Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENYIMPANGAN AKHLAK PADA SANTRI PONDOK


PESANTREN ANNURIYAH MALANG

Tim Penyusun:
Kelompok 7
Ananda Dikky Nur Efendi (220732602732) (Ketua)
Dian Puspita Sari (220331606485)
Muhammad Bayu Yusuf ` (220312611693)
Rega Pratama (220342605212)

Dosen Pengampu:
Mochammad Rizal Ramadhan, M.Pd

MATAKULIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................................................5

1.3.1 Tujuan Penelitian......................................................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................................6

2.1 Hakikat Manusia.........................................................................................................................6


2.2 Peranan Manusia.........................................................................................................................6
2.3 Pengertian Akhlak........................................................................................................................8

2.4 Macam-macam Akhlak................................................................................................................9


2.5 Konsep Dasar Akhlak.................................................................................................................10
2.6 Proses Pembentukan Akhlak.....................................................................................................11
2.7 Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari.......................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................................15
3.1 Metode yang digunakan............................................................................................................15
3.2 Jenis penelitian..........................................................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................................................16
4.1 Bentuk Penyimpangan Akhlak...................................................................................................16
4.2 Strategi Pembinaan...................................................................................................................16
4.3 Faktor Yang Menghambat Strategi Pembinaan.........................................................................17
4.4Solusi..........................................................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................................19
5.2 Saran.........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di


Indonesia yang telah ada sejak zaman kolonial. Pesantren sering dipahami sebagai
sekolah agama bagi para santri (Sumadi, 1986: 30). Pesantren seringkali didirikan
oleh usaha Kyai/Bunyai mandiri dengan dukungan santri dan masyarakat, sehingga
memiliki karakteristik yang beragam. Selama ini hal tersebut belum pernah terjadi dan
cukup sulit untuk menyeragamkan timbangan di seluruh tanah air karena setiap
timbangan memiliki ciri khas tersendiri akibat perbedaan selera kyai dan kondisi
sosial budaya masyarakat serta geografi sosial yang melingkupinya (Komar , 2005:
16).
Umat Islam saat ini telah menyadari pentingnya pendidikan agama
sejak dini bagi generasi muda penerus bangsa, hal ini berimbas pada tingginya
persentase orang tua yang menyekolahkan anaknya di pesantren serta jumlah santri
yang semakin meningkat. Sekolah didirikan di Indonesia saat ini
(Ditpdpontren .kemenag.go.id). Motivasi utama orang tua menyekolahkan anaknya di
pesantren adalah keinginan agar generasi muda, sebagai pewaris keluarga dan bangsa,
selain berilmu dan berakhlak mulia juga memiliki iman yang kuat
(Kamparkab.go). .pengenal.).
Namun di zaman yang semakin maju dan modern ini, hal tersebut
menimbulkan krisis akhlakul karimah. Salah satu penyebab krisis akhlakul karimah
yang sedang berkecamuk saat ini adalah orang tua tidak mengajarkan masalah akhlak
kepada anaknya sejak dini, karena kebanyakan orang tua saat ini cenderung ingin
untung dari investasi pendidikan anak tanpa dipedulikan. simetris. dengan semangat
belajar semangat anak. Dimana mereka hanya ingin anaknya memiliki masa depan
yang cerah secara materi dan finansial. Setidaknya mereka menempati kelas sosial
yang dihormati dan bermartabat karena statusnya atau tidak. Krisis akhlak yang
menimpa kalangan pelajar terlihat dan banyaknya keluhan orang tua, ahli didik, dan
orang- orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial. Yang berkenaan
dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala.

Ada banyak akar penyebab munculnya krisis etika, antara lain:


1. Krisis moral terjadi akibat mengendurnya agama dan hilangnya pengendalian diri
dari dalam.
2. Krisis etika terjadi karena praktik moral orang tua, sekolah dan masyarakat yang
tidak efektif. Dimana ketiga lembaga pendidikan ini telah terjebak dalam arus
kehidupan yang mengutamakan materi namun tidak menyeimbangkan perkembangan
spiritual. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa akhlak bukanlah pelajaran yang bisa
dipelajari dengan belajar sendiri, tanpa membiasakan hidup dengan akhlak sejak kecil.
Karena etika berkembang dan bertindak menuju pemahaman dan bukan sebaliknya.
3. Krisis moral disebabkan oleh derasnya arus budaya materialistis, hedonis dan
sekuler. Dengan arus budaya yang begitu pesat dan didukung oleh para kapitalis yang
hanya mencari keuntungan materi dengan mengeksploitasi remaja tanpa memikirkan
dampaknya terhadap kemerosotan moral.
4. Krisis moral terjadi karena tidak ada kemauan nyata dari pemerintah. Kekuasaan,
dana, teknologi, sumber daya manusia, peluang, dll. milik pemerintah belum banyak
dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan karakter bangsa. Jika kita berbicara
tentang akhlak subjek yang paling dekat yaitu remaja, meskipun akhlak itu
berhubungan dengan semua manusia, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa,
tetapi yang kita bicarakan terutama Datang dalam hal ini adalah masa remaja, ada
yang sangat penting untuk diperhatikan bagi siapa saja yang bersentuhan dengan
anak-anak. Waspadai pentingnya masa ini bagi remaja, dan jangan lupa bahwa masa
remaja adalah masa yang sangat sensitif.
Kehidupan yang selalu mengejar kemajuan di bidang materi telah melupakan
sifat manusia yang super empiris, yang berujung pada kemiskinan spiritualnya. Situasi
ini dinilai sangat kondusif bagi berkembangnya masalah pribadi dan sosial yang
terwujud dalam suasana psikologis yang tidak nyaman seperti perilaku atau moralitas
seseorang, yang mengarah pada penyimpangan moralitas, etika, atau sistem nilai.
Orang dapat mengubah hidup mereka di mana saja. Banyak jenis masalah yang dapat
mengganggu kesadaran etis. Manusia, untuk menjadi manusia sejati, harus berjuang
dan berjuang. Hati nurani moral harus dibangun dan terus dibangun. Moralitas dan
moralitas harus diajarkan kepada anak-anak dan remaja, peka terhadap kebaikan dan
kejahatan, berpaling kepada mereka. Juga berikan contoh perbuatan baik tertentu.
Sebagai bagian dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dan melakukan penelitian tentang perilaku santri di pondok pesantren dengan
konstruksi judul : “PENYIMPANGAN AKHLAK PADA SANTRI PONDOK
PESANTREN ANNURIYAH MALANG”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk penyimpangan akhlak santri Pondok Pesantren Annuriyah


Malang?

2. Bagaimana strategi pembinaan dalam mengatasi penyimpangan akhlak


pada santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang?
3. Apa saja faktor penghambat strategi pembinaan dalam mengatasi
penyimpangan akhlak pada santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang?

4. Bagaimana solusi yang diterapkan untuk mengatasi hambatan strategi


pembinaan dalam menangani penyimpangan akhlak pada santri Pondok
Pesantren Annuriyah Malang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini
adalah:

1. Mengetahui apa saja bentuk penyimpangan akhlak pada santri Pondok


Pesantren Annuriyah Malang.

2. Mengetahui bagaimana strategi kepemimpinan untuk mengatasi


penyimpangan akhlak pada santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
akhlak pada santri Pondok Pesantren
4. Mengetahui solusi yang dapat menghambat strategi kepemimpinan dalam
menangani penyimpangan akhlak pada santri Pondok Pesantren Nnuriyah
Malang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian
ini dari segi teoritis maupun praktis adalah:
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Penyebab Penyimpangan Akhlak pada
Santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang
2. Praktis
a) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan
wawasan dan ilmu pengetahuan terkait dengan “Penyebab Penyimpangan Akhlak
pada Santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang”.
b) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pemahaman kepada masyarakat mengenai Penyebab Penyimpangan Akhlak pada
Santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Manusia


Tabel 1. Hakikat manusia dalam pandangan Notonagoro dan Drijarkara
Hakikat Manusia Notonagoro Drijarkara
Konsepsi atas hakikat Monopluralis (terdiri atas Kebinakaan tunggal
manusia hakikat monodualis)
Sifat hakikat manusia Mutlak Persona,ada
Bersama,”membelum”
Susunan/sifat/kedudukan Jiwa-raga,individu- Jasmani-jiwa(roh), “Apa-
sosial,pribadi-ciptaan Allah Siapa”.
SWT

Menurut Islam, Hakikat manusia adalah sebagai makhluk ciptaan


Allah yang memiliki martabat tinggi dan tugas untuk menjadi khalifah di
muka bumi. Manusia diciptakan dengan fitrah (natur) yang baik dan diberikan
akal untuk memahami dan mengenal Tuhan. Oleh karena itu, manusia dituntut
untuk taat dan tunduk kepada perintah Allah dan menjalankan tugasnya
sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.

2.2 Peranan Manusia

2.2.1 Manusia Sebagai Abdullah

Manusia memiliki peran dan kedudukan ganda, satu sisi ia sebagai


‘abdullah dan sisi lainnya sebagai Khalifatullah fi al-ardh. Manusia memiliki
kedudukan sebagai ‘abdun yang bermakna budak atau hamba sahaya yang
mesti taat dan patuh kepada Tuhannya. Sebab manusia telah diciptakan telah
mengakui dan berikrar di hadapan Allah ketika ia masih berada di alam
mitsaq, sebagaimana yang dijelaskan Al-quran dalam surat al-A’raf ayat:172.
Dalam al-quran banyak dijumpai kata “abdun” yang ditujukan kepada semua
rasul. Sebab, kedudukan dan peranan yang paling tinggi adalah peran manusia
sebagai “Rasulullah”. Akan tetapi, setinggi apa pun, jabatan dan kedudukan
manusia itu, ia tetap saja berkedudukan sebagai ‘abdullah.

2.2.2 Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-ardh


Di samping manusia sebagai ‘abdullah, manusia diberi peran sebagai
khalifatullah fi al-ardh. Manusia harus senantiasa menempatkan jati dirinya
sebagai makhluk yang dimuliakan Allah, sebagaimana dalam al-quran, surat
al-isra’ ayat 70 :

ٰ ِ َ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ٓى َءا َد َم َو َح َم ْل ٰنَهُ ْم فِى ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر َو َر َز ْق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬
ٍ ِ‫ت َوفَض َّْلنَهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬
‫ير ِّم َّمن خَ لَ ْقنَا‬
ِ ‫تَ ْف‬
‫ضي ًل‬

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Maksud ayat tersebut adalah, Allah memuliakan semua manusia, baik manusia
beragama Islam maupun yang non Islam, Dia memberikan kemudahan kepada
manusia supaya bias menguasai daratan dan lautan untuk mencukupi
kehidupannya. Dari segi fisik, manusia diciptakan dengan fisik yang
paripurna, dan dari segi psikis, manusiadiberi akal pikiran dan potensi fithrah
yang jauh lebih unggul dari makhluk lainnya. Dengan demikian, manusia
dilantik oleh Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka untuk mengurus alam
jagat raya ini, memelihara dan melestarikan, membangun peradaban, agar
kehidupan berperan sebagai masyarakat madani dan manusia diberi kelebihan
dan peranan untuk mampu menjaga ekosistem.

2.3 Pengertian Akhlak

2.3.1 Pengertian Akhlak Secara Etimologi


Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab (‫)اخالق‬
yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti adat
kebiasaan, perangai, tabiat, dan muru’ah. Oleh karena itu, secara
etimologi, akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, dan tabiat.
2.3.2 Pengertian Akhlak Secara Terminologi
Adapun pengertian akhlak secara terminologi, ada banyak
pendapat yang mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang
dikemukakan oleh beberapa ulama’ dan tokoh berikut ini :

a) Imam Al-Ghazali (1055-111 M)


Ilmu akhlak sebagai ilmu untuk menuju jalan ke akhirat yang
disebut dengan ilmu sifat hati dan ilmu rahasia hubungan keagamaan
yang kemudian menjadi pedoman untuk akhlak-akhlaknya orang-orang
baik. (Bahreisj, 1981;19). Akhlak yang baik itu disebut jika sifat
manusia memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan
syariat. Dan jika yang muncul itu dari sifat itu perbuatan-perbuatan
yang buruk maka disebut akhlak yang buruk. (Nur Hidayat:5)

b) Ibnu Maskawaih (941-1030 M)


Mendefisikan akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada
jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari). (Mustofa,
1997:19). Keadaan ini terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari tabiat
aslinya dan ada pula yang dari kebiasaan berulang-ulang. Dan bisa jadi
tindakan-tindakan tersebut terjadi melalui pemikiran dan
pertimbangan, kemudian karena dilakukan terus menerus maka jadilah
suatu akhlak.

c) Ibrahim Anis
Menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang
terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan
melakukan sesuatu itu secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat,
Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan
dapat menimbulkan perbuatan perbuatan yang mudah dan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.
d) Ahmad Ahmin
Menjelaskan bahwa ‘adah adalah perbuatan yang dilakukan
berdasarkan kecenderungan hati yang selalu diulang-ulang tanpa
pemikiran dan pertimbangan yang rumit , sedangkan yang melakukan
iradah ialah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah
mengalami kebimbangan untuk menetapkan pilihan terbaik diantara
beberapa alternatif.

e) Zakki Mubarak
Beliau menegaskan bahwa arti kehendak itu adalah sesuatu
yang membangkitkan hati pada apa yang ia ketahui yang sesuai dengan
tujuan, baik itu tujuan sementara atau pun tujuan yang akan dating.

Dari beberapa definisi diatas disepakati bahwa akhlak itu adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara
spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari
luar. Kembali pada masalah akhlak yang dibatasi sebagai sebagai suatu
kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa manusia.

2.4 Macam-macam Akhlak

2.4.1 Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)

Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak


yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah
meliputi sifat sabar, juju, rendah hati, dermawan, sopan, gigih, rela
berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun, tawakal, dan masih banyak
lagi.
Seorang muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam
kehidupan sehari-hari akan menjaga tutur kata dan perbuatannya.
Sebagai seorang muslim, sudah menjadi sebuah keharusan untuk
menjaga akhlakul mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.2 Akhlak Tercela (Akhlakul Madzmumah)


Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau
tindakan buruk yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah
ini harus dijauhi karena dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri
maupun orang lain.

Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu sifat sombong, iri,


dengki, tamak, hasad, takabur, ghibah, dan lain sebagainya. Sebagai
seorang muslim, sudah seharusnya kita menjauhi akhlakul mazmumah. Hal
ini karena akhlak ini sangat dibenci oleh Allah SWT

2.5 Konsep Dasar Akhlak

Konsep dasar akhlak adalah al-Qur’an, al-Sunnah dan Sirat al-Nabawiyah


dan di dalamnya dijumpai akhlak yang dikaitkan dengan keagungan akhlak Nabi,
Muhammad al-Musthafa, firman Allah:
‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫ك َأَلجْ رًا َغ ْي َر َم ْمنُو ٍن وَِإن‬
ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬ َ َ‫وَِإ َّن ل‬
Artinya : Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak
putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung. ( QS al-Qalam (68): 3-4)

Ayat ini menginformasikan kepada umat manusia, bahwa Nabi Muhammad SAW
memiliki pahala dan kebajikan yang tidak pernah putus-putusnya, dan Nabi
Muhammad itu benar-benar memiliki akhlak yang paling agung. Karena itulah,
Nabi dijadikan sebagai uswah, firman Allah ‘Azza wa Jalla:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS al-Ahzab (33) : 21)
Disamping al-Qur’an yang informasinya bersifat benar, bahwa pada diri
Rasulullah itulah benar-benar terdapat suri tauladan yang baik. Manusia yang
menjadikan Nabi suri tauladan tersebut adalah manusia yang selalu berharap
kepada Allah, beriman kepada hari pembalasan dan mereka selalu banyak
mengingat dan menyebut nama Allah.

Akhlak adalah kumpulan norma, tata krama, dan sikap yang dianggap baik
dan mulia dalam suatu masyarakat atau agama. Dasar konsep akhlak meliputi:
1. Kebaikan: memperlakukan orang lain dengan baik dan adil
2. Kepedulian: memperhatikan dan membantu kebutuhan orang lain
3. Intergritas: menjaga kredibilitas dan memegang teguh pada prinsip moral
4. Tanggung jawab: bertanggung jawab atas Tindakan dan pilihan yang diambil
5. Jujur: mengatakan kebenaran dan tidak berbohong
6. Keramahtamahan: menjaga hubungan baik dengan orang lain melalui sikap
ramah dan sopan.

2.6 Proses Pembentukan Akhlak

Akhlak dapat dibentuk berdasarkan asumsi, bahwa akhlak adalah hasil dari
usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Proses pembentukan akhlak
dapat dilakukan antara lain melalui pembiasan, keteladanan, dan refleksi diri.

2.4.2 Pembiasaan
Secara spesifik, pembiasaan sebagai strategi untuk membentuk akhlak
yang baik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sistematik. Lickona
(dalam El Mubarak, 2008) menegaskan bahwa untuk membentuk karakter dan
nilai-nilai yang baik diperlukan pengembangan yang integral meliputi
pengetahuan tentang perbuatan baik, kesadaran tentang hal baik, dan tindakan
baik. Hal ini diperlukan agar individu mampu memahami, merasakan dan
mengerjakan sekaligus nilai-niai kebaikan.

Pembiasaan dapat menumbukan kekuatan pada diri untuk melakukan


aktivitas tanpa paksaan. Namun demikian, pada situasi tertentu strategi
pembentukan akhlak dengan pembiasaan melalui cara ”paksaan” dapat
dibenarkan. Hal ini karena, suatu perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus lama kelamaan tidak terasa sebagai paksaan. Selanjutnya akan
menjadi kebiasaan yang mengakar dalam jiwa, sehingga menjadi sifat baik
yang mendorong lahirnya akhlak yang baik.

2.4.3 Keteladanan
Prinsip keteladanan ini sangat efektif dilakukan karena fitrah manusia
adalah lebih kuat untuk dipengaruhi dari melihat contoh disekitarnya
(Syafri,2012). Demikian pula ditegaskan Muhaimin (1993) bahwa setiap
individu memiliki kecenderungan belajar melalui peniruan terhadap kebiasaan
dan tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Akhlak itu tidak hanya dibentuk
melalui instruksi dan anjuran saja, melainkan harus diperlukan dengan contoh
teladan yang baik dan nyata dari diri dan lingkungan sekitar.

2.4.4 Refleksi Diri

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara senantiasa melakukan


perenungan atas segala perbuatan baik dan buruk yang telah diperbuat dalam
setiap rentang waktu tertentu baik menit, jam ataupun selama kehidupan ini
dalam hubungannya dengan Allah dan sesama. Refleksi ini harus dibarengi
dengan kesadaran dan tekad untuk memperbaiki diri, karena tanpa dengan
kesadaran dan tekad akan sulit terbentuk

2.7 Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari

2.4.5 Akhlak dalam Menggunakan Media sosial


Media sosial merupakan sebuah sarana interaksi sosial berbasis daring
(dalam jaringan) yang terhubung dengan internet, yang berfungsi
memudahkan penggunanya untuk saling berbagi informasi atau cerita,
berpartisipasi melakukan komunikasi lewat berkirim pesan, menjalin relasi
dan membuat jaringan (Faiza dkk, 2018: 49-50).

Kelebihan media sosial diantaranya menjadikan informasi mudah


diakses dan disebarluaskan dengan cepat (Faiza, dkk, 2018:50) secara bebas
oleh siapapun.Media sosial dapat berperan sebagai sarana efektif untuk
mendapatkan dan menyebarkan informasi bermanfaat. Namun media sosial
juga memiliki sisi negatif. Tidak jarang disalahgunakan untuk menyebarkan
berita palsu (hoax), ujaran kebencian (hatespeech), gunjingan, konten
pornografi, menyebarkan rahasia orang, atau mencemarkan nama baik
sesorang. Agar seseorang hal negatif tersebut tidak terjadi, pengguna media
sosial terutama seorang muslim harus cermat dalam menerima, mengolah, dan
menyebarkan informasi.

2.4.6 Akhlak dalam Berbusana


Secara terminologi pakaian atau busana adalah segala sesuatu yang
dikarenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala
macam perhiasan yang melekat padanya seperti tas, sepatu dan asesoris
lainnya. Secara umum, busana dipakai dengan tujuan untuk menutup aurat
melindungi bagian tubuh yang harus ditutup sesuai aturan agama serta
kepatutan adat istiadat.Adapun secara khusus, tujusn berbusana berorientasi
kepada nilai keindahan, sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaian.

Namun, begitu hebatnya pengaruh budaya global dan mode berpakaian


di zaman modern ini, membuat manusia seringkali lupa akan hakikat dan
fungsi busana atau pakaian. Tata cara berpakaianpun dianggap sebagai urusan
pribadi yang tidak perlu mempertimbangkan pandangan orang lain.hal ini
tidak bisa diabaikan begitu saja, karena jika busana yang dipakai tidak
mengindahkan tata aturan yang benar sesuai ajaran islam dapat menimbulkan
efek yang tidak baik, yaitu kejahatan.

Untuk menghindari kasus kejahatan yang berbentuk tindakan seksual,


maka ada hal yang perlu diketahui terkait dengan batasan aurat perempuan dan
laki-laki dalam Islam. Aurat secara bahasa artinya bagian yang harus ditutupi
manusia karena malu jika ditampakkan. Sedangkan menurut istilah
artinyabagian badan yang diwajibkan Allah untuk ditutupi. Aurat perempuan
muslim adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan dab aurat
laki-laki muslim sebatas antara pusar sampai lutut.

Akhlak berpakaian bagi para muslimah yang perlu diperhatikan adalah:

1) Menutup aurat
2) Longgar, sehingga tidak membentuk lekukan tubuh
3) Berbahan tebal, tidak transparan
4) Tidak menggunakan pakaian syuhrah (sensaional)
5) Tidak menyerupai pakaian lawan jenis

2.4.7 Akhlak dalam berinteraksi sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok dalam masyarakat melalui suatu kontak dan komunikasi (Damsar:
2012: 2). Interaksi sosial dapat terjadi antar individu antar kelompok dan
antara indidu dan kelompok.Hal selanjutnya yang perlu dipatuhi dalam
berinteraksi sosial adalah aturan hubungan lelaki dan perempuan dengan
lawan jenis yang bukan mahramnya. Terkait dengan hal ini, seorang muslim
atau muslimah seyogyanya tidak menyentuh atau berjabat tangan dengan
lawan jenis yang bukan mahramnya. Rasul SAW bersabda:

“Seseorang ditusuk kepalanya dengan besi lebih baik daripada menyentuh


wanita yang tidak halal baginya.”

2.4.8 Akhlak dalam dunia Akademik


Dunia akademik merupakan kegiatan pendidikan yang diarahkan
pada penguasaan dab pengembangan disiplin ilmu dan bersifat ilmiah.
Dalam Al-quran surat Al-Mujadalah: 11

Ayat diatas mengandung makna, keutamaan orang-orang yang


berilmu. Keutamaan ilmu bagi orang-orang yang berilmu hendaknya
diiringi dengan akhlak dalam menuntut ilmu, menurut Haris (2010).
Antara lain sebagai berikut:

a. Niat ikhlas karena Allah


b. Sungguh-sungguh dalm menuntut ilmu
c. Memohon kepada Allah SWT agar mendapatkan ilmu yang manfaat
d. Mencari guru yang baik
e. Mempumyai motivasi yang baik, untuk mencari keridhaan Allah
f. Konsentrasi dalam proses pembelajaran
g. Sabar dan teguh hati dalam menghadapi tantangan dinamika kehidupan
h. Memperlakukan guru dengan sebaik mungkin

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang digunakan

Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode penelitian kualitatif, karena
bertujuan menjelaskan fenomena dengan mendalam dan dilakukan dengan
mengumpulkan data secara lebih terperici dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara dengan para santriwati yang andil dalam studi kasus yang kelompok
kami lakukan dan menggunakan studi literature atau studi pustaka untuk sebagai
pengembangan informasi untuk penyusunan makalah yang kami buat. Instrumen yang
kami gunakan sebagai pendukung terlaksananya metode penelitian adalah berupa
rekaman suara, foto dokumentasi, dan notulensi hasil wawancara.

3.2 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang kelompok kami lakukan dalam penyusunan makalah ini
adalah penelitian kualitatif. Karena melakukan keterlibatan langsung dalam pengambilan
datanya dan memerlukan analisis oleh peneliti ketika melakukan riset Dan dari jenis-jenis
penelitian kualitatif, kami mengambil lingkup penelitian dalam bentuk studi kasus yang
mana mempelajari pendalaman suatu permasalahan dan memahami alasannya dengan
dalam.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Penyimpangan Akhlak Pada Santri Pondok Pesantren Annuriyah Malang
Pondok pesantren Annuriyah menerapkan peraturan tata tertib yang sudah
ditetapkan secara ketat. Santri yang melanggar peraturan dicatat oleh Sie Keamanan
Santri. Peraturan dibuat oleh para pengurus pondok bertujuan untuk membuat santri
lebih giat lagi dalam belajar dan juga lebih disiplin dalam berperilaku. Berdasarkan
hasil wawancara santri yang melakukan penyimpangan perilaku dengan melanggar
tata tertib pondok disebabkan karena adanya belum terbiasa dengan lingkungan
pondok dan juga ketidak peduliannya terhadap peraturan tata tertib yang dibuat oleh
para pengurus pondok. Peraturan dibuat untuk ditaati para santri. Jika ada yang
melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukannya berat, sedang atau ringan dan mendapatkan pembinaan dari Sie
Kemaanan Santri.

Setiap hari selalu ada pelanggaran, meskipun pelanggaran tersebut biasanya


berdampak pada adanya hukuman bagi para santri. Salah seorang pengurus pondok
ada yang menyatakan bahwa kalau santri yang perilakunya menyimpang tidak ada,
tapi kalau melanggar hampir setiap hari ada santri yang melanggar peraturan itu,
tetapi pelanggarannya tidak berat saja. Contoh pelanggaran yang sering dilanggar itu
seperti ketinggalan shalat, tidak mengikuti kegiatan pondok, tidak ikut sholat
berjama’ah, berkata kasar, membawa novel dan membawa media-media elektronik,
dan keluar daerah sekitar pondok bukan pada tempatnya. Serta bentuk pelanggaran
yang sifatnya berat meliputi pacaran (bertemu dengan lawan jenis), mencuri barang
santri lain.

Banyaknya pelanggaran tersebut tentu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi


didasarkan pada beberapa penyebab. Alasan pelanggaran yang dilakukan oleh para
santri bukan semata karena para santri tersebut nakal, tetapi karena kurang perdulinya
santri dengan pentingnya menaati peraturan dan tidak menghargai peraturan yang
telah dibuat. Kebanyakan dari mereka tidak suka dengan peraturan yang telah dibuat,
karena menurut mereka peraturan itu semua terlalu ketat. Tapi lama kelamaan mereka
pasti akan terbiasa.

4.2 Strategi Pembinaan terhadap Santri yang Berperilaku Menyimpang


Pola pembinaan yang dilakukan dalam pondok pesantren dapat berupa
pencegahan sebelum santri melakukan penyimpangan dan tindakan yang dilakukan
pembina pondok pesantren setelah santri melakukan penyimpangan dengan
menggunakan ketentuan peraturan yang telah disepakati. Adapun tindakan yang
diambil pondok pesantren Annuriyah setelah melakukan tindak penyimpangan
perilaku adalah dilakukan pengendalian secara represif yang dilakukan dengan tiga
tahap, yaitu: teguran atau dinasehati, diberi peringatan, dan dikeluarkan jika tidak ada
perubahan penyimpangan prilaku yang dilakukan.
Di pondok pesantren Annuriyah pola pembinaan yang diberikan pengurus
pondok kepada santri yang melakukan tindak penyimpangan ringan adalah
memberikan sanksi yang mendidik tapi bisa memberikan efek jera. Jika santri
melakukan penyimpangan terhadap tata tertib, hukuman yang diterima sebagai
konsekuensi kesalahan adalah membersihkan lingkungan sekolah dan pondok serta
dihukum berdiri dengan lutut satu hari full. Lama sanksi tergantung berat ringan
pelanggaran yang dilakukan santri.
Hasil wawancara dengan sebagian santri yang pernah melakukan tindak
penyimpangan tata tertib ringan, misalnya dengan membawa handphone,
hukumannya adalah handphone tersebut disita, tidak dikembalikan lagi. Kemudian,
telat kembali ke pondok karena adanya suatu perizinan, maka akan dihukum dengan
denda 1 sak semen, uang Rp 50.000, dan berdiri dengan lutut sampai 1 minggu. Dan
pelanggaran yang sering terjadi, yaitu kabur atau meninggalkan lingkungan pondok
tanpa izin, akan dikenakan denda uang sebanyak Rp 100.000 dan berdiri dengan lutut
selama 1 bulan sambil berkalungan galon. Sedangkan hukuman untuk santri yang
melanggar peraturan yang sifatnya berat seperti berpacaran di lingkungan pondok dan
sekolah, akan dikenakan denda sebanyak Rp 100.000, dan pembotakan rambut yang
dilakukan di depan santri lain.
Setelah dikonfirmasi dengan pihak Pengurus, hukuman ini bertujuan
memberikan efek jera kepada santri yang melanggar, selain itu menumbuhkan sikap
disiplin, pola hidup bersih sekaligus sikap dermawan karena denda semen tersebut
digunakan untuk pembangunan pondok. Selanjutnya, jika menyangkut tindak
penyimpangan berat, pihak Pembina juga melakukan pola pembinaan yang berbeda.
Secara umum Jika ada santri yang melakukan penyimpangan perilaku, pola
pembinaan yang dilakukan bersifat kekeluargaan tanpa adanya kekerasan, yaitu
dengan memberikan nasihat berupa siraman rohani yang berdasarkan nilai-nilai ajaran
agama Islam. Yang biasanya hal ini dilakukan pada setiap hari Minggu pagi, dimana
hal ini menjelaskan bahwa pola pembinaan yang diberikan santri berupa siraman
rohani atau pendidikan agama yang seperti diajarkan rosul kepada umatnya.
4.3 Faktor Yang Menghambat Strategi Pembinaan Terhadap Santri yang
Berperilaku Menyimpang
Sistem pola pembinaan dan pendidikan yang dilakukan pondok pesantren
Annuriyah masih belum sepenuhnya membentuk perilaku baik bagi para santri.
Berdasarkan temuan data hasil observasi di lapangan yang sudah dilakukan pada
santri di pondok pesantrenAnnuriyah, ternyata masih banyak santri yang melakukan
pelanggaran tata tertib yang sudah diterapkan di pondok. Hasil temuan, yang
dilakukan selama bulan Maret 2022- Januari 2023, ternyata sedikitnya 10 santri yang
melakukan pelanggaran, khususnya santri putri. Dari hasil pengamatan terdapat 6
(enam) pelanggaran tata tertib yang sering dilakukan para santri, di antaranya: (1)
tidak mengikuti kegiatan wajib pondok, (2) membawa novel (3) keluar pondok tanpa
izin, (5) terlambat kembali ke pondok karena setelah pulang, dan (6) beberapa
berduaan dengan santri putra. Dari 6 (enam) indikator pelanggaran tersebut yang
paling sering dilanggar adalah poin 1, yaitu tidak mengikuti kegiatan wajib pondok,
misalnya tidak mengikuti ngaji rutin, tidak mengikuti jamaah sholat wajib, sekitar
yang dilakukan oleh 6 (enam) santri atau 40% dari 15 santri di atas.
Penyimpangan perilaku dari yang sudah diatur oleh peraturan pondok
pesantren Annuriyah tersebut dikarenakan faktor lingkungan (sistem asrama atau pola
hidup di asrama). Santri yang melakukan penyimpangan dengan melanggar peraturan
tata tertib pondok bias terjadi dikarenakan faktor eksternal dan internal. Contoh faktor
internal yaitu, pola hidup yang dijalani berbeda dengan pola hidup sebelum mondok,
jadi para santri butuh adaptasi dengan lingkungan yang diterapkan di pondok.
Sedangkan faktor eksternal juga dapat terjadi mungkin karena hasutan dari teman-
temannya. Berdasarkan temuan data tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa ternyata
masih ada bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para santri di pondok
pesantren. Meskipun pihak pembina santri telah menciptakan peraturan-peraturan
agar anggota pondok pesantren berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku, tapi
pada kenyataannya dalam pondok pesantren masih terdapat santri yang melakukan
penyimpangan perilaku.
Menurut Abdulsyani (1987:65), bahwa terjadinya perilaku menyimpang
disebabkan oleh pudarnya kaedah-kaedah yang berlaku dalam masyarakat, turunnya
pengendalian masyarakat terhadap perilaku anggota-anggotanya dan lain sebagainya.
Begitu juga yang terjadi pada para santri pondok pesantren Sabilul Muttaqin,
terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para santri tersebut juga
disebabkan oleh turunnya pengendalian masyarakat di sekitar pondok pesantren,
sehingga para santri yang merupakan anggota dari masyarakat turut terpengaruh oleh
perubahan yang terjadi dalam masyarakat sekitarnya.
4.4 Solusi Yang Diterapkan Agar Strategi Pembinaan Terhadap Santri Tidak
Terhambat
Pembinaan dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan perilaku yang
dilakukan santri. Memang kenyataannya pembinaan benar-benar dilakukan oleh pihak
pondok pesantren kepada santri yang melakukan penyimpangan sebagai wujud
pengendalian perilaku agar tidak terulang lagi. Para pengurus pondok Annuriyah
benar-benar memperhatikan santrinya dengan baik. Apabila ada santri yang
perilakunya menyimpang, maka Sie Keamanan akan memberi tindakan yang tegas
yang berupa pembinaan kepada santri. Para pengurus pondok juga menjelaskan
perlunya pembinaan bagi santri yang melakukan penyimpangan perilaku sebagai
wujud mengendalikan perilaku santri agar tidak menimbulkan perilaku yang sama
kepada santri yang lain dan para santri bisa belajar lebih disiplin lagi.

Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa, kedisiplinan dan akhlakul


karimah merupakan hal penting yang menjadi tujuan dari pondok pesantren
Annuriyah. Para santri diharapkan bisa mempunyai akhlak dan bisa berperilaku yang
baik terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, para pengurus pondok atau mejelis
pengurus santri membuat peraturan tata tertib pondok untuk ditaati santri. Dan juga
Sie Keamanan Santri membuat sanksi-sanksi yang berbeda-beda sesuai dengan jenis
pelanggaran peraturan tata tertib yang dibuat. Selain itu, Sie Keamanan Santri juga
memberikan pembinaan khusus bagi santri yang melakukan penyimpangan perilaku
agar bisa menjadi santri yang berakhlakul karimah dan peraturan bisa benar-benar
ditegakkan.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Walaupun sudah diterapkan peraturan tata tertib yang ketat, ternyata masih
terdapat penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para santri Pondok Pesantren
Annuriyah. Bentuk penyimpangan perilaku yang masih dilakukan santri, seperti
melanggar tata tertib pondok pesantren, misalnya bolos, terlambat shalat berjamaah, tidak
sholat berjamaah, menyimpan menggunakan barang-barang elektronik (handphone), tidak
mengikuti kegiatan wajib pondok, membawa novel, keluar lingkungan pondok tanpa izin,
dan berkata jorok. Selain itu, masih terdapat tindak penyimpangan dalam kategori berat,
yaitu mencuri barang-barang milik temannya dan ketahuan jika berpacaran (bermesraan)
di lingkungan Pondok Pesantren Annuriyah.

Pola pembinaan terahadap santri yang telah melakukan tindak penyimpangan


perilaku dilakukan dengan pengendalian secara represif, yaitu suatu tindakan aktif yang
dilakukan pihak pengurus pondok pada saat penyimpangan terjadi agar penyimpangan
yang sedang terjadi dapat dihentikan. Tindakan pengendalian represif tersebut dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu: teguran atau dinasehati, diberi peringatan, dan dikeluarkan jika
tidak ada perubahan penyimpangan perilaku yang dilakukan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat kita ketahui pentingnya sosialisasi
berkaitan dengan tata tertib terhadap para santri oleh pengurus perlu ditingkatkan, selain
itu juga dapat diberikan siraman rohani atau pembelajaran moral melalui ceramah tiap
hari Minggu pagi, membuat artikel-artikel Islami perlu diadakan dengan cara
menempelkan di mading-mading yang ada, dan memberikan apresiasi ke pada santri atas
usaha mereka yang sudah bisa menahan diri agar tidak melakukan pelanggaran. Selain
itu, pihak pengurus

DAFTAR PUSTAKA

(Anam et al., 2019)Anam, S., Degeng, I. N. S., Murtadho, N., & Kuswandi, D. (2019). The moral
education and internalization of humanitarian values in pesantren. Journal for the Education of
Gifted Young Scientists. https://doi.org/10.17478/jegys.629726
Rahmawati, I. (2013). POLA PEMBINAAN SANTRI DALAM MENGENDALIKAN PERILAKU MENYIMPANG
DI PONDOK PESANTREN SABILUL MUTTAQIN, DESA KALIPURO, KECAMATAN PUNGGING,
MOJOKERTO. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan.

Anam, S., Degeng, I. N. S., Murtadho, N., & Kuswandi, D. (2019). The moral education and
internalization of humanitarian values in pesantren. Journal for the Education of Gifted Young
Scientists. https://doi.org/10.17478/jegys.629726
Wibowo, A. H. (2020). Relevansi Pendidikan Karakter dalam Perspektif Filsafat Al-Ghazali. Al-I’jaz :
Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah Dan Keislaman. https://doi.org/10.53563/ai.v2i2.42

Ulfah, N., Hidayah, Y., & Trihastuti, M. (2021). URGENSI ETIKA DEMOKRASI DI ERA GLOBAL:
MEMBANGUN ETIKA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT BAGI MASYARAKAT AKADEMIS
MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Jurnal Kewarganegaraan.
https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1576

Zamroni, Z. (2020). SMART PARENTING IN IMPROVING STUDENTS’ SPIRITUAL INTELLIGENCE IN


PESANTREN-BASED MADRASAHS. Ta’dib. https://doi.org/10.31958/jt.v23i1.1947
Sobihah, Z. (2020). Pendidikan Karakter (Akhlak) Menurut Perspektif Islam. Tarbawiyah Jurnal Ilmiah
Pendidikan. https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1743
Hasanah, A. (2015). Urgensi Pendidikan Moral Dan Akhlak. ’Anil Islam.
Ulum, M. M. (2009). KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-GHAZALI DAN RELEVANSINYA
DENGAN ARAH DAN TUJUAN PENDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. At-Ta’dib.
https://doi.org/10.21111/at-tadib.v4i2.592
Suryadarma, Y., & Haq, A. H. (2015). Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali. At-Ta’dib.
Agus, Z. (2018). PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-GHAZALI. Raudhah Proud To Be
Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah. https://doi.org/10.48094/raudhah.v3i2.28

Shaik Abdullah Hassan Mydin, Abdul Salam Muhamad Shukri, & Mohd Abbas Abdul Razak. (2020).
Peranan akhlak dalam kehidupan: Tinjauan wacana akhlak Islam. Jurnal Islam Dan Masyarakat
Kontemporari.

Mustopa, M. (2018). BAIK BURUK DALAM PRESPEKTIF ILMU AKHLAK. JURNAL YAQZHAN: Analisis
Filsafat, Agama Dan Kemanusiaan. https://doi.org/10.24235/jy.v4i2.3553

Fauzi, M., Firdaus, M. Y., Fikra, H., & Vera, S. (2021). Akhlak Menuntut Ilmu Menurut Hadis serta
Pengaruh Zaman terhadap Akhlak Para Peserta Didik. Jurnal Riset Agama.
https://doi.org/10.15575/jra.v1i3.15375
Sri Handayani, N., Abdussalam, A., & Supriadi, U. (2021). Akhlak Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu:
Sebuah Pemikiran Reflektif KH. Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Agama Islam Al-Thariqah. https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2021.vol6(2).8105
Ah. Syamli, & Firdausi. (2018). STRATEGI KYAI DALAM PEMBINAAN DAN PEMBENTUKAN MORAL
SANTRI DI MA’HAD TAHFIDZ AL-QUR’AN ZAINUL IBAD PRENDUAN. JPIK.
Izzah, L., & Hanip, M. (2018). Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Pembentukan Akhlak
Keseharian Santri. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan).
https://doi.org/10.21927/literasi.2018.9(1).63-76
Hermansyah, H., & Julaeha, S. (2020). METODE PEMBIASAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM
MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SANTRI DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH AL ISTIQOMAH.
Iktisyaf: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Tasawuf. https://doi.org/10.53401/iktsf.v2i1.12
Rokayah. (2015). Penerapan Etika dan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari. TERAMPIL: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar.
Urrahim, K. (2022). POLA PEMBELAJARAN TA’LIM MUTA’ALLIM DAN IMPLEMENTASI NILAI-NILAI
ETIKA BELAJAR DI PESANTREN DARUT TAUHID DUSUN ULU SUNGGAI. Lingua Franca:Jurnal
Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya. https://doi.org/10.30651/lf.v6i1.12119
Munirah. (2017). Akhlak Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Dasar Islam.
Habibah, S. (2015). Akhlak dan Etika Islam. Jurnal Pesona Dasar.
Munandar, U. A. (2008). Adab Berpakaian Bagi Muslimah. Adab Berpakaian Bagi Muslimah Sumber:
Https://Muslimah.or.Id/80-Adab-Berpakaian-Bagi-Muslimah.Html.
Ahmala, M. (2020). Sistem Pendidikan Akhlak dalam Bermedia Sosial bagi Siswa. 1st International
Conference on Morality (InCoMora) 2020; Dignity and Rahmatan Li Al-Alamin.
Wardiani, I., & Suryatman, H. . (2018). PERAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM
MEMBENTUK KEPRIBADIAN DAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA SMP DI WILAYAH PESISIR
MUNDU KABUPATEN CIREBON. Edueksos : Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi.
https://doi.org/10.24235/edueksos.v7i2.3165
Muslim, M., Hayyie Al-Kattani, A., & Supraha, W. (2019). KONSEP ADAB PENUNTUT ILMU MENURUT
IBN ABD AL-BARR DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL. Tawazun: Jurnal
Pendidikan Islam. https://doi.org/10.32832/tawazun.v10i2.1164
Arif, M. (2019). ADAB PERGAULAN DALAM PERSPEKTIF AL-GHAZÂLÎ: Studi Kitab Bidâyat al-Hidâyah.
Islamuna: Jurnal Studi Islam. https://doi.org/10.19105/islamuna.v6i1.2246
Achlami HS, M. (2018). Internalisasi Kajian Kitab Akhlak Tasawwuf dan Pendidikan Karakter di
Pesantren Al-Hikmah Bandar Lampung. Analisis: Jurnal Studi Keislaman.
https://doi.org/10.24042/ajsk.v18i1.3302

Gumilang, R., & Nurcholis, A. (2018). PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER SANTRI. Comm-Edu (Community Education Journal).
https://doi.org/10.22460/comm-edu.v1i3.2113

Anda mungkin juga menyukai