Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Moh. Farid Darmawan, M.Pd

“EYD ATAU KATA BAKU


DAN TIDAK BAKU”
KELOMPOK 1
Ainurrohmah Bela Saputri (202315401001)
Indri Primalia Putri (202315401007)
Kamila Putri Sabana (202315401008)
Priska Ayu Pertamasari (202315401011)

STIKES BAHRUL ULUM | JOMBANG | D-III KEBIDANAN | 2023


POIN - POIN
1. Latar Belakang.
2. Definisi Kata Baku dan Tidak Baku.
3. Kata Baku Dalam Berbagai Sudut.
4. Ciri - Ciri Kata Baku.
5. Syarat - Syarat Kalimat Baku.
6. Ciri - Ciri Bahasa Indonesia yang Baku.
7. Penyebab Ketidakbakuan Kalimat.
8. Kata Baku Dalam Berbagai Segi.
9. Kesimpulan.
Latar Belakang
Banyak sekali penggunaan kalimat yang kita gunakan tetapi kita tidak
menyadari kalau penggunaan tersebut kurang tepat dan hal tersebut
tanpa kita sadari merubah makna, penulisan, dan pengucapannya.

Seseorang yang mengetahui suatu kata tetapi tidak mampu merangkanya


berarti tidak mengetahui makna kata tersebut. Dan hal itu bisa
menyebabkan kesalahan dalam penulisan dalam kalimat. Pengaruh bahasa
asing dan bahasa daerah juga menjadi penyebab munculnya kesalahan
dalam penyusunan kalimat. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai tata bahasa Indonesia. Maka tidak jarang seseorang
merasa kesulitan dalam membedakan kata baku dan tidak baku.
Definisi Kata Baku dan
Tidak Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau
penulisannya sesuai dengan kaidah yang dibakukan. Kaidah
standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dan kamus umum.
Sedangkan kata tidak baku adalah ragam bahasa yang cara
pengucapannya atau penulisannya tidak memenuhi kaidah - kaidah
standat kata baku
Kata Baku Dalam
Berbagai Sudut Pandang
Berdasarkan sudut pandang informasi, bahasa baku adalah ragam bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi tentang ilmu pengetahuan. Berdasarkan sudut
pandang pengguna bahasa, ragam bahasa baku dapat dibatasi dengan ragam bahasa
yang lazim digunakan oleh penutur yang paling berpengaruh, seperti ilmuan,
pemerintah, tokoh masyarakat, dan kaum jurnalis atau wartawan. Bahasa merekalah
yang dianggap ragam bahasa baku.

Dari sudut pandang tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata baku adalah kata-
kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa
pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat
dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalan-nya
Ciri - Ciri Syarat - Syarat Ciri - Ciri Bahasa
Kata Baku Kalimat Baku Indonesia yang Baku

1. Bukan merupakan 1. Fonografi (bersistem


ragam bahasa eja bunyi).
percakapan. 1. Logis. 2. Aglutinatif (Dalam
2. Tidak ada unsur pembentukan kata
2. Sesuai dengan
kejadian bersistem
konteks kalimat sia-sia (kata tidak
penempelan imbuhan
yang dipakai. diulang-ulang).
pada bentuk
3. Tidak 3. Tidak terpengaruh dasarnya).
terkontaminasi dan bahasa daerah. 3. Struktur kalimat
tidak rancu/kacau. 4. Subyek jelas. bahasa Indonesia yang
membayangkan pola :
4. Pemakaian
urutan kata, makna
imbuhan secara kata, intonasi, dan
eksplisit. situasi.
Penyebab Ketidakbakuan Kalimat

1. Pelepasan imbuhan
2. Pelepasan awalan

Awalan yang sering dilesapkan mengakibatkan


kalimat yang terbentuk menjadi tidak baku ialah me- ,
men-, ber-, dan di-.
Contoh Pelepasan Awal :

Awalan Me-/Men :
a. Polisi terus mengusut kasus pembunuhan Sumanto. (Baku)
b. Polisi usut terus kasus pembunuhan sumanto. (Tidak Baku).
Awalan Ber- :
a. Indri ingin bertanya tentang sesuatu. (Baku)
b. Indri ingin tanya tentang sesuatu (Tidak baku).
Awalan Di- :
a. Seorang pencuri dihukum satu tahun. (Baku)
b. Seorang pencuri hukum satu tahun. (Tidak Baku)
3. Pelepasan Akhiran

Ada dua akhiran yang penggunaanya dilesapkan, yaitu akhiran -


kan dan -i. yang bisa mengakibatkan kalimat menjadi tidak baku.

Contoh Pelepasan Akhiran :


Akhiran –kan :
a. Mereka memperlihatkan kebaikannya. (Baku)
b. Mereka memperlihat kebaikannya (Tidak baku)
Akhiran –i :
a. Kami saling mencintai. (Baku)
b. Kami saling mencinta. (Tidak Baku)
4. Pemborosan Penggunaan Kata

Pemborosan kata di mana, daripada, di dalam, dalam, kepada, dari, maka,

Contoh :
Tempat ditemukannya benda itu sudah dicatat. (Baku)
Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat. (Tidak Baku)

Peta itu merupakan bagian kabupaten Gresik. (Baku)


Peta itu merupakan bagian daripada kabupaten Gresik. (Tidak Baku)

Anak itu menulis karangan. (Baku)


Anak itu menulis dalam karangan. (Tidak Baku)
5. Ketidaktepatan pemilihan kata.
6. Penggunaan kata bahasa jawa.
7. Penggunaan kata yang termasuk ragam tidak tahu.
contoh :
Mila sedang membuat rak buku (Baku)
Mila sedang membikin rak buku (Tidak baku).
8. Kesalahan pembentukan kata.
9. Ketidaktepatan penggunaan bentuk - nya.
contoh :
Atas bantuan saudara, kami ucapkan terima kasih. (Baku)
Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih. (Tidak baku)
10. Penggunaan konjungsi ganda.
contoh :
Karena sakit ia tidak masuk kelas. (Baku)
Karena sakit, Maka ia tidak masuk kelas. (Tidak baku)
Meskipun kita tidak berperang, kita harus waspada. (Baku)
Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada. (Tidak baku)
11. Kesalahan ejaan.
Kata Baku Dalam
Berbagai Segi
1. Dari segi lafal.

Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri
bahasa daerah atau bahasa asing. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada
gilirannya akan muncul pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh
lafal bahasa lisan itu.

Contoh :
Enem = Enam
Gubug = Gubuk
Dudu = Duduk
2. Baku dari segi ejaan.

Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama
Ejaan Bahasa Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD).
Oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur
dalam EYD adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai dengan
aturan EYD adalah kata yang baku.
Contoh baku dari segi ejaan :

No Ksta Baku Kata Non Baku

1 Aktif Aktip, aktive

2 Alquran Al-quran, al-qur’an, al quran

3 Apotek Apotik

4 Azan Adzan

5 Provinsi Propinsi, profinsi

6 Fotokopi Foto copy, photo copy, photo kopi

7 Pascasarjana Pasca sarjana


3. Baku dari segi gramatikal.

Secara gramatikal kata – kata baku ini harus dibentuk menurut


kaidah –kaidah gramatika.

Contoh :
Beliau ngontrak rumah di Gresik.
Gubernur tinjau daerah longsor.
Tolong bikin bersih ruangan ini.
3. Baku dari segi nasional.

Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional”


hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata
dari bahasa daerah itu sudah bersifat nasional, artinya, sudah menjadi
bagian dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan.

Contoh :
Lempeng = Lurus,
Semrawut = Kacau,
Mudun = Turun,
Ngomong = Bicara, dll.
KESIMPULAN
Kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi
yang penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar
yang diamaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku
tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan
kenasionalan-nya. Kalimat baku harus logis, subyek jelas, tidak ada unsur sia-sia,
dan tidak terpengaruh bahasa daerah. Definisi baku dibedakan dari segi lafal,
ejaan, gramatikal, dan nasional. Adapun sebab-sebab ketidak bakuan diantaranya
adalah kesalahan dalam pelesapan imbuhan awalan dan akhiran, pemborosan
kata, pengunaan bahasa jawa, kesalahan pembentukan kata, dan ketidaktepatan
pemilihan kata.
Kata baku memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan konteks kalmat yang dipakai, tidak
tekontaminasi, tidak rancu, eksplisit, dan tidak termasuk dalam ragam percakapan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai