika Serikat, China, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet.
Bersamaan dengan kalahnya blok poros pada Perang Dunia II tersebut, blok sekutu mendapatkan
keuntungan yang banyak dan telah membuktikan bahwa mereka memiliki kapabilitas atau
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara anggota blok poros. Kendati
demikian, hal tersebut tidak lantas membuat politik internasional menjadi damai dan tidak
konfliktual lagi. Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai pemenang
Perang Dunia II dengan kekuatan terbesar memiliki ideologi politik yang berbeda satu sama lain,
Amerika Serikat dengan liberalisme dan Uni Soviet dengan komunisme (John F. Kennedy
Presidential Library Staff 2022). Perbedaan tersebutlah yang kemudian memicu ketegangan di
antara keduanya. Di tengah struktur anarki internasional yang serba tak pasti, keduanya memulai
upaya untuk menghimpun kekuasaan dari negara lain yang lebih lemah untuk bergabung dalam
blok masing-masing, barat (Amerika Serikat) dan timur (Uni Soviet).

Singkat cerita, Perang Dingin menjadi makin tegang dengan makin banyaknya negara yang jatuh
ke dalam masing-masing blok. Perang Dingin pun meningkat dari perang ideologi menjadi
perang perkembangan teknologi atau perang modernisasi. Kendati demikian, struktur anarki
internasional masih tak berubah, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet masih menahan diri
dari menyerang satu sama lain secara langsung. Oleh karena itu, keduanya sangat waspada dan
selalu berusaha untuk mengetahui pergerakan militer satu sama lain. Hal tersebut tecermin pada
pembangunan instalasi militer Area 51 pada tahun 1955 oleh Amerika Serikat sebagai situs
pengujian pesawat mata-mata yang bernama U-2 (Lea 2022). Pesawat mata-mata tersebut
merupakan pesawat berteknologi tinggi kala itu dengan kemampuan terbang tinggi dan teknologi
anti-radar yang diluncurkan Amerika Serikat pada tahun 1960 dengan tujuan untuk
memata-matai pergerakan militer dan perkembangan teknologi Uni Soviet. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat membangun Area 51 untuk meningkatkan kepastian
dalam anarki karena selanjutnya, Area 51 terus dijadikan sebagai situs pengembangan pesawat
spionase lainnya, seperti Archangel-12, SR-71 Blackbird, dan F-117 Nighthawk (Lea 2022).

4
Spionase dan Pola Interaksi Negara selama Perang Dingin

Sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, terdapat dua negara superpower yang dominan
dalam politik internasional, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Menurut Waltz (1964),
interaksi kedua negara dominan dalam sistem bipolar Perang Dingin tersebut menghasilkan pola
interaksi yang lebih damai. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kelompok negara periphery
sehingga setiap kejadian politik internasional selalu bersumber atau berkaitan dengan dua negara
dominan tersebut. Selain itu, keseimbangan kekuatan militer di antara keduanya membuat
masing-masing negara menahan diri dan bersikap rasional supaya tidak diserang. Di samping
mempertahankan kestabilan dan keamanannya, kedua negara tersebut hanya dapat waspada dan
merasa saling curiga kepada satu sama lain. Oleh karena itu, Amerika Serikat membangun Area
51 dan mengembangkan teknologi spionase pada tahun 1955 yang disusul dengan
pengembangan yang sama oleh Uni Soviet pada tahun setelahnya. Hal tersebut lantas
menciptakan bentuk interaksi yang baru, yakni spionase antarnegara sebagai bentuk ekspresi
kewaspadaannya di tengah ketidakpastian struktur anarki internasional yang sangat penting bagi
masing-masing negara (Langwald 2021). Keseimbangan antara dua negara, baik dalam militer,
ekonomi, hingga kemampuan pengembangan teknologi memperbesar tingkat dominasi kedua
negara. Walaupun demikian, selama keseimbangan tersebut dapat dipertahankan, kestabilan
politik internasional diprediksi dapat bertahan lama hingga akhir abad ke-20 (Waltz 1964).

Area 51 dan Struggle for Power Amerika Serikat pasca-Perang Dingin

Ketika Perang Dingin telah usai pada tahun 1991 dengan keruntuhan Uni Soviet, Area 51 tidak
lantas kemudian ditutup dan diakhiri, Amerika Serikat masih menjalankan penelitian dan
pengembangan teknologi militernya. Hal tersebut dapat dipahami karena dengan berakhirnya
Perang Dingin, bukan berarti struktur anarki internasional juga akan berakhir. Dengan
berakhirnya Perang Dingin, berakhir pula kestabilan yang dibangun oleh Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Oleh karena itu, Amerika Serikat masih terus menghimpun kekuatan untuk bersiap
menghadapi potensi kemunculan musuh-musuh baru dalam struktur anarki, seperti China pada
dekade-dekade selanjutnya. Adanya ancaman-ancaman tersebutlah yang kemudian mendorong

5
Amerika Serikat untuk membuat Area 51 menjadi basis pengembangan teknologi militer dan
berbagai penemuan canggih lainnya (Roche 2011).

Beberapa penelitian yang telah terungkap dilakukan di Area 51, di antaranya adalah
pegembangan pesawat siluman militer yang tak terdeteksi radar, pengembangan pesawat
fotografis tanpa awak, pengujian senjata nuklir bawah tanah yang mungkin ilegal, hingga
penelitian alat pengendali cuaca (Roche 2011). Pada masa Perang Dingin, berbagai uji coba
pernah dilakukan, baik kepada warga Amerika Serikat maupun tawanan perang dan ilmuwan
Nazi yang berhasil ditangkap. Kendati demikian, tidak ada kepastian yang jelas mengenai apa
yang sebenarnya dilakukan di dalam Area 51. Seluruh detail kegiatan di Area 51 sangat
dirahasiakan hingga presiden Amerika Serikat sekali pun tak dapat mengakses informasi tersebut
(Roche 2011). Hal tersebut dikarenakan Area 51 merupakan kawasan yang dijaga sangat ketat
oleh tentara dengan berbagai tanda larangan melintas, pagar berduri, dan kamera pengawas (Lea
2022). Adanya berbagai teori konspirasi mengenai penampakan alien dan unidentified flying
object (UFO) di Area 51 merupakan kisah yang didorong oleh CIA untuk menjauhkan Area 51
dari spekulasi golongan intelijen dan para ilmuwan (Roche 2011).

Strategi kerahasiaan tersebut diterapkan supaya negara lain tidak dapat mengetahui kapabilitas
penuh militer Amerika Serikat, mengingat Area 51 terletak di tengah gurun di Nevada dan
menjanjikan modernisasi atau upgrade terhadap militer Amerika Serikat. Oleh karena itu, tak
cukup dengan meningkatkan kualitas dan akumulasi kekuatannya, Amerika Serikat turut
menerapkan strategi anti-spionase di instalasi militer pentingnya. Menurut Mearsheimer (2001),
hal tersebut semata-mata agar Amerika Serikat tetap dipandang sebagai satu-satunya negara
dominan dengan tingkat keamanan yang tinggi yang menjadikan supremasi militer sebagai
tujuan utama interaksi politiknya (offensive realism). Dengan demikian, Amerika Serikat akan
memiliki celah untuk tidak melakukan defensive realism. Artinya, Amerika Serikat dapat
menghimpun kekuatan secara berlebihan tanpa takut memicu agresivitas negara lain
(Mearsheimer 2001). Sederhananya, dengan kerahasiaan Area 51, negara lain pun tidak dapat
melihat dan bereaksi apa-apa atas kondisi kekuatan Amerika Serikat sehingga hanya dapat
waspada sebagaimana yang biasanya terjadi dalam struktur anarki internasional.

6
Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, terjawab bahwa kondisi struktur anarki internasional telah
menumbuhkan kewaspadaan Amerika Serikat dan berujung pada dibangunnya Area 51. Area 51
pun kemudian menjadi penanda dimulainya pola interaksi baru pada masa Perang Dingin, yakni
spionase. Hal tersebut dikarenakan keseimbangan kekuatan pada masa itu membuat
negara-negara dominan menahan diri sehingga mereka hanya dapat memata-matai satu sama
lain. Terakhir, tulisan ini juga telah mengungkap alasan dibalik diterapkannya strategi
kerahasiaan Area 51 oleh Amerika Serikat, yakni supaya Amerika Serikat dapat menghimpun
kekuatan sebanyak-banyaknya sebagai ekspresi kewaspadaannya di tengah struktur anarki
internasional pasca-Perang Dingin. Dengan demikian, melalui tulisan ini, penulis telah
membuktikan bahwa teori neorealisme dapat digunakan untuk menganalisis eksistensi, konteks
kemunculan, dan implikasi yang ditimbulkan oleh Area 51 terhadap politik internasional dengan
memahami perilaku Amerika Serikat selaku negara sebagai aktor utama dalam struktur anarki
internasional.

Referensi

Booth, K., 2011. “Realism redux: contexts, concepts, contests”, dalam Booth, K. (ed.), 2011.

Realism and World Politics. London: Routledge.

Dharmaputra, Radityo, 2018. “Neorealisme”, dalam Dugis, Vinsensio (ed.), 2018. Teori

Hubungan Internasional (Perspektif-Perspektif Klasik). Surabaya: Airlangga University

Press.

Mearsheimer, JJ., 2001. The Tragedy of Great Power Politics. New York: W.W. Norton &

Company

_____, 2013. “Structural Realism”, dalam Dunne, Tim, dkk. (eds.), 2013. International Relations

Theories: Discipline and Diversity. Oxford: Oxford University Press.

7
View publication stats

John F. Kennedy Presidential Library Staff, 2022. “The Cold War”, John F. Kennedy Presidential

Library and Museum [online]. Dalam

www.jfklibrary.org/learn/about-jfk/jfk-in-history/the-cold-war [diakses pada 7 Juli 2022].

Langwald, Katharina, 2021. “The Importance of Western and Soviet Espionage in the Cold

War”, E-International Relations [online]. Dalam

www.e-ir.info/2021/04/14/the-importance-of-western-and-soviet-espionage-in-the-cold-w

ar/ [diakses pada 7 Juli 2022].

Lea, Robert, 2022. “Area 51: What is it and what goes on there?”, Space [online]. Dalam

www.space.com/area-51-what-is-it [diakses pada 7 Juli 2022].

Roche, Edward M., 2011. “Area 51: An Uncensored History of America’s Top Secret Military

Base”, dalam Journal of Strategic Security, 4(3): 73-74.

Waltz, K., 1964. “The Stability of a Bipolar World”, dalam Daedalus, 93(3): 881-909.

Anda mungkin juga menyukai