Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT KESADARAN GENDER DI KALANGAN MAHASISWA ILMU


AL-QUR’AN DAN TAFSIR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG

Disusun oleh
Ira Ardiana (2104026058)
Citra Melati (2104026076)
Syakhna Izzatunnisa (2104026080)
Hiema Shulha (2104026112)
Diniyati Rahmah (2104026134)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................
D. Tinjauan Pustaka.........................................................................
E. Kerangka Teori............................................................................
F. Metode Penelitian........................................................................
G. Sistematika Penulisan Hasil Laporan Penelitian.........................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
A. Latar Belakang
Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di
mana laki-laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-
masing yang dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan
peran, sifat, kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Seks atau
jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan
berdasarkan ciri biologisnya. Manusia yang berjenis kelamin laki-laki
adalah manusia yang bercirikan memiliki penis, memiliki jakala (kala
menjing), dan memproduksi sperma. Perempuan memiliki alat reproduksi
seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki
vagina, dan memiliki alat menyusui (Mansour Fakih, 2008: 8). Pembedaan
laki-laki dengan perempuan berdasarkan sex atau jenis kelamin merupakan
suatu kodrat atau ketentuan dari Tuhan. Ciri-ciri biologis yang melekat
pada masing-masing jenis kelamin tidak dapat dipertukarkan. Alat-alat
yang dimiliki laki-laki maupun perempuan tidak akan pernah berubah atau
bersifat permanen.
Dalam konsep gender, pembedaan antara laki-laki dengan
perempuan berdasarkan konstruksi secara sosial maupun budaya. Perilaku
yang menjadi identitas laki-laki maupun perempuan dibentuk melalui
proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir. Ketika
terlahir bayi laki-laki maka orang tua akan mengecat kamar bayi dengan
warna biru, dihiasi dengan gambar mobil-mobilan dan pesawat, serta
memberikannya mainan seperti bola, robot-robotan, dan tamia. Apabila
terlahir bayi perempuan maka orangtua akan mengecat kamar bayinya
dengan warna merah jambu, menghiasinya dengan gambar hello kitty, dan
menyiapkan boneka-boneka lucu untuk putrinya. Watak sosial budaya
selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari
waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin
sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-
konsekuensi logisnya (Elfi Muawanah, 2009: 8).
Masyarakat menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang
mencakup penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang
laki-laki maka ia harus terlihat maskulin dan apabila ia perempuan maka ia
harus feminim. Maskulinitas seorang laki-laki ditunjukkan dengan
karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang menyerah, egois, dan
berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan atau
bahkan tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap
sebagai laki-laki yang kebanci-bancian. Feminimitas seorang perempuan
ditunjukkan dengan karakter yang lembut, rendah hati, anggun, suka
mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami kondisi orang lain.
Apabila sifat-sifat positif ini banyak ditinggalkan oleh seorang wanita,
atau bahkan tidak dimilikinya, maka wanita yang bersangkutan dikatakan
sebagai wanita yang tidak menarik (Heniy Astiyanto, 2006: 310).
Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah
selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun yang menjadi
persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum
perempuan (Mansour Fakih, 2008: 12). Ketidaksetaraan gender juga
disebabkan oleh adanya sikap bias gender yang didasarkan pengetahuan-
pengetahuan masyarakat yang memiliki kecenderungan bersifat tidak adil
gender. Kultur sosial budaya yang ada menempatkan perempuan pada
kelas kedua, perempuan lebih banyak didominasi oleh kaum laki-laki.
Budaya hegemoni patriarkhi menempatkan laki-laki sebagai pemimpin
dalam keluarga, organisasi, maupun politik, sehingga partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan masih relative rendah.
Kurangnya kesempatan yang dimiliki perempuan untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan atau bahkan menjadi pemimpin dari suatu
organisasi, membuat perempuan lebih memilih bersikap pasif.
Manifestasi ketidakadilan gender masih terjadi dalam setiap
pengambilan keputusan, kepengurusan, maupun kepemimpinan dalam
Organisasi Himpunan Mahasiswa Mesin. Pengaruh budaya patriarkhi yang
menempatkan perempuan sebagai pengurus dan penanggung jawab dalam
pekerjaan domestik, membuat perempuan dalam organisasi cenderung
ditunjuk sebagai sie konsumsi, bendahara, sekretaris, dan posisi lain yang
mengacu pada sektor domestik. Kebijakan-kebijakan ini tentu dapat
melanggengkan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat yang menganut
hegemoni patriarkhi.
Dapur dan garasi memiliki konotasi gender yang kuat. Dapur ruang
untuk mengolah makanan sangat kuat asosiasinya dengan aktivitas
feminim, sementara garasi ruang untuk menyimpan kendaraan dengan
aktivitas yang lebih maskulin (Irwan Abdullah, 1997: 145). Persepsi ini
memunculkan stereotipe terhadap beberapa jurusan yang sangat kental
dengan identitas gender, misalnya adanya pelabelan bahwa Jurusan Teknik
Mesin untuk laki-laki sebab hal-hal yang bersinggungan dengan mesin
menunjukkan sifat maskulin, sedangkan Jurusan Tata Boga untuk
perempuan, sebab di Jurusan Tata Boga mengajarkan hal-hal yang
berkaitan dengan dapur. Kultur yang ada menganggap perempuan sebagai
konco wingking, sehingga segala urusan yang berkaitan dengan dapur
merupakan hak dan kewajiban perempuan.
Seiring dengan perkembangan masyarakat yang memperjuangkan
kesetaraan gender, beberapa peran yang dilekatkan pada laki-laki dan
perempuan telah dipertukarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan cukup
banyaknya kaum perempuan yang berani memasuki area maskulinitas dan
berani tampil di sektor publik. Tidak jarang pula kaum pria yang ikut
mengerjakan tugas perempuan di sektor domestik. Sejalan dengan
pengarusutamaan gender, telah ada perempuan yang mendalami ilmu
permesinan dengan menjadi mahasiswa jurusan teknik mesin meski pun
masih dianggap tabu oleh kultur setempat, dan mereka merupakan
kelompok minoritas dari total keseluruhan mahasiswa di jurusan tersebut.
Al-quran dan gender merupakan salah satu mata kuliah mahasiswa
Ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Negri Walisongo Semarang. Mata
kuliah Al-Quran dan gender biasanya bisa di ambil di semester 5. Mata
kuliah ini membahas mengenai teori gender feminism sebagai sebuah
pendekatan dalam memahami teks-teks keagamaan, penafsiran ayat-ayat
yang dianggap bias gender dalam tafsir klasik, penafsiran ayat-ayat yang
dianggap bias gender dalam teori modern, penafsiran ayat-ayat bias gender
dalam tafsir ulamak nusantara, penafsiran Fatimah mernisi terhadap ayat-
ayat yang dianggap bias gender, latar belakang dan penafsiran amina
wadud terhadap ayat-ayat yang dianggap bias gender, penafsiran Ali
Ashgar Engineer terhadap ayat-ayat yang dianggap bias gender, penafsiran
Riffat Hasan terhadap ayat-ayat yang dianggap bias gender, penafsiran
Qasim Amin terhadap ayat-ayat yang dianggap bias gender, penafsiran
Nasr Hamid Abu Zaid terhadap ayat-ayat yang dianggap bias gender,
penafsiran Nasr Husein Muhammad terhadap ayat-ayat yang dianggap bias
gender, penafsiran Nasarudin Umar terhadap ayat-ayat yang dianggap bias
gender.

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas, dapat memunculkan rumusan
masalah sebagai berikut yaitu berapa besar tingkat kesadaran mahasiswa
IAT terhadap kesadaran gender?
C. Tujuan dan Manfaat
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran mahasiswa IAT
terhadap kesadaran gender.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat
sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya serta menambah
wawasan pengetahuan.
2. Manfaat praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa IAT UIN
Walisongo Semarang untuk mempunyai tidak memandang sebelah
mata kesadaran gender terutama bagi mahasiswa yang sudah
mempelajari gender di mata kuliah al-Qur’an dan Gender.
D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa jurnal dan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, ada beberapa yang
memiliki kesamaan atau keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti, oleh karena itu dalam upaya pengembangan penelitian, maka
peneliti melakukan studi pustaka sebagai salah satu metode dalam
penelitian ini. Beberapa literatur terkait dengan penelitian ini antara lain.
Pertama, penelitian oleh Alwin Taher, Aida Vitayala S. Hubeis
dengan judul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender” dalam
jurnal Penyuluhan, September 2009 Vol. 5 No. 2. Tujuan penelitian ini
umtuk menganalisis persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender,
menganalisis hubungan antara sosialisasi primer (jenis kelamin, agama,
suku bangsa, tingkat pendidikan orang tua, orang tua pekerjaaan dan
tingkat gaji orang tua). Dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran
gender, dan menganalisis hubungan antara sosialisasi sekunder (daerah
tempat tinggal, aktivitas organisasi, interaksi media masa, hubungan
dengan teman, kelas gender dan kuliah pengembangan, dan indeks prestasi
kumulatif) dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender.
Perbedaannya dengan penelitian yang kami lakukan adalah objek, fokus
dan teori yang dianalisis.
Kedua, penelitian oleh Annisa Anindya, Alna Hanana dan Novi
Elian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kesadaran Gender Kaum Muda
Melalui Pesan Kesetaraan Gender Di Media Sosial Instagram” dalam
jurnal Ranah Komunikasi Vol. 5 No. 2 (2021). Tujuan penelitian ini
adalah mengemukakan bahwa media online mampu memobilisasi audiens
baru untuk terlibat dalam aktivitas berorientasi kesetaraan gender dan
media sosial Instagram jembatan dalam membuka jalan anak muda dalam
mengakses berbagai informasi media sosial lainnya yang beragam serta
actual, yang kemudian membantu mereka untuk menyebarkan pesan-pesan
kesetaraan gender melalui informasi ringkas yang ringan dan menarik, lalu
menjadi bahan diskusi lanjutan dalam interaksi melalui platform media
sosial lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Perbedaan pada penelitian kami terletak pada objek yang lebih sempit
serta pendekatan yang digunakan.
Ketiga, penelitian oleh Guruh Sukma Hanggara , Laelatul Arofah
dan Santy Andrianie dengan judul “Skala Kesadaran Gender Untuk Siswa
Sekolah Dasar (SKG-SD) rdalam Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 6 (1), 2020, 75-89. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan Skala Kesadaran Gender (SKG-SD) Untuk Siswa Sekolah
Dasar yang valid secara konten dan konstruk. Siswa SD dianggap masih
berada pada tahap perkembangan awal dimana segala hal yang ditanamkan
akan dapat diserap dan diamalkan. Melalui pengembangan SKG-SD guru
SD akan terbantu untuk memetakan tingkat kesadaran gender siswanya.
Dari hasil yang didapat peneliti, SKG-SD sudah memiliki reliabilitas yang
tinggi yaitu 0.879 yang artinya salah satu unsur dalam pengembangan
sebuah instrumen sudah terpenuhi. Selanjutnya peneliti tinggal
memasukkan pesan yang ada dalam setiap indikator SKG-SD ke dalam
media berupa video animasi yang saat ini tengah dikembangkan oleh
peneliti. Diharapkan dengan adanya media tersebut siswa dapat mendalami
dari segi kognitif tentang laki-laki dan perempuan yang sadar gender
seperti apa. Perbedaan penelitian ini dengan yang kami lakukan terdapat
pada subjek dan objek yang di telitian.
Keempat, penelitian oleh Nurdeni Dahr dengan judul “Kesadaran
Gender Yang Islam” dalam jurnal Marwah: Jurnal perempuan, agama dan
gender Vol. XIII No. 2 Desember Th. 2014. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji penyebab terjadinya kesenjangan gender dikarenakan
bermacam-macamnya penafsiran tentang pengertian gender itu sendiri.
Apalagi Islam dinyatakan sebagai ajaran yang menyebabkan terjadinya
bias gender. Dalam ajaran agama Islam tidak ada perbedaan antara
perempuan dan laki-laki dalam segala aspeknya, pembedanya hanya amal
dan taqwa. Pada akhirnya tidak ada saling merendahkan kejadian yang
satu dengan yang lain; tidak ada pernyataan dan perbuatan bahwa yang
satu lebih berkuasa dari yang lain; bagimana pun perbedaan pendapat yang
ada, yang jelas bahwa keduanya saling membutuhkan dan melengkapi,
karena tanpa perempuan dunia menjadi gersang, begitu juga tanpa laki-laki
dunia menjadi hampa. Allah menjadikan manusia berpasangan supaya ada
keseimbangan hidup di dunia. Perbedaan penelitian ini dengan yang kami
lakukan tujuan penelitian , objek penelitian, dan metode penelitian yang
digunakan.
Kelima, penelitian oleh Yeni Nuraeni dan Ivan Lilin Suryono
dengan judul “Analisis Kesetaraan Gender dalam Bidang
Keternagakerjaan di Indonesia” dalam jurnal Nakhkoda: Jurnal
Pemerintahan Vol. 20 No. 01 Tahun 2021 Halaman 68-79. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis tingkat kesetaraan gender yang di
Indonesia dan tantangan dalam mencapai kesetaraan gender di bidang
ketenagakerjaan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan
pengumpulan data primer melalui Focus Group Discussion (FGD). Untuk
meningkatkan kesetaraan gender masih ada beberapa hambatan secara
institusi maupun sosial budaya, seperti ketiadaan kesepakatan antara
pekerja perempuan dengan pengusaha terhadap kesetaraan gender di
tempat kerja, peraturan kesetaraan gender masih kurang optimal
ditegakkan, masih rendahnya kesadaran dari pekerja terhadap hak-haknya,
serta rendahnya posisi tawar pekerja perempuan. Untuk itu, pemerintah
perlu meningkatkan kesetaraan gender dengan meningkatkan penegakan
hukum berkaitan dengan kesetaraan gender di bidang ketenagakerjaan
dengan melibatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam
memperkuat sistem pengawasan ketenagakerjaan. Selain itu meningkatkan
kesadaran atas hak kesetaraan gender angkatan kerja perempuan dan
memberikan perlindungan sosial bagi pekerja perempuan di sektor
informal. Perbedaan penelitian ini dengan yang kami lakukan adalah
Objek dan pendekatan yang digunakan.
E. Kerangka Teori
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris, gender yang berarti jenis
kelamin. Dalam webster’s New World Dictionary, gender diartikan
sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dari segi
nilai nilai dan tingkah laku.1 Istilah Gender pertama kali dikenalkan di
Amerika pada tahun 1960 an sebagai bentuk perjuangan secara radikal,
konservatif, sekuler, maupun agama untuk menyuarakan eksistensi
perempuan yang kemudian melahirkan kesadaran gender.
Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan
perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan
suatu istilah yang dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok
atribut dan perilaku Secara kultural yang ada pada laki-laki dan
perempuan.2 Sejalan dengan itu, Gender merupakan konsep hubungan
sosial yang membedakan fungsi dan peran antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaan fungsi tersebut tidak ditentukan karena adanya perbedaan
diantara keduanya dalam hal biologis atau kodrat, melainkan dibedakan
menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai
kehidupan dan pembangunan.3
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender
adalah peran antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya. Suatu peran maupun sifat dilekatkan kepada
laki-laki karena berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan. Biasanya peran
maupun sifat tersebut hanya dilakukan atau dimiliki oleh laki-laki dan
begitu juga dengan perempuan yang dimana suatu peran juga dilekatkan
kepada perempuan karena berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan yang

1
Nassaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Dian Rakyat, 210), hlm29
2
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2004) hlm.334
3
Ibid, hlm. 335
membentuk suatu kesimpulan bahwa peran atau sifat ini hanya dilakukan
oleh para perempuan.
Perbedaan gender pada prinsipnya adalah sesuatu yang wajar dan
merupakan sunnatullah sebagai sebuah fenomena kebudayaan. Perbedaan
itu tidak akan menjadi masalah jika tidak menimbulkan ketidakadilan.
Namun pada kenyataannya perbedaan tersebut melahirkan berbagai
ketidakadilan bagi keduanya, terutama bagi para perempuan.
Ketidakadilan gender terbagi menjadi beberap bagian yaitu:4
a. Marginalisasi: yaitu proses peminggiran atau pemiskinan
yang mengakibatkan kemiskinan secara ekonomi. Seperti
dalam memperoleh akses pendidikan, dimana anak
perempuan tidak diperlukan untuk sekolah tinggi-tinggi
karena pada akhirnya juga kembali ke dapur.
b. Subordinasi: penomorduaan, yang mana pada dasarnya
adalah keyakinan bahwa jenis kelamin perempuan dianggap
lebih rendah daripada jenis kelamin laki-laki. Sebagai
contoh, dalam memperoleh hak-hak ketika ekonomi
keluarga terbatas, maka hak untuk mendapatkan pendidikan
lebih diprioritaskan kepada anak laki-laki, padahal kalau
diperhatikan belum tentu anak perempuan tidak mampu.
c. Stereotipe: yaitu citra baku tentang individu atau kelompok
yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.
Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan
ketidakadilan. Hal ini menyebabkan terjadinya deskriminasi
yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan
terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan
domestik atau kerumah tanggaan. Label yang menjadikan
perempuan sebagai ibu rumah tangga bisa jadi merugikan
karena jika si perempuan tersebut juga ingin melakukan

4
Ibid, hlm. 140
hal-hal yang dilakukan oleh laki-laki, seperti berpolitik,,
bisnis atau birokrat dan sebagainya.
d. Kekerasan: yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun
mental psikologis seseorang
e. Beban ganda: yaitu beban yang harus ditanggung oleh salah
satu jenis kelamin tertentu secara berlebihan.
Menurut Sasongko, terdapat beberapa aliran teori yang
menjelaskan tentang kesadaran dan keadilan gender, yaitu Teori Nurture,
Teori Nature, Teori Keseimbangan atau Teori Equilibrium. Berikut
penjelasan dari ketiga teori tersebut:
1. Teori Nurture
Menurut teori tersebut, menjelaskan bahwa adanya perbedaan
perempuan dan laki-laki adalah hasil konstruksi sosial dan budaya,
sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan itu
membuat perempuan selalu tertinggal dan terabaikan dalam permasalahan
peran dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan
laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-laki diidentikkan dengan kelas
Borjuis, dan perempuan sebagai kelas proletar.
2. Teori Nature
Menurut Teori ini, yaitu dengan adanya perbedaan laki-laki dan
perempuan adalah sebagai kodrat, sehingga hal tersebut harus diterima.
Perbedaan biologis tersebut memberikan indikasi dan implikasi bahwa
diantara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang
berbeda. Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi adapula
yang tidak bisa dikarenakan memang berbeda secara kodrat alamiahnya.
3. Teori Equilibrium
Disamping kedua diatas, terdapat kompromistis yang dikenal
dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan kepada konsep
kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-
laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan
laki-laki, karena keduanya memang harus bekerjasama dalam kemitraan
dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bernegara.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Metode deskriptif kuantitatif merupakan
penelitian yang menggambarkan, mengkaji dan menjelaskan suatu
fenomena dengan data berupa angka apa adanya tanpa bermaksud
menguji suatu hipotesis tertentu.5
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung
dari lapangan atau yang menjadi sumber utama. Data
primer dari penelitian ini diperoleh melalui angket kuesioer
melalui google form dengan mahasiswa IAT UIN
Walisongo Semarang
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan di
luar dari data primer. Adapun data sekunder dari penelitian
ini ialah berupa buku, jurnal, skripsi, dan lain-lain.
b. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini ialah
diperoleh dari survei menggunakan kuesioner serta kajian
literatur karya sebelumnya.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan jumlah dari variabel yang
akan diteliti oleh peneliti. Populasi dari penelitian ini ialah
5
Wiwik Sulistyawati, dkk. Analisis (Deskriptif Kuantitatif) Motivasi Belajar Siswa dengan Model
Blended Learning di Masa Pandemi Covid19. Kadikma (2022), Vol. 13, No. 1, Hal.70
mahasiswa/i Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Isam
Negeri Walisongo Semarang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dari
penelitian ini ialah sebagian dari mahasiswa/i Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir Universitas Isam Negeri Walisongo Semarang.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan cara melakukan survei dimana data diambil menggunakan
angket kuesioner. Angket kuesioner ini nantinya akan disebarkan
kepada mahasiswa/I Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang kemudian
diisi melalui google form.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa
analisis statistik deskriptif.

G. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian


Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi penetilitian
maka dari itu peneliti membuat sistematika penelitian sebagai berikut:

Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini terdiri beberapa sub-bab, yakni:
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Kajian Pustaka
BAB II KERANGKA TEORI
Bagian ini menjelaskan secara rinci mengenai teori-teori yang dipakai oleh
peneliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bagian ini terdapat beberapa sub-bab, yakni jenis pendekatan, jenis
dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Bagian ini berisikan pemaparan mengenai hasil analisis data terkait
penelitian yang ditulis oleh peneliti.
BAB V PENUTUP
Bagian ini berisi kesimpulan serta saran dari penulis atas penelitian yang
telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini bersikan daftar buku atautulisan ilmiah yang menjadi
referensi dalam melaksanakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anindya, Annisa, dkk. “Upaya Meningkatkan Kesadaran Gender Kum Muda
Melalui Pesan Kesetaraan Gender di Media Sosial Instagram” Jurnal Ranah
Komunikasi, Vol. 5, No.2, 2021.
Hanggara, Guruh Sukma, dkk. “Skala Kesadaran Gender untuk Siswa Sekolah
Dasar (SKG-SD)” Jurnal Pinus: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran,
Vol. 6, No.1, 2020.
Hilman, Luthvan, Khusumadewi, Ari. “Studi Kasus Tentang Kesadaran Gender
Peserta Didik SMA Muhammadiyah 2 Sumberrejo Kab. Bojonegoro”
Universitas Negeri Surabaya.
Sulistyawati, dkk. “Analisis (Deskriptif Kuantitatif) Motivasi Belajar Siswa
dengan Model Blended Learning di Masa Pandemi Covid19” Kadikma, Vol.
13, No. 1, Hal. 68-73, 2022.
Taher, Alwin, Hubies, Aida. “Persepsi Mahasiswa terhadap Kesadaran Gender”
Jurnal Penyuluhan, Vol. 5, No. 2, 2009.

Anda mungkin juga menyukai