Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERKEMBANGAN UKM KERAJINAN BATIK DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KOPERASI & UKM

Disusun oleh:

Nama : Bella Jessica


NIM :181010500505
Mata Kuliah : Koperasi & UKM
Ruang : OL-799

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai jumlah
penduduk yang padat. Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan
masalah yang terus menerus terjadi dan akan terus menjadi kendala dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Kondisi seperti ini menjadi sebuah
indikator bahwa masyarakat belum berperan serta dengan adanya
pembangunan. Masyarakat berhak berpartisipasi dalam pembangunan dan
pembentukan produk-produk nasional. Hal tersebut adalah salah satu indikator
bahwa perlu adanya pemberdayaan ekonomi yang berbasis kerakyatan.
Industri merupakan salah satu aktifitas ekonomi yang memiliki peluang
besar untuk perluasan lapangan perkerjaan. Mengingat hampir sebagian besar
penduduk di Indonesia tinggal di wilayah perdesaan. UKM merupakan
penombang perekonomian bangsa. Menurut (Nuhung,2012) UKM berperan
sangat penting dalam mengurangi angka pengangguran, menyediakan lapangan
pekerjaan dan mengurangi angka kemiskinan. Pengembangan dan
pemberdayaan sektor UKM diartikan menjadi salah satu keberhasilan
pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki penghasilan
berkapita rendah.
Peran penting keberadaan UKM di Indonesia semakin terasa dalam
proses pembangunan ekonomi nasional Indonesia. Pada awalnya keberadaan
UKM hanya dianggap sebagai sumber penting dalam penciptaan lapangan
pekerjaan dan penggerak pembangunan ekonomi daerah di perdesaan, tetapi
pada era globalisasi saat ini dan masa mendatang, keperadaan UKM semakin
penting yaitu sebagai salah satu sumber devisa ekspor non migas Indonesia
(Tambunan,2002).
Sriyana (2010) mencatat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM)
mempunyai peranan penting dalam perekonomian lokal daerah. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan UKM dalam menggerakkan aktivitas ekonomi
regional dan penyediaan lapangan kerja. Namun, UKM masih menghadapi
berbagai masalah mendasar, yaitu masalah kualitas produk, pemasaran dan
keberlanjutan usaha. Diperlukan berbagai kebijakan terobosan untuk memotong
mata rantai masalah yang dihadapi UKM, khususnya untuk mengatasi beberapa
hal yang menjadi hambatan dalam bidang pengembangan produk dan
pemasaran. Adapun regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk memberikan
peluang berkembangnya UKM meliputi perbaikan sarana dan prasarana, akses
perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik untuk mendukung dan
meningkatkan daya saing mereka serta untuk meningkatkan pangsa pasar.
Batik merupakan salah satu produk tekstil hasil karya tradisional bangsa
Indonesia. Hampir setiapdaerah di Indonesia memiliki hasil karya batik dengan
kekhasan motifnya. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak ragam
kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan dan dijaga kualitasnya. Pengukuhan
batik sebagai warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2009 memberikan
kebanggaan sekaligus tantangan bagi pemangku kepentingan di Indonesia.
Bukan saja sebagai warisan budaya tetapi batik memiliki nilai ekonomi dan dapat
menghidupi para pengelola usaha, perajin, maupun pedagang. Disadari bahwa
batik dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, pelestarian dan perkembangan
usaha batik harus meningkatkan hasil karya dengan kualitas dan ciri khas daerah
agar mendapat dukungan dari semua pihak.
Industri batik adalah salah satu industri kecil yang bergerak di bidang
kerajinan umum yang mendukung sektor wisata. Selain usaha kecil sektor wisata
juga menjadi sektor alternatif yang tidak begitu mengalami dampak dalam krisis
ekonomi. Batik merupakan salah satu produk tekstil hasil karya tradisional
bangsa Indonesia. Hampir setiapdaerah di Indonesia memiliki hasil karya batik
dengan kekhasan motifnya. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak ragam
kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan dan dijaga kualitasnya. Pengukuhan
batik sebagai warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational,
Scientific, and CulturalOrganization (UNESCO) tahun 2009 memberikan
kebanggaan sekaligus tantangan bagi pemangku kepentingan di Indonesia.
Bukan saja sebagai warisan budaya tetapi batik memiliki nilai ekonomi dan dapat
menghidupi para pengelola usaha, perajin, maupun pedagang. Disadari bahwa
batik dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, pelestarian dan perkembangan
usaha batik harus meningkatkan hasil karya dengan kualitas dan ciri khas daerah
agar mendapat dukungan dari semua pihak.
Meskipun demikian pengembangan industri kerajinan dan batik
menghadapi beberapa permasalahan produksi dan pasar. Produktifitas yang
masih rendah, modal yang terbatas, manajemen belum banyak diterapkan,
terbatasnya akses informasi pasar. Hal ini menjadikan daya saing produk yang
lemah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1) Apa hambatan atau permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan UKM
kerajinan batik tulis di Indonesia?
2) Bagaimana solusi permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan UKM
kerajinan batik tulis di Indonesia?
3) Bagaimana peran pemerintah serta peran masyarakat dalam perkembangan
UKM kerajinan batik tulis di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM
1. Pengertian Koperasi dan UKM
Di Indonesia pengertian Koperasi menurut Undang-undang Koperasi
tahun 1967 No. 12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai
berikut : “Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan.”
Pengertian koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang
berarti usaha bersama. Dengan kata lain segala pekerjaan yang dilakukan
secara bersama-sama. Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah
untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai kepeerluan hidupnya dengan
ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju1 . Pada koperasi
didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan. Dasar hukum
keberadaan koperasi di Indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 dan UU No.2
25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal33 ayat (1)
UUD 1945 antara lain dikemukakan bahwa “perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” dan ayat (4) dikemukakan
bahwa “bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebeersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga
keseimbangan”, sedangkan menurut pasal1 UU No. 25/1992, yang dimaksud
dengan koperasi di Indonesia adalah : “ Badan usaha yang beranggotakan
orang-seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki definisi yang berbeda pada setiap
literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Adapun pengertian UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil,dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang.
Pengertian UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dari berbagai literatur memiliki
beberapa persamaan, sehingga dari pendapat-pendapat tersebut dapat
diambil satu kesimpulan bahwa UKM (Usaha Kecil dan Menengah) adalah
sebuah perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak, yang memiliki
tenaga kerja 1-100 orang lebih, milik Warga Negara Indonesia dengan total
penjualan maksimal 1 Milyar/tahun.

2. Ruang Lingkup Koperasi dan UKM


Ruang lingkup koperasi meliputi;
a) Manajemen koperasi
Kegiatan ini bertujuan mengorganisasikan kegiatan secara baik.
Dalam manajemen koperasi terdapat struktur organisasi dengan
masa jabatan pengurus paling lama lima tahun. Pada bidang ini
meliputi pengelolaan koperasi selama pengelolaan.
b) Perangkat Organisasi
Pada undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian disebutkan bahwa perangkat organisasi terdiri atas
rapat anggota, pengurus dan pengawas dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Rapat Anggota
Rapat anggota adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh atau
sebagian anggota koperasi. Rapat anggota merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota mempunyai
wewenang menetapkan:
a) Anggaran Dasar (AD).
b) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan
usaha koperasi.
c) Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas.
d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi serta pengesahan laporan keuangan.\
e) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan
tugasnya.
f) Pembagian sisa hasil usaha (SHU).
g) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
koperasi.
2) Pengurus
Tugas pengurus koperasi adalah sebagai berikut:
a) Mengelola koperasi dan usahanya.
b) Mengajukan rancangan kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
c) Menyelenggarakan rapat anggota.
d) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas.
e) Menyelenggarakan pembukuan, keuangan dan inventaris
secara tertib.
f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
3) Pengawas
Tugas pengawas koperasi adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan koperasi.
b) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Laporan
hasil pengawasan itu harus dirahasiakan terhadap pihak ketiga
(bukan anggota koperasi yang bersangkutan).
c) Kegiatan Koperasi
Dalam kegiatan koperasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Sebagai kelompok usaha keperluan jasa. Dalam usaha ini
diantaranya menyediakan modal yang dapat dipinjam oleh
anggotanya dengan bunga rendah.
2) Sebagai kelompok usaha yang mendatangkan barang yang
diperlukan anggota, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun
untuk perusahaan maupun untuk perusahaan anggotanya.
3) Sebagai usaha untuk memasarkan hasil produksi dari anggota.

Ruang lingkup UKM meliputi:


a) Ciri dan karakteristik UKM
Ciri dan Karakteristik UKM tidak hanya berbeda dari aspek modal,
omzet, dan jumlah tenaga kerja. Perbedaan UKM dengan usaha besar
dapat pula dibedakan berdasarkan ciri dan karakteristik yang terdapat
dalam UKM itu sendiri. Menurut Saifuddin Sarief seperti dikutip oleh Ismet
Abdullah (2004), ciri-ciri UKM dapat dijelaskan berdasarkan kelompok
usahanya. Usaha mikro, umumnya dicirikan oleh beberapa kondisi berikut:
1) Belum melakukan manajemen/pencatatan keuangan, sekalipun yang
sederhana, atau masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca
usahanya.
2) Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rata-rata sangat rendah,
umumnya tingkat SD, dan belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
3) Pada umumnya, tidak/belum mengenal perbankan, tetapi lebih
mengenal rentenir atau tengkulak.
4) Umumnya, tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya,
termasuk NPWP.
b) Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan
Rachman, 2002) antara lain:
1) Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
3) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan
berskala besar yang pada umumnya birokratis.
4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
(Tambunan, 2002) adalah:
1) Kesulitan pemasaran Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh
James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN
menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah
pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah
tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk
yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun
dipasar ekspor.
2) Keterbatasan finansial UKM di Indonesia menghadapi dua masalah
utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal
maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi
yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.
3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan sumber
daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di
Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen,
teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi,
mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan
penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan
efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar
dan menembus pasar baru.
4) Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku dan input-input lain
juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan
output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama
selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah
seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam
rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap
dolar AS.
5) Keterbatasan teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di
Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam
bentuk mesin-mesin tua atau alatalat produksi yang sifatnya manual.
Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah
produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya
kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia
untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi
disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi
untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai
perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia
yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

3. Kebijakan Pemerintah dalam Koperasi dan UKM


Pengelolaan UKM di Indonesia dilakukan di bawah Kemenkop dan
UKM. Dalam rangka mewujudkan pengembangan UKM di Indonesia,
Kemenkop dan UKM memiliki beberapa strategi. Di dalam rencana
strategisnya, dijelaskan bahwa arah kebijakan yang dikeluarkan memiliki
beberapa fokus yang berkaitan dengan UMK, yaitu peningkatan iklim usaha
yang kondusif (pengembangan peraturan dan perundang-undangan yang
memudahkan, pembentukan forum dan peningkatan koordinasi antar
lembaga, peningkatan kemampuan dan kualitas aparat, pengembangan
model teknologi untuk mendukung UMK, dan lain-lain), peningkatan akses
terhadap sumber daya produktif (penguatan permodalan UMKM,
pengupayaan penurunan suku bunga pinjaman bagi UMKM, restrukturisasi
usaha, peningkatan produktivitas dan mutu, pemberdayaan lembaga
pengembangan bisnis, fasilitas investasinya, dan pengembangan sistem
bisnis), pengembangan produk dan pemasaran (pemanfaatan ilmu dan
teknologi, penguatan jaringan usaha dalam dan luar negeri, dan fasilitasi
promosi), dan peningkatan daya saing SDM (pengembangan kewirausahaan,
manajerial, keahlian teknis, dan kemampuan dasar). Selain fokus strategi
tersebut, kebijakan Kemenkop dan UMK juga dimaksudkan untuk mendukung
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, meningkatkan sarana dan
prasarana aparatur kementerian, dan mengembangkan program dan kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan UMK. Di samping program-program
yang dijalankan oleh Kemenkop dan UMK, beberapa lembaga lain di
Indonesia juga melakukan usaha untuk membantu perkembangan UMK.

B. TINJAUAN KHUSUS
1. Perkembangan Sektor Kerajinan Batik Tulis di Indonesia
Sektor kerajinan batik di Indonesia umumnya merupakan industri kecil
menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat.
Sebelum krisis moneter pada tahun 1997 sektor kecil menengah ini sempat
mengalami kemajuan yang pesat. Beberapa pengusaha batik sempat
mengalami masa kejayaan. Apalagi pada tahun 1980-an batik merupakan
pakaian resmi yang harus dipakai pada setiap acara kenegaraan ataupun
acara resmi lainnya. Sehingga dapat mengenalkan dan meningkatkan citra
batik di dunia internasional pada waktu itu. Sektor batik di Indonesia tersebar
di beberapa daerah di pulau Jawa yang kemudian menjadi nama dari jenis-
jenis batik tersebut seperti batik Pekalongan, batik Surakarta, batik Yogya,
batik Lasem, batik Cirebon, batik Sragen. Setiap batik dari daerah tersebut
memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang diproduksi ada tiga yaitu
batik tulis, batik cap dan batik printing. Perkembangan Industri batik di
Indonesia sangat terkait dengan perkembangan batik yang dimulai sejak
beratus-ratus tahun yang lalu.
Status wilayah penghasil batik masih melekat pada Pulau Jawa.
Delapan puluh tujuh persen industri batik di Indonesia tersebar di Jawa Barat
(38,42%), Jawa Tengah (26,22%), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
(19,52%), Jawa Timur(2,66%), Banten (0,23%), dan Daerah Khusus Ibu kota
(DKI) Jakarta (0,05%) sedangkan diluar Pulau Jawa industri batik terbanyak
berada di Provinsi Jambi. Provinsi Jawa Barat menempati peringkat satu
dengan jumlah industri batik terbanyak. Hal ini tidak terlepas dari status
Cirebon yang merupakan salah satu sentra batik dan telah mengukir
perjalanan panjang panjang hingga saat ini (Handayani, 2018). Di wilayah ini,
beberapa perajin batik bahkan telah memiliki cabang di kota besar lain,seperti
Jakarta dan Yogyakarta sehingga pemasarannya semakin meluas. Selain
itu,ada beberapa perajin batik tulis besar yang berhasil ekspor (Wahyuningsih
& Fauziah,2016). Perkembangan industri batik di Cirebon juga dipengaruhi
oleh pesanan motif khas dari daerah lain seperti Sumatera Selatan karena
keterbatasan sumber daya manusia di wilayahnya (Suryani, 2017).

2. Hambatan atau Permasalahan UKM Kerajinan Batik di Indonesia


Dukungan Pemerintah. Dukungan pemerintah selama ini diarahkan
pada aspek promosi batik dibeberapa even yang bisa dimanfaatkan oleh
UKM Batik untuk memasarkan produknya. Namun upaya ini kurang berjalan
maksimal karena even yang diselenggarakan terbatas, peserta yang ikut juga
terbatas sehingga belum bisa menjangkau seluruh UKM Batik. Ada juga
beberapa pelatihan membatik, bantuan modal usaha dan manajemen usaha.
Namun jika dilihat dari perkembangan lingkungan bisnis batik, apa yang
dilakukan oleh pemerintah tersebut belum bisa membantu UKM Batik secara
kontinyu dan berkelanjutan. Dukungan pemerintah untuk memasarkan batik di
luar negeri juga kurang masif sehingga pasar batik terbesar masih di pasar
dalam negeri. Dukungan pemerintah dalam hal penetapan SNI juga malah
memberatkan UKM Batik karena mereka harus merogoh kocek lebih banyak
untuk standardisasi. Pelabelan batik juga menjadi bumerang bagi usaha
mereka. UKM Batik lebih senang jika yang diberi label adalah kain yang
bermotif batik. Dalam hal impor, memang sudah ada kebijakan larangan
impor batik. Namun kenyataannya, sampai hari ini impor batik printing masih
membajiri pasar di Tanah Air.
Masuknya Batik Impor. Batik impor terus masuk ke Indonesia,
khususnya dari Tiongkok dan Malaysia. Batik impor ini harganya lebih murah
dan bukan merupakan batik tulis seperti yang kita lihat, namun sebagian
besar adalah batik cap dan printing yang penulis sebut sebagai batikan.
Dengan harga yang lebih murah, batik impor ini bisa leluasa masuk pasar-
pasar di Indonesia. Dengan masuknya batikan impor ini, secara langsung
menekan harga batik dalam negeri, mempengaruhi perputaran barang yang
akhirnya menghambat pertumbuhan UKM Batik di Indonesia dan di Jawa.
Kenaikan impor terus terjadi. Untuk mencegah membanjirnya produk batik
dari luar negeri, pemerintah berusaha membatasi impor batik.
Pasar Dalam Negeri. Hambatan juga datang dari pasar dalam negeri.
Dengan program dari Pemerintah Daerah masing-masing, banyak daerah di
Indonesia memproduksi batik. Termasuk juga di Jawa Tengah, hampir semua
kabupaten/kota di Jawa Tengah memiliki UKM Batik. Dengan banyaknya
UKM Batik, menambah pasokan batik di pasar sehingga jumlah batik dipasar
melimpah sementara permintaan bertumbuh secara lambat. Akibatnya
perputaran barang dagangan batik melambat dan menjadi hambatan bagi
UKM untuk mengembangkan usahanya.

3. Solusi Permasalahan
Adanya hambatan-hambatan di atas, maka terdapat langkah-langkah
untuk memecahkan permasalahan tersebut, yaitu antara lain:
a) Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas caranya
melakukan komunikasi dengan pihak pengrajin yang menjadi kendala
dalam proses pengembangannya, di samping itu pemerintah setiap dua
bulan sekali mengadakan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak
Lembaga Swadaya Masyarakat.
b) Menyediakan peralatan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
c) Untuk persaingan pasar terutama mengenai harga produk lain yang lebih
murah, maka pengrajin kembali menghitung biaya produk tersebut
kemudian menstandarkan harganya.
d) Untuk meningkatkan daya saing produk, para pelaku UKM harus lebih
kreatif dan inovatif dalam memproduksi barang. Agar produk dilirik,
kemudian harus menawarkan produk inovatif yang berbeda dengan
produk sejenis lainnya.
e) Konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor
dari negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh
masyarakat Indonesia, UKM kerajinan batik Indonesia harus tetap
konsisten menjaga kualitas produk yang mereka pasarkan. Salah satunya
membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap
proses produksi sehingga barang-barang yang dipasarkan memiliki
kualitas atau standar mutu yang terjamin.

4. SDA, SDM, dan SDT dalam UKM Kerajinan Batik di Indonesia


a. Sumber Daya Alam
UKM kerajinan batik harus menekankan pentingnya melakukan
pengelolaan limbah industri yang dihasilkan agar tidak merusak ekosistem
lingkungan. Pengunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan bakunya
seperti penggunaan media batik dari serat alam, penggunaan pewarna
alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbaharui, misal
malam batik berbasis sawit.
Selama ini, bahan baku produksi batik masih menggunakan malam
(lilin) dari formulasi parafin. Seperti diketahui, parafin bersumber dari
minyak bumi dan diprediksi perlahan akan habis karena termasuk energi
yang tidak bisa diperbarui. Hal ini dapat mengancam kelangsungan
industri batik tanah air. Selain itu, sebagian bagian besar parafin masih
diperoleh dengan cara impor. Dengan menggunakan malam batik
berbasis sawit, UKM Batik dapat menekan importasi parafin dan secara
otomatis, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik juga akan
meningkat.
Perekayasaan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan
efektifitas produksi, serta penerapan teknologi daur ulang limbah sisa
produksi seperti daur ulang sisa malam batik maupun daur ulang limbah
bahan pewarna juga bisa membantu mewujudkan industri batik
berwawasan lingkungan.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peran besar dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta menjadi
motor penggerak dalam menjalankan usaha. Untuk memenangkan
persaingan dibutuhkan strategi yang tepat dan sumber daya manusia
yang kreatif dan inovatif. Sumber daya manusia yang kreatif adalah
sumber daya manusia yang mampu menciptakan ide atau gagasan baru
untuk menghasilkan produk baru. Sumber daya manusia yang mempunyai
inovasi yakni sumber daya manusia yang mampu menciptakan
pembaruan yang bertujuan memberikan nilai lebih pada suatu produk
dengan ide baru yang berbeda dengan produk lainnya ( Hidayat , M.
2018).
Pelaku usaha batik di Indonesia, ditemukan bahwa sumber daya
manusia di Indonesia pada umumnya sudah berusia lanjut, berpendidikan
menengah kebawah, meskipun demikian pelaku usaha batik mempunyai
kemampuan membatik yang baik karena sudah terbiasa membatik sejak
usia muda sehingga dengan pengalaman tersebut membuat pembatik
mampu menghasilkan batik yang berkualitas baik. Akan tetapi mindset
yang kurang baik terhadap industri batik Indonesia membuat para
generasi muda enggan terjun ke industri batik. Kondisi ini membuat
kurangnya regenerasi sumber daya manusia dampaknya yakni hasil
produksi batik Indonesia pun belum begitu banyak ditemukan di pasaran.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka pelaku usaha
membuat beberapa strategi, yang mencakup :
Pemberian Motivasi. Untuk merubah mindset sumber daya
manusia, pelaku usaha harus memberikan motivasi. Memberikan motivasi
kepada karyawan merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi
kemajuan suatu industri. Dengan memberikan motivasi maka karyawan
akan menghargai pekerjaannya sehingga produktivitasnya lebih tinggi
dalam periode waktu terbatas dan berkualitas.
Peningkatan Kompetensi. Untuk menjadi sumber daya yang
berkualitas dan mempunyai kompetensi maka pelaku usaha batik harus
memilih karyawan yang mempunyai keahlian dalam membatik, kreatif dan
inovatif. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan 1) pendidikan formal, untuk memberikan bekal kepada seseorang
dengan pengetahuan, teori dan logika, kemampuan analisis dan
kepribadian. 2) Pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan profesional
dan mengembangan bakat, kreativitas, inovasi, ketrampilan dan motivasi.
3) Pengalaman kerja, untuk meningkatkan pengetahuan tehnis dan
ketrampilan kerjanya. Seseorangakan mahir melakukan pekarjaannya jika
pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang dan dapat menemukan cara-
cara yang lebih praktis, efisien dan lebih baik dalam melaksanakan
pekerjaannya. 4) Bimbingan teknis diberikan untuk meningkatkan
pengetahuan baik pelaku usaha maupun karyawan dalam
mengembangkan usahanya. 5) Mengikuti pameran hal ini dilakukan untuk
lebih mengenalkan produk batik Indonesia dan gambaran konsumen yang
dihadapi. Sehingga dapat merangsang daya pikir pelaku untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen; 6)
Penyuluhan dilakukan dengan materi penyuluhan yang sesuai dengan
masalah utama yang dihadapi Usaha Kecil Menengah, tujuannya untuk
membantu menanggulangi masalah Usaha Kecil Menengah dapat
tersampaikan dengan baik dan manfaatnya dapat langsung diaplikasikan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c. Sumber Daya Teknologi
Perkembangan teknologi yang demikian cepat belakangan ini,
terutama adanya revolusi industri 4.0, telah membawa perubahan luar
biasa bagi sektor dunia usaha. Teknologi telah menyentuh berbagai
bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia, termasuk pula dalam
menyikapi pembuatan produk seperti pada kerajinan dan batik.
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap perkembangan teknologi selalu
menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktivitas. Jenis-
jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup
besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin otomatis dan
teknologi modern. Kearifan memadukan pada kemajuan teknologi di era
industri 4.0 dengan keberlanjutan budaya bangsa diharapkan memberi
nilai tambah produk kerajinan dan batik nasional yang basisnya adalah
keterampilan keempuan (craftmanship).
Penggunaan teknologi digital telah meningkatkan produksi dan
pendapatan pengusaha/pekerja pada sektor kerajinan batik ini. Internet di
sektor kerajinan batik ini dimanfaatkan untuk pemasaran produk dan
memperluas jaringan. Sebelum ada internet, para pembatik hanya
memasarkan produk melalui acara pameran dan jaringan informasi dari
pelanggan. Setelah ada internet mereka lebih mudah memasarkan produk
dengan jangkauan pasar yang lebih luas. Banyak konsumen yang
memesan produk mereka melalui komunikasi online atau internet.

5. Peran Pemerintah
Pemerintah melakukan usaha-usaha dalam berbagai bidang.
Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2008 dan dikuatkan dengan
pendapat para ahli pemerintah melakukan usaha untuk menumbuhkan iklim
usaha yang kondusif di bidang permodalan, sarana dan prasarana, perizinan
usaha, dan informasi usaha serta untuk mengembangkan dan membina
UMKM di bidang desain dan teknologi, sumber daya manusia, produksi dan
pengolahan, dan pemasaran. Upaya pemberdayaan ini akan berhasil jika
aspek-aspek penting dalam pemberdayaan tercapai seperti partisipasi,
kapasitas organisasi lokal, profesionalitas pelaku pemberdaya, dan aliran
informasi.
Dukungan pemerintah melalui pelatihan manajemen usaha ini
diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar Batik di Indonesia, karena
permintaan akan kebutuhan masyarakat terhadap batik meningkat. Ke-
berhasilan dalam mempromosikan batik di Indonesia merupakan salah
satu hal terpenting dalam peningkatan penjualan batik.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada pasal 14 yang dapat
dilakukan pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yaitu dalam bentuk: (1) Fasilitasi permodalan, (2) Dukungan kemu-
dahan memperoleh bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses
produksi, (3) Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
manajerial dan produksi serta lain-lain jenis pendidikan dan pelatihan yang
dapat mendukung pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, (4)
Pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar, (5)
Pelibatan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan instansi
pemerintah, (6) Fasilitasi HAK.

6. Peran Masyarakat
“Bangsa yang besar adalah adalah bangsa yang menghargai
budayanya, Indonesia layak disebut bangsa yang berbudaya”. Penghargaan
batik sebagai warisan budaya sendiri inilah yang mengantarkan negara
Indonesia mendapatkan pengakuan dunia yang diwakili oleh UNESCO bahwa
Batik adalah Indonesia Cultural Heritage dan masuk dalam daftar World
Heritage. Pengakuan dunia atas batik Indonesia juga harus diikuti oleh
tindakan nyata bangsa Indonesia untuk melestarikan warisan budaya seni
batik. Salah satu tindakan nyata untuk membangkitkan kesadaran akan rasa
memiliki batik dan melestarikannya yaitu dengan menyelenggarakan event
atau acara-acara bertema batik.
Masyarakat sekarang ini juga banyak yang memakai baju batik
sebagai pakaian wajib kerja. Peran masyarakat sangatlah penting untuk
membudayakan berpakaian batik. Sehingga para pelaku UKM kerajinan batik
di Indonesia akan semakin meningkat.

7. Kontribusi UKM Kerajinan Batik terhadap Perekonomian Indonesia


UKM (usaha kecil dan menengah) memegang peranan yang sangat
besar dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran serta
memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternative
lapangan kerja baru, UKM (usaha kecil dan menengah) juga berperan dalam
mendorong maju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997
disaat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam
mengembangkan usahanya.
Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang merupakan
bagian terbesar dalam perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat
partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. UKM selama
ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman di masa krisis, melalui
mekanisme penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah. Peran dan fungsi
strategis ini, sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UKM
sebagai salah satu pelaku usaha komplementer bagi pengembangan
perekonomian nasional, dan bukan subordinasi dari pelaku usaha lainnya.
Salah satu sentra usaha mikro kecil dan menengah yang berkembang
adalah industri usaha batik, dimana produsen usaha batik sebagai pelaku
utama dihadapkan pada tantangan yang semakin besar dalam persaingan
untuk menarik para konsumen. Kehadiran ditengah-tengah masyarakat luas
untuk memenuhi kebutuhan sandang, melainkan sekarang ini sudah banyak
bentuk modifikasi berbagai keperluan rumah tangga yang berasal dari batik,
seperti tas, sepatu, sandal, kerudung dan lain-lain. Usaha kecil dan
menengah di bidang pengrajin batik sebagai salah satu bentuk kegiatan
usaha utama yang perlu dikembangkan dalam usaha meningkatkan
pendapatan masyarakat. Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai adalah terwujudnya usaha kecil dan menengah dalam bidang indsutri
usaha batik agar memiliki daya saing tinggi dan bahkan pada era ini berperan
utama dalam produksi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil,dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang. Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil –
hasil pembangunan.
Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh UKM kerajinan batik
di Indonesia, yaitu dukungan pemerintah yang belum optimal, adanya pasar
dalam negeri, dan masuknya batik impor. Namun beberapa permasalahan
dapat diatasi jika pemerintah dan masyarakat dapat berkerja sama dan
bersinergi dalam upaya pengembangan UKM kerajinan batik yang ada di
Indonesia.
DFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. 1997.
Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Departemen Perindustrian dan
Perdagangan RI.

Hassim, A. 2016. Revolusi Industri 4.0 Berita Satu. Retrieved from


http://id.baritasatu.com/opini/revolusi-industri-40/145390

Masiswo, Setiawan. J., Atika. V., & Mandegani, G. B. 2017. Karakteristik Fisik
Produk Batik dan Tiruan Batik. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah,
34 (2), 103-112. https://doi.org/10.22322/dkb.v32i2.343.9

Musman dan Arini. 2011. Batik Warisan Adi Luhung Nusantara. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.

Nurainun, Heriyana, & Rasmiyah. 2008. Analisis Industri Batik di Indonesia. Fokus
Ekonomi. 7(3), 124-135.

N.N. (2017b) Banyuwangi batik festival, regenerasi pembatik lokal. Dalam


http://www.banyuwangi-kab.go.id. diakses tanggal 19 Januari 2022

Rahmana, A. 2009. Peran teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing


Usaha Kecil Menengahi. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (pp.
11-15). Yogyakarta.

Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2009. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja Graffindo.

Tulus T.H. Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa
Isu Penting. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Wardiyatmoko, K. 1996. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta: PT. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai