Anda di halaman 1dari 77

PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER DALAM

MEMBENTUK POLA KEPEMIMPINAN ORGANISASI


MAHASISWA IAINU TUBAN 2022

SKRIPSI

Oleh :

NIM : 192501175

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4 Manfaatkan Penelitian .............................................................. 7
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian .................................... 8
1.6 Penjelasan Istilah ....................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori-teori yang Relevan .......................................................... 11
2.1.1 Pendidikan Kesetaraan Gender ............................................ 11
2.1.1.1 Makna Pendidikan ............................................................. 11
2.1.1.2 Makna Kesetaraan ............................................................. 13
2.1.1.3 Makna Gender ................................................................... 14
2.1.1.4 Makna Pendidikan Kesetaraan Gender ............................. 19
2.1.1.5 Pola Kepemimpinan Organisasi ........................................ 24
2.1.2.6 Kepemimpinan Organisasi ................................................. 26
2.2 Penelitian yang Relevan .......................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 37
3.2 Waktu Penelitian ...................................................................... 38
3.3 Sumber Data Penelitian............................................................ 38
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................ 40
3.5 Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 41
3.6 Validasi Data Penelitian ........................................................... 42
3.7 Analisis Data ............................................................................ 44

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam fakta kehidupan pendidikan kesetaraan gender bukanlah hal

yang tidak asing didengar, mulai dari kalangan oragnisasi sampai dalam

masyarakat, seorang laki-laki yang ditampilkan pola pikir patriarkis, bias

gender, serta menganggap perempuan makhluk lemah yang tidak tahu apa-apa.

Banyak asumsi-asumsi yang merendahkan kaum perempuan, perempuan yang

tidak bermoral dan menjadi sumber kerusakan moral sosial. Mereka harus

diawasi eksistensinya, dibatasi aspirasinya, dibatasi kehendak untuk berbusana,

dibatasi keperluannya diluar rumah, dan dibatasi aktivitasnya di arena

kehidupan berpublik.

Dibagian dunia lain ada berita muncul sebuah kelompok yang diduduki

budaya patriarki yang disebut dengan taliban di Afghanistan. Dua belas bulan

setelah taliban kembali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, telah

merenggut hampir semua kebebasan yang dirasakan para perempuan di negara

tersebut. Serangkaian keputusan dan panduan resmi dibuat sebagai bentuk

pembatasan ketat secara formal, ada beberapa momen penting saat hak dan

kebebasan perempuan Afghanistan direnggut selama setahun terakhir, melalui

perintah formal dan terkadang di lain waktu secara lebih halus melalui

perubahan aturan lokal.

Pada taggal 21 Mei 2022 seorang pembawa acara perempuan di TV

diperintahkan untuk siaran dengan wajah tertutup, sehari setelah diterjunkan

pengumuman perintah siaran dengan wajah tertutup presenter TV Tolo, Yalda

Ali mengunggah sebuah video yang isinya bahwa rekan laki-laki juga harus

1
2

menutup wajah ketika sedang siaran, sebagai bentuk protes atau kritikan atas

intruksi taliban. Jika keputusan yang ditetapkan tidak dipatuhi taliban membuat

sebuah ancaman yang berbunyi “Barangsiapa yang tidak mematuhi perintah

tersebut akan melihat pendamping laki-lakinya dipenjara selama tiga hari”

begitu bunyi ancaman taliban.

Taliban menetapkan bahwa kaum perempuan tidak boleh keluar jika

tidak ada keperluan atau kepentingan lain, bahkan pejabat taliban melarang

mengemudi berhenti untuk menawarkan kursus atau mengeluarkan izin

berkendara untuk perempuan, dan masih banyak kasus lainnya di Afghanistan.

Hal seperti itu sudah sangat tidak etis dengan adanya perintah atau perihal yang

membatasi seorang perempuan untuk berpendidikan, ada hak-hak dan

keawajian yang harus diperjuangkan oleh seorang perempuan yang direnggut.

Gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam

melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan

terutama yang terkait dengan pembagian peran yang dikonstruksi oleh

masyarakat itu sendiri. Gender bukan hanya ditujukan kepada perempuan

semata, tetapi juga kepada laki-laki. Hanya saja, yang dianggap mengalami

posisi termarginalkan sekarang adalah pihak perempuan, maka kesetaraan

gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa tingkat dalam peran sosial,

terutama dibidang Pendidikan. Karena bidang inilah diharapkan dapat

mendorong perubahan kerangka berpikir, bertindak, berperan dalam berbagai

segmen kehidupan sosial.

Berbicara pendidikan, maka tidak akan terlepas dari konsepsi bahwa

keluarga adalah kerangka awal dalam berproses pendidikan, keluarga adalah

salah satu elemen pokok pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan


3

proses-proses naturalisasi sosial, membentuk kepribadian-kepribadian serta

memberi berbagai kebiasaan baik pada anak-anak yang terus bertahan

selamanya. Dengan kata lain keluarga merupakan benih awal penyusunan

individu dan struktur kepribadian, dalam banyak kasus, anak mengikuti orang

tua dalam berbagai kebiasaan dan perilaku. Jadi orang tua sangat diperlukan

peran aktifnya dalam mendidik anak diusia dini.

Dalam pendidikan berbasis gender, orang tua memiliki peran yang

sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan. Karena apabila dalam satu

keluarga tersebut terjadi bias gender maka hal ini sangat berpengaruh pada pola

pikir di masa yang akan datang. Ketidakadilan gender dalam keluarga sering

kali termanifestasi dalam segala bentuk, diantaranya adalah marginalisasi

(peminggiran) perempuan, subordinasi (penomorduaan) perempuan, stereotipe

(pembelaan negatif) terhadap perempuan, kekerasan (violence) terhadap

perempuan serta beban kerja lebih banyak dan panjang (double burden).

Diskriminasi terhadap perempuan merupakan masalah yang kerapkali

terjadi di hampir seluruh lapisan kelompok masyarakat, bahkan di sebagian

besar belahan dunia sekalipun. Alasannya cukup jelas masyarakat belum

mampu melepaskan diri dari budaya patiarki yang selama ribuan tahun

menjerat dan memaksa perempuan berada dibawah kekuasaan pria. Bahkan

tanpa sebab bila pendidikan sangat penting bagi perempuan, karena perempuan

memiliki peran sangat penting dalam peningkatan kualitas generasi muda.

Dalam Islam disebutkan Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Dengan

demikian diperlukan kesadaran adanya peningkatan kualitas pendidikan bagi

seorang ibu, mengingat tanggung jawab dan perannya sebagai pendidik

pertama dan utama. Namun praktis, ruang gerak perempuan dibatasi karena
4

perspektif yang kurang adil dalam mendudukannya sebagaimana mestinya

termasuk dalam hal pendidikan.

Dalam hal ini pendidikan dapat menjadikan indikator keberhasilan

untuk kesetaraan gender. Selain pemberian stimulus pada ruang pendidikan

secara merata, perlu strategi untuk memaksimalkan pemberian pendidikan

gender pada kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus

bangsa agen of change (Agen Perubahan), yang memiliki pola pikir kritis.

Maka hal ini sangat wajar jika dalam organisasi mahasiswa tumbuh subur,

organisasi mahasiswa ini guna untuk mewadahi minat dan bakat mahasiswa.

Baik ORMAWA, UKM (Organisasi Internal

Kampus) maupun Ekstra Kampus. Guna menampung aspirasi

mahasiswa di IAINU TUBAN, dengan adanya orgnisasi tersebut mahasiswa

dapat menjadikan intelektual mereka sebagai tolak ukur sudah sampai mana

ilmu pengetahuan mereka dapat dalam bangku perkuliahan. Karena jikalau

mahasiswa tidak mengikuti organisasi maka ilmu yang didapatkannya akan

stagnan hanya dalam mata kuliah kampus. Akan tetapi, jika diimbangi dengan

mengikuti organisasi kampus akan ada pembeda antara mahsiswa yang

mengikuti organisasi dengan yang tidak ikut. Dari segi berbicara (Public

Speaking) yang bagus, cara mengutarakan pendapat, argument ketika

berdiskusi.

Dalam memlihara komitmen organisasi, peran seorang pemimpin

sangat dibutuhkan dan kepemimpinan yang efektif menjadi syarat utama.

Kepemimpinan yang efektif bisa membantu organisasi untuk bisa bertahan

dalam situasi ketidakpastian dimasa akan datang. Kepemimpinan dalam

organisasi bukanlah soal jabat ataupun pangkat akan tetapi tanggung jawab
5

perdevisi dalam organisasi tersebut. Bagaimana seorang pemimpin dapat

memanagemen, mengelola, memikirkan taktik ataupun cara agar terstuktur

dengan baik. Agar dalam kepengurusan satu periode tertata, tidak hanya

formalitas saja.

Organisasi harus mempunyai seorang pemimpin untuk membantu

mereka menjalankan semua komponen dalam organisasi tersebut. Meskipun

demikian, seorang pemimpin tidak semata-mata dipilih dan ditentukan.

Terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, serta kemampuan

berfikir dan bertindak yang tentu harus dipertimbangkan. Setiap pemimpin

memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dan lainnya. Cara

pandang mengenai isu-isu tertentu menjadi kapasitas kepemimpinan individu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi seorang pemimpin harus bertanggung

jawab dan memiliki peran yang berat dan berpengaruh. Akan tetapi setiap hal

dapat diatasi jika ia menggunakan taktik dan strategi yang sesuai dengan

keadaannya (Novianty Djafri, 2017:48).

Kepemimpinan atau dalam Bahasa inggris disebut dengan leadership

memiliki arti luas meliputi “Ilmu tentang Kepemimpinan, teknik

kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, teknik kepemimpinan,

serta sejarah kepemimpinan” (Tikno Lensuie). Kepemimpinan mengacu pada

seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau Lembaga, dan bukan sekedar

memimpin upacara bendera, paduan suara dan sejenisnya (memimpin sesaat).

Maka dari itu pentingnya membentuk pola kepemimpinan dalam

organisasi manajemen yang baik adalah menejer yang berepengalaman dapat

mensukseskan sebuah bisnis. Namun, keterampilan kepemimpinan (leadership

skill) yang baik dan efektif untuk menciptakan, mendorong dan


6

mempromosikan budaya yang kuat dalam perusahaan sampai meraih

keberhasilan. Manajer biasanya diapahami sebagai pemimpin yang pada

kenyataannya tidak semua manajer. Oleh karenanya, keterampilan

kepemimpinan sangat penting untuk meningkatkan eisiensi dan mencapai

tujuan organisasi (Novianty Djafri, 2017:49).

Dalam kampus IAINU TUBAN ada beberapa organisasi diantaranya:

Ormawa (BEM), HimaProdi (PAI, PGMI, PIAUD, PS, HKI dan MD), Ukm

(Saung Artma, El heera, Pramuka, LDK, LPM, PSM, PN). Pendidikan

kesetaraan gender dalam kampus bicara mengenai relasi yang sejajar antara

laki-laki dan perempuan, khususnya dalam konteks persamaan perlakuan,

akses, dan kesempatan di berbagai bidang kehidupan.

Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) adalah salah satu

institusi pendidikan yang mengapresiasi kesetaraan gender. Apresiasi tersebut

digambarkan dengan kebijakan-kebijakan kampus yang melihat bahwa laki-

laki dan perempuan memiliki potensi, mempunyai kesempatan yang sama

dalam hal pendidikan. Tidak membatasi hak-hak dan kewajiban seorang

mahasiswa, mengembangkan minat bakat melalui organisasi-organisasi yang

dapat membuka pemikiran mahasiswa IAINU dan mengembangkan pola pikir

akan dapat mengenyam pendidikan dengan adil tanpa adanya diskriminasi. Hal

ini sangat perlu diperhatikan oleh pendidikan dalam kampus agar generasi

penerus bisa lebih mudah untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dan

membawa hasil out put yang luar biasa sehingga dapat menjadikan sorotan di

institusi lain.

Perlu diketahui membentuk pola kepemimpinan dalam pendidikan

kesetaraan gender sangan perlu dilatih, ditata, dikelola dengan baik mulai dari
7

bentuk kepemimpinan yang efisien, mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

dapat mengayomi, tidak ada pembeda satu dengan yang lainnya. Menyetarakan

hak-hak dan kewajiban anatara laki-laki dan perempuan tidak moderat

mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi,

dan mendorong.

Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Pendidikan Kesetaraan Gender Dalam Membentuk Pola Kepemimpinan

Organisasi Mahasiswa IAINU TUBAN 2022” agar dapat diterapkan di periode

salanjutjnya dan menjadi acuan menjadi seorang pemimpin yang baik dalam

pendidikan kesetaraan gender.

1.2 Rumusan Masalah

Dari ulasan singkat mengenai latar belakang masalah di atas, peneliti

merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi panduan

selanjutnya, yaitu :

1. Bagaimana konsep pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan di

IAINU Tuban 2022 ?

2. Bagaimana konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban 2022 ?

3. Faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat pendidikan kesetaraan

gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU

Tuban 2022 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam uraian rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan tujuan penelitian, sebagai berikut:


8

1. Untuk mendeskripsikan konsep pendidikan kesetaraan gender dalam

pendidikan di IAINU Tuban 2022.

2. Untuk mendeskripsikan konsep pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban 2022.

3. Untuk mendeskripsikan faktor penunjang dan penghambat pendidikan

kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi

mahasiswa IAINU Tuban 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan khazanah

ilmu pengetahuan pada umumnya dan menerapkan sikap kesetaran gender

dalam organisasi serta dapat dijadikan pijakan ataupun pengembangan guna

membina kemampuan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menamabah wawasan bagi penulis dari yang tidah tahu menjadi

tahu, memeperluas relasi dengan sesama, tidak stagnan ilmu yang

didapat dan dapat mengembangkan ilmu kesetaraan gender.

b. Bagi Mahasiswa

Manfaat ini nantiya untuk membantu memperdalam pemberitahuan

atau acuan ”Pendidkan Kesetaraan Gender Dalam Membentuk Pola

Kepemimpinan” yang baik dan terstruktur.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya


9

Dapat digunakan sebagai referensi pedoman atau acuan dengan

peneliti yang lain dan dapat mengkaji didalam ruang diskusi

kesetaraan gender dalam memebentuk pola kepemimpinan.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian maka perlu

adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Pendidikan Kesetaraan gender merupakan hal yang perlu diperhatikan

dalam organisasi dimanapun, bukan dalam institusi saja akan tetapi dimanapun.

Memberi ruang antara satu dengan yang lainnya, memperjuangkan hak-hak dan

kewajiban anatara laki-laki dan peempuan dan tidak ada pembatasan pendidikan.

Saling menghargai dan menghormati pendapat satu dengan yang lainnya. Seorang

leadership yang efektif dan bijak juga dapat menjadi acuan dalam membentuk

pola kepemimpinan.

1.6 Penjelasan Istilah

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk memotivasi, membina,

membantu serta membimbing seseorang untuk untuk mengembangkan segala

potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.

2. Kesetaraan Gender
10

Kesetaraan Gender adalah Perempuan dan laki-laki ada setara dalam

martabat sebagai manusia dan mempunyai hak yang dinikmati ataupun

kewajiban yang dilaksanakan, ia (perempuan) mempunyai kapasitas sipil dan

kemandirian keuangan sendiri, dan hak untuk mempertahankan nama dan

silsilahnya.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah profesi atau mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku, dalam menentukan tujuan organisasi,

memotivasi perilaku atau pengikut untuk mencapai tujuan tertentu yang

sesuai dengan visi dan misi dari kepemimpinan tersebut.

4. Organisasi

Organisasi adalah suatu wadah sekumpulan orang-orang yang

menampung aspirasi dari individu ataupun personal untuk meningkatkan

atau mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki dengan mencapai

tujuan yang tepat.

5. Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu

bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas.

6. IAINU TUBAN

Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama adalah Perguruan tinggi agama

Islam dibawah naungan Nahdlatul Ulama yang berada di Tuban yang


11

meneyelenggarakan pendidikan akademik dan ada fakultas-fakultas

didalamnya yang terdiri dari fakultas tarbiyah, febi, dakwah dan syariah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori-teori Yang Relevan

Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang ada pada variable

penelitian.

2.1.1 Pendidikan Kesetaraan Gender

Pada sub-sub ini akan diuraikan tentang makna pendidikan, makna

kesetaraan, makna gender dan makna pendidikan kesetaraan gender.

2.1.1.1 Makna Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk membina kepribadian sesuai

dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan atau uasaha yang

dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa,

mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Dan dalam realita arti Pendidikan ini selalu mengalami perkembangan,

mesikpun secara esensial tidak jauh berbeda. Adapun pengertian Pendidikan

menurut beberapa ahli:

1. Langeveld

Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan

bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan

anak tersebut atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

11
12

2. John Dewey

Menurut John Dewey dalam buku ilmu pendidikan beliau

memaparkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional

ke arah alam dan sesama manusia. (Hidayat & Abdillah, 2019: 24).

3. J.J.Rousseau

Pendidikan memberi perbekalan yang tidak ada pada masa

kanak-kanak, akan tetatpi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

4. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.

Adapun maksudnya, menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya (Hasbullah, 2015:1-4).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensi

jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan. Dari berbagai pengertian

pendidikan ada beberapa unsur diantaranya:


13

a. Pendidikan itu merupakan suatu proses bimbingan yang

dilaksanakan dengan sengaja.

b. Ada orang yang melaksanakan atau bertanggung jawab dalam

pelaksanaan bimbingan.

c. Ada orang yang dibimbing.

d. Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut ada tujuan yang ingin di

capai (Ramayulis, 2015: 15-16).

2.1.1.2 Makna Kesetaraan

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang

sama, tidak lebih tinggi atau lebih tidak lebih rendah. Kesetaraan adalah

gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk mencapai

kesejahteraan, membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat dan

bernegara, dan membangun keluarga berkualitas. Jumlah penduduk perempuan

hampir setengah dari penduduk Indonesia dan merupakan potensi yang sangat

besar dalam mencapai kemajuan dan kehidupan yang lebih berkualitas.

Kesamaan laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-

haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam

kegiatan politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan

keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan

(Sagala, 2015:55).

Semua manusia apa pun latar belakangnya, jenis kelamin, agama,

keyakinan, suku, bahasa dan lain-lain adalah sama dan setara kedudukannya di

hadapan Tuhan (Muhammad, haerudin, 2002:32).

Tauhid memandang semua manusia setara dihadapan Allah. Islam

memberikan tuntunan yang tegas bahwa semua manusia, tanpa membedakan


14

perempuan dan laki-laki diciptakan untuk sebuah misi yang amat penting

sebagai Khalifah Fil Ardh (pemimpin dibumi), paling tidak pemimpin untuk

dirinya sendiri. Karena itu, perempuan dan laki-laki diharapkan bekerjasama,

bahu-membahu, bergotong royong mewujudkan masyarakat yang damai,

bahagia dan sejahtera (Mulia, 2014:28).

Oleh karena laki-laki dan perempuan mengemban tugas yang sama,

Allah juga memberikan peluang yang sama kepada kedua jenis makhluk ini

untuk mendapatkan pahala, ampunan dan surga yang sama (Mulia, 2014:29)

2.1.1.3 Makna Gender

Dijelaskan bahwa gender adalah seperangkat sikap, peran, fungsi dan

tanggung jawab yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat

bentukan budaya atau pengaruh lingkungan masyarakat dimana manusia itu

tumbuh dan dibesarkan. Jadi, dalam pengertian ini gender merupakan sesuatu

yang dibentuk secara sosial, bukan sesuatu yang kodrati dalam diri manusia.

Perbedaan laki-laki dan perempuan sebenarnya tidaklah menjadi masalah

sepanjang tidak menimbulkan ketidakadilan. Akan tetapi, realitasnya

perbedaan gender telah menimbulkan sejumlah ketidakadilan dan ketimpangan,

terutama bagi perempuan (Mulia, 2020:350).

Untuk memahami konsep gender maka harus dapat dibedakan antara

kata gender dengan seks (jenis kelamin). Pengertian seks (jenis kelamin)

merupakan pembagian dua jenis kelamin (penyifatan) manusia yang ditentukan

secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa

manusia jenis kelamin laki-laki memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing)

dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi,

seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki
15

vagina, dan mempunyai payudara. Hal tersebut secara biologis melekat pada

manusia yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Artinya bahwa

secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis

yang melekat pada manusia laki-laki dan peremupuan. Secara permanen tidak

berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai

kodrat atau bisa disebut dengan ketentuan tuhan (Riant, 2008:2).

Gender bukanlah sesuatu yang kita dapatkan semenjak kita lahir dan

bukan juga sesuatu yang kita miliki, melainkan sesuatu yang kita lakukan.

Pertanyaan mengenai apakah perbedaan biologis antara laki-laki dan

perempuan sangat menentukan perbedaan gender, telah lama menjadi topik

pembicaraan. Argumentasi yang dijadikan dasar adalah bahwa hal pertama

dianggap menentukan hal kedua sejauh kaitannya dengan kemampuan dan

watak. Tingkat testosteron yang tinggi misalnya, menjadi alasan mengapa laki-

laki menjadi lebih agresif dibandingkan dengan perempuan. Selain itu otak kiri

yang lebih dominan dianggap telah menjadikan laki-laki lebih rasional,

sedangkan pada perempuan lebih dianggap emosional, otak tersebut lebih

sedikit berfungsi. Walau begitu, kesimpulan berkenaan dengan hubungan

antara fisiologi dan kebiasaan tersebut tidak selalu benar adanya, bahkan hal itu

dapat dikatakan terlalu menyerderhanakan genderisasi yang telah ada.

Dengan cara apapun orang mengaitkan gender dengan fakta biologis,

tetap saja konsep ini tidak begitu saja muncul dari dalam tubuh manusia.

Kromosom, hormon, organ, genital, dan prasangka tentang jenis kelamin kedua

tidak semerta-merta menentukan pekerjaan, cara berjalan, atau pilihan warna

seseorang. Gender merupakan dampak proses dikotomis yang dibuahkan dari

peniadaan persamaan dan penekanan berlebih terhadap perbedaan. Jika benar-


16

benar ada perbedaan biologis, kemunculannya kepermukaan terlampau sering

dilebih-lebihkan demi melayani kebutuhan akan konstruksi gender (Saptiawan,

2010:4-10).

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara

sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut,

cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional,

jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat

dipertukarkan. Pada dasarnya, semua orang sepakat bahwa perempuan dan

laki-laki berbeda. Manakala kita melihat karakteristik dari masing-masing

secara fisik, kita akan dengan mudah membedakannya. Sejarah perbedaan

gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan

terjadi melalui proses yang sangat Panjang. Oleh karena itu terbentuknya

perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantara dibentuk,

disosialisasikan, diperkuat, bahkan diskontruksi secara sosial atau kultural,

melalui ajaran keagamaan maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi

gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan tuhan seolah-olah tidak

bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami

sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.

Sebaliknya, melalui dialektika, konstruksi sosial gender yang

tersosialisasikan secara evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi biologis

masing-masing jenis kelamin. Misalnya karena kontruksi sosial gender, kaum

laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki kemudian terlatih

dan tersosialisasikan serta termotivasi ntuk menjadi atau menuju ke sifat

gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat
17

dan lebih besar. Sebaliknya, kaum perempuan harus lemah lembut maka sejak

bayi proses sosialisasi tersebut tidak saja berpengaruh kepada perkembangan

emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi

perkembangan fisik dan biologis selanjutnya (Fakih, 2008:8-10).

Perbedaan alami yang dikenal dengan perbedaan jenis kelamin

sebenarnya hanyalah segala perbedaan biologis yang dibawa sejak lahir antara

perempuan dan laki-laki. Seandainya saja perbedaan itu tidak menjadikan

ketidakadilan, tidak menjadikan pertentangan dan tidak ada penekanan dan

penindasan satu di antara yang lain, mungkin tidaklah menjadi sebuah masalah.

Pada kenyataannya, perbedaan itu telah merambat pada salah satu pihak

merasa dan dianggap lebih tinggi derajatnya, lebih berkuasa dan lebih

segalanya dari pihak lain. Hal inilah yang memunculkan adanya ketidakadilan

dan ketidaksetaraan.

Walaupun perkembangan gender dipacu oleh masyarakat, pada

praktiknya, tidak semua partisipan didalamnya berperan sama. riset pada satu

masyarakat gender menunjukkan bila laki-laki, baik anak-anak atau dewasa,

lebih berperan dalam penerapan perbedaan gender jika dibandingkan dengan

perempuan. Contohnya dapat kita lihat seperti ayah bersikap lebih

dibandingkan dengan ibu terutama pada hal yang berkaitan dengan standar

yang dibutuhkan ketika berhadapan dengan anak laki-laki, dibandingkan

dengan ibu terutama pada hal yang berkaitan dengan standar yang dibutuhkan

ketika berhadapan dengan anak laki-laki, dibandingkan dengan perempuan,

bersikap keras kepada anak laki-laki dan bersikap lebih lembut pada anak-anak

perempuan (Saptiawan, 2010: 24-25).


18

Kenyataan bahwa masyarakat yang berbeda memiliki banyak gagasan

yang berbeda tentang cara yang sesuai bagi perempuan dan laki-laki untuk

berperilaku seharusnya. Hal ini memperjelas tentang sejauh mana peran gender

bergeser dari asal-usulnya ke dalam jenis kelamin biologis kita. Sementara

setiap masyarakat menggunakan jenis kelamis biologis sebagai titik tolak

penggambaran gender, tidak ada dua kultur yang benar-benar sepakat tentang

apa yang membedakan satu gender dengan gender yang lain. Sebagian

masyarakat lebih perspektif mengenai peran gender ketimbang sebagian yang

lain, yang memiliki banyak naskah atau kemungkinan bagi perilaku feminism

dan maskulin yang bisa diterima. Maka dari itu gender dapat kita temui di

pengalaman hidu yang sangat sikap ini, gender dapat menentukan akses kita

terhadap pendidikan, kerja, alat-alat dan sumber daya yang diperlukan untuk

industri dan keterampilan.

Pada pernyataan diatas dapat dipahami bahwa gender bukanlah sesuatu

yang melekat semenjak kita lahir. Banyak masyarakat yang mengartikan bahwa

gender itu adalah jenis kelamin atau seks, pengertian gender tidak sekedar

merujuk pada perbedaan biologis semata. Tetapi juga perbedaan perilaku, sifat,

maupun ciri khas yang dimiliki laki-laki dan perempuan juga hak dan

kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Karena gender itu sesuatu yang

dibentuk secara sosial, bukan sesuatu yang kodrati dalam diri manusia.

2.1.1.4 Makna Pendidikan Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dipandang sangat penting

karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling strategis untuk

memperjuangkan kesetaraan gender. Dengan asumsi bahwa tidak ada bias

gender dalam kebijakan-kebijakan pemerintah khusunya dalam bidang


19

pendidikan, artinya kesempatan untuk meningkatkan potensi (SDM) baik laki-

laki maupun perempuan sangat terbuka seluas-luasnya, dengan peluang yang

sama. Upaya dalam mengembangkan SDM melalui pendidikan terus

dilakukan, tetapi mengalami hambatan pada saat krisis ekonomi melanda

Indonesia. Dampak Krisis ekonomi bukan saja kepada daya beli masyarakat

akan tetapi juga berdampak pada kemampuan orang tua untuk mebiayai

pendidikan anak.

Pada pendidikan tinggi non-kependidikan proporsi jumlah mahasiswa

pada semua progam keahlian didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Demikian

juga pada pendidikan tinggi kependidikan pun untuk jurusan pendidikan

teknologi tetap didominasi oleh laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa laki-laki masih sangat mendominasi jenis-jenis keahlian yang ada

di perguruan tinggi, khususnya jurusan teknologi. Dengan kata lain dalam

kesempatan mengikuti pendidikan tinggi masih terjadi kesenjangan gender,

dimana jurusan-jurusan bergengsi masih di dominasi oleh laki-laki (Acce,

2010: 105).

Adapun pendidian kesetaraan gender dibawah ini:

1. Bias Gender Dalam Pendidikan

Bias gender berlangsung dan disosialisasikan melalui proses

serta sistem pembelajaran di sekolah dan dalam lingkungan keluarga.

Jika ibu atau pembantu rumah tangga (perempuan) yang selalu

mengerjakan tugas-tugas domestik seperti memasak, mencuci, dan

menyapu, maka akan tertanam di benak anak-anak bahwa pekerjaan

domestik memang menjadi pekerjaan perempuan. Lebih jauh, dalam


20

dunia pembelajaran di sekolah seperti buku ajar misalnya, banyak

ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak

mencerminkan kesetaraan gender. Sebut saja gambar seorang pilot

selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan

kecakapan dan kekuatan yang hanya dimiliki oleh laki-laki.

Sementara gambar guru yang sedang mengajar di kelas selalu

perempuan karena guru selalu diidentikkan dengan tugas mengasuh

atau mendidik. Ironisnya siswa pun melihat bahwa meski guru-

gurunya lebih banyak berjenis kelamin perempuan, tetapi kepala

sekolahnya umumnya laki-laki. Dalam upacara bendera di sekolah

bisa dipastikan bahwa pembawa bendera adalah siswa perempuan.

Siswa perempuan itu dikawal oleh dua siswa laki-laki. Hal demikian

tidak hanya terjadi di tingkat sekolah, tetapi bahkan di tingkat

nasional.

Paskibraka yang setiap tanggal 17 Agustus bertugas di istana

negara, selalu menempatkan dua perempuan sebagai pembawa

bendera pusaka dan duplikatnya. Hal ini sesungguhnya menanamkan

pengertian kepada siswa dan masyarakat pada umumnya bahwa

tugas pelayanan seperti membawa bendera, lebih luas lagi,

membawa baki atau pemukul gong dalam upacara resmi sudah

selayaknya menjadi tugas perempuan. Semuanya ini mengajarkan

kepada siswa tentang apa yang layak dan tidak layak dilakukan oleh

laki-laki dan apa yang layak dan tidak layak dilakukan oleh

perempuan. Tidak sedikit perempuan yang masih berusia sekolah

terpaksa harus bekerja, baik itu sebagai pelayan toko maupun buruh
21

pabrik. Dengan alasan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan,

memaksa orang tua menyuruh anak prempuannya bekerja untuk

menambah ekonomi keluarga.

Dalam keadaan demikian, pihak orang tua lebih rela

mengorbankan anak perempuannya untuk bekerja membantu orang

tua, sedangkan anak laki-lakinya tetap melanjutkan sekolah. Laki-

laki dipandang lebih penting dalam mencari ilmu, sebab kelak kaum

laki-laki yang akan menafkahi keluarga, sedangkan perempuan tetap

akan menjadi ibu rumah tangga. Dari anggapan ini, pendidikan

tinggi dirasa kurang begitu perlu bagi kaum perempuan. Pandangan

seperti inilah yang terlihat tidak adil bagi salah satu pihak, khusunya

pihak perempuan. Mereka mengalami diskriminasi dalam hal

memperoleh kesempatan pendidikan. Di samping itu mereka

dieksploitasi untuk bekerja membantu orang tua, padahal seumuran

mereka seharusnya masih menikmati masa anak-anak atau masa

remaja mereka.
22

2. Diskriminasi Dalam Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Seringkali perempuan dinomorduakan dalam keluarga,

misalnya dalam hal pendidikan. Bagi keluarga yang ekonominya

lemah, tentu akan berdampak pada nasib perempuan. Ketika kondisi

ekonomi keluarga tidak memungkinkan, pihak orang tua akan lebih

mendahulukan anak laki-lakinya untuk melanjutkan sekolah

daripada anak perempuannya. Kaum laki-laki dianggap kelak akan

menjadi kepala rumah tangga dan bertanggung jawab untuk

menafkahi keluarganya, sehingga pendidikan lebih diutamakan

untuk mendukung perannya.

Sedangkan perempuan dianggap hanya akan menjadi ibu

rumah tangga yang bekerja di dalam rumah untuk mengurus anak,

suami, dan rumahnya. Dari pandangan ini, maka dinilai pendidikan

tinggi tidak begitu penting bagi kaum perempuan. Sebenarnya

anggapan seperti itu tidak selalu benar. Bagaimana seandainya

kondisi menuntut dibutuhkannya sebuah peran perempuan untuk

mempimpin rumah tangga dan mencari nafkah bagi keluarganya,

jika perempuan tidak memiliki kualitas pendikan yang memadai,

maka dapat dipastikan perempuan tidak dapat menjalankan perannya

untuk menggantikan peran laki-laki dalam keluarga.

Dia akan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak untuk

mencukupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu, perempuan juga

memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan guna

mengantisipasi kondisi demikian.


23

2.1.1.5 Pola Kepemimpinan Organisasi

Dalam sebuah organisasi, baik yang dibentuk secara formal

maupun informal membutuhkan sebuah kepemimpian untuk dapat

mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Jika digambarkan dalam sebuah

lingkaran, dimana terdapat 4 aspek yang yaitu kepemimpinan,

administrasi, manajemen, dan organisasi, maka letak aspek kepemimpinan

adalah berada di posisi paling tengah, seperti yang tergambar sebagai

berikut :

O Organisasi

Administrasi

Manajemen

Kepemimpinan

Dari gambar diatas terlihat bahwa aspek kepemimpinan merupakan

inti dari organisasi yang memegang peranan sangat penting, karena

pemimpin adalah orang utama yang menentukan hitam putihnya organisasi

yang dibawahinya. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi

orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai

kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk

melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.

Sehingga jika dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang saling

terkait adalah adanya unsur kader penggerak, adanya peserta yang


24

digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan adanya

manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian anggota.

Kepemimpinan dapat dipandang sebagai dua hal yaitu sebagai sebuah

proses dan sebuah seni. Kepemimpian sebagai sebuah proses menurut J.

Robert Clinton adalah sebagai berikut.

Kepemimpinan adalah “suatu proses yang kompleks dimana

seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan suatu misi,

tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang membuatnya lebih

kohesif dan koheren." Mereka yang memegang jabatan sebagai pemimpin

menerapkan seluruh atribut kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai,

etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan). Jadi seorang pemimpin

berbeda dari majikan, dan berbeda dari manajer.

Seorang pemimpin menjadikan orang-orang ingin mencapai tujuan

dan sasaran yang tinggi, sedangkan seorang majikan menyuruh orang-

orang untuk menunaikan suatu tugas atau mencapai tujuan. Seorang

pemimpin melakukan hal-hal yang benar, sedangkan seorang manajer

melakukan hal-hal dengan benar (Leaders do right things, managers do

everything right). Kepemimpinan sebagai sebuah seni adalah "seni

membuat peta keinginan tentang masa depan organisasi, dan kemampuan

menerjemahkan peta tersebut menjadi suatu kerangka keinginan yang

nyata, serta kekuatan atau kuasa menggunakan segala sumber untuk

melaksanakan peta tersebut menjadi produk yang berdaya-guna.

2.1.1.6 Kepemimpinan Organisasi


25

Revolusi informasi yang baru menciptakan lautan perubahan dalam

cara integrasi, mengambil peran dalam organisasi karena kecepatan dan

luasnya informasi sekarang dapat disebar melalui jaringan elektronik, tidak

ada lagi perlunya integrasi melalui hierarki kenyataannya, struktur

organisasi baru telah disusun lebih dari dua dekade lalu yang dapat

mempercepat arus informasi penyebaran kekuasaan pengambilan keputusan

(Veithzal, 2014: 77)

Pemimpin dan kepemimpinan organisasi merupakan dua mata pisau

yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pemimpin adalah

sosok manusia yang mampu mengoptimalisasikan dirinya secara matang,

sehingga mmpu mengembangkan intrapersonal dan intepersonalnya secara

baik, pemimpin yang telaah memiliki kesadaran diri yang baik tentunya

akan mampu mengaruhi dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya

untuk bersama-sama bekerja sama mencapai tujuan yang telah disepakati

bersama dalam suatu organisasi. untuk dapat dapat memahami teori gaya

kepemimpinan meliputi sub-sub lainnya kepemimpinan merupakan cabang

dari ilmu sosial yang meliputi ilmu administrasi, ilmu sosial jika ditinjau

dari pohon ilmu merupakan perkembangan dari filsafat. Perkembangan ilmu

pengetahuan inilah yang kahirnya memberikan cabang-cabang ilmu

pengetahuan yang semakin kecil dan menjadi lebih khusus. Kajian lebih

dalam terkait dengan kepemimpinan memiliki ruang lngkup antara lain:


26

1. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal:

pertama, adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin

seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi;

kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor

internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah

kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap

jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang

bersangkutan.

Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga

sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik

bawaan lahir, atau traits approach (2) pendekatan gaya atau

tindakan dalam memimpin, atau style approach dan (3) pendekatan

kontingensi atau contingency approach. Pada perkembangan

selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi

pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan

kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin

profesional dan bermoral.

2. Teknik Kepemimpinan

Dalam memimpin setiap pemimpin mempunyai pola

kepemipinan yang berbeda dalam menggerakan, dan mengarahkan

pegawainya. Pola ini dapat digunakan seorang pemimpin untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, masing-masing pola orang

tersebut mempunyai keunggulan. Pemimpin yang baik akan


27

melihat dan mendengar setiap kondisi bawahnnya, pemimpin harus

dapat menggugah empati pegawai, sehingga akan menimbulkan

persepsi yang baik terhadap pimpinan. Apabila persepsi terhadap

pimpinan telah terbentuk, bahwa pimpinan menunjukan sikap yang

dapat dipercaya, dicintai, dan sanggup membimbing, maka secara

otomatis pegawai akan menghormati pimpinan dan melaksanakan

tugas dengan penuh tanggung jawab.

Kedua ruang lingkup ini akan menjadi bagian-bagian yang

akan lebih spesifik lagi dalam penelaahannya. Teori kepemimpinan

meliputi konsep-konsep, sifat, perilaku, historis, dan lain

sebagainya, berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan dalam

mengelola kepemimpinan agar dapat lebih optimal. Optimalisasi

gaya kepemimpinan seorang anak tentunya berhubungan dengan

kualitas penataan. Mulai dari menata diri, negeri, hingga dunia,

semua mengelola organisasinya. Sistem tata kelola yang

terorganisir dengan baik tentunya akan menghantarkan pemimpin

yang berkualiats atau yang baik dalan dapat mencapai kesuksesan

sesuai dengan visi dan misi yang dirancang dalam satu periode yag

akan berjalan.

Keterhubungan antara kualitas diri manusia sebagai seorang

pemimpin kepemimpinan serta keorganiasian tidak dapat

dipisahkan dengan yang lainnya, seseorang yang telah memiliki

kesadaran dan pengenalan diri yang baik tentunya akan dapat

membantu jiwa lebih tenang, dan akal fikir menjadi jernih. Jiwa,

raga dan akal yang sehat merupakan modal utama untuk


28

membentuk seorang pemimpin yang berkarakter dan bijaksana.

Kestabilan diri manusia akan menghadirkan gaya kepemimpinan

handal yang mampu mengelola manajerial organisasi sesuai dengan

pribadi pemimpin tersebut.

Pemimpin yang memiliki watak baik, berkepribadian dan

memiliki tanggung jawab yang tinggi tentunya merupakan ciri dari

pemimpin yang mampu menghantarkan suatu manajemen

organisasi yang baik. Namun begitu sebaliknya ketika pemimpin

memiliki watak yang keburukan, egosintris tinggi, lemah tanggung

jawab akan membuat manajemen organisasi menjadi lemah dan

rapuh. Organisasi yang lemah dan rapuh ini dapat membuat

ketidakseimbangan dalam pengelolahan manajemennya,

keterkaitan ilmiah inilah yang perlu dipahami untuk menunjang

keberhasilan dan optimalisasi suatu keorganisasian. Manajemen

dalam organisasi termasuk pada pembentukan pola kepemimpinan

sangat penting dalam keberlangsungan organisasi tersebut.

Manajemen dalam organisasi diartikan sebagai aktivitas yang

dilakukan sekelompok orang yang dalam mengatur dan

merencanakan visi dan misi kegiatan.

Kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa agar terstruktur

dan terencana dengan baik, hal tersebut dapat dilakukan oleh

seorang pemimpin dengan para anggotanya. Sebuah organisasi

dalam perjalanannya akan mengalami pasang surut kegiatan, salah

satu diantaranya yaitu konflik (gesekan) yang terjadi. Pertikaian

dalam kehidupan masyarakat maupun organisasi akan selalu ada


29

yang diakibatkan adanya rasa tidak percaya, kecemburuan,

perbedaan pendapat, bahkan ketidakpuasan anggota masyarakat

terhadap kepemimpinan organisasinya. Dengan demikian, perlu

sebuah pengelolahan (manajemen) yang baik agar keberadaan

perkumpulan orang-orang dalam suatu organisasi mampu

menciptakan suasana kondusif, terstruktur dan terencana dalam

mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Manajemen merupakan kegiatan manusia yang dilakukan

secara bersama-sama dalam mencapai suatu tujuan (goals) melalui

tahapan perencanaan, pengelolahan, pengorganisasian, pengarahan,

pengontrolan, dan pengawasan terhadap sumber daya manusia. Dan

peran kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan

pada sebuah organisasi, karena kepemimpinan memiliki pengaruh

secara langsung bahkan sangat penting terhadap kinerja maupun

tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah organisasi.

2.2 Penelitian Lain yang Relevan

Adapun peneliti yang relevan adalah sebagai berikut:

2.2.1. Alan Sigit Fibrianto, Jurnal Analisa Sosiologi, 2016, Kesetaraan

Gender Dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa Universitas Sebelas

Maret Surakarta Tahun 2016.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan triangulasi

sumber sebagai validitas data. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara

yang dilakukan di masing-masing organisasi mahasiswa di Universitas Sebelas

Maret. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua organisasi terdapat


30

dominasi laki-laki sebagai pimpinan organisasi, sedangkan perempuan menjabat

sebagai sekretaris, bendahara dan anggota. Realitanya belum ada kesetaraan dan

keadilan gender (KKG) serta pengarusutamaan gender (PUG) dari setiap

organisasi, sehingga posisi perempuan masih berada pada nomor dua setelah laki-

laki.

Adapun persamaan adalah: 1) Peneliti ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif. 2) Peneliti ini dilakukan di masing-masing organisasi universitas

sebelas maret. Sedangkan perbedaannya adalah: Penelitian terdahulu melakukan

penelitian di masing-masing organisasi Universitas Sebelas Maret sedangkan

dalam peneliti ini melakukan penelitian di masing-masing organisasi Institut

Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban 2022.

2.2.2. Novia Nur Aini, dkk., Jurnal Ilmiah Psikologi & Terapan, 2021,

Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Organisasi Pada Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surabaya Tahun 2021.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data

yang digunakan adalah etnografik, yaitu catatan lapangan (field note) kemudian

dilakukan pengkodean, kategorisasi atau klasifikasi kemudian disusun secara

sistematis dan selanjutnya akan disusun tema-tema berdasarkan hasil analisis data

tersebut. Hasil analissis data dapat diuraikan bahwa masing-masing struktur

organisasi yang menduduki jabatan sebagai ketua umum atau pemimpin

organisasi adalah seorang laki-laki, sedangkan perempuan rata-rata terletak pada

posisi sekretaris dan bendahara umum. Padahal perempuan juga seharusnya

mendapatkan hak yang sama dalam menjadi seorang pemimpin organisasi. Hasil

wawancara dengan ketua BEM mengatakan bahwa laki-laki lebih potensial dan
31

bertanggung jawab dibandingkan perempuan karena laki-laki lebih memiliki

kekuatan dibandingkan perempuan.

Adapun persamaan adalah penelitian menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif.sedangkan perbedaannya adalah: penelitian terdahulu

mengambil judul kesetaraan gender dalam lingkup organisasi pada mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surabaya lebih spesifik pada kesetaraan gender

dalam lingkup organisasi mahasiswa sedangkan dalam penelitian ini peneliti

mengambil judul pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU TUBAN 2022 lebih spesifik pada

pembentukan pola kepemimpinan organisasi.

2.2.3. Febri Nurhayati, Skripsi dengan judul Kesetaraan Gender Dalam

Organisasi Mahasiswa Dema UIN Syarif Hidayatullah 2021.

Pada skrisi ini organisasi mahasiswa DEMA UIN Jakarta tidak membatasi baik

laki-laki maupun perempuan dengan tidak membuat aturan atau kebijakan yang

bias, tetapi dalam kehidupan organisasi mahasiswa DEMA UIN Jakarta masih

ditemukan stereotype yang akhirnya menimbulkan subordinasi.

Adapun persamaannya adalah: tempat penelitiaan sama-sama dilakukan

didalam organisasi masing-masing. Sedangkan perbedaanya adalah: peneliti

menggunakan metode kalitatif pendekatan studi kasus sedangkan peneliti saat ini

menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif.

2.2.4. Pidia, Skripsi dengan judul Analisis Dampak Gender Dalam

Kepemimpinan Pendidikan Di MI Qur’aniah 8 Palembang.

Pada Skripsi ini menekankan pada dampak gender dalam kepemimpinan

pendidikan. Adapun persamannya adalah: 1) peneliti menggunakan metode

kualitataif, 2) peneliti terdahulu tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai


32

dampak gender dalam kepemimpinan pendidikan. Sedangkan perbedaannya

adalah: peneliti terdahulu melakukan penelitian dilembaga sedangkan peneliti saat

ini melakukan penelitian di dalam oganisasi mahasiswa.

2.2.5. Zahara Mutia Wahyuni, dkk, dengan judul Jurnal “Pendididkan Dan

Gender Dalam Pendidikan Islam”,

Jurnal ini menekankan pada pola kepemimpinan seperti ini dimulai dengan ide

dan cita-cita mengembangkan kemampuan diri dalam lingkup kecil sebelum

berkembang ke lingkup luas dalam suatu organisasi.

Adapun persamaannya adalah: menekankan pada pola kepemimpinan seperti

ini dimulai dengan ide dan cita-cita mengembangkan kemampuan diri dalam

lingkup kecil sebelum berkembang ke lingkup luas dalam suatu organisasi.

Sedangkan perbedaannya adalah: peneliti melakukan penelitian dalam Lembaga

pendidikan islam sedangkan peneliti saat ini melakukan penelitian dalam

organisasi mahasiswa.

2.3 Matriks Perbedaan dan Persamaan Penelitian

No. Nama Peneliti Judul Persamaan dan Perbedaan

1. Alan Sigit Kesetaraan Persamaan:

Fibrianto, Gender Dalam 1. Peneliti ini menggunakan

Jurnal Analisa Lingkup metode deskriptif kualitatif.

Sosiologi, 2016, Organisasi 2. Peneliti ini dilakukan di

Universistas mahasiswa masing-masing organisasi

Sebelas Maret Universitas universitas sebelas maret.

Surakarta. Sebelas Maret Perbedaan:

Surakarta 1. Penelitian terdahulu


33

Tahun 2016. melakukan penelitian di

masing-masing organisasi

Universitas Sebelas Maret

sedangkan dalam peneliti ini

melakukan penelitian di

masing-masing organisasi

Institut Agama Islam

Nahdlatul Ulama Tuban 2022

2. Novia Nur Aini. Kesetaraan Persamaan:

dkk, Jurnal Gender Dalam 1. Penelitian menggunakan

Ilmia Psikologi Lingkup metode penelitian deskriptif

dan Terapan, Organisasi Pada kualitatif.

2021, Mahasiswa
Perbedaan:
Universitas Universitas
1. Penelitian terdahulu
Muhammadiyah Muhammadiyah
mengambil judul kesetaraan
Surabaya. Surabaya Tahun
gender dalam lingkup
2021.
organisasi pada mahasiswa

Universitas Muhammadiyah

Surabaya lebih spesifik pada

kesetaraan gender dalam

lingkup organisasi mahasiswa

sedangkan dalam penelitian ini

peneliti mengambil judul

pendidikan kesetaraan gender


34

dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi

mahasiswa IAINU TUBAN

2022 lebih spesifik pada

pembentukan pola

kepemimpinan organisasi.

3. Pebri Kesetaraan Persamaan:

Nurhayati, Gender Dalam 1. Tempat penelitian sama-sama

Skripsi, UIN Dalam dilakukan di organisasi

Syarif Organisasi masing-masing.

Hidayatullah Mahasiswa
Perbedaan:
2021 DEMA UIN
1. Peneliti menggunakan metode
Syarif
kualitatif pendekatan studi
Hidayatullah
kasus sedangkan dalam
2021.
peneliti ini menggunakan

kualitatif pendekatan

deskriptif.

4. Padia, Skripsi, Analisis Persamaan:

Pendidikan Di Dampak 1. Peneliti menggunakan metode

MI Qur’aniah 8 Gender Dalam kualitatif

Palembang Kepemimpinan 2. Penelitian terdahulu tertarik

Pendidikan Di untuk mengetahui lebih jauh

MI Qur’aniah 8 mengenai dampak gender

Palembang. dalam kepemimpinan


35

pendidikan.

Perbedaan:

1. Peneliti terdahulu melakukan

penelitian di lembaga

sedangkan peneliti saat ini

melakukan penelitian di

organisasi mahasiswa

5. Zahara Mutia Kepemimpinan Persamaan:

Wahyuni, Dan Gender 1. menekankan pada pola

Jurnal Dalam kepemimpinan seperti ini

Pendidikan dan Lembaga dimulai dengan ide dan cita-

Gender Dalam Pendidikan cita mengembangkan

Lembaga. Islam. kemampuan diri dalam lingkup

kecil sebelum berkembang ke

lingkup luas dalam suatu

organisasi.

Perbedaan:

1. Peneliti melakukan penelitian

dalam lembaga pendidikan

islam sedangkan peneliti ini

melakukan penelitian dalam

organisasi mahasiswa.
36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif, karena data yang dianalisis berupa kutipan kalimat-kalimat maupun

pendapat atau pandangan yang digunakan dalam bentuk data kualitatif, data

non numerik. Selanjutnya sesuai dengan pendekatan kualitatif. Maka hasil data

penelitian akan diinformasikan secara deskriptif dan tidak menguji suatu

hipotesa serta tidak mengkorelasi variable. Penelitian kualitatif deskriptif

adalah penelitian yang bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal

menurut apa adanya. Maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-

kata atau penalaran, gambar, dan bukan angka-angka, dan hal ini disebabkan

oleh adanya penerapan kualitatif (Moleong, 2002:6).

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik yang dalam

proses pelaksanaannya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). Latar ilmiah, 2).

Manusia sebagai alat instrumen, 3). Metode kualitatif, 4). Analisa data secara

induktif, 5). Teori dari dasar, 6). Deskriptif, 7). Lebih mementingkan proses

dari pada hasil, 8). Adanya batas yang ditentukan oleh focus, 9). Adanya

kriteria khusus untuk keabsahan data, 10). Desain yang bersifat sementara, 11).

Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati (Meleong, 2022: 4-8).

Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peneliti

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau perilaku yang dapat diamati yang bertujuan untuk mnggambarkan

37
38

dan menganalisis Pendidikan Kesetaraan Gender Dalam Membentuk Pola

Kepemimpinan Organisasi IAINU TUBAN.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai pada bulan November 2022-Juni 2023.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No. Kegiatan Waktu

1. Pengajuan Judul 10 November 20222

2. ACC Judul 17 November 20222

3. Pengumpulan BAB I 29 November 2022

4. Revisi BAB 1 dan Bimbingan BAB 2 & 3 2 Desember 2022

5. Pengumpulan BAB 2 & 3 16 Desember 2022

6. Revisi BAB 2 & 3 22 Desember 2022

3.3. Sumber Data Penelitian

Jenis data yang berupa data verbal dalam penelitian kualitatif hanya

berwujud kata-kata bukan angka. Data kualitatif merupakan sumber deskripsi

yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-

proses yang terjadi dalam lingkup tertentu. Berikut sumber data yang digunakan

peneliti dalam penelitian ini:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data pokok atau sumber data yang

utama dalam suatu penelitian. Rahmadi mendefinisikan sumber data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama
39

dilokasi penelitian atau objek penelitian yang berisikan sumber-sumber asli

yang memuat informasi penelitian (Rahmadi, 2011:71). Sumber data primer

dalam penelitian ini adalah “Organisasi Mahasiswa IAINU TUBAN 2022.

Sumber data primer merupakan sumber yang langsung diberikan

data kepada peneliti. Sumber data primer meliputi:

1. Wakil rektor bidang kemahasiswaan IAINU

2. Ketua organisasi intra kampus IAINU Tuban.

3. Ketua organisasi ekstra kampus untuk memperdalam data mengenai

pendidikan kesetaraan gender dalam pengelolaan organisasi.

4. Mahasiswa IAINU Tuban untuk memberkuat data mengenai dampak

konsep kesetaraan gender dalam pola kepemimpinan organisasi.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder yaitu informasi yang digabungkan oleh periset

dari sumber yang sudah ada akibatnya peneliti bisa disebut sebagai tangan

kedua (Mulyadi, 2016: 144). Di dalam peneliti ini data sekunder didapat

dari dokumen, pengamatan, gambar, data dan riset terdahulu yang relevan

sumber informasi. Bagi lofland (Dalam Moelong, 2013: 157) “Pangkal

informasi penting dalam riset kualitatif yakni kata-kata, serta aksi,

selebihnya merupakan tambahan semacam dokumen serta lain-lain”.

Pangkal informasi bakal didapat dari akta, hasil angket, catatan lapangan

serta hasil dari pengamatan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana data

diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut


40

responden yaitu orang-orang yang merespon dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari peneliti. Yang menjadi sumber data peneliti adalah:

1. Mahasiswa IAINU TUBAN

2. Ketua organisasi intra dan ekstra kampus

3. Wakil rektor bidang kemahasiswaan IAINU Tuban

Selain menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya juga

menggunakan observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teknik

observasi, maka yang diobservasi dalam penilitian ini adalah gerak atau

proses peningkatan membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa

sebagai sumber data. Sedangkan sumber data dari dokumentasi adalah

catatan latar belakang organisasi mahasiswa.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani

antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal teoretis dengan

empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan konsep

yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang substansinya disusun

berdasarkan penjabaran konsep/penentuan indikator yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data (Suharsaputra, 2014:94). Kedudukan peneliti dalam

penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2013:168). untuk memperoleh informasi

yang berkaitan dengan pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban.


41

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian

No Metode Instrumen Sumber data

1 Observasi Dalam observsi peneliti - Wakil rektor


masuk kelapangan melihat bidang
keadaan yang ada serta kemahasiswaan
diperkuat dengan data-data. IAINU Tuban
- Ketua Organisasi
intra dan ekstra
IAINU Tuban.
- Mahasiswa
IAINU Tuban.

2 Wawancara Menggunakan lembar - Wakil rektor


wawancara/ kuisoner yang bidang
berisi pertanyaan yang kemahasiswaan
disiapkan oleh peneliti IAINU Tuban
dengan alat bantu Recorder - Ketua Organisasi
atau rekaman intra dan ekstra
IAINU Tuban.
- Mahasiswa
IAINU Tuban.

3 Dokumentasi Menggunakan copy data, - Wakil rektor


foto, rekaman, dan lain bidang
sebagainnya. kemahasiswaan
IAINU Tuban
- Ketua Organisasi
intra dan ekstra
IAINU Tuban.
- Mahasiswa
IAINU Tuban.

a. Instrumen Observasi

Instrumen observasi merupakan pedoman peneliti dalam mengadakan

pengamatan terhadap fenomena yang diteliti. Jika suatu data yang diperoleh

kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakanya kepada subjek,

tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data

tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti

mengalami langsung peristiwanya (Moleong, 2013:174).


42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi

No Observasi Hasil Observasi


1 Mengetahui lingkungan
organisasi mahasiswa
IAINU Tuban.
2 Mengetahui seberapa
besar pencapaian
pendidikan kesetaraan
gender dalam
membentuk pola
kepemimpinan
organisasi mahasiswa
IAINU Tuban

b. Instrumen Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari

data wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian

ini dapat berupa tulisan, gambar, atau karya menumental yang diteliti (Mustafa

dkk, 2020:89. Instrumen dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data yang berupa dokumen seperti foto kegiatan,

rekaman hasil wawancara, dan transkip wawancara untuk mengetahui data

tentang Pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi mahasiswa IAINU Tuban.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Dokumentasi

No Data Sumber data

1 Profil Lembaga a. Wakil rektor bidang


2 Lembar penilaian kinerja organisasi kemahasiswaan
3 Tujuan, Visi, Misi, lembaga b. Ketua organisasi intra dan
ekstra kampus
4 Program pendidikan keserataan gender
c. Mahasiswa IAINU Tuban.
5 Kurikulum pendidikan kesetaraan
gender
6 Data lain sebagai penunjang penelitian
43

c. Instrumen wawancara

Kuisioner wawancara merupakan pedoman peneliti dalam mewawancarai

subjek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya tentang apa, mengapa,

dan bagaimana tentang masalah yang diberikan oleh peneliti. Dalam wawancara

ada interaksi lisan yang langsung antara narasumber dan objek (Suharsaputra,

2014:97). Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang penting dalam

penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam sebab

peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh

informasi yang diperoleh dari informan. Untuk memaksimalkan hasil wawancara

peneliti menggunakan alat perekam dalam pengambilan data berupa suara,

tujuannya adalah untuk membantu peneliti dalam mengingat informasi pada saat

wawancara berlangsung

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No Varuabel Instrumen Wawancara Sumber data


1 Pendidikn 1. Bagaimana konsep 1.Wakil rektor
kesetaraan pendidikan kesetaraan bidang
gender gender dalam pendidikan..? kemahasiswaan
2. Bagaimana pelaksanaan IAINU Tuban
pendidikan kesetaraan 3.Ketua
gender dalam Organisasi intra
pendidikan…? dan ekstra
3. Bagaimana tangapan kampus IAINU
mahasiswa dan dosen Tuban 2022.
IAINU Tuban mengenai 4.Mahasiswa
adanya pendidikan IAINU Tuban
kesetaraan gender…?
4. Bagaimana partisipasi
mahasiswa IAINU Tuban
dengan adanya pendidikan
kesetaraan gender…?
2 Kepemimpinan 1. Bagaimana konsep 1.Wakil rektor
organiasi pendidikan kesetaraan bidang
gender dalam membentuk kemahasiswaan
44

pola kepemimpinan IAINU Tuban.


organisasi di IAINU 2.Ketua
Tuban….? Organisasi intra
2. Bagaimana pola dan ekstra
kepemimpinan yang IAINU Tuban.
diharapkan setelah adanya 3.Mahasiswa
pendidikan kesetaraan IAINU Tuban
gender di IAINU Tuban
…..?
3. Bagaimana hasil
kepemimpinan organisasi
setelah adanya pendidikan
kesetaraan gender di IAINU
Tuban…?
4. Faktor apa saja yang
menjadi penunjang dan
penghambat pendidikan
kesetaraan gender dalam
membentuk pola
kepemimpinan organisasi di
IAINU Tuban….?

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

observasi, dokumentasi dan wawancara.

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

sistematis da disengaja melalui proses pengamatan dan pendekatan terhadap

gejala-gejala yang diselidiki (Hadi, 1990:136). Observasi yang berarti

mengamati bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah

sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tujuan penggunaan metode ini

adalah untuk memperoleh data secara obyektif melalui pengamatan secara


45

langsung di lokasi penelitian tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan kepentingan penelitian.

b. Metode Wawancara

Wawancara atau interview (intervieuw) adalah suatu metode atau caa

yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan

tanya jawab sepihak. Dikatan sepihak karena dalam wawancara ini

responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan

pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi (Arikunto,

2003:30).

Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan

tanya jawab sepihak dengan sumber data, yang dikerjakan dengan sistematik

dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dengan menggunakan metode ini

akan dapat dikumpulkan data representatif dari seluruh pihak yang terkait

mengenai pendidikan kesetaran gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU TUBAN.

c. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari

data mengenai hal-hal yang variable yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 1998:188). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan

meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan

obyek penelitian.
46

Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

keadaan dan kondisi organisasi mahasiswa, baik ditinjau dari segi

pengalaman berorganisasi dari dulu serta dapat digunakan pembelajaran

membentuk pola kepemimpinan yang baik.

3.6. Analisis Data

Analasis data dilakukan untuk menganalisis data, melakukan peringkasan,

dan memilah data yang relevan. Penganalisisan data dikerjakan dengan

pencatatan dan penyusunan konsep secara matang untuk mendapatkan hasil

penelitian yang baik. Melihat tujuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

dilakukan analisis data deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi akan dikumpulkan untuk disusun dan

dideskripsikan. Analisis data ini menggunakan standart triangulasi data, yaitu

teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu

untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Data

dianalisa dengan metode diskriptif analisa yang meliputi cara berfikir induktif

atau metode yang bertumpu pada fakta peristiwa yang dikata lebih khusus yang

selanjutnya dijadikan konklusi yang bersifat umum. Dalam penelitian ini

analisis data dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir

penelitian, baik dilapangan maupun diluar lapangan dengan mempergunakan

teknik seperti yang dikemukan oleh Miles dan Huberman.

Miles dan Huberman (dalam buku gunawan, 2017:210-212)

mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data

penelitian kualitatif, yaitu:


47

a. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya

(Sugiono, 2017:92). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

lebih jelas dan memudahkan untuk pengumpulan data. Temuan yang

dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola, maka hal itulah

yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola

dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan data yang tampak (Gunawan,

2017:211) .

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk laporan atau

uraian yang rinci, kemudian disederhanakan dan difokuskan pada hal yang

penting dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Di

lapangan data yang didapat sangat banyak sehingga perlu diteliti dan

dirincikan sesuai dengan fokus penelitian yaitu pendidikan kesetaraan

gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU

Tuban.

b. Paparan data (data display)

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

(Miles dan Hurman). Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan

pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam

bentuk uraian yang didukung dalam matriks jaringan kerja (Gunawan,

2017:211)
48

Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan

atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini

peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan

pokok permasalahan yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara

dan dokumentasi terkait pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk

pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data (conclusion drawing / verifying)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam

bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian

penelitian (Gunawan, 2017:212)

Dalam proses penyimpulan data merupakan suatu proses yang

membutuhkan suatu pertimbangan yang harus dipertanggung jawabkan.

Pada tahap ini peneliti menyimpulkan data yang diperoleh peneliti dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi terkait pendidikan kesetaraan

gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU

Tuban.

3.7. Validasi Temuan Penelitian

Data yang telah digali dikumpulkan, dan dicatat secara efektif dalam

penelitian harus dijamin ketetapan dan keberadaannya. Selanjutnya, setiap

peneliti harus memiliki pilihan untuk memilih dan memutuskan cara yang tepat

untuk mengembangkan validitas data yang didapat. Pengembangan validitas

yang dimanfaatkan oleh peneliti adalah strategi triangulasi. Triangulasi dalam

menguji kreadibilitas sebenarnya adalah melihat informasi dari berbagai

sumber, strategi, dan waktu (Sugiyono, 2008: 274). Triangulasi yaitu


49

mengecek data tentang keabsahannya dengan memanfatkan berbagai sumber di

luar data sebagai perbandingan.

Dengan adanya tringulasi ini diharap dengan sekurang-kurangnya dalam

pengujian kreadibilitas ada 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Triangulasi sumber, yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperolah melalui berbagai sumber.

2. Trangulasi teknik, yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan mengecek data pada sumber yang sama tetapi dengan teknik yang

berbeda.

3. Triangulasi waktu, yaitu waktu yang sering mempengaruhi kreadibilitas

data, dalam rangka pengujian kreadibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Creswell, 2018:260)

Triangulasi dalam penelitian ini peneliti digunakan untuk:

1) Membandingkan pengamatan pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan dengan hasil wawancara, kemudian

membandingkan dengan dokumen-dokumen yang ada pada kampus IAINU

TUBAN.

2) Mendiskusikan data yang telah terkumpul dengan pihak-pihak yang

memiliki pengetahuan dan keahlian yang relevan


50

BAB IV
DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan data yang diperoleh dari

hasil wawancara, dan bagi peneliti ini merupakan instrumen kunci dalam

penelitian kualitatif disini peneliti menggunakan instrumen penelitian

observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk melaksanakan penelitiannya.

Dengan wawancara peneliti dapat mengetahui tentang uraian pelaksanaan

Pendidikan kesetaraan Gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi mahasiswa IAINU tuban 2022

4.1.1. Konsep pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan.

Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dipandang sangat

penting karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling strategis

untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Dengan asumsi bahwa tidak

ada bias gender dalam kebijakan-kebijakan pemerintah khusunya dalam

bidang pendidikan, artinya kesempatan untuk meningkatkan potensi

(SDM) baik laki-laki maupun perempuan sangat terbuka seluas-luasnya,

dengan peluang yang sama. Upaya dalam mengembangkan SDM melalui

pendidikan terus dilakukan, tetapi mengalami hambatan pada saat krisis

ekonomi melanda Indonesia. Dampak Krisis ekonomi bukan saja kepada

daya beli masyarakat akan tetapi juga berdampak pada kemampuan orang

tua untuk mebiayai pendidikan anak.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan

yang sama, tidak lebih tinggi atau lebih tidak lebih rendah. Kesetaraan

adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk
51

mencapai kesejahteraan, membangun keharmonisan kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, dan membangun keluarga berkualitas.

Jumlah penduduk perempuan hampir setengah dari penduduk Indonesia

dan merupakan potensi yang sangat besar dalam mencapai kemajuan dan

kehidupan yang lebih berkualitas. Kesamaan laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar

mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,

hukum, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional,

serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan (Sagala, 2015:55).

Sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Suprianto, M.Pd selaku

wakil rektor bidang kemahasiswaan dan teknologi informasi mengenai

konsep pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan. Beliau

mengatakan bahwa:

“Semenjak Indonesia merdeka Negara kita ini telah melaksanakan


pendidikan kesetaraan gender khususnya dalam bidang pendidikan
bahkan bukan hanya menerapkan pendidikan kesetaraan gender tapi
juga memberikan support dan fasilitas penuh pada perempuan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya, misalkan jika ada perempuan
yang punya potensi di bidang karya tulis maka tugas dari guru atau
doesn harus bisa memfasilitasinya supaya dapat bersaing dengan
para laki-laki dan mereka mendapatkan kesetaraanya, karena dalam
hakikatnya semua manusia memiliki hak yang sama dalam
pendidikan khususnya di IAINU Tuban ini mbak”

Dari penjelasan Bapak Suprianto, M.Pd selaku wakil rektor bidang

kemahasiswaan dan teknologi informasi IAINU Tuban ini dapat

diketahui bahwa pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan di

IAINU Tuban ini sangat ditekankan.


52

Hal itu juga disampaikan oleh bapak selaku presiden mahasiswa

IAINU Tuban 2022 mengenai konsep pendidikan kesetaraan gender

dalam pendidikan di IAINU Tuban 2022. Bapak mengatakan:

“Kalau membahas mengenai pendidikan kesetaraan gender dalam


pendidikan di IAINU Tuban ini menurut saya kampus ini sangat
menjunjung tinggi nilai kesetaraan gender dalam setiap
pembelajaran maupun estrakulikulernya seperti dalam
pembelajaran disini tidak pernah diajarkan bahwa laki-laki memiliki
hak yang lebih dari perempuan karena kita semua memiliki potensi
untuk mengembangkan potensi diri bahkan kalau memnag
perempuan lebih menguasai suatu potensi maka perempuan akan
diutamakan”

Dari penjelasan Bapak selaku presiden mahasiswa IAINU

Tuban 2022 ini dapat diketahui bahwa pendidikan kesetaraan gender

dalam pendidikan di IAINU Tuban ini sangat baik bahkan selalu

memberikan ruang lebih bagi perempuan untuk mengembangkan potensi

diri.

Hal itu juga disampaikan oleh selaku ketua HIMAPRODI PAI

IAINU Tuban 2022 mengenai konsep pendidikan kesetaraan gender

dalam pendidikan di IAINU Tuban 2022. memaparkan:

“Kalau menurut saya ya mbak pendidikan kesetaraan gender di


IAINU Tuban ini sudah mulai ditekankan karena menurut saya hal
ini penting baget bagi kalangan perempuan untuk mendapatkan
porsi yang sama dalam bidang pendidikan karena kita sama-sama
belajar untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita”

Dari penjelasan Bapak selaku ketua HIMAPRODI PAI IAINU

Tuban 2022 ini dapat diketahui bahwa pendidikan kesetaraan gender

dalam pendidikan di IAINU Tuban ini sudah berjalan maksimal dan hal

ini sangat membantu bagi kalangan perempuan untuk sama-sama

mendapatkan porsi yang lebih dalam pengembangan diri.


53

Bukan hanya itu peneliti juga mmemperdalam data mengenai konsep

pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan di IAINU Tuban 2022

dari mahasiswa IAINU Tuban 2022 ibuk dhea sefira. Beliau mengatakan:

“Mengenai pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan ini ya


mbak, kalau menurut saya semua dosen selalu memberikan porsi
yang sama kepada para mahasiswa baik laki-laki maupun
perempuan mereka tidak pernah pilih kasih dalam memberikan porsi
pendidikan, bahkan jarang saya menemukan deskriminasi
perempuan di kampus ini”

Dari penjelasan Ibuk selaku mahasiswa IAINU Tuban 2022 ini

dapat diketahui bahwa pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan

di IAINU Tuban ini sangat baik tidak hanya dalam programnya tapi juga

dalam penerapanya dalam proses belajar mengajar.

Dari beberapa hasil wawancara diatas maka peneliti bisa menarik

kesimpulan mengenai konsep pendidikan kesetaraan gender dalam

pendidikan di IAINU Tuban 2022 ini sangat maksimal dalam

penerapanya karena tidak hanya dosen mahasiswa juga bisa merasakan

adanya dampak dari pendidikan kesetaraan gender ini untuk

mengembangkan potensi diri dan juga dalam proses pembelajaranya.

4.1.2. Konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban 2022.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan

yang sama, tidak lebih tinggi atau lebih tidak lebih rendah. Kesetaraan

adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk

mencapai kesejahteraan, membangun keharmonisan kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, dan membangun keluarga berkualitas.

Jumlah penduduk perempuan hampir setengah dari penduduk Indonesia

dan merupakan potensi yang sangat besar dalam mencapai kemajuan dan
54

kehidupan yang lebih berkualitas. Kesamaan laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar

mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,

hukum, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional,

serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan (Sagala, 2015:55).

Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama,

adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah

kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi

keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses

kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan

pemimpin yang bersangkutan. Oleh sebab itu maka pola kepemimpinan

organisasi sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda organisasi dan

pembentukan pola organisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti

pendidikan kesetaraan gender untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan

pada beberapan narasumber antara lain wakil rektor bidang

kemahasiswaan, presiden mahasiswa, ketua UKM, ketua

HIMMAPRODI, dan mahasiswa IAINU Tuban mengenai konsep

pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi di IAINU Tuban 2022.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Suprianto, M.Pd selaku

wakil rektor bidang kemahasiswaan dan teknologi informasi mengenai

konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola


55

kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban 2022. Beliau mengatakan

bahwa:

“Kalau menurut saya ya mbak, mengaca dari dua priode terahir ini
buah dari pendidikan kesetaraan gender bisa kita rasakan dengan
adanya beberapa presiden mahasiswa hingga para ketua organisasi
internal kampus banya yang di pegang oleh kaum perempuan dan
bahakan kepemimpinan yang dijalankan bisa dikatan lebih
mendekati baik, dan itu semua tidak lepas dari perjuangan para
perempuan yang mencerminkan kesetaraan gender bahkan kalau
boleh jujur perempuan lebih cerdas dan tekun dari laiki-laki itu
semua bisa kita lihat pada masa mereka proses di suatu lembaga
sekolah kebanyakan yang berprestasi adalah seorang perempuan
oleh karenanya perempuan harus kita beri ruang gerak dan ruang
aplikasi diri yang lebar”

Dari penjelasan Bapak Suprianto, M.Pd selaku wakil rektor bidang

kemahasiswaan dan teknologi informasi IAINU Tuban 2022 ini dapat

diketahui bahwa konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk

pola kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban ini sangat memiliki

pengaruh yang sangat signifika karena melihat juga mahasiswa IAINU

Tuban kebanyakan perempuan sehingga adanya pendidikan kesetaraan

gender sangat membantu keberjalanan organisasi.

Hal itu juga disampaikan oleh bapak Ahmad wafa amrillah selaku

presiden mahasiswa IAINU Tuban 2022 mengenai konsep pendidikan

kesetaraan gender dalam pendidikan di IAINU Tuban 2022. Bapak

Ahmad wafa amrilah mengatakan:

“kalau menurut saya ya mbak, konsep pendidikan kesetaraan gender


dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi disini sangat
memiliki pengaruh yang sangat besar karena dapat membentuk
mental para mahasiswi disini sehingga dapat menunjang efektifitas
keberjalanan organisasi atau BEM ini, apalagi dengan adanya
program ini dinamika di kampus dan di organisasi lebih hidup
sehingga dapat menciptakan iklim organisasi dan kampus yang
baik”
56

Dari penjelasan Bapak Ahmad wafa amrillah selaku presiden

mahasiswa IAINU Tuban 2022 ini dapat diketahui bahwa konsep

pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi di IAINU Tuban ini memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam membentuk dinamika organisasi dan membentuk iklim yang

sangat kompetitif dalam kampus dan organisasi.

Hal itu juga disampaikan oleh selaku ketua HIMAPRODI PAI

IAINU Tuban 2022 mengenai konsep pendidikan kesetaraan gender

dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban 2022.

memaparkan:

“kalau menurut saya mbak, efek dari adanya pendidikan kesetaraan


gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi ini sangat
bisa dirasakan oleh para mahasiswi disini mulai dari kebebasan
untuk mengembangkan potensi diri bagi perempuan sehingga dapat
membantuk keberjalanan organisasi maupun proses belajar
mengajar di kampus, dampak yang saya rasakan di organisasi juga
seorang perempuan bisa lebih eksis dan memiliki percaya diri yang
tinggi dalam mengemban amanah organisasi”

Dari penjelasan Bapak selaku ketua HIMAPRODI PAI IAINU

Tuban 2022 ini dapat diketahui bahwa konsep pendidikan kesetaraan

gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi di IAINU

Tuban ini memiliki pengaruh yang sangat besar karena dengan adanya

pendidikan kesetaraan gender para pengurus organisasi mahaasiswa di

IAINU Tuban lebih percaya diri dalam menjalankan tanggungjawab

organisasi khususnya yang perempuan.

Bukan hanya itu peneliti juga memperdalam data mengenai konsep

pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan


57

organisasi mahasiswa di IAINU Tuban 2022 dari mahasiswa IAINU

Tuban mbak dhea sefira. Beliau mengatakan:

“kalau menurut saya mbak, dengan adanya pendidikan kesetaraan


gender ini mahasiswa dan mahasiswi di IAINU Tuban ini lebih
memiliki ruang gerak dan ruang pengembangan diri yang sangat
luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar pada aktifitas
mahasiswa dan mahasiswi di sini, apalagi kampus ini mahasiswa
mayoritasnya adalah perempuan”

Dari penjelasan Mbak Dhea Sefira selaku mahasiswa IAINU Tuban

2022 ini dapat diketahui bahwa pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban ini sangat

berpengaruh besar terhadap pengembangan diri para mahasiswa dan

mahasiswi IAINU Tuban.

Dari beberapa hasil wawancara diatas maka peneliti bisa menarik

kesimpulan mengenai konsep pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban 2022 ini

memiliki peran yang sangat penting karena dengan adanya pendidikan

kesetaraan gender ini dinamika dan iklim berorganisasi yang ada di

IAINU Tuban sangat kompetitif antara mahasiswa laki-laki dan

mahasiswa perempuan sehingga dapat mengembangkan potensi diri

semua mahasiswa.

4.1.3. Faktor penghambat dan penunjang pendidikan kesetaraan gender

dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa

IAINU Tuban 2022.

Pendidikan kesetaraan gender merupakan suatu program yang

sudah lama di terapkan di Indonesia akan tetapi dalam keberjalananya

memiliki hambatan dan solusi yang tidak sedikit sehingga penerapanya

sangat kurang maksimal.


58

Adapun yang melatarbelakangi kesetaraan gender yaitu tingkat

pendidikan dan ekonomi keluarga serta dogma-dogma agama yang

sangat kental. Dalam hal ini ada beberapa factor penunjang dan

penghambat pendidikan kesetaraan gender, factor penunjang kesetaraan

gender adalah faktor yang menjadi penunjang atau factor yang

mempermudah implementasi pendidikan kesetaraan gender seperti

banyaknya kaum perempuan disbanding laki-laki. Untuk factor

penghambatnya sendiri adalah mayoritas masyarakat Indonesia adalah

masyarakat yang beragama khususnya agama islam, tradisi dan budaya

serta kondisi social masyarakat.

Terkait dengan faktor penunjang dan penghambat pendidikan

kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi di

IAINU Tuban 2022 sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak

Suprianto, M.Pd selaku wakil rektor bidang kemahasisiwaan dan

teknologi informasi, beliau memaparkan:

“Kalau kita berbicara mengenai factor penghambat dan penunjang


pendidikan kesetaran gender dalam membentuk pola
kepemimpinan organisasi mahasiswa di IAINU Tuban ini yang
mbak, kalau menurut saya untuk factor penunjangnya sendiri
adalah jumlah mahasiswi lebih banyak dari mahasiswa mahasiswi
bisa dikatakan mayoritas di kampus ini oleh karenanya semua itu
bisa menjadi factor penunjang pendidikan kesetaraan gender.
Kalau masalah factor penghambatnya ya seperti penghambat pada
umumnya mbak yaitu banyaknya dogma mengenai wanita nantinya
hanya akan jadi ibu rumah tangga dan berada di dapur, ngurus
anak dan lain sebagainya sehingga secara tidak langsung dengan
pola piker yang seperti itu perempuan akan berhenti di tarafnya
hari ini dan tidak ingin berkembang”

Dalam hal ini peneliti juga mengali data lebih dalam kepada

presiden mahasiswa IAINU Tuban kepada bapak Ahmad Muafa

Amrullah mengenai faktor penunjang dan penghambat pendidikan


59

kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi

mahasiwa. Beliau mengatakan:

“Mengenai faktor penunjang dan penghambat pendidikan


kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan
organisasi di IAINU Tuban ini ya mbak, yang pertama adalah
faktor penunjang kalau menurut saya faktor penunjangnya adalah
banyaknya mahasiswi disbanding mahasiswa disisi lain juga
banyaknya organisasi mahasiswa yang menunjang kesetaraan
gender, untuk faktor penghambatnya sendiri adalah mayoritas
mahasiswa berasal dari masyarakat beragama dan memiliki social
dan budaya yang mengatakan bahwa seorang perempuan tugasnya
nanti hanya menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak
sehingga membuat perempuan kurang s
emangat dalam mengejar karirnya”

Supaya data bisa lebih dalam mengenai data tentang faktor

penghambat dan penunjang pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi maka peneliti juga mengali

dari ibu selaku ketua HIMMAPRODI PAI IAINU Tuban. Beliau

mengatakan:

“kalau menurut saya ya mbak, mengenai faktor penunjangnya


sendiri adalah banyaknya mahasiswa yang putri bahkan bisa
dikatakan mayoritas selain itu kampus IAINU Tuban juga
menjunjung tinggi adanya kesetaraan gender, untuk faktor
penghambatnya sendiri adalah banyaknya dogma tentang hak dan
kewajiban wanita yang mana mereka nantinya hanya akan jadi ibu
rumah tangga, mengurus anak, nyuci piring ngapain harus sekolah
tinggi-tinggai”

Selain itu peneliti juga mengali data lebih dalam kepada mahasiswa

IAINU Tuban mbak Dhea Sefira mengenai faktor penunjang dan

penghambat pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi. Beliau memaparkan:

“Kalau menurut saya ya mbak mengenai faktor penunjang dan


penghambat pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola
kepemimpinan organisasi, untuk faktor penunjangnya sendiri
adalah banyaknya mahasiswi di kampus ini sehingga dapat
menunjang kesetaraan gender, untuk faktor penghambatnya sendiri
60

adalah banyaknya dogma dan stigma masyarakat mengenai hak


dan kewajiban perempuan dan juga kurangnya antusias
mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang berbasis kesetaraan
gender”

Dari beberapa hasil wawancara di atas mengenai faktor penunjang

dan penghambat pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penunjang pendidikan

kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi ini

adalah mayoritas mahasiswa IAINU Tuban adalah perempuan dan juga

support penuh dari rektorat IAINU Tuban mengenai program

kesetaraan gender. Untuk faktor penghambatnya sendiri adalah

banyaknya dogma dan stigma masyarakat bahwasanya seorang

perempuan nantinya hanya akan jadi ibu rumah tangga, merawat bawi

dan lain sebagainya sehingga itu semua dapat menghambat kesadaran

perempuan akan pentingnya kesetaraan gender.

4.2. Pembahasan

Pada bagian penelitian pembahasan ini peneliti akan menguraikan

pembahasan dari hasil penelitian, peneliti akan menyajikan hasil penelitian

yang diperoleh dari hasil penelitian yang peneliti lakukan berdasarkan hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi.


61

4.2.1 Konsep pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan di IAINU

Tuban 2022.

Pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan menjadi sangat

penting karena Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat

menjunjung tinggi kesetaraan gender, karena semua mahasiswa sangat

penting untuk memahami hal ini.

Pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan di IAINU Tuban

merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan dan

mengembangkan potensi diri mahasiswi supaya bisa bersaing dengan

para mahasiswa, karena dalam beberapa hal potensi kecerdasan laki-

laki lebih dari kecerdasan perempuan olehkarenanya IAINU Tuban

memiliki inisiatif untuk mengali potensi diri para perempuan dengan

adanya pendidikan kesetaraan gender.

Dijelaskan bahwa gender adalah seperangkat sikap, peran, fungsi

dan tanggung jawab yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan

akibat bentukan budaya atau pengaruh lingkungan masyarakat dimana

manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Jadi, dalam pengertian ini gender

merupakan sesuatu yang dibentuk secara sosial, bukan sesuatu yang

kodrati dalam diri manusia. Perbedaan laki-laki dan perempuan

sebenarnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak menimbulkan

ketidakadilan. Akan tetapi, realitasnya perbedaan gender telah

menimbulkan sejumlah ketidakadilan dan ketimpangan, terutama bagi

perempuan (Mulia, 2020:350).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pendidikan kesetaraan gender

dalam pendidikan dapat di paparkan sebagai berikut.


62

Table 4.2.1.1 konsep pendidikan kesetaraan gender dalam

pendidikan

Pendidikan Data Analisis


kesetaraan gender
dalam pendidikan
Memberikan dalam hal ini kampus ada persamaan
fasilitas penuh pada IAINU Tuban mengenai teori
perempuan memberikan fasilitas kesetaraan gender
penuh pada yang memberikan
perempuan untuk posisi yang sama
mengembagkan dan antara laki-laki dan
meningkatkan perempuan dalam
kapasitas dirinya hal pendidikan hal
seperti dalam bidang itu sesuai dengan
karya tulis, seni dan apa yang telah
potensi diri lainya peneliti dapatkan
bahkan ketika para dari hasil penelitian
mahasiswi memiliki bahwasanya
potensi yang baik kampus IAINU
kampus akan Tuban ini sangat
memberikan fasilitas memberikan
untuk mengikuti fasilitas dan ruang
kompetisi di luar gerak yang sama
kampus. antara laki-laki dan
perempuan.

Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dipandang sangat

penting karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling

strategis untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Dengan asumsi

bahwa tidak ada bias gender dalam kebijakan-kebijakan pemerintah

khusunya dalam bidang 19 pendidikan, artinya kesempatan untuk

meningkatkan potensi (SDM) baik lakilaki maupun perempuan sangat

terbuka seluas-luasnya, dengan peluang yang sama. Upaya dalam

mengembangkan SDM melalui pendidikan terus dilakukan, tetapi

mengalami hambatan pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia.

Dampak Krisis ekonomi bukan saja kepada daya beli masyarakat akan
63

tetapi juga berdampak pada kemampuan orang tua untuk mebiayai

pendidikan anak.

Pada pendidikan tinggi non-kependidikan proporsi jumlah

mahasiswa pada semua progam keahlian didominasi oleh mahasiswa

laki-laki. Demikian juga pada pendidikan tinggi kependidikan pun

untuk jurusan pendidikan teknologi tetap didominasi oleh laki-laki. Hal

ini menunjukan bahwa mahasiswa laki-laki masih sangat mendominasi

jenis-jenis keahlian yang ada di perguruan tinggi, khususnya jurusan

teknologi. Dengan kata lain dalam kesempatan mengikuti pendidikan

tinggi masih terjadi kesenjangan gender, dimana jurusan-jurusan

bergengsi masih di dominasi oleh laki-laki (Acce, 2010: 105).

Dalam hal ini kampus IAINU Tuban telah mengimplementasikan

pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan yang ada di kampus ini

mulai dari pemberian porsi yang sama antara laki-laki dan perempuan

untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya masing-masing

tanpa ada batas apapun.

Terdapa persamaan mengenai teori kesetaraan gender yang

memberikan posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam

hal pendidikan hal itu sesuai dengan apa yang telah peneliti dapatkan

dari hasil penelitian bahwasanya kampus IAINU Tuban ini sangat

memberikan fasilitas dan ruang gerak yang sama antara laki-laki dan

perempuan.
64

4.2.2 Konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban 2022.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan mengenai

konsep pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola

kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban 2022. Dalam hal ini

pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi sangat penting bangi semua mahasiswa.

4.2.2.1 Pendidikan kesetaraan gender

Pendidikan kesetaraan gender merupakan suatu pembahasan yang

memberikan pemahaman mengenai suatu keadaan setara antara laki-

laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Dalam hal

ini peneliti akan membahas posisi laki-laki dan perempuan dalam

kesetaraan gender sebagai berikut:

Table 4.2.2.1 Pendidikan kesetaraan gender

Pendidikan Data Analisis


kesetaraan gender
Kebebasan dalam Di kampus IAINU Pendidikan adalah
pendidikan Tuban semua hak semua manusia
mahasiswa baik laki- baik itu laki-laki atau
laki maupun perempuan karena
perempuan memiliki dengan pendidikan
kebebasan dalam hal yang tinggi manusia
pendidikan tidak ada akan mengetahui
kata deskriminasi mana yang baik dan
antara laki-laki dan mana yang salah
perempuan semuanya disamping itu dengan
akan mendapatkan pendidikan manusia
fasislitas yang sama bisa terangkat
dalam pengembangan derajatnya, laki-laki
potensi diri. akan menjadi tulang
punggung keluarga
dan perempuan akan
65

menjadi madrasatul
ula bagi anak-
anaknya, maka
pendidikan sangat
penting bagi laki-laki
maupun perempuan.

Kesetaraan gender Kampus IAINU Suatu lembaga


Tuban merupakan pendidikan yang
instansi pendidikan notabenya adalah
yang didalamnya tempat untuk belajar
memiliki mahasiswa harus mampu
mayoritas adalah memberikan suatu
perempuan proses pembelajaran
olehkarenanya yang baik, khususnya
kesetaraan gender dalam menentukan
menjadi penting di konsep pengajaranya
IAINU Tuban. dan tidak sedikit
kampus yang
mengajarkan
kesetaraan gender
yang bertujuan untuk
memberikan rasa
nyaman dan aman
pada kaum
perempuan dalam
menuntut ilmu, maka
dari itu kampus
IAINU Tuban
menerapkan konsep
kesetaraan gender
untuk memberikan
rasa aman dan
nyaman pada semua
mahasiswanya yang
mayoritasnya adalah
perempuan.

1. Kebebasan dalam pendidikan

Sebagai warga Negara yang baik Pendidikan merupakan

hak dan kewajiban semua manusia di dunia ini baik laki-laki

ataupun perempuan oleh karenanya tidak benar bahwa dalam

pendidikan kita masih saling mendeskriminasi antara laki-laki

dan perempuan .
66

Menurut John Dewey dalam buku ilmu pendidikan

beliau memaparkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses

pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara

intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

(Hidayat & Abdillah, 2019: 24).

2. Kesetaraan gender

Semua manusia apa pun latar belakangnya, jenis

kelamin, agama, keyakinan, suku, bahasa dan lain-lain adalah

sama dan setara kedudukannya di hadapan Tuhan

(Muhammad, haerudin, 2002:32).

Semua manusia memilikai kedudukan yang sama

apalagi dalam hal pendidikan maka dalam hal pendidikan

semua lembaga pendidikan seharusnya memberikan porsi yang

lebih pada semua mahasiswa baik laki-laki maupun

perempuan dan tidak seharusnya mereka mendapatkan didikan

untuk merendahkan satu sama lain.

4.2.2.2 Pola kepemimpinan organisasi mahasiswa

Dalam pengelolaan kepemimpinan organisasi bisa dikatan

kampus IAINU Tuban masih jauh dari kata maksimal karena sudah

suatu hal yang wajar kopentensi induvidu adalah penunjang utama

dalam suatu organisasi. Dalam hal ini peneliti akan menguraikan

mengenai pola kepemimpinan organisasi di IAINU Tuban.


67

Tabel 4.2.2.2 pola kepemimpinan organisasi

Pola kepemimpinan Data Analisis

Kepemimpinan Pemimpin organisasi Pimpinan organisasi


organisasi mahasiswa di IAINU yang berada di
Tuban menjadi hal kampus IAINU
yang snagat penting Tuban sangat tidak
karena organisasi menentu karena
tanpa adanya terkadang semua
pemimpin bisa pemimpin organisasi
dikatan sepeti tubuh mahasiswa
yang tidak memiliki didominasi oleh
kepala olehkarenanya kaum perempuan
pemimpin organisasi terkadang juga
harus mampu dan didominasi oleh para
faham mengenai laki-laki maka dalam
keberjalanan hal ini seorang
organisasi mulai dari pemimpin kesulitan
arah dan tujuan untuk mengerakan
organisasi hingga anggotanya apalagi
bagaimana kalau anggotanya
mengarahkan semua banyak laki-laki dan
anggota organisasi ketuanya
untuk mencapai perempuan, pastinya
suatau tujuan tertentu. seorang perempuan
akan cangung
dengan laki-laki.

Pengelolaan Dalam pengelolaan Pengelolaan


organisasi organisasi semua organisasi
organisasi di IAINU merupakan suatu
Tuban mengunakan cara untuk
sistem kesetaraan menjalankan roda
gender dan semua organisasi secara
mahasiswa atau lebih efeektif dan efesien
tepatnya semua untuk mencapai
pengurus organisasi suatu tujuan tertentu,
mahasiswa haru maka sudah benar
faham betul mengenai yang dilakukan oleh
kesetaraan gender pemimpin organisasi
supaya dalam mahasisw di IAINU
keberjalananya tidak Tuban untuk
ada rasa cangung dan merangkul semua
saling meremehkan elemen mahasiswa
antara laki-laki dan tanpa ada rasa
perempuan. cangung dan
merendahkn satu
sama lain.
68

1. Kepemimpinan organisasi

Kepemimpinan adalah “suatu proses yang kompleks

dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk

menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan

organisasi yang membuatnya lebih kohesif dan koheren."

Mereka yang memegang jabatan sebagai pemimpin

menerapkan seluruh atribut kepemimpinannya (keyakinan,

nilai-nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan). Jadi

seorang pemimpin berbeda dari majikan, dan berbeda dari

manajer (Veithzal, 2014: 77)

Kepemimpinan menjadi suatu hal yang menarik karena

organisasi mahasiswa tanpa adanya sifat kepemimpinan yang

dimiliki oleh seorang pemimpin akan menjadi organisasi yang

tidak tau arah dan tujuan.

2. Pengelolaan organisasi

Setiap organisasi tidak akan pernah lepas dari kata

pengelolaan oleh karenanya kata pengelolaan dalam suatu

organisasi ini sangat penting banget karena dalam

keberjalanan organisasi akan mengalami banyak hambatan dan

yang bisa menawab hambatan tersebut hanyalah bagaimana

proses pengelolaan organisasi tersebut.


69

4.2.3 Faktor penunjang dan penghambat pendidikan kesetaraan gender

dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa

IAINU Tuban 2022.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan mengenai faktor

penghambat dan penunjang pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU Tuban

2022. Dalam pelaksaanaan pendidikan kesetaraan gender tidak akan

lepas dari faktor penunjang dan penghambat.

4.2.3.1 Faktor penunjang

Untuk faktor penunjang pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi sendiri adalah

banyaknya mahasiswa perempuan di kampus IAINU Tuban oleh

sebab itu banyaknya mahasiswi menjadi peluang yang besar bagi

jajaran rektorat untuk menerapkan pendidikan kesetaraan gender.

Table 4.2.3.1 Faktor penunjang

Faktor Data Analisis


penunjang
Faktor penunjang Banyaknya Pendidikan
pendidikan mahasiswa kesetaran gender
kesetaraan gender perempuan di merupakan suatu
kampus IAINU pemahaman yang
Tuban menjadi mengarah pada
sebuah faktor kedudukan laki-laki
penunjang dan dan perempuan
peluang untuk dalam pendidkikan
menerapkan itu sama dari hak
pendidikan dan kewajibanya,
kesetaraan gender apalagi dalam suatu
yang bertujuan lembaga
untuk memberikan pendidikan
pendidikan pada mayoritas
semua mahaiswa mahasiswanya
akan pentingnya adalah perempuan
saling menghargai maka semua itu
70

dan tidak saling akan menjadi suatui


merendahkan antara faktor ataupung
laki-laki dan pendukung untuk
perempuan dan memunjang
tentunya penerapan
memberikan kesetaraan gender.
peluang
pengembangan diri
yang lebih pada
perempuan.

Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dipandang sangat

penting karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling

strategis untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Dengan asumsi

bahwa tidak ada bias gender dalam kebijakan-kebijakan pemerintah

khusunya dalam bidang pendidikan, artinya kesempatan untuk

meningkatkan potensi (SDM) baik laki laki maupun perempuan

sangat terbuka seluas-luasnya, dengan peluang yang sama. Upaya

dalam mengembangkan SDM melalui pendidikan terus dilakukan,

tetapi mengalami hambatan pada saat krisis ekonomi melanda

Indonesia. Dampak Krisis ekonomi bukan saja kepada daya beli

masyarakat akan tetapi juga berdampak pada kemampuan orang tua

untuk mebiayai pendidikan anak.

Dengan adanyak mayoritas mahasiswa di kampus IAINU Tuban

ini pendidikan kesetaraan gender menjadi lebih mudah untuk

dijalankan, begitupun dengan pengelolaan otganisasi mahasiswa

yang berada di kampus IAINU Tuban ini.


71

4.2.3.2 Faktor penghambat

Adapun faktor penghambat pendidikan kesetaraan gender dalam

membentuk pola kepemimpinan organisasi mahasiswa IAINU

Tuban antara lain:

Table 4.2.3.2 faktor penghambat

Faktor penghambat Data Analisis


Dogma dan stigma Faktor yang menjadi Menjadi ibu rumah
tidak baik pada penghambat tanggah dan mengurus
perempuan pelaksanaan anak memang tugas
pendidikan kesetaraan dan kewajiban seorsng
gender di IAINU perempuan akan tetapi
Tuban antara lain jangan pernah
banyaknya dogma melupakan bahwa
atau stigma seorang perempuan
masyarakat yang juga punya
mengatakan bahwa tanggungjawab sebagai
seorang perempuan madrasah pertama bagi
ngapain sekolah anaknya maka
tinggi-tinggi toh pendidikan tinggi
nantinya juga akan menjadi penting bagi
menjadi ibu rumah perempuan.
tangga dan mengurus
anak.
Tradisi dan budaya Dalam tradisi dan Perempuan tidak
setempat budaya selalu seharusnya selamanya
mengatakan bahwa menjadi budak bagi
seorang perempuan laki-laki karena
ketika sudah berumur menreka memiliki
sekitar 20-21 tahun derajat yang sama
maka harus menikan dimata tuhan dan
dan semua hal ini mereka memiliki
yang nantinya menjadi peluang yang sama
penghambat adanya dalam mengenyam
emansipasi pendidikan maka
perempuan. adanya deskriminasi
pendidikan antara laki-
laki dan perempuan
haruus segera
dihilangkan.
72

1. Dogma dan stigma masyarakat

Dalam pelaksanaanya pendidikan kesetaraan gender

memiliki beberapa faktor penghambat antara lain dogma

dan stigma masyarakat yang mengatakan perempuan

dianggap hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang

bekerja di dalam rumah untuk mengurus anak, suami, dan

rumahnya. Dari pandangan ini, maka dinilai pendidikan

tinggi tidak begitu penting bagi kaum perempuan.

Sebenarnya anggapan seperti itu tidak selalu benar.

Bagaimana seandainya kondisi menuntut dibutuhkannya

sebuah peran perempuan untuk mempimpin rumah tangga

dan mencari nafkah bagi keluarganya, jika perempuan tidak

memiliki kualitas pendikan yang memadai, maka dapat

dipastikan perempuan tidak dapat menjalankan perannya

untuk menggantikan peran laki-laki dalam keluarga.

2. Tradisi dan budaya masyarakat

Adanya angapan bahwa seorang perempuan diangap

rendah dan tidak baik ketika perempuan menikah dalam

umur yang terlalu tua dalam tradisi masyarakat membuat

menjadi suatu penghambat bagi pendidikan kesetaraan

gender atau emansipasi wanita dalam memperjuangkan hak

dan kewajuibanya oleh karena itu seorang perempuan harus

tetap berjuang dan berusaha untuk mendapatkan hak dan

kewajiban sebagai manusia.


73

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai

pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan organisasi

mahasiswa IAINU Tuban 2022.

1. Pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan sangat penting untuk

dilakukan yang bertujuan untuk memberikan ruang dan kekebasan

pengembangan potensi diri dari setiap mahasiswa maupun mahasisiwi karena

mereka semua memiliki hak pendidikan yang sama.

2. Pendidikan kesetaraan gender dalam membentuk pola kepemimpinan

organisasi mahasiswa sangat penting dalam suatu organisasi yang bertujuan

untuk meningkatkan kinerja organisasi juga untuk menjaga keharmonisan.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti ingin mengajukan

beberapa saran:

1. Untuk kampus IAINU Tuban supaya bisa lebih menekankan akan

pentingnya pendidikan kesetaraan gender dalam pendidikan pada semua

mahasiswa IAINU Tuban.

2. Kepada semua mahasiswa supaya saling menghargai baik laki-laki maupun

perempuan dalam hal menuntut ilmu karena kita semua memiliki potensi

yang sama dalam pendidikan.


74

REFRENSI

Anda mungkin juga menyukai