Anda di halaman 1dari 16

VOL. 38 NO.

2, DESEMBER 2021, HAL 109-124

STRATEGI DAN ANALISIS MASALAH BISNIS YANG DIHADAPI OLEH


PENGUSAHA BATIK TULIS LASEM DI ERA DISRUPTION
The Strategies and The Analysis of Business Problems Faced by The Entrepreneurs of
Batik Tulis Lasem in The Disruption Era

Ali Roziqin1 dan Nunuk Dwi Retnandari2


1
Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Tlogomas, Kota Malang, 65144
2
Magister Ilmu Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada Jl. Prof DR Sardjito, Sekip, Yogyakarta,
55281

Korespondensi Penulis
Naskah Masuk : 25 Juni 2020
Email : aliroziqin@umm.ac.id
Revisi : 11 Agustus 2020
Disetuju : 01 Oktober 2020

Kata kunci: batik tulis lasem, disruption, strategi, pengusaha batik


Keywords: batik entrepreneur, batik tulis lasem, disruption, strategy

ABSTRAK
Kabupaten Rembang tidak hanya mempunyai sumber daya laut dan pesisir yang melimpah, akan
tetapi juga potensi industri kreatif. Salah satunya adalah batik tulis Lasem. Batik tulis Lasem dapat
dikatakan sebagai kebanggaan lokal masyarakat Rembang. Meskipun, Indonesia lebih mengenal batik
dari Pekalongan, Surakarta (Solo) dan Yogyakarta, akan tetapi batik tulis Lasem mempunyai warna,
corak, dan motif yang khas. Saat ini kita tengah dihadapkan pada kondisi era disruption, sebuah
kondisi yang terjadi perubahan sosial karena adanya inovasi teknologi, termasuk perubahan model
bisnis, perilaku konsumen dan market. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis ingin mengeksplorasi
strategi dan masalah yang dihadapi oleh pengusaha batik dalam mengembangkan usahanya di era
disruption. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
mengumpulkan data primer berupa wawancara dan observasi, maupun data sekunder yang berupa
laporan resmi pemerintah dan artikel jurnal yang terkait dengan fokus penelitian. Hasilnya adalah
pengusaha batik tulis Lasem mempunyai strategi yang variatif tergantung pada kemampuan sumber
daya pengusaha dan skala usaha yang dimiliki.

ABSTRACT
Rembang Regency not only has abundant marine and coastal resources, but also the potential of
creative industries. One of them is Lasem batik. Batik tulis Lasem can be considered and recognized as
an icon local pride of the Rembang community. Although Pekalongan, Surakarta (Solo) and
Yogyakarta are the places which batik aesthetically well-known by the most of community, Batik tulis
Lasem has also uniqueness that makes it uncanny due to its distinctive colour and, patterns. Currently
we are living in the era of disruption, a condition that induce social change due to technology
revolution and innovation, including changes in business model, consumer behavior, and the market
demand. Therefore the authors want to explore the strategies and problems analysis which are carried
out by batik entrepreneurs in business development during the disruption era. In this study, The
researchers use descriptive qualitative methods by collecting primary data in the form of interviews
and pbservations, as well as secondary data in the form of official government reports and journal

ejournal.kemenperin.go.id/dkb
DOI 10.22322/dkb.V36i1.4149 - ISSN: E 2528-6196 / P 2087-4294
Akreditasi Kemenristekdikti 30/E/KPT/2018 109
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

articles related to the research focus. The result is that Lasem batik entrepreneurs have varied
strategies depending on the ability of the entrepreneur's resources and the scale of the business they
have.

-
PENDAHULUAN Pertama adalah pemeran utama dalam
Industri kreatif di negara-negara kegiatan ekonomi. Kedua adalah penyedia
berkembang mempunyai peranan yang lapangan kerja terbesar. Ketiga adalah
sangat penting dalam perekonomian pemain penting dalam pengembangan
nasional (Subarsono, 2015). Tercatat pada perekonomian lokal dan pemberdayaan
tahun 2018, Indonesia memiliki sekitar 59 masyarakat. Keempat pencipta pasar baru
juta unit usaha (Kemenko Perekonomian, dan sumber inovasi. Kelima berkonstribusi
2018) yang mana melibatkan 14,28% atau terhadap neraca pembayaran.
sekitar 16,91 juta orang bekerja di sektor Dalam fungsi dan peran yang keempat
industri kreatif (Bekraf, 2018). Di beberapa khususnya di Indonesia menjadi topik
negara asia, peran UKM mampu bahasan menarik bagi akademisi. Beberapa
menyumbang GDP dan menyerap tenaga wilayah dan daerah di Indonesia mulai
kerja (Harvie & Lee, 2002). Peran UKM banyak dikembangkan hasil dari kerajinan
terutama industri kreatif sangat besar dalam masyarakat yang menjadi usaha kecil
meningkatkan pendapatan masyarakat menengah seperti industri batik. Batik
lapisan bawah. Namun di Indonesia peran adalah sebuah karya seni berupa motif yang
sektor ekonomi kreatif dianggap belum dipadukan dalam bentuk kain (Salma et al.,
menjadi bagian penting dalam struktur 2015). Ada berbagai macam batik, dan yang
ekonomi nasional, terlebih lagi keterkaitan menjadi ciri khas adalah batik tulis dengan
UKM dengan usaha skala besar masih spesifik batik tulis Lasem dari Kabupaten
cenderung rendah (Econit, 2000). Rembang. Meskipun masyarakat awam
Apabila peran UKM ini lebih lebih banyak mengenal batik dari tiga
dimaksimalkan, tentu bisa menjadi faktor daerah yaitu Pekalongan, Solo (Surakarta)
penting bagi kemakmuran ekonomi dan Yogyakarta, batik tulis Lasem
(Handerson & Weiler, 2010). Pada tahun mempunyai corak khas yang unik dan
2014, Pemerintah dibawah rezim Joko berbeda.
Widodo sedikit demi sedikit mulai Di Kabupaten Rembang terdapat
memberikan perhatian terhadap beberapa kecamatan yang memiliki usaha
pengembangan ekonomi kreatif. atau pengrajin batik tulis. Batik tulis dengan
Pengembangan industri kreatif yang tepat corak “lasem-an” merupakan yang paling
guna bisa menjadi katalis bagi Indonesia terkenal dengan keunikan dan kekhasan
dalam persaingan ekonomi global di masa tersendiri. Selama berpuluh-puluh tahun
depan. Ada beberapa fungsi dari UKM batik tulis Lasem telah menemani
dalam menyokong perekonomian nasional masyarakat lokal Rembang. Ada pengusaha
sebuah negara (Harini & Yulianeu, 2018). yang semakin berkembang, ada juga yang

Roziqin, A, dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
110
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

gulung tikar. Semua itu tergantung kompleksitas masalah bagi batik tulis Lasem.
bagaimana strategi para pengusaha untuk Tidak hanya masalah internal saja, akan
tetap survive dalam setiap perubahan tetapi juga dari eksternal. Saat ini dan di
zaman. Sejak tahun 2009 batik dinyatakan masa depan masyarakat akan sangat
sebagai warisan budaya asli Indonesia. Hal bergantung pada internet (Kasali, 2017).
itu berdampak pada iklim usaha batik di Kondisi ini sering disebut dengan era
Indonesia yang memperoleh sentimen disruption atau disruptive. Disruption atau
positif dari masyarakat. Tidak terkecuali disruptive era merupakan sebuah kondisi di
pengembangan batik tulis Lasem. Namun mana terjadi perubahan sosial masyarakat
cukup disayangkan bahwa potensi besar karena adanya inovasi teknologi, termasuk
batik tulis Lasem belum bisa dimaksimalkan perubahan model bisnis, perilaku konsumen
oleh pemerintah daerah. dan market (Christensen, Raynor, Rory, &
Dalam era disruption, usaha batik tulis McDonald, 2015; Kasali, 2017)
Lasem masih mempunyai beberapa Para pelaku bisnis terutama pengusaha
hambatan dalam proses pengembanganya. batik tulis Lasem akan menghadapi VUCA
Batik tulis Lasem belum mampu (Volatility, Uncertainty, Complexity and
meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam Ambiguity) (Casey, 2014). Tantangan dan
membuat desain produk serta pola-pola masalah yang dihadapi oleh usaha batik
pemasaran yang lebih dinamis dengan tulis Lasem memerlukan strategi dari para
melihat berbagai peluang. Sehingga pengusaha agar usahanya tetap terus
perkembangannya pun seolah “berjalan di bertahan dan dapat berkembang.
tempat” dan masih kalah saing dengan Tantangan dan masalah yang dihadapi bisa
daerah lain. Potensi batik Lasem yang besar, menjadi peluang emas jika bisa
saat ini masih berhadapan dengan banyak dimanfaatkan dengan baik melalui berbagai
persoalan klasik. Seperti misalnya masalah strategi dan inovasi dalam
produk, yaitu bagaimana membuat produk mengembangkan usaha. Oleh karena itu
yang dihasilkan merupakan produk yang dalam artikel ini penulis ingin
marketable dari tahapan input, proses, mengeksplorasi bagaimana strategi dan
sampai output (Tahwin et al., 2015). langkah apa yang dilakukan oleh Pengusaha
Pengelola usaha batik juga selama ini tidak untuk mengembangkan usahanya batik tulis
mengetahui dan memaksimalkan potensi Lasem di era disruption. Selain itu, dalam
sumber daya yang ada (Haryono & Azis, artikel ini peneliti berusaha menganalisis
2017). Sedangkan dalam penelitian Tahwin masalah dari ketiga kelompok
menjelaskan adanya permasalahan
pengusaha batik tulis Lasem.
terhadap penentuan model networking
(Tahwin & Mahmudi, 2014).
Industri Kreatif
Saat ini kita tengah berada pada
Banyak dari akademisi mendefinisikan
berkembangnya teknologi dan informasi
apa yang dimaksud dengan industri kreatif.
yang semakin cepat. Hal ini merupakan
Sebuah industri dikatakan industri kreatif
dampak langsung dari Revolusi Industri 4.0.
apabila kreatifitas merupakan modal utama
Situasi eksternal ini tentu akan menambah

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
111
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

(Indriartiningtias et al., 2019). Menurut dengan kolaborasi di masyarakat. Di sisi lain


UNCTAD industri kreatif adalah industri industri kreatif juga dapat dikembangkan
yang dinamis. Industri kreatif membutuhkan dan diperluas serta sebagai jalan lain untuk
evolusi secara konstan, produk akuntansi diversifikasi ekonomi (UNCTAD, 2015). Batik
non tradisional dan metode produksi yang tulis Lasem dapat dikatakan sebagai industri
tidak mudah dipetakan dalam matriks yang kreatif karena di dalamya terdapat seni dan
sudah ada (UNCTAD, 2008). Input utama budaya (Rangkuti et al., 2015). Industri batik
industri kreatif adalah kreatifitas, sangat bergantung pada kreatifitas (Ismail
kemampuan, dan talenta atau yang sering et al., 2012), maka untuk mempertahankan
dikenal dengan modal intelektual dan mengembangkan batik tulis Lasem
(Rozentale & Lavanga, 2014). Industri kreatif harus memperhatikan seni dan nilai
merupakan industri yang potensial untuk kreatifitas.
dikembangkan, terutama di negara Secara umum perkembangan industri
berkembang. Industri kreatif telah mampu kreatif dan secara khusus batik tulis Lasem
menghasilkan produk yang stabil ketika saat ini tidak hanya berkaitan dengan
menghadapi kondisi global yang kreatifitas saja, akan tetapi jauh lebih
uncerntainly dan mampu meningkatkan kompleks lagi. Jika industri kreatif suatu
pertumbuhan ekonomi (Bae & Yoo, 2015). daerah bisa dioptimalkan akan berdampak
Menurut Nurjanah industri kreatif di pada peningkatan ekonomi lokal. Industri
Indonesia sedang berkembang pesat. kreatif mampu mempengaruhi arah
Nurjanah mendefinisikan"Creative industries pembangunan sebuah wilayah (Scott &
as those industries that derive from Scott, 2016; Zheng, 2011). Di tengah situasi
individual inventions, abilities and talents, masyarakat yang berubah-ubah dan
and have the potential for growth and job kemajuan teknologi informasi yang semakin
creation through intellectual property and pesat, industri batik tulis Lasem harus
content production and exploitation mempersiapkan dan menyusun strategi
(Nurjanah, 2013). Mendiskusikan tentang yang tepat agar mampu terus berkembang.
industri kreatif, ada banyak sekali sub sektor Melalui strategi yang matang industri kreatif
yang ada didalamnya. Badan Ekonomi akan lebih mampu menjadi katalis
Kreatif (Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) perekonomian di masyarakat.
telah mengklasifikasikan 16 sub sektor
dalam industri kreatif. 16 sub sektor Era Disruption
tersebut adalah games dan aplikasi, Salah satu hal fundamental dalam
arsitektur, desain interior, desain masyarakat modern adalah kondisi masa
komunikasi visual, desain produk, fashion, depan yang sulit untuk diprediksi
film, fotografi, kerajinan, kuliner, musik, (unpredictable), sebagai dampak masalah
penerbitan, performing arts, seni rupa, dari perkembangan teknologi yang cepat.
televisi dan radio (Alexandri et al., 2019). Perkembangan teknologi tersebut
Pentingnya ekonomi kreatif atau memunculkan dilema tersendiri di
industri kreatif bisa menjadi katalis masyarakat. Perubahan teknologi yang
perubahan dan lebih inklusif dihubungkan begitu cepat berdampak pada perubahan

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
112
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

kehidupan sosial masyarakat. Kondisi ini dilakukan melalui internet dengan


sering disebut dengan terminologi menawarkan jangkauan yang lebih luas dan
“disruption technology” (Christensen et al., kekayaan informasi dibandingkan dengan
2015). pasar secara riil (Evans & Wurster, 1999).
Pertama kali disruption
istilah Penggunaan teknologi informasi khususnya
dimunculkan oleh Clayton M Christensen. internet sedikit demi sedikit akan membawa
Berangkat dari gagasan Christensen, perubahan cara atau model industri di masa
kemudian mempengaruhi karya-karya depan (Schuelke-Leech, 2018).
ilmiah lain yang terkait dengan disruption. Di Indonesia, dampak disruption paling
Terdapat kurang lebih 100.000 artikel yang jelas mempengaruhi sistem dan pola hidup
menyebutkan tentang disruption sejak buku masyarakat adalah munculnya jasa
itu diterbitkan. Bahkan artikel yang transportasi online dan e-commerce.
membahas tentang disruption meningkat Adanya disruption technology telah
10 kali lipat pada tahun 2015 (Kilkki et al, memunculkan berbagai inovasi. Inovasi ini
2018). Para akademis ini sangat antusias bisa berdampak positif bisa juga
membahas disruption dikarenakan dampak berdampak negatif. Kekhawatiran disruption
yang ditimbulkan meluas ke seluruh aspek technology ini kemungkinan banyak
kehidupan manusia. dirasakan oleh dunia industri di Indonesia.
Sedikit berbeda dari Christensen yang Hal itu seperti yang dijelaskan oleh Hamid
membahas peluang kemajuan dari adanya (2017) bahwa adanya pelaku industri baru
disruption, Fukuyama justru menganggap yang membawa inovasi akan menggangu
bahwa adanya disruption akan bagi incumbent (industri lama), jika tidak
mengganggu tatanan sosial di masyarakat diiringi oleh inovasi dari pelaku industri
(Jayman, 1999). Dampak dari disruption bisa lama (Hamid, 2017). Dalam industri kreatif
saja disebarluaskan melalui banyak cara khususnya batik tulis Lasem, adanya
seperti teknologi, bisnis dan konsumen disruption technology juga direspon
(Kilkki et al., 2018). Selain itu, disruption bermacam-macam oleh pengusaha dan
technology juga diartikan sebagai pelaku bisnis batik tulis Lasem secara
pendekatan strategi bisnis baru dengan keseluruhan.
memanfaatkan teknologi. Dengan Pemanfaatan ICT dalam industri sangat
memanfaatkan teknologi diharapkan akan berpeluang besar. Peluang tersebut
mampu mengurangi kekurangan sumber memiliki konsekuensi yang mendalam
daya dan terbatasnya jangkauan pasar atau karena hukum kelangkaan akan berkurang
networking (Worlock, 2007). diganti dengan barang yang melimpah.
Jika kita tarik dalam ruang lingkup Gelombang disruption yang sedemikian
ekonomi, disruption diidentikkan dengan besar diperlukan adaptasi dan strategi yang
digital ekonomi, yaitu aktivitas ekonomi tepat dari pelaku usaha batik tulis Lasem.
yang mengacu pada ICT (Information and Keberhasilan mereka memperoleh manfaat
Communication Technology) dan efek disruption adalah atas dasar strategi yang
jaringan (network effects) (Geissinger et al., mereka lakukan. Selain itu para pelaku
2018). Akibatnya, banyak tranksaksi bisnis bisnis harus meningkatkan inovasi dan

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
113
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

kreatifitasnya agar tidak “hilang” oleh Pengelompokkan ini bertujuan untuk


pelaku bisnis lain yang sejenis. Sehingga mendeskripsikan mengenai strategi para
strategi apa dan masalah seperti apa yang pengusaha batik Lasem, karena sumber
dihadapi oleh para pengusaha batik untuk daya yang dimiliki dari masing-masing
bertahan di era disruption menarik untuk kelompok jelas berbeda.
dikaji dalam artikel ini. Selanjutnya analisis data yang
dilakukan adalah triangulasi data
METODOLOGI PENELITIAN (Huberman & Miles, 2012). Pertama, peneliti
Penelitian ini menggunakan metode melakukan pengumpulan data yang terkait
penelitian deskriptif. Denzin dan Lincoln dengan batik tulis Lasem, baik itu secara
dalam (Moleong, 2017) mendefinisikan primer dan sekunder. Kedua, melakukan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang pemilihan dan reduksi data secara objektif
berlatar ilmiah dengan maksud menafsirkan yang terkait dengan permasalahan batik
fenomena sosial dengan menggunakan tulis Lasem. Ketiga, melakukan analisis
metode yang ada. Penelitian ini berlokasi di kesimpulan dengan menarasikan data
beberapa desa di Kecamatan Lasem dan dalam bentuk informasi yang tersaji dalam
Pancur dengan area fokus adalah batik tulis pembahasan.
Lasem. Penulis menggunakan data primer
dan sekunder. Data primer yang dimaksud HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah berupa wawancara kepada informan, Industri kreatif telah muncul sebagai
laporan, dan hasil dari pengamatan atau konsep penelitian dan kebijakan universal
observasi pada fokus penelitian. Sedangkan yang secara masif digunakan sebagai
data sekunder adalah berupa penelitian, advokasi pengembangan ekonomi kota,
studi pustaka, dan laporan yang telah wilayah dan negara (Haryono & Azis, 2017).
dipublikasikan sebelumnya. Para peneliti mengidentifikasi adanya
Dalam memilih informan, penulis hubungan kuat antara wirausaha dan
menggunakan teknik purposive, artinya pertumbuhan ekonomi (Henderson &
informan sudah ditentukan dari awal dan Weiler, 2010). Salah satu bentuk wirausaha
bertujuan untuk menjawab rangkaian yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah
pertanyaan penelitian. Ada sekitar 12 industri kreatif batik. Keberadaan batik tulis
informan penelitian yang terdiri dari Lasem di Kabupaten Rembang diharapkan
pengusaha batik, pengrajin batik. Penulis mampu menjadi media dalam
membagi ke dalam tiga kelompok informan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
dari pengusaha batik. Pengelompokkan ini kesejahteraan masyarakat. Kabupaten
berdasarkan modal, kapasitas usahanya, Rembang pada tahun 2018 memiliki jumlah
jumlah karyawan, rasio waktu usaha, dan penduduk sekitar 636.292 (BPS, 2019). Awal
mekanisme manajemen yang dipakai. muasal batik tulis Lasem berawal dari para
Pertama informan yang mewakili peranakan cina bekerjasama dengan
pengusaha batik skala besar. Kedua penduduk pribumi sangat menyukai batik
pengusaha batik skala menengah. Ketiga tulis dan motif laseman menjadi ciri khasnya.
pengusaha batik pemula atau skala kecil. Selama berpuluh-puluh tahun batik tulis

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
114
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

Lasem telah lama melekat pada sebagian Lasem dengan 4.444 tenaga kerja yang
kecil masyarakat Rembang. Pada zaman tersebar di beberapa Kecamatan seluruh
dulu batik digunakan sebagai jarik atau Kabupaten Rembang. Dari tenaga kerja
selendang, sarung, dan penutup meja tersebut menghasilkan 379.757
sembahyang (table cover). Kemudian ragam potong/tahun. Namun tidak lama bagi para
tersebut mengalami perkembangan dan pengusaha batik menikmati hasil jerih
inovasi hingga digunakan sebagai bahan payahnya mengembangkan usahanya.
pakaian atau kemeja. Semakin maraknya batik cap dengan motif
Secara khusus batik tulis Lasem dan warna yang variatif. Ditambah lagi
mengalami perkembangan yang pesat dengan adanya batik impor yang bisa
setelah batik diakui sebagai warisan budaya dengan mudah didapatkan masyarakat
oleh PBB (UNESCO). Batik tulis Lasem telah melalui platform shoping online.
hadir sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan Kemudahan-kemudahan masyarakat dalam
sejak kedatangan orang cina ke Rembang menentukan produk atau jasa tidak lepas
pada abad ke 14 (Natgeo, 2016). Lasem dari berkembangnya internet dan teknologi
merupakan kota kecil yang terletak di informasi. Sebagai dampaknya, semakin
pesisir pantai utara Jawa. Dulu Kota ini banyak produsen atau marketer baru yang
adalah satu dari tiga Bandar pelabuhan menggunakan platform online untuk
penting zaman majapahit yang menjadi menunjang bisnisnya. Sedangkan masih
tempat persinggahan awal pedagang dari banyak pengusaha yang belum menguasai
Cina. Oleh karena itu, dalam bisnis model seperti ini. Oleh karena itu
perkembanganya Kota Lasem sangat kental pelaku usaha batik tulis Lasem perlu
dengan budaya Cina, kemudian mempersiapkan sesuatu untuk merespon
berakulturasi dengan budaya setempat. kondisi masyarakat saat ini (disruption).
Batik tulis Lasem mempunyai warna khas Strategi pengusaha batik tulis Lasem dalam
yaitu merah. Ciri khas inilah yang kemudian mengembangkan usahanya sangat variatif.
menjadikan batik tulis Lasem mendapat Penulis mengklasifikasikan strategi yang
sebutan batik pesisiran. Keunikan batik dilakukan pengusaha ke dalam tiga
Lasem itu mendapat tempat penting di kelompok berdasarkan skala bisnis yang
dunia perdagangan. Selanjutnya dari masa dimiliki, yaitu pengusaha besar, pengusaha
ke masa batik tulis Lasem mengalami menengah dan pengusaha baru atau kecil.
pasang surut bisnis. Pada awal tahun 2000- Ada pun penjelasan dari klasifikasi tersebut
an hanya sisa beberapa pengusaha saja kami jelaskan di bawah ini.
(peranakan cina) yang masih bertahan dan
konsisten memproduksi batik tulis Lasem. Pengusaha Besar
Industri kreatif batik tulis Lasem secara Para pengusaha besar batik tulis Lasem
bertahap mulai berkembang pada sekitar tidak bisa lepas dari perjalanan sejarah batik
2005-an hingga sekarang. Berdasarkan data tulis lasem itu sendiri. Para pengusaha besar
dari Dinas Peridustrian, Perdagangan dan yang telah lama membangun bisnisnya
Koperasi, Kabupaten Rembang pada tahun adalah mayoritas peranakan cina yang
2017 ada sekitar 120 industri batik tulis tinggal di daerah Lasem. Lasem merupakan

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
115
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

salah satu daerah di Kabupaten Rembang Ma’sum, Ketua Koperasi yang juga
yang sangat kental hubunganya dengan pegusaha batik tulis Lasem dalam usahanya
para keturunan cina. Pada masa awal menawarkan corak dan motif yang berbeda.
perkembangannya, batik tulis Lasem Bahkan para pelanggan bisa membuat
merupakan usaha turun-temurun keluarga. custom sesuai motif request. Strategi yang
Seiring berjalannya waktu, dengan dilakukan oleh Ma’shum ini karena dia
karakteristik keturunan cina yang gigih dan mengidentifikasi bahwa para pelanggan
ulet, para pengusaha peranakan ini mampu batik tulis Lasem mempunyai tingkat
membangun usahanya dengan baik. kesenian yang tinggi. Selain itu pangsa
Pengrajin batik yang tertua adalah Sigit pasar yang ia tuju adalah kelas menengah
Witjaksono atau Nyo Tjoen Hian. Sigit ke bawah. Sehingga tidak masalah apabila
Witjaksono lahir pada 1929. Lelaki yang kini harga yang ditawarkan oleh produknya
berusia 85 tahun itu mewarisi usaha batik cukup mahal dibandingkan dengan batik
dari sang ayah, Nyo Wat Dyiang, yang tulis Lasem lainnya. Hal itu ia lakukan
berdiri pada 1923. Sigit menamakan usaha sebagai bentuk strategi untuk membedakan
kerajinan batiknya Sekar Kencana. batik-batik tulis Lasem pada umumnya.
Kemudian diteruskan oleh generasi- Apalagi persaingan kedepan akan semakin
generasi selanjutnya hingga saat ini. Pasca berat karena banyaknya batik cap (luar
diakuinya batik tulis Lasem diakui sebagai negeri) yang mudah kita temui di situs-situs
warisan Indonesia, barulah para pelaku e-commerce.
usaha batik lebih bervariatif. Hal yang berbeda dilakukan oleh
Para pengusaha besar tentu mempunyai Santosa Hartono dengan merek dagang
beragam strategi menanggapi kondisi Pusaka Beruang. Salah satu pengusaha
eksternal yang kompetitif. Karena sudah peranakan cina ini mempunyai karyawan
lama berkecimpung dalam usaha batik. dan jaringan bisnis yang sangat luas.
Pengusaha besar ini mayoritas Santosa memiliki 600-an pengrajin dan
mengandalkan jaringan usaha yang telah mampu menghasilkan 100-125. Mereka
mereka bangun. Jaringan ini menyebar lebih banyak menggunakan jaringan bisnis
melalui word of mouth, dan dari komunitas yang telah dia miliki. Sesekali dari mayoritas
satu dengan yang lainya. Menurut Ma’sum pengusaha besar ini mengikuti even-even
Ahadi, salah satu pengusaha batik yang pameran skala nasional bahkan
telah lama berkecimpung dalam dunia batik, internasional. Hal itu juga dibenarkan oleh
menjelaskan bahwa batik yang Ia produksi Sri Winarti pemilik merek batik Sumber
mempunyai ciri khas tersendiri. Selain itu Rezeki. Kemampuan modal dan manajemen
produksi batik Ma’sum menggunakan yang telah diorganisasikan membuat
warna alami dari alam. Pemilik Dampo mereka cukup leluasa mempromosikan
Awang Batik Art ini memang lebih menitik produknya secara langsung.
beratkan pada nilai filosofi dan seni yang Jika dilihat dari proses pencarian
terkandung dalam batik tulis Lasem yang informasi baik itu melalui observasi maupun
diproduksinya. wawancara, penulis menemukan bahwa
mayoritas pengusaha skala besar ini

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
116
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

mempunyai showroom. Showroom ini mereka miliki cukup kuat untuk


bertujuan untuk menjual, mempromosikan memasarkan produk dan mengembangkan
sekaligus menampung hasil-hasil dari batik usahanya. Namun perlu digarisbawahi
tulis Lasem pengusaha lain yang terkendala bahwa para pemain lama (pengusaha
dengan proses penjualan. Showroom ini lama/besar) untuk tidak terlena. Karena bisa
sangat lengkap, mulai dari kualitas biasa saja dan sebesar apapun usahanya bisa
sampai kelas premium (batik tulis Lasem hilang atau terdisrupt oleh para pengusaha
jenis tiga negeri). Disamping itu, showroom baru. Pemain lama ini bisa saja belum bisa
juga menyediakan beberapa perlengkapan menangkap peluang dengan sistem yang
dan bahan baku batik untuk pengusaha ada sekarang (Gilbert, 2003). Para
batik kelas kecil, seperti showroom milik pengusaha batik tulis Lasem yang telah
Santosa Hartono (Pusaka Beruang). Harga lama membangun bisnisnya, kedepan
yang ditawarkan juga bervariasi mulai dari harusnya tidak hanya mengembangkan
150 ribu per lembar kain sampai jutaan dengan cara-cara konvensional saja, akan
rupiah. tetapi juga harus lebih sadar dan responsive
dengan perubahan yang ada di masyarakat.
Sehingga peluang untuk terdisrupt bisa
dieliminir. Disisi lain para pengusaha skala
besar ini dapat mengambil keuntungan dari
perubahan yang ada.

Pengusaha Menengah
Pengusaha batik tulis dengan skala
menengah mempunyai beberapa strategi
yang menonjol. Mereka memanfaatkan
teknologi dan sosial media secara efektif.
Selain itu mereka juga intens mengikuti
pameran-pameran batik. Para pengusaha
batik juga pro aktif mencari partner
kerjasama dari pihak ketiga, mulai dari
pemerintah hingga perguruan tinggi.
Beberapa strategi ini bertujuan untuk
meningkatkan promosi, memperluas
jaringan sekaligus meningkatkan hasil
Gambar 1. Showroom Pusaka Beruang
penjualan batik tulis Lasem. Hal itu seperti
yang disampaikan oleh Samsul Hadi dengan
Strategi yang dilakukan mayoritas merek dagang Sekar Gading. Samsul
pengusaha besar ini cukup beralasan, menggunakan cara kovensional dan online
karena sebagian besar dari mereka telah untuk memasarkan hasil produknya. Pangsa
membangun usahanya dalam kurun waktu pasar yang dituju oleh Samsul adalah
yang lama. Selain itu jaringan bisnis yang menengah kebawah.

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
117
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

Samsul juga secara aktif mencari beberapa ikut tergabung dalam Koperasi
kerjasama dan mengajukan bantuan Batik tulis Lasem. Peran aktif yang
pembiayaan usahanya kepada pihak ketiga. ditunjukkan oleh sebagian besar pengusaha
Pengusaha muda ini pernah mendapatkan skala menengah ini tidak lain karena faktor
bantuan dari Kemenpora RI sebesar 10 juta. sumber daya manusia yang mau untuk
Nominal itu tentu sangat bermanfaat berpikir ke depan. Selain itu mereka juga
digunakan untuk mengembangkan usahnya. cakap menjalin kolaborasi dan kerjasama
Hal yang relatif sama juga dilakukan oleh dengan pihak lain. Adapun dalam
UD. Mulyajaya yang mendapatkan bantuan menghadapi era disruption seperti ini, para
dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pengusaha batik tulis Lasem dituntut untuk
UNNES (Universitas Negeri Semarang). lebih banyak menjalin networking dan
Pemiliknya yang bernama Murwati sangat kolaborasi (Kasali, 2017). Kolaborasi dan
aktif membangun jejaring dan mencari networking akan menambah perspektif dan
partner untuk mengembangkan usahanya. informasi baru, sehingga memungkinkan
Adanya internet dan digital sangat para pengusaha melakukan inovasi.
membantu pengusaha batik tulis Lasem
apabila jaringan konvensional (showroom Pengusaha Baru atau Kecil
dan pameran) sedang lesu. Menurut Aris Pergeseran dan perkembangan
Setiawan, pengusaha batik tulis Lasem yang teknologi informasi yang cepat berdampak
mempunyai merek dagang Aris Batik ini pada kehidupan masyarakat termasuk
menjelaskan bahwa adanya internet sangat kegiatan ekonomi. Adanya internet, aplikasi,
membantu proses akselerasi pasar dan dan platform berbasis marketplace atau
memperluas jaringan. Dalam keteranganya penyedia barang bisa menjadi ancaman
Arif menjelaskan bahwa dengan adanya sekaligus peluang besar bagi
internet dia memperoleh customer baru. pengembangan industri kreatif pada tataran
Arif biasanya menggunakan e-
media lokal. Untuk menghadapi kondisi ini para
commerce (tokopedia, bukalapak, shopee) pengusaha batik yang baru memulai
dan sosial media (facebook, twitter, dan usahanya dalam beberapa tahun atau skala
instagram) untuk mempromosikan produk bisnisnya masih kecil, sangat mendapatkan
batiknya. manfaat dengan adanya digitalisasi atau
Sebagian besar pengusaha dengan skala internet. Melalui digitalisasi usaha batik,
menengah menggunakan 2 strategi pengusaha menjadikan internet atau
sekaligus, yaitu secara konvensional dan digitalisasi ini sebagai sumber daya strategi
menggunakan teknologi informasi (online). (Valenduc & Vendramin, 2017).
Pengusaha kelas menengah ini juga ini Penggunaan internet dalam
sangat aktif memanfaatkan adanya mendongrak penghasilan dari pengusaha
kolaborasi atau kerjasama dengan pihak batik ini sangat dimanfaatkan betul oleh
ketiga untuk mengembangkan usahanya. pengusaha batik baru atau skala kecil.
Mayoritas dari mereka juga sudah Mereka memanfaatkan sosial media dan
tergabung dalam industri kreatif Kabupaten beberapa marketplace untuk mengenalkan
Rembang Kluster Batik, selain itu juga produknya ke masyarakat luas. Selain itu

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
118
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 2, Desember 2020

Gambar 2. Gambar Tangkapan Layar Salah Satu Merk Batik Tulis Lasem

jangkauan pasar juga menjadi sangat luas sangat bergantung dari adanya pameran
tidak hanya berkisar pada daerah jawa dan showroom, hal itu dikarenakan melalui
tengah saja. Tetapi bisa mencapai Indonesia ajang pameran dan showroom mereka bisa
kawasan timur. Seperti yang dituturkan oleh mengenalkan produknya ke masyarakat.
pemilik merk Osie Batik. Selain masalah pemasaran, masalah
“Kami pernah mendapatkan order di lainnya adalah manajemen usahanya.
bukalapak mas untuk kirim batik di Makassar, Mayoritas dari pengusaha kecil ini berbasis
Alhamdulillah mas, pelan-pelan produk saya industri rumahan. Maka manajemen yang
bisa dikenal oleh orang” (Wawancara dengan dipakai pun juga masih sederhana.
Henry Hartono, 28 Desember 2018) Pengusaha skala kecil ini sangat kerepotan
Meski demikian, dalam waktu yang mengorganisasi usahanya. Mulai dari
sama Henry mengatakan bahwa usaha persiapan produksi, produksi, pemasaran,
dengan skala kecil dan tergolong baru penjualan, semua dilakukan secara
sering mengalami kendala dalam masalah individual oleh pemilik usaha batik. Kondisi
pemasaran. Hal itu diperkuat bahwa salah ini menjadi tantangan tersendiri bagi bagi
satu permasalahan dalam proses pengusaha skala kecil di era kompetisi.
pengembangan produk batik khususnya Padahal jika kita lihat strategi dengan
batik tradisional adalah pemasaran memasarkan melalui digital mempunyai
(Wahyuni et al., 2014). Peryataan tersebut peluang yang besar bagi mereka untuk
juga penulis temui pada pengusaha batik mengenalkan produk mereka sekaligus
tulis Lasem kelas kecil lainnya. Bahwa meningkatkan hasil pendapatan mereka.
mereka mengalami kendala dalam proses Gambar 2 di atas merupakan salah satu
pemasaran. Namun berkat adanya internet contoh akun IG Osie Batik yang dikelola
dan platform marketplace mereka bisa langsung oleh pemiliknya langsung. Dengan
memasarkan produknya secara mandiri. proses manajemen seperti produksi,
Mereka bisa lebih banyak mendapat promosi dan distribusi yang dilakukan
pemasukan dari penjualan berbasis online. secara mandiri sulit untuk memperoleh hasil
Disamping itu para pengusaha skala kecil ini maksimal. Apalagi dengan keterbatasan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

sumber daya dan pengetahuan yang disruption. Pertama, pengusaha batik tulis
dimiliki oleh pengusaha itu sendiri. Hal ini Lasem skala besar menggunakan jaringan
lah yang menjadi alasan beberapa akun bisnis yang telah dibangun sejak lama dan
online penjualan dan strategi marketing mengandalkan showroom yang dimilikinya
online-nya kurang berjalan dengan baik. untuk memasarkan produknya. Kedua,
Penggunaan teknologi informasi seperti pengusaha dengan skala menengah
internet atau e-commerce meningkatkan menggunakan strategi konvensional dan
kelincahan dan mendapat keuntungan daya online, yaitu dengan tetap megikuti
saing sebuah industri kreatif (Qosasi et al, pameran demi pameran dan sekaligus
2019). Ini lah yang alasan yang memperkuat menggunakan pemasaran online. Ketiga,
pengusaha batik Lasem skala kecil pengusaha batik skala kecil lebih banyak
memanfaatkan internet dalam bisnisnya. mengandalkan strategi online, meskipun
Melalui kapabilitas ICT dalam skala sesekali mengikuti pameran. Penggunaan
bisnisnya, peluang untuk memperoleh pemasaran online tentu akan mengurangi
keberhasilan akan semakin besar. Akan biaya promosi yang dikeluarkannya oleh
tetapi yang perlu dicatat adalah para pengusaha.
pengusaha atau user juga harus kompeten Temuan lain dalam penelitian ini adalah
untuk mengoperasikannya. Padahal pengusaha skala menengah dan kecil
faktanya adalah banyak pengusaha batik mempunyai kendala dalam proses
tulis Lasem yang kurang cakap dalam hal manajemen. Pengusaha batik tulis skala
teknologi informasi, disamping faktor umur. menengah dan kecil berpendapat dengan
Disinilah peran generasi milenial atau adanya internet dan teknologi informasi
pemuda untuk membantu para pengusaha seperti sosial media bisa membantu
batik tulis Lasem. Para milenial yang melek mengembangkan usahanya. Pengusaha
dengan teknologi informasi bisa membantu kelas menengah ini juga sangat aktif
para pengusaha batik tulis Lasem skala kecil melakukan kerjasama untuk
dalam pemasaran online. Selain itu mengembangkan usahanya. Disamping itu
pemerintah juga perlu meningkatkan penulis menemukan beberapa kendala
kompetensi pengusaha di tengah dalam proses manajemen dan
perubahan sosial yang sangat cepat. Karena pengembangan usaha batik tulis lasem.
bagaimanapun, kreativitas dan inovasi Seperti kurangnya wawasan dan
mempunyai pengaruh kuat untuk kompetensi penguasaan bahasa asing. Hal
menstimulasi nilai dalam pemasaran itu terlihat jika ada kunjungan turis
(Hadiyati, 2012). mancanegara yang ingin mengetahui batik
tulis Lasem dan kualitas produk para
KESIMPULAN DAN SARAN pengusaha dan karyawannya mengalami
Kesimpulan kesulitan untuk menjelaskan. Sebagian kecil
Pengusaha batik tulis Lasem memiliki pengusaha masih kurang cakap dalam
strategi yang beragam dalam menghadapi menggunakan teknologi informasi
perkembangan teknologi informasi di era khususnya marketing online. Kedua,
pengusaha batik tulis Lasem skala kecil

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
120
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

adalah mayoritas industri rumahan. Mereka KONTRIBUSI PENULIS


mengelola secara mandiri, sehingga proses Ali Roziqin adalah kontributor atau
menajemennya sangat terbatas. Disamping peneliti utama dan Nunuk Dwi Retnandari
itu semua pengrajin batik tulis Lasem sebagai supervisor dalam artikel penelitian
mayoritas adalah generasi tua, sehingga yang berjudul Strategi Dan Analisis Masalah
kedepan perlu dilakukan regenerasi supaya Bisnis Yang Dihadapi Oleh Pengusaha Batik
batik tulis Lasem terus bertahan dan tulis Lasem Di Era Disruption.
mampu berkembang lebih besar lagi.
Beberapa kendala ini bisa menjadi fokus UCAPAN TERIMA KASIH
kajian yang bisa dikembangkan pada Penulis menyampaikan terimakasih
penelitian selanjutnya. kepada seluruh informan yang telah
memberikan informasi. Selain itu, penulis
Saran juga mengucapkan terimakasih kepada
Dalam menghadapi perkembangan LPDP yang telah membantu pembiayaan
sosial masyarakat yang dinamis terutama selama proses penelitian berlangsung
terkait pemanfaatan ICT, pengusaha batik hingga selesai.
perlu beradaptasi dengan cepat. Melakukan
terobosan baik secara manajemen secara DAFTAR PUSTAKA
umum, produksi maupun cara pemasaran Alexandri, M. B., Maulina, E., Chan, A., &
yang kekinian. Kualitas produk yang baik Sumadinata, R. W. S. (2019). Creative
belum tentu mendapatkan tempat di industries: Existence of arts traditional
masyarakat apabila dipasarkan secara industries in Indonesia. Academy of
Strategic Management Journal, 18(1).
konvensional dan monoton. Maka dari itu
https://www.abacademies.org/articles/
penting untuk mengikuti perubahan dan Creative-industries-existence-of-arts-
perkembangan yang terjadi saat ini. traditional-industries-in-indonesia-
Persaingan yang ketat dari berbagai 1939-6104-18-1-333.pdf
jenis batik, mulai dari lokal dan maupun Bae, S. H., & Yoo, K. (2015). Economic
internasional (cap) perlu usaha bersama dari modeling of innovation in the creative
industries and its implications.
berbagai stakeholders pengusaha batik tulis
Technological Forecasting and Social
Lasem. Asosiasi dan kolaborasi yang kuat
Change, 96, 101–110.
akan mampu menghasilkan strategi yang https://doi.org/10.1016/j.techfore.2015.
tepat, dan saling menguntungkan. Adanya 02.010
kolaborasi dan asosiasi dapat menjadi BPS. (2019). Rembang Dalam Angka 2019.
tempat bertukar pikiran, informasi dan Casey, G. W. (2014). Leading in a “VUCA”
berbagai hal lain. Sehingga hal tersebut World. Fortune, 169(5), 75–76.
https://www.johnson.cornell.edu/wp-
mampu meminimalisir pengusaha kecil
content/uploads/sites/3/2019/04/Corn
yang gulung tikar dan persaingan yang
ell-Executive-Education-VUCA-
tidak sehat. Leadership-February-2017.pdf
Christensen, C. M., Raynor, M. E., Rory, M., &
McDonald, R. (2015). What is disruptive
innovation. Harvard Business Review.

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
121
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

https://doi.org/10.1353/abr.2012.0147 di Kecamatan Lasem Kabupaten


Econit. (2000). Strategi dan Kebijakan Rembang. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Kontemporer, 3(2), 44.
Menegah. Henderson, J., & Weiler, S. (2010).
Geissinger, A., Laurell, C., & Sandström, C. Entrepreneurs and job growth: Probing
(2018). Digital Disruption beyond Uber the boundaries of time and space.
and Airbnb—Tracking the long tail of Economic Development Quarterly.
the sharing economy. Technological https://doi.org/10.1177/089124240935
Forecasting and Social Change, 0917
February, 0–1. Huberman, A., & Miles, M. (2012).
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2018. Understanding and Validity in
06.012 Qualitative Research. In The Qualitative
Gilbert, C. (2003). The Disruptive Researcher’s Companion.
Opportunity. MIT Sloan Management https://doi.org/10.4135/978141298627
Review, 44(4), 27–32. www.mit- 4.n2
smr.com Indriartiningtias, R., Subagyo, & Hartono, B.
Hadiyati, E. (2012). Kreativitas dan Inovasi (2019). Creativity of small firms in
Pengaruhnya Terhadap Pemasaran creative industry: Initial evidence from
Kewirausahaan Pada Usaha Kecil. Indonesia. International Journal of
Jurnal Inovasi Dan Kewirausahaan. Engineering Business Management, 11,
https://doi.org/https://doi.org/10.2088 1–13.
5/ajie.vol1.iss3.art1 https://doi.org/10.1177/184797901984
Hamid, E. S. (2017). Disruptive Innovation: 9135
Manfaat Dan Kekurangan Dalam Ismail, T., Wiyantoro, L. S., Meutia, &
Konteks Pembangunan Ekonomi. 1–20. Muchlish, M. (2012). Strategy,
http://law.uii.ac.id/wp- Interactive Control System and
content/uploads/2017/07/2017-07-27- National Culture: A Case Study of Batik
fh-uii-semnas-disruptive-innovation- Industry in Indonesia. Procedia - Social
manfaat-dan-kekurangan-dalam- and Behavioral Sciences, 65(ICIBSoS),
konteks-pembangunan-ekonomi-Edy- 33–38.
Suandi-Hamid.pdf https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.1
Harini, C., & Yulianeu, Y. (2018). Strategi 1.087
penetrasi pasar UMKM Kota Semarang Jayman, J. A. (1999). Book Review: Francis
menghadapi era pasar global MEA. Fukuyama, The Great Disruption:
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 21(2), 361– Human Nature and the Reconstitution
381. of Social Order.
https://doi.org/10.24914/jeb.v21i2.196 Kasali, R. (2017). Era Disruption. Gramedia
7 Pustaka Utama.
Harvie, C., & Lee, B. C. (2002). East Asian Kilkki, K., Mäntylä, M., Karhu, K., Hämmäinen,
SME’s: Contemporary issues and H., & Ailisto, H. (2018). A disruption
develompents-an overview. In The role framework. Technological Forecasting
of SMEs in national economies in East and Social Change, 129(September
Asia (pp. 1–20). Edward Elgar. 2017), 275–284.
Haryono, T., & Azis, F. (2017). Potensi Batik https://doi.org/10.1016/j.techfore.2017.
Lasem Sebagai Upaya Pengembangan 09.034
Ekonomi Kreatif Untuk Meningkatkan Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian
Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan Kualitatif (Edisi Revisi). In PT. Remaja

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
122
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

Rosda Karya. Subarsono. (2015). UKM di Era


Natgeo. (2016). Menyibak Kisah dan Filosofi Desentralisasi. In Manajemen Publik
di Balik Motif Batik Lasem. National Kontemporer. Gava Media.
Geographic Indonesia. Tahwin, M., Dewi, D. A. L., & Mahmudi, A. A.
https://nationalgeographic.grid.id/read (2015). Supply Chain Usaha Kecil
/13307142/menyibak-kisah-dan- Menengah (Studi Kasus Industri Batik
filosofi-di-balik-motif-batik-lasem Tulis Lasem Kabupaten Rembang). The
Nurjanah, S. (2013). Analisis Pengembangan 2nd University Research Coloquium
Program Bisnis Industri Kreatif 2015 ISSN, 4, 71–79.
Penerapannya Melalui Pendidikan Tahwin, M., & Mahmudi, A. A. (2014).
Tinggi. Jma, 18(2), 141–151. Strategi Pengembangan Usaha Batik
Qosasi, A., Permana, E., Muftiadi, A., Tulis Lasem with SWOT Analysis. Fokus
Purnomo, M., & Maulina, E. (2019). Ekonomi, 9(2), 57–70.
Building SMEs’ competitive advantage https://doi.org/https://doi.org/10.3415
and the organizational agility of 2/fe.9.2.%25p
apparel retailers in indonesia: The role UNCTAD. (2008). Creative Economy Report
of ICT as an initial trigger. Gadjah 2008. The Challenge of Assessing the
Mada International Journal of Business, Creative Economy: towards Informed
21(1), 69–90. Policy-making. In Harvard Business
https://doi.org/10.22146/gamaijb.3900 Review (Vol. 8, Issue 9).
1 https://doi.org/10.1016/j.respol.2005.0
Rangkuti, A. H., Rasjid, Z. E., & Santoso, D. J. 4.009
(2015). Batik Image Classification Using UNCTAD. (2015). Trends in International
Treeval and Treefit as Decision Tree Trade in Creative Industries. 161.
Function in Optimizing Content Based https://unctad.org/en/PublicationsLibr
Batik Image Retrieval. Procedia ary/ditcted2018d3_en.pdf
Computer Science, 59(Iccsci), 577–583. Valenduc, G., & Vendramin, P. (2017).
https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.07. Digitalisation, between disruption and
551 evolution. Transfer, 23(2), 121–134.
Rozentale, I., & Lavanga, M. (2014). The https://doi.org/10.1177/102425891770
“universal” characteristics of creative 1379
industries revisited: The case of Riga. Wahyuni, S., Handini, Y. D., & Khristanto, W.
City, Culture and Society, 5(2), 55–64. (2014). Pendekatan Triple Helix (ABG)
https://doi.org/10.1016/j.ccs.2014.05.0 dalam Pengembangan Desa Wisata
06 Batik Tuban di Kabupaten Tuban. LSP-
Salma, I. R., Masiswo, Satria, Y., & Wibowo, Jurnal Ilmiah Dosen, 4(1).
A. A. (2015). Pengembangan Motif http://repository.unej.ac.id/handle/123
Batik Khas Bali. Dinamika Kerajinan 456789/79150
Dan Batik, 32(1), 23–30. Worlock, D. R. (2007). The view from the
Schuelke-Leech, B. A. (2018). A model for tower: Disruptive technologies and the
understanding the orders of disruptive business models they create.
magnitude of disruptive technologies. Business Information Review, 24(2), 83–
Technological Forecasting and Social 88.
Change, 129(November 2017), 261– https://doi.org/10.1177/026638210707
274. 8857
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2017. Zheng, J. (2011). “Creative Industry Clusters”
09.033 and the “Entrepreneurial City” of

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
123
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124

Shanghai. Urban Studies, 48(16), 3561–


3582.
https://doi.org/10.1177/004209801139
9593

Roziqin, A., dkk. Strategi dan Analisis Masalah Bisnis


yang Dihadapi oleh Pengusaha Batik Tulis Lasem di Era Disruption
124

Anda mungkin juga menyukai