RABIES
RABIES
Dosen Fasilitator :
Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes
Nama Kelompok :
Lolita Paya Lembong Padang (2310002)
Afriani Cahya Widyaningrum (2310006)
Ajeng Lustia Dewi Maharani (2310010)
Aliyah Hayu Atsilah (2310012)
Bagus Suryo Bintoro (2310024)
Delina Prigata Asih (2310030)
Mochamad Yusuf Romadhon (2310064)
Naiana Laura Putriayu (2310072)
Rakasiwi (2310086)
Widiartama Adi Purwanto (2310112)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktunya. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan.
Adapun tema pada makalah ini adalah “Sosialisasi Bahaya Rabies di Sekolah Dasar sebagai
Antisipasi Penularan Sejak Dini”.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Tuhan karuniakan kepada
kami, sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber dan melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini kami dengan maksimal dan sebaik-baiknya menyusun makalah.
Oleh karena itu, kami mengucapakan terimakasih kepada ibu Dr. Farida, S.ST., M.Kes., ibu
Ayu Citra Mayasari, S.Pd., M.Kes., dan ibu Iis Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku dosen
pengampu mata kuliah "Promosi Kesehatan&Pendidikan Kesehatan" serta semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam pembuatan tugas makalah ini.Harapan kami informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranga
baik dari segi penyusunan kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10
LAMPIRAN................................................................................................................ 12
iii
KERANGKA KONSEP PROMOSI KESEHATAN
Program kesehatan yang dirancang untuk mendorong orang untuk berpartisipasi dalam
semua kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
mereka dikenal sebagai promosi kesehatan (Siregar, Harahap and Aidha, 2020).
1
peningkatan derajat kesehatan WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai
promosi kesehatan promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk
meningkatkan kontrol, dan meningkatkan, kesehatan mereka. Untuk mencapai
kesejahteraan yang lengkap fisik, mental, dan sosial, kesejahteraan, individu atau kelompok
harus dapat mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan
untuk mengubah atau mengatasi lingkungan.
Promosi kesehatan memiliki 4 ruang lingkup, ruang lingkup tesebut, antara lain tingkat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Keempat ruang lingkup ini memiliki target
sasaran masing-masing dari kelompok sehat hingga kelompok sakit untuk memaksimalkan
pemulihan atau kemampuan tinggal. Rumah sakit dapat memenuhi keempat lingkup untuk
menunjang kesembuhan pasien serta menjaga keluarga pasien dan masyarakat tetap sehat.
Ottawa Charter dalam Notoatmojo (2007), mendorong pemerintah dan organisasi
kesehatan lain dalam pelaksanaan promosi kesehatan melalui 5 strategi promosi kesehatan
yaitu Health Public Policy, Supportive Environment, Reorient Health Services, Personal
Skill, dan Community Action, yang jika dalam bahasa Indonesia yaitu kebijakan
berwawasan kesehatan, lingkungan yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan,
ketrampilan individu, dan gerakan masyarakat.
Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Promosi kesehatan. Namun istilah tersebut pada waktu itu di
Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal
hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pula istilah-istilah populer lain seperti
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial) dan
Mobilisasi Sosial.
2
Sasarannya perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada perubahan
pengetahuan seseorang.
3
PERILAKU MANUSIA DAN PERILAKU PENCARIAN
PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYAKIT RABIES
Pengetahuan pemilik anjing tentang gejala rabies dan upaya-upaya untuk menjaga
anjing mereka dari paparan rabies juga memengaruhi peran manusia dalam mengendalikan
penyebaran penyakit ini. Namun, masih ada tantangan dalam cara pemeliharaan hewan
penular rabies, seperti kecenderungan untuk melepas hewan peliharaan ke lingkungan yang
tidak terkontrol.
Tanggapan terhadap kasus gigitan hewan yang diduga terinfeksi rabies juga
mencerminkan perilaku manusia terhadap penyakit ini. Reaksi cepat dan tepat, termasuk
melaporkan dan mencari perawatan medis yang sesuai, merupakan langkah penting dalam
mencegah penyebaran lebih lanjut.
Tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi hewan penular
rabies juga merupakan indikator perilaku manusia terhadap rabies. Pentingnya edukasi dan
penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam program
vaksinasi sangat diperlukan.
Perilaku manusia terhadap rabies sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran, dan
respons terhadap ancaman penyakit ini. Upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian rabies sangat penting untuk
mengatasi masalah ini secara efektif.
4
untuk meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas layanan guna mencegah penyebaran
penyakit rabies yang mematikan ini.
Upaya penyuluhan dan fasilitasi vaksinasi terus dilakukan untuk meningkatkan sikap
dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan rabies. Analisis statistik menunjukkan
adanya hubungan antara sikap dan tindakan pencegahan penyakit rabies. Sikap pemilik
anjing dan budaya atau suku mempengaruhi perilaku pencegahan rabies, seperti
memastikan akses vaksinasi yang mudah dan mempraktikkan cara pemeliharaan anjing
yang baik. Kepercayaan dan adat juga memengaruhi pembentukan perilaku kegiatan
penyuluhan promosi kesehatan dapat diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat terkait rabies.
1. Penyuluhan tentang Pengetahuan Dasar Rabies: Kegiatan ini dapat mencakup informasi
tentang gejala rabies, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan yang efektif.
Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit ini, mereka akan lebih
mungkin untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
5
Dengan melaksanakan kegiatan penyuluhan promosi kesehatan yang mencakup berbagai
aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan rabies, diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi risiko penyebaran penyakit ini.
Kasus rabies pertama kali dikonfirmasi di Bali pada November 2008, dan jumlah kasus
positif terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa dalam
tiga tahun terakhir, jumlah kasus di Bali mencapai 626, dengan peningkatan signifikan dari
tahun ke tahun. Selain itu, kasus berulang sering terjadi di beberapa daerah di Bali, seperti
Kabupaten Jembrana, Buleleng, Karangasem, dan Bangli. Meskipun upaya vaksinasi
anjing telah dilakukan, cakupannya masih rendah, dengan hanya sekitar 14,54% anjing
yang divaksinasi hingga Mei 2022. Sekitar 5% dari anjing di Bali adalah liar, sementara
sisanya dimiliki oleh masyarakat. Namun, masih banyak anjing yang dibiarkan berkeliaran,
baik secara sengaja maupun tidak, yang menyulitkan pengendalian penyakit rabies.
Analisis menunjukkan bahwa vaksinasi hewan penular rabies (HPR) merupakan kunci
keberhasilan dalam memberantas rabies. Korelasi yang signifikan antara seroproporsi
serum dan kasus rabies menunjukkan pentingnya vaksinasi dalam menekan penyebaran
penyakit ini. Namun, masih terdapat tantangan dalam melaksanakan program vaksinasi,
seperti cara pemeliharaan HPR yang diliarkan/dilepaskan, rendahnya pengetahuan pemilik
anjing tentang gejala rabies, dan kecenderungan masyarakat untuk membiarkan anjing
berkeliaran di tempat umum. Model sosial ekologi menyoroti kompleksitas faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku dan keputusan masyarakat terkait rabies, mulai dari tingkat
individu hingga kebijakan pemerintah. Pentingnya pemahaman dan partisipasi masyarakat
dalam program vaksinasi HPR di Bali sangat diperlukan untuk mengatasi masalah rabies
secara efektif.
6
2.5 Pengelompokan Perilaku
Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi :
a. Perilaku tertutup (covert behavior): perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut masih belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior): perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang
lain (dari luar) atau obseravable behavior.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua
macam, yakni:
a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
7
c. Tindakan atau Praktik (practice)
Menurut (Notoatmodjo, 2010), sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik).
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya,
yakni:
1.Praktik terpimpin (guided response)
2.Praktik secara mekanisme (mechanism)
3.Adopsi (adoption)
8
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10
Ira Nurmala, Adi Nugroho, Nur Laily, Fauzie Rahman, V. Y. A. (2018). PROMOSI
KESEHATAN.
Made Indra Wijaya, Made Agus Hendrayana, M. K. W. G. (2023). Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 12(24), 103–116.
Syahfitri, R. I. (2023). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Pencegahan Penyakit
Rabies. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
11
LAMPIRAN
12