Strategi Dan Analisis Masalah Bisnis
Strategi Dan Analisis Masalah Bisnis
Korespondensi Penulis
Naskah Masuk : 25 Juni 2020
Email : aliroziqin@umm.ac.id
Revisi : 11 Agustus 2020
Disetuju : 01 Oktober 2020
ABSTRAK
Kabupaten Rembang tidak hanya mempunyai sumber daya laut dan pesisir yang melimpah, akan
tetapi juga potensi industri kreatif. Salah satunya adalah batik tulis Lasem. Batik tulis Lasem dapat
dikatakan sebagai kebanggaan lokal masyarakat Rembang. Meskipun, Indonesia lebih mengenal batik
dari Pekalongan, Surakarta (Solo) dan Yogyakarta, akan tetapi batik tulis Lasem mempunyai warna,
corak, dan motif yang khas. Saat ini kita tengah dihadapkan pada kondisi era disruption, sebuah
kondisi yang terjadi perubahan sosial karena adanya inovasi teknologi, termasuk perubahan model
bisnis, perilaku konsumen dan market. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis ingin mengeksplorasi
strategi dan masalah yang dihadapi oleh pengusaha batik dalam mengembangkan usahanya di era
disruption. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
mengumpulkan data primer berupa wawancara dan observasi, maupun data sekunder yang berupa
laporan resmi pemerintah dan artikel jurnal yang terkait dengan fokus penelitian. Hasilnya adalah
pengusaha batik tulis Lasem mempunyai strategi yang variatif tergantung pada kemampuan sumber
daya pengusaha dan skala usaha yang dimiliki.
ABSTRACT
Rembang Regency not only has abundant marine and coastal resources, but also the potential of
creative industries. One of them is Lasem batik. Batik tulis Lasem can be considered and recognized as
an icon local pride of the Rembang community. Although Pekalongan, Surakarta (Solo) and
Yogyakarta are the places which batik aesthetically well-known by the most of community, Batik tulis
Lasem has also uniqueness that makes it uncanny due to its distinctive colour and, patterns. Currently
we are living in the era of disruption, a condition that induce social change due to technology
revolution and innovation, including changes in business model, consumer behavior, and the market
demand. Therefore the authors want to explore the strategies and problems analysis which are carried
out by batik entrepreneurs in business development during the disruption era. In this study, The
researchers use descriptive qualitative methods by collecting primary data in the form of interviews
and pbservations, as well as secondary data in the form of official government reports and journal
ejournal.kemenperin.go.id/dkb
DOI 10.22322/dkb.V36i1.4149 - ISSN: E 2528-6196 / P 2087-4294
Akreditasi Kemenristekdikti 30/E/KPT/2018 109
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124
articles related to the research focus. The result is that Lasem batik entrepreneurs have varied
strategies depending on the ability of the entrepreneur's resources and the scale of the business they
have.
-
PENDAHULUAN Pertama adalah pemeran utama dalam
Industri kreatif di negara-negara kegiatan ekonomi. Kedua adalah penyedia
berkembang mempunyai peranan yang lapangan kerja terbesar. Ketiga adalah
sangat penting dalam perekonomian pemain penting dalam pengembangan
nasional (Subarsono, 2015). Tercatat pada perekonomian lokal dan pemberdayaan
tahun 2018, Indonesia memiliki sekitar 59 masyarakat. Keempat pencipta pasar baru
juta unit usaha (Kemenko Perekonomian, dan sumber inovasi. Kelima berkonstribusi
2018) yang mana melibatkan 14,28% atau terhadap neraca pembayaran.
sekitar 16,91 juta orang bekerja di sektor Dalam fungsi dan peran yang keempat
industri kreatif (Bekraf, 2018). Di beberapa khususnya di Indonesia menjadi topik
negara asia, peran UKM mampu bahasan menarik bagi akademisi. Beberapa
menyumbang GDP dan menyerap tenaga wilayah dan daerah di Indonesia mulai
kerja (Harvie & Lee, 2002). Peran UKM banyak dikembangkan hasil dari kerajinan
terutama industri kreatif sangat besar dalam masyarakat yang menjadi usaha kecil
meningkatkan pendapatan masyarakat menengah seperti industri batik. Batik
lapisan bawah. Namun di Indonesia peran adalah sebuah karya seni berupa motif yang
sektor ekonomi kreatif dianggap belum dipadukan dalam bentuk kain (Salma et al.,
menjadi bagian penting dalam struktur 2015). Ada berbagai macam batik, dan yang
ekonomi nasional, terlebih lagi keterkaitan menjadi ciri khas adalah batik tulis dengan
UKM dengan usaha skala besar masih spesifik batik tulis Lasem dari Kabupaten
cenderung rendah (Econit, 2000). Rembang. Meskipun masyarakat awam
Apabila peran UKM ini lebih lebih banyak mengenal batik dari tiga
dimaksimalkan, tentu bisa menjadi faktor daerah yaitu Pekalongan, Solo (Surakarta)
penting bagi kemakmuran ekonomi dan Yogyakarta, batik tulis Lasem
(Handerson & Weiler, 2010). Pada tahun mempunyai corak khas yang unik dan
2014, Pemerintah dibawah rezim Joko berbeda.
Widodo sedikit demi sedikit mulai Di Kabupaten Rembang terdapat
memberikan perhatian terhadap beberapa kecamatan yang memiliki usaha
pengembangan ekonomi kreatif. atau pengrajin batik tulis. Batik tulis dengan
Pengembangan industri kreatif yang tepat corak “lasem-an” merupakan yang paling
guna bisa menjadi katalis bagi Indonesia terkenal dengan keunikan dan kekhasan
dalam persaingan ekonomi global di masa tersendiri. Selama berpuluh-puluh tahun
depan. Ada beberapa fungsi dari UKM batik tulis Lasem telah menemani
dalam menyokong perekonomian nasional masyarakat lokal Rembang. Ada pengusaha
sebuah negara (Harini & Yulianeu, 2018). yang semakin berkembang, ada juga yang
gulung tikar. Semua itu tergantung kompleksitas masalah bagi batik tulis Lasem.
bagaimana strategi para pengusaha untuk Tidak hanya masalah internal saja, akan
tetap survive dalam setiap perubahan tetapi juga dari eksternal. Saat ini dan di
zaman. Sejak tahun 2009 batik dinyatakan masa depan masyarakat akan sangat
sebagai warisan budaya asli Indonesia. Hal bergantung pada internet (Kasali, 2017).
itu berdampak pada iklim usaha batik di Kondisi ini sering disebut dengan era
Indonesia yang memperoleh sentimen disruption atau disruptive. Disruption atau
positif dari masyarakat. Tidak terkecuali disruptive era merupakan sebuah kondisi di
pengembangan batik tulis Lasem. Namun mana terjadi perubahan sosial masyarakat
cukup disayangkan bahwa potensi besar karena adanya inovasi teknologi, termasuk
batik tulis Lasem belum bisa dimaksimalkan perubahan model bisnis, perilaku konsumen
oleh pemerintah daerah. dan market (Christensen, Raynor, Rory, &
Dalam era disruption, usaha batik tulis McDonald, 2015; Kasali, 2017)
Lasem masih mempunyai beberapa Para pelaku bisnis terutama pengusaha
hambatan dalam proses pengembanganya. batik tulis Lasem akan menghadapi VUCA
Batik tulis Lasem belum mampu (Volatility, Uncertainty, Complexity and
meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam Ambiguity) (Casey, 2014). Tantangan dan
membuat desain produk serta pola-pola masalah yang dihadapi oleh usaha batik
pemasaran yang lebih dinamis dengan tulis Lasem memerlukan strategi dari para
melihat berbagai peluang. Sehingga pengusaha agar usahanya tetap terus
perkembangannya pun seolah “berjalan di bertahan dan dapat berkembang.
tempat” dan masih kalah saing dengan Tantangan dan masalah yang dihadapi bisa
daerah lain. Potensi batik Lasem yang besar, menjadi peluang emas jika bisa
saat ini masih berhadapan dengan banyak dimanfaatkan dengan baik melalui berbagai
persoalan klasik. Seperti misalnya masalah strategi dan inovasi dalam
produk, yaitu bagaimana membuat produk mengembangkan usaha. Oleh karena itu
yang dihasilkan merupakan produk yang dalam artikel ini penulis ingin
marketable dari tahapan input, proses, mengeksplorasi bagaimana strategi dan
sampai output (Tahwin et al., 2015). langkah apa yang dilakukan oleh Pengusaha
Pengelola usaha batik juga selama ini tidak untuk mengembangkan usahanya batik tulis
mengetahui dan memaksimalkan potensi Lasem di era disruption. Selain itu, dalam
sumber daya yang ada (Haryono & Azis, artikel ini peneliti berusaha menganalisis
2017). Sedangkan dalam penelitian Tahwin masalah dari ketiga kelompok
menjelaskan adanya permasalahan
pengusaha batik tulis Lasem.
terhadap penentuan model networking
(Tahwin & Mahmudi, 2014).
Industri Kreatif
Saat ini kita tengah berada pada
Banyak dari akademisi mendefinisikan
berkembangnya teknologi dan informasi
apa yang dimaksud dengan industri kreatif.
yang semakin cepat. Hal ini merupakan
Sebuah industri dikatakan industri kreatif
dampak langsung dari Revolusi Industri 4.0.
apabila kreatifitas merupakan modal utama
Situasi eksternal ini tentu akan menambah
Lasem telah lama melekat pada sebagian Lasem dengan 4.444 tenaga kerja yang
kecil masyarakat Rembang. Pada zaman tersebar di beberapa Kecamatan seluruh
dulu batik digunakan sebagai jarik atau Kabupaten Rembang. Dari tenaga kerja
selendang, sarung, dan penutup meja tersebut menghasilkan 379.757
sembahyang (table cover). Kemudian ragam potong/tahun. Namun tidak lama bagi para
tersebut mengalami perkembangan dan pengusaha batik menikmati hasil jerih
inovasi hingga digunakan sebagai bahan payahnya mengembangkan usahanya.
pakaian atau kemeja. Semakin maraknya batik cap dengan motif
Secara khusus batik tulis Lasem dan warna yang variatif. Ditambah lagi
mengalami perkembangan yang pesat dengan adanya batik impor yang bisa
setelah batik diakui sebagai warisan budaya dengan mudah didapatkan masyarakat
oleh PBB (UNESCO). Batik tulis Lasem telah melalui platform shoping online.
hadir sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan Kemudahan-kemudahan masyarakat dalam
sejak kedatangan orang cina ke Rembang menentukan produk atau jasa tidak lepas
pada abad ke 14 (Natgeo, 2016). Lasem dari berkembangnya internet dan teknologi
merupakan kota kecil yang terletak di informasi. Sebagai dampaknya, semakin
pesisir pantai utara Jawa. Dulu Kota ini banyak produsen atau marketer baru yang
adalah satu dari tiga Bandar pelabuhan menggunakan platform online untuk
penting zaman majapahit yang menjadi menunjang bisnisnya. Sedangkan masih
tempat persinggahan awal pedagang dari banyak pengusaha yang belum menguasai
Cina. Oleh karena itu, dalam bisnis model seperti ini. Oleh karena itu
perkembanganya Kota Lasem sangat kental pelaku usaha batik tulis Lasem perlu
dengan budaya Cina, kemudian mempersiapkan sesuatu untuk merespon
berakulturasi dengan budaya setempat. kondisi masyarakat saat ini (disruption).
Batik tulis Lasem mempunyai warna khas Strategi pengusaha batik tulis Lasem dalam
yaitu merah. Ciri khas inilah yang kemudian mengembangkan usahanya sangat variatif.
menjadikan batik tulis Lasem mendapat Penulis mengklasifikasikan strategi yang
sebutan batik pesisiran. Keunikan batik dilakukan pengusaha ke dalam tiga
Lasem itu mendapat tempat penting di kelompok berdasarkan skala bisnis yang
dunia perdagangan. Selanjutnya dari masa dimiliki, yaitu pengusaha besar, pengusaha
ke masa batik tulis Lasem mengalami menengah dan pengusaha baru atau kecil.
pasang surut bisnis. Pada awal tahun 2000- Ada pun penjelasan dari klasifikasi tersebut
an hanya sisa beberapa pengusaha saja kami jelaskan di bawah ini.
(peranakan cina) yang masih bertahan dan
konsisten memproduksi batik tulis Lasem. Pengusaha Besar
Industri kreatif batik tulis Lasem secara Para pengusaha besar batik tulis Lasem
bertahap mulai berkembang pada sekitar tidak bisa lepas dari perjalanan sejarah batik
2005-an hingga sekarang. Berdasarkan data tulis lasem itu sendiri. Para pengusaha besar
dari Dinas Peridustrian, Perdagangan dan yang telah lama membangun bisnisnya
Koperasi, Kabupaten Rembang pada tahun adalah mayoritas peranakan cina yang
2017 ada sekitar 120 industri batik tulis tinggal di daerah Lasem. Lasem merupakan
salah satu daerah di Kabupaten Rembang Ma’sum, Ketua Koperasi yang juga
yang sangat kental hubunganya dengan pegusaha batik tulis Lasem dalam usahanya
para keturunan cina. Pada masa awal menawarkan corak dan motif yang berbeda.
perkembangannya, batik tulis Lasem Bahkan para pelanggan bisa membuat
merupakan usaha turun-temurun keluarga. custom sesuai motif request. Strategi yang
Seiring berjalannya waktu, dengan dilakukan oleh Ma’shum ini karena dia
karakteristik keturunan cina yang gigih dan mengidentifikasi bahwa para pelanggan
ulet, para pengusaha peranakan ini mampu batik tulis Lasem mempunyai tingkat
membangun usahanya dengan baik. kesenian yang tinggi. Selain itu pangsa
Pengrajin batik yang tertua adalah Sigit pasar yang ia tuju adalah kelas menengah
Witjaksono atau Nyo Tjoen Hian. Sigit ke bawah. Sehingga tidak masalah apabila
Witjaksono lahir pada 1929. Lelaki yang kini harga yang ditawarkan oleh produknya
berusia 85 tahun itu mewarisi usaha batik cukup mahal dibandingkan dengan batik
dari sang ayah, Nyo Wat Dyiang, yang tulis Lasem lainnya. Hal itu ia lakukan
berdiri pada 1923. Sigit menamakan usaha sebagai bentuk strategi untuk membedakan
kerajinan batiknya Sekar Kencana. batik-batik tulis Lasem pada umumnya.
Kemudian diteruskan oleh generasi- Apalagi persaingan kedepan akan semakin
generasi selanjutnya hingga saat ini. Pasca berat karena banyaknya batik cap (luar
diakuinya batik tulis Lasem diakui sebagai negeri) yang mudah kita temui di situs-situs
warisan Indonesia, barulah para pelaku e-commerce.
usaha batik lebih bervariatif. Hal yang berbeda dilakukan oleh
Para pengusaha besar tentu mempunyai Santosa Hartono dengan merek dagang
beragam strategi menanggapi kondisi Pusaka Beruang. Salah satu pengusaha
eksternal yang kompetitif. Karena sudah peranakan cina ini mempunyai karyawan
lama berkecimpung dalam usaha batik. dan jaringan bisnis yang sangat luas.
Pengusaha besar ini mayoritas Santosa memiliki 600-an pengrajin dan
mengandalkan jaringan usaha yang telah mampu menghasilkan 100-125. Mereka
mereka bangun. Jaringan ini menyebar lebih banyak menggunakan jaringan bisnis
melalui word of mouth, dan dari komunitas yang telah dia miliki. Sesekali dari mayoritas
satu dengan yang lainya. Menurut Ma’sum pengusaha besar ini mengikuti even-even
Ahadi, salah satu pengusaha batik yang pameran skala nasional bahkan
telah lama berkecimpung dalam dunia batik, internasional. Hal itu juga dibenarkan oleh
menjelaskan bahwa batik yang Ia produksi Sri Winarti pemilik merek batik Sumber
mempunyai ciri khas tersendiri. Selain itu Rezeki. Kemampuan modal dan manajemen
produksi batik Ma’sum menggunakan yang telah diorganisasikan membuat
warna alami dari alam. Pemilik Dampo mereka cukup leluasa mempromosikan
Awang Batik Art ini memang lebih menitik produknya secara langsung.
beratkan pada nilai filosofi dan seni yang Jika dilihat dari proses pencarian
terkandung dalam batik tulis Lasem yang informasi baik itu melalui observasi maupun
diproduksinya. wawancara, penulis menemukan bahwa
mayoritas pengusaha skala besar ini
Pengusaha Menengah
Pengusaha batik tulis dengan skala
menengah mempunyai beberapa strategi
yang menonjol. Mereka memanfaatkan
teknologi dan sosial media secara efektif.
Selain itu mereka juga intens mengikuti
pameran-pameran batik. Para pengusaha
batik juga pro aktif mencari partner
kerjasama dari pihak ketiga, mulai dari
pemerintah hingga perguruan tinggi.
Beberapa strategi ini bertujuan untuk
meningkatkan promosi, memperluas
jaringan sekaligus meningkatkan hasil
Gambar 1. Showroom Pusaka Beruang
penjualan batik tulis Lasem. Hal itu seperti
yang disampaikan oleh Samsul Hadi dengan
Strategi yang dilakukan mayoritas merek dagang Sekar Gading. Samsul
pengusaha besar ini cukup beralasan, menggunakan cara kovensional dan online
karena sebagian besar dari mereka telah untuk memasarkan hasil produknya. Pangsa
membangun usahanya dalam kurun waktu pasar yang dituju oleh Samsul adalah
yang lama. Selain itu jaringan bisnis yang menengah kebawah.
Samsul juga secara aktif mencari beberapa ikut tergabung dalam Koperasi
kerjasama dan mengajukan bantuan Batik tulis Lasem. Peran aktif yang
pembiayaan usahanya kepada pihak ketiga. ditunjukkan oleh sebagian besar pengusaha
Pengusaha muda ini pernah mendapatkan skala menengah ini tidak lain karena faktor
bantuan dari Kemenpora RI sebesar 10 juta. sumber daya manusia yang mau untuk
Nominal itu tentu sangat bermanfaat berpikir ke depan. Selain itu mereka juga
digunakan untuk mengembangkan usahnya. cakap menjalin kolaborasi dan kerjasama
Hal yang relatif sama juga dilakukan oleh dengan pihak lain. Adapun dalam
UD. Mulyajaya yang mendapatkan bantuan menghadapi era disruption seperti ini, para
dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pengusaha batik tulis Lasem dituntut untuk
UNNES (Universitas Negeri Semarang). lebih banyak menjalin networking dan
Pemiliknya yang bernama Murwati sangat kolaborasi (Kasali, 2017). Kolaborasi dan
aktif membangun jejaring dan mencari networking akan menambah perspektif dan
partner untuk mengembangkan usahanya. informasi baru, sehingga memungkinkan
Adanya internet dan digital sangat para pengusaha melakukan inovasi.
membantu pengusaha batik tulis Lasem
apabila jaringan konvensional (showroom Pengusaha Baru atau Kecil
dan pameran) sedang lesu. Menurut Aris Pergeseran dan perkembangan
Setiawan, pengusaha batik tulis Lasem yang teknologi informasi yang cepat berdampak
mempunyai merek dagang Aris Batik ini pada kehidupan masyarakat termasuk
menjelaskan bahwa adanya internet sangat kegiatan ekonomi. Adanya internet, aplikasi,
membantu proses akselerasi pasar dan dan platform berbasis marketplace atau
memperluas jaringan. Dalam keteranganya penyedia barang bisa menjadi ancaman
Arif menjelaskan bahwa dengan adanya sekaligus peluang besar bagi
internet dia memperoleh customer baru. pengembangan industri kreatif pada tataran
Arif biasanya menggunakan e-
media lokal. Untuk menghadapi kondisi ini para
commerce (tokopedia, bukalapak, shopee) pengusaha batik yang baru memulai
dan sosial media (facebook, twitter, dan usahanya dalam beberapa tahun atau skala
instagram) untuk mempromosikan produk bisnisnya masih kecil, sangat mendapatkan
batiknya. manfaat dengan adanya digitalisasi atau
Sebagian besar pengusaha dengan skala internet. Melalui digitalisasi usaha batik,
menengah menggunakan 2 strategi pengusaha menjadikan internet atau
sekaligus, yaitu secara konvensional dan digitalisasi ini sebagai sumber daya strategi
menggunakan teknologi informasi (online). (Valenduc & Vendramin, 2017).
Pengusaha kelas menengah ini juga ini Penggunaan internet dalam
sangat aktif memanfaatkan adanya mendongrak penghasilan dari pengusaha
kolaborasi atau kerjasama dengan pihak batik ini sangat dimanfaatkan betul oleh
ketiga untuk mengembangkan usahanya. pengusaha batik baru atau skala kecil.
Mayoritas dari mereka juga sudah Mereka memanfaatkan sosial media dan
tergabung dalam industri kreatif Kabupaten beberapa marketplace untuk mengenalkan
Rembang Kluster Batik, selain itu juga produknya ke masyarakat luas. Selain itu
Gambar 2. Gambar Tangkapan Layar Salah Satu Merk Batik Tulis Lasem
jangkauan pasar juga menjadi sangat luas sangat bergantung dari adanya pameran
tidak hanya berkisar pada daerah jawa dan showroom, hal itu dikarenakan melalui
tengah saja. Tetapi bisa mencapai Indonesia ajang pameran dan showroom mereka bisa
kawasan timur. Seperti yang dituturkan oleh mengenalkan produknya ke masyarakat.
pemilik merk Osie Batik. Selain masalah pemasaran, masalah
“Kami pernah mendapatkan order di lainnya adalah manajemen usahanya.
bukalapak mas untuk kirim batik di Makassar, Mayoritas dari pengusaha kecil ini berbasis
Alhamdulillah mas, pelan-pelan produk saya industri rumahan. Maka manajemen yang
bisa dikenal oleh orang” (Wawancara dengan dipakai pun juga masih sederhana.
Henry Hartono, 28 Desember 2018) Pengusaha skala kecil ini sangat kerepotan
Meski demikian, dalam waktu yang mengorganisasi usahanya. Mulai dari
sama Henry mengatakan bahwa usaha persiapan produksi, produksi, pemasaran,
dengan skala kecil dan tergolong baru penjualan, semua dilakukan secara
sering mengalami kendala dalam masalah individual oleh pemilik usaha batik. Kondisi
pemasaran. Hal itu diperkuat bahwa salah ini menjadi tantangan tersendiri bagi bagi
satu permasalahan dalam proses pengusaha skala kecil di era kompetisi.
pengembangan produk batik khususnya Padahal jika kita lihat strategi dengan
batik tradisional adalah pemasaran memasarkan melalui digital mempunyai
(Wahyuni et al., 2014). Peryataan tersebut peluang yang besar bagi mereka untuk
juga penulis temui pada pengusaha batik mengenalkan produk mereka sekaligus
tulis Lasem kelas kecil lainnya. Bahwa meningkatkan hasil pendapatan mereka.
mereka mengalami kendala dalam proses Gambar 2 di atas merupakan salah satu
pemasaran. Namun berkat adanya internet contoh akun IG Osie Batik yang dikelola
dan platform marketplace mereka bisa langsung oleh pemiliknya langsung. Dengan
memasarkan produknya secara mandiri. proses manajemen seperti produksi,
Mereka bisa lebih banyak mendapat promosi dan distribusi yang dilakukan
pemasukan dari penjualan berbasis online. secara mandiri sulit untuk memperoleh hasil
Disamping itu para pengusaha skala kecil ini maksimal. Apalagi dengan keterbatasan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah. Vol. 38 No. 2, Desember 2021, hal. 109 - 124
sumber daya dan pengetahuan yang disruption. Pertama, pengusaha batik tulis
dimiliki oleh pengusaha itu sendiri. Hal ini Lasem skala besar menggunakan jaringan
lah yang menjadi alasan beberapa akun bisnis yang telah dibangun sejak lama dan
online penjualan dan strategi marketing mengandalkan showroom yang dimilikinya
online-nya kurang berjalan dengan baik. untuk memasarkan produknya. Kedua,
Penggunaan teknologi informasi seperti pengusaha dengan skala menengah
internet atau e-commerce meningkatkan menggunakan strategi konvensional dan
kelincahan dan mendapat keuntungan daya online, yaitu dengan tetap megikuti
saing sebuah industri kreatif (Qosasi et al, pameran demi pameran dan sekaligus
2019). Ini lah yang alasan yang memperkuat menggunakan pemasaran online. Ketiga,
pengusaha batik Lasem skala kecil pengusaha batik skala kecil lebih banyak
memanfaatkan internet dalam bisnisnya. mengandalkan strategi online, meskipun
Melalui kapabilitas ICT dalam skala sesekali mengikuti pameran. Penggunaan
bisnisnya, peluang untuk memperoleh pemasaran online tentu akan mengurangi
keberhasilan akan semakin besar. Akan biaya promosi yang dikeluarkannya oleh
tetapi yang perlu dicatat adalah para pengusaha.
pengusaha atau user juga harus kompeten Temuan lain dalam penelitian ini adalah
untuk mengoperasikannya. Padahal pengusaha skala menengah dan kecil
faktanya adalah banyak pengusaha batik mempunyai kendala dalam proses
tulis Lasem yang kurang cakap dalam hal manajemen. Pengusaha batik tulis skala
teknologi informasi, disamping faktor umur. menengah dan kecil berpendapat dengan
Disinilah peran generasi milenial atau adanya internet dan teknologi informasi
pemuda untuk membantu para pengusaha seperti sosial media bisa membantu
batik tulis Lasem. Para milenial yang melek mengembangkan usahanya. Pengusaha
dengan teknologi informasi bisa membantu kelas menengah ini juga sangat aktif
para pengusaha batik tulis Lasem skala kecil melakukan kerjasama untuk
dalam pemasaran online. Selain itu mengembangkan usahanya. Disamping itu
pemerintah juga perlu meningkatkan penulis menemukan beberapa kendala
kompetensi pengusaha di tengah dalam proses manajemen dan
perubahan sosial yang sangat cepat. Karena pengembangan usaha batik tulis lasem.
bagaimanapun, kreativitas dan inovasi Seperti kurangnya wawasan dan
mempunyai pengaruh kuat untuk kompetensi penguasaan bahasa asing. Hal
menstimulasi nilai dalam pemasaran itu terlihat jika ada kunjungan turis
(Hadiyati, 2012). mancanegara yang ingin mengetahui batik
tulis Lasem dan kualitas produk para
KESIMPULAN DAN SARAN pengusaha dan karyawannya mengalami
Kesimpulan kesulitan untuk menjelaskan. Sebagian kecil
Pengusaha batik tulis Lasem memiliki pengusaha masih kurang cakap dalam
strategi yang beragam dalam menghadapi menggunakan teknologi informasi
perkembangan teknologi informasi di era khususnya marketing online. Kedua,
pengusaha batik tulis Lasem skala kecil