Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Jenis kebisingan
Berdasarkan jenisnya maka kebisingan dapat dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu
steady state noise dan non steady noise terdiri dari fluctuating, intermitten dan implusive
noise.

1. Steady State Noise


Fluktuasi dari intesitas kebisingan jenis ini tidak lebih dari 6 dB (A), seperti suara
yang ditimbulkan oleh compressor, kipas angina, dapur pijar, mesin gergaji dan
katup gas.
2. Fluctuating Noise
Merupakan kebisingan kontinu, suara mengeras kemudian melemah secara cepat
atau perlahan selama periode observasi, seperti bising yang dihasilkan oleh
pesawat terbang dan bisisng dari sarana hiburan seperti radio dan televisi.
3. Intermitten Noise
Merupakan kebisingan kontinu, melemahnya intensitas suara ketingkat yang
sangat rendah atau tidak berbahaya dari intensitas tinggi dalam waktu yang
relative cepat, tetapi berulang secara tidak tetap atau tetap, seperti bising yang
ditimbulkan dari hiburan konser musik.
4. Implusive Noise
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai intensitas puncak tidak lebih dari 35
milisekon (ms) dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunsn intensitas sampai 20
dB(A) di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 meter, seperti suara ledakan,
suara tembakan dan lain – lain.

Jenis kebisingan yang bersumber dari transportasi pada umumnya masuk dalam
fluctuating noise, kecuali pada saat kepadatan lalu lintas yang rendah dan pada watu
dilewati kendaraan berat , dimana jenis kebisingan jenis tersebut masuk dalam
intermitten noise seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api. Menurut
Suma'mur (1999) dalam Ramdan (2013), jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan
adalah sebagai berikut :

a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide
band noise).
Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai misalnya pada mesin-mesin produksi,
kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narow band
noise).
Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler, katup gas dan
lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitent).
Kebisingan jenis ini dapat ditemukan misalnya pada lalu-lintas darat, suara kapal
terbang dan lain-lain.
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise).
Jenis kebisingan seperti ini dapat ditemukan misalnya pada pukulan mesin
kontruksi, tembakan senapan, atau suara ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang.
Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada bagian penempaan besi di
perusahaan besi.

Menurut Gabriel (1996) dalam Ramdan (2013), membagi kebisingan berdasarkan


frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi. Bunyi dibagi menjadi
tiga kategori yaitu bising pendengaran (audible noise) disebabkan frekuensi bunyi antara
31,5-8000 Hz, bising yang berhubungan dengan kesehatan (Occupational noise) yang
disebabkan bunyi mesin di tempat kerja dan bising impulsif adalah bising yang terjadi
akibat adanya bunyi menyentak misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil
dan lain-lain

2.3 Dampak kebisiangan


Kebisingan tersebut dapat berasal dari kendaraan bermotor, pemukiman padat penduduk,
dan beberapa faktor lainnya yang dapat menimbulkan bunyi. Secara umum, kebisingan
dapat berdampak pada gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
memicu stress (Hani, 2010). Selanjutnya menurut Nugroho dan Wiyadi (2009), gangguan
pendengaran mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar pembicaraan sehingga
terjadi gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif terhadap pekerjaan,
pendidikan dan hubungan sosial, hal tersebut dapat menimbulkan depresi.

Menurut Suratmo (1995) dalam Iswar (2005) menyatakan bahwa akibat dari kebisingan
pada manusia dapat dibagi kedalam :

1. Perubahan ketajaman pendengaran


a. Perubahan ambang batas sementara (temporary threshold shift = TTS)
b. Kehilangan pendengaran secara tetap (noise-induced permanent threshold
shift = NIPTS)
c. Menimbulkan tekanan fisiologis yang berpengaruh pada syaraf saluran
darah, tegangan otot, syaraf jadi tegang, denyut jantung meningkat.
2. Mengganggu pembicaraan
3. Mengganggu kenyamanan
4. Pengaruh lain
Pengaruh bising dengan jangkauan dari mengalihkan perhatian sampai sangat
mengganggu. Bising yang lembut dapat mengganggu mendengarkan pidato atau
musik menyebabkan pengaruh menutupi (masking) dan menaikan ambang dapat
didengar (threshold of audibility). Hal tersebut mengganggu istirahat dan tidur
hal ini juga dapat mengacaukan dan mencegah mimpi. Bising yang cukup keras
diatas 70 dB dapat menimbulkan ketidak tenangan (nervousness), kurang enak
badan, kejenuhan mendengar sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising
yang sangat keras diatas 85 dB, menyebabkan kemunduran yang serius pada
kondisi kesehatan seseorang dan bila berlangsung lama maka akan kehilangan
pendengaran. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain :
a. Intensitas
Intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang
dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam
desibel (dB).
b. Frekuensi
Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16- 20000
Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000 Hertz.
c. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan
dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
d. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi, dan
intermiten). Bising impulsif (satu/lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi
kurang dari 1 detik) sangat berbahaya Rachmawati (2015).

Dafpus :

Astri Rinanti, Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Widyatmoko, Lailatus


Siami.2020.SOSIALISASI DAMPAK DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN DI
PERMUKIMAN.Universitas Trisakti: Jakarta

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/206/3/BAB%20II.pdf (diakses pada


tanggal 23 Maret 2024, pukul 19.00 WIB)
file:///C:/Users/leobo/Documents/SEMESTER%204/Sanitasi
%20Permukiman/MTS024722.pdf (diakses pada tanggal 23 Maret 2024,
pukul 19.31 WIB)

Anda mungkin juga menyukai