Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KOPERASI & UKM
Disusun oleh:
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1) Apa hambatan atau permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan UKM
kerajinan batik tulis di Indonesia?
2) Bagaimana solusi permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan UKM
kerajinan batik tulis di Indonesia?
3) Bagaimana peran pemerintah serta peran masyarakat dalam perkembangan
UKM kerajinan batik tulis di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN UMUM
1. Pengertian Koperasi dan UKM
Di Indonesia pengertian Koperasi menurut Undang-undang Koperasi
tahun 1967 No. 12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai
berikut : “Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan.”
Pengertian koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang
berarti usaha bersama. Dengan kata lain segala pekerjaan yang dilakukan
secara bersama-sama. Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah
untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai kepeerluan hidupnya dengan
ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju1 . Pada koperasi
didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan. Dasar hukum
keberadaan koperasi di Indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 dan UU No.2
25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal33 ayat (1)
UUD 1945 antara lain dikemukakan bahwa “perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” dan ayat (4) dikemukakan
bahwa “bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebeersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga
keseimbangan”, sedangkan menurut pasal1 UU No. 25/1992, yang dimaksud
dengan koperasi di Indonesia adalah : “ Badan usaha yang beranggotakan
orang-seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki definisi yang berbeda pada setiap
literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Adapun pengertian UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil,dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang.
Pengertian UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dari berbagai literatur memiliki
beberapa persamaan, sehingga dari pendapat-pendapat tersebut dapat
diambil satu kesimpulan bahwa UKM (Usaha Kecil dan Menengah) adalah
sebuah perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak, yang memiliki
tenaga kerja 1-100 orang lebih, milik Warga Negara Indonesia dengan total
penjualan maksimal 1 Milyar/tahun.
B. TINJAUAN KHUSUS
1. Perkembangan Sektor Kerajinan Batik Tulis di Indonesia
Sektor kerajinan batik di Indonesia umumnya merupakan industri kecil
menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat.
Sebelum krisis moneter pada tahun 1997 sektor kecil menengah ini sempat
mengalami kemajuan yang pesat. Beberapa pengusaha batik sempat
mengalami masa kejayaan. Apalagi pada tahun 1980-an batik merupakan
pakaian resmi yang harus dipakai pada setiap acara kenegaraan ataupun
acara resmi lainnya. Sehingga dapat mengenalkan dan meningkatkan citra
batik di dunia internasional pada waktu itu. Sektor batik di Indonesia tersebar
di beberapa daerah di pulau Jawa yang kemudian menjadi nama dari jenis-
jenis batik tersebut seperti batik Pekalongan, batik Surakarta, batik Yogya,
batik Lasem, batik Cirebon, batik Sragen. Setiap batik dari daerah tersebut
memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang diproduksi ada tiga yaitu
batik tulis, batik cap dan batik printing. Perkembangan Industri batik di
Indonesia sangat terkait dengan perkembangan batik yang dimulai sejak
beratus-ratus tahun yang lalu.
Status wilayah penghasil batik masih melekat pada Pulau Jawa.
Delapan puluh tujuh persen industri batik di Indonesia tersebar di Jawa Barat
(38,42%), Jawa Tengah (26,22%), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
(19,52%), Jawa Timur(2,66%), Banten (0,23%), dan Daerah Khusus Ibu kota
(DKI) Jakarta (0,05%) sedangkan diluar Pulau Jawa industri batik terbanyak
berada di Provinsi Jambi. Provinsi Jawa Barat menempati peringkat satu
dengan jumlah industri batik terbanyak. Hal ini tidak terlepas dari status
Cirebon yang merupakan salah satu sentra batik dan telah mengukir
perjalanan panjang panjang hingga saat ini (Handayani, 2018). Di wilayah ini,
beberapa perajin batik bahkan telah memiliki cabang di kota besar lain,seperti
Jakarta dan Yogyakarta sehingga pemasarannya semakin meluas. Selain
itu,ada beberapa perajin batik tulis besar yang berhasil ekspor (Wahyuningsih
& Fauziah,2016). Perkembangan industri batik di Cirebon juga dipengaruhi
oleh pesanan motif khas dari daerah lain seperti Sumatera Selatan karena
keterbatasan sumber daya manusia di wilayahnya (Suryani, 2017).
3. Solusi Permasalahan
Adanya hambatan-hambatan di atas, maka terdapat langkah-langkah
untuk memecahkan permasalahan tersebut, yaitu antara lain:
a) Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas caranya
melakukan komunikasi dengan pihak pengrajin yang menjadi kendala
dalam proses pengembangannya, di samping itu pemerintah setiap dua
bulan sekali mengadakan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak
Lembaga Swadaya Masyarakat.
b) Menyediakan peralatan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
c) Untuk persaingan pasar terutama mengenai harga produk lain yang lebih
murah, maka pengrajin kembali menghitung biaya produk tersebut
kemudian menstandarkan harganya.
d) Untuk meningkatkan daya saing produk, para pelaku UKM harus lebih
kreatif dan inovatif dalam memproduksi barang. Agar produk dilirik,
kemudian harus menawarkan produk inovatif yang berbeda dengan
produk sejenis lainnya.
e) Konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor
dari negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh
masyarakat Indonesia, UKM kerajinan batik Indonesia harus tetap
konsisten menjaga kualitas produk yang mereka pasarkan. Salah satunya
membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap
proses produksi sehingga barang-barang yang dipasarkan memiliki
kualitas atau standar mutu yang terjamin.
5. Peran Pemerintah
Pemerintah melakukan usaha-usaha dalam berbagai bidang.
Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2008 dan dikuatkan dengan
pendapat para ahli pemerintah melakukan usaha untuk menumbuhkan iklim
usaha yang kondusif di bidang permodalan, sarana dan prasarana, perizinan
usaha, dan informasi usaha serta untuk mengembangkan dan membina
UMKM di bidang desain dan teknologi, sumber daya manusia, produksi dan
pengolahan, dan pemasaran. Upaya pemberdayaan ini akan berhasil jika
aspek-aspek penting dalam pemberdayaan tercapai seperti partisipasi,
kapasitas organisasi lokal, profesionalitas pelaku pemberdaya, dan aliran
informasi.
Dukungan pemerintah melalui pelatihan manajemen usaha ini
diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar Batik di Indonesia, karena
permintaan akan kebutuhan masyarakat terhadap batik meningkat. Ke-
berhasilan dalam mempromosikan batik di Indonesia merupakan salah
satu hal terpenting dalam peningkatan penjualan batik.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada pasal 14 yang dapat
dilakukan pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yaitu dalam bentuk: (1) Fasilitasi permodalan, (2) Dukungan kemu-
dahan memperoleh bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses
produksi, (3) Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
manajerial dan produksi serta lain-lain jenis pendidikan dan pelatihan yang
dapat mendukung pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, (4)
Pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar, (5)
Pelibatan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan instansi
pemerintah, (6) Fasilitasi HAK.
6. Peran Masyarakat
“Bangsa yang besar adalah adalah bangsa yang menghargai
budayanya, Indonesia layak disebut bangsa yang berbudaya”. Penghargaan
batik sebagai warisan budaya sendiri inilah yang mengantarkan negara
Indonesia mendapatkan pengakuan dunia yang diwakili oleh UNESCO bahwa
Batik adalah Indonesia Cultural Heritage dan masuk dalam daftar World
Heritage. Pengakuan dunia atas batik Indonesia juga harus diikuti oleh
tindakan nyata bangsa Indonesia untuk melestarikan warisan budaya seni
batik. Salah satu tindakan nyata untuk membangkitkan kesadaran akan rasa
memiliki batik dan melestarikannya yaitu dengan menyelenggarakan event
atau acara-acara bertema batik.
Masyarakat sekarang ini juga banyak yang memakai baju batik
sebagai pakaian wajib kerja. Peran masyarakat sangatlah penting untuk
membudayakan berpakaian batik. Sehingga para pelaku UKM kerajinan batik
di Indonesia akan semakin meningkat.
A. Kesimpulan
UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil,dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang. Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil –
hasil pembangunan.
Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh UKM kerajinan batik
di Indonesia, yaitu dukungan pemerintah yang belum optimal, adanya pasar
dalam negeri, dan masuknya batik impor. Namun beberapa permasalahan
dapat diatasi jika pemerintah dan masyarakat dapat berkerja sama dan
bersinergi dalam upaya pengembangan UKM kerajinan batik yang ada di
Indonesia.
DFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. 1997.
Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Departemen Perindustrian dan
Perdagangan RI.
Masiswo, Setiawan. J., Atika. V., & Mandegani, G. B. 2017. Karakteristik Fisik
Produk Batik dan Tiruan Batik. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah,
34 (2), 103-112. https://doi.org/10.22322/dkb.v32i2.343.9
Musman dan Arini. 2011. Batik Warisan Adi Luhung Nusantara. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Nurainun, Heriyana, & Rasmiyah. 2008. Analisis Industri Batik di Indonesia. Fokus
Ekonomi. 7(3), 124-135.
Sukirno, Sadono. 2009. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja Graffindo.
Tulus T.H. Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa
Isu Penting. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Wardiyatmoko, K. 1996. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta: PT. Erlangga.