Bab 1-4 Stupa F
Bab 1-4 Stupa F
TUGAS PAPER
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 4
Dosen pembimbing:
Ir. Samsudin Raidi, M.Sc
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
i
`
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami kesempatan dalam belajar
meskipun dengan keterbatasannya ditengah wabah covid yang tak kunjung usai. Sehingga kami
masih dapat mengerjakan Paper Studio Perancangan Arsitektur 4 ini dalam rangka memenuhi
tuntutan mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 4.
Pada STUPA 4 kali ini mengambil tema Pusat Industri Digital 4.0 berbasis Edukasi Vokasi
sebagai objek rancangan. Paper ini ditulis secara berkelompok yang mana anggotanya merupakan
kelas F Studio Perancangan Arsitektur 4 yang dikerjakan secara daring dengan dibagi beberapa
kelompok dan diberikan porsi tugasnya masing masing.
Tak lupa, terimakasih kami haturkan kepada bapak ibu tim dosen pengampu mata kuliah
STUPA 4 ini. Dan terkhusus kepada bapak Ir. Samsudin Raidi M.Sc, selaku dosen kelas F yang
telah membimbing dan mengevaluasi paper ini sehingga kami dapat menulisnya secara maksimal
dengan kemampuan terbaik kami.
Dalam membuat makalah ini, kami merasakan banyak manfaat yang didapatkan. Baik dari
segi keilmuan arsitektur, kerjasama kelompok yang melibatkan antar individu, hingga manajemen
waktu dalam memenuhi target penulisan. Selain itu makalah ini juga bermanfaat dalam memberi
pemahaman dan keterampilan penulis dalam menganalisis, berdiskusi, menulis maupun menyususn
berbagai informasi menjadi sebuah paper yang utuh. Akhir kata, kami juga menyadari keterbatasan
kemampuan kami, sehingga makalah ini juga tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak masih penulis harapkan demi perbaikan dimasa depan.
Terima kasih
ii
`
DAFTAR ISI
iv
`
BAB I
PENDAHULUAN
Di era industri 4.0 sekarang ini, industri digital menjadi salah satu media yang efisien
dalam bidang Edukasi terutama Vokasi. Inovasi Edukasi Vokasi digital pun dapat
dilakukan di bidang apa saja. Untuk itu, objek rancangan Pusat Industri Digital dengan
fungsi pendukung dibuat sebagai wadah untuk menghasilkan produk software dan
hardware sekaligus sebagai wadah untuk memberikan edukasi teknologi bagi pengguna
Industri Digital maupun masyarakat umum.
1
`
Industri Keempat (Industri 4.0). Mengambil prinsip manufaktur yang sama yang
dijelaskan oleh Alekseev et al. (2019), tahap pertama penerapan Teknologi 4.0 adalah
persiapan sistem sosial ekonomi yang meliputi tingkat digitalisasi (komputer dan internet)
yang sudah melebihi 90%.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang mengenai Pusat Industri Digital berbasis edukasi vokasi,
maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut,
2
`
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang deskripsi, latar belakang, perumusan masalah, maksud, tujuan dan
sasaran, batasan masalah, keseluruhan/desain yang dihasilkan, metodelogi pembahasan
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan tentang teori – teori, syarat, konsep, standar , dan peraturan terkait
dengan objek rancangan, tema arsitektur regionalisme, struktur bangunan untuk
ketinggian diatas 8 - 12 lantai, utilitas bangunan.
BAB III : TINJAUAN LOKASI
Berisikan tentang lokasi wilayah perencanaan, persyaratan tapak, kondisi eksisting,
aspek fisik, aspek non – fisik, aspek peraturan pemerintah tentang bangunan dan gagasan
perencanaan.
BAB IV : STUDI BANDING
Berisikan ide dan gagasan pada sebuah objek bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan yang dapat mengarahkan proses perancangan berupa penyelesaian
permasalahan, data literature dan proses analisa.
3
`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pusat Teknologi Industri memiliki arti kata yang berbeda sesuai fungsi dan
maksud yang berusaha penulis sampaikan. Kemudian apabila arti kata digabungkan
dapat menghasilkan suatu pengertian. Kata yang dimaksud adalah pusat, teknologi dan
industri PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI Perkembangan revolusi industri
ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt di abad 18. Saat itu segala
industri masih skala rumah tangga dan mengandalkan tenaga manusia. Revolusi industri
pada beberapa literatur terjadi akibat dari perubahan secara signifikan kehidupan
manusia yang disebabkan oleh berkembangnya industri. Perkembangan Revolusi Industri
1.0, 2.0, 3.0 hingga 4.0
mengkritisi suatu fenomena desain ( karya desain, falsafah, strategi desain, sejarah desain,
teori-teori desain, metoda desain, nilai estetika, perubahan gaya hidup) maupun hal-hal
4
`
lain yang berkaitan dengan dunia perancangan secara umum. Baik yang bersifat teraga
(karya fisik) maupun tak teraga (konseptual) hingga dampaknya pada masyarakat. Ilmu
mengenai tinjauan desain belum berkembang secara mantap dibandingkan ilmu sejarah
desain ataupun metodologi desain. Sebaliknya, ilmu tentang Kritik Seni (Art Critique)
berkembang sejalan dengan teori-teori seni.Dalam wacana seni secara umum, desain
memang belum banyak disentuh oleh para pemikir estetika, beberapa telah memasukkan
arsitektur, craft dan seni dekorasi sebagai bagian kajian kritisnya. Namun secara historis,
tinjauan desain yang dipaparkan oleh Pevsner dan Adolf Loose merupakan perintisan
yang memaparkan desain dalam kajian kritis diparuh pertama abad ke 20.
5
`
Pada periode tahun 80-an, kita tentu perlu menghormati John Heskett, Penny
Sparke,Charles Jencks, Peter Dormer, Victor Papanek, dan lain lain, yang telah
memantapkan wacana keilmuan Tinjauan Desain. Dari tangan-tangan merekalah,
kemudian disiplin Desain berkembang, tidak hanya sebagai praksis, tetapi juga
memantapkan diri sebagai suatu wilayah kajian baru yang unik dan bermakna. Sejak
tahun 80-an itulah Tinjauan Desain mengalami perluasan kajian, tidak hanya sekadar
mengapresiasi karya, tetapi juga meninjau teori-teori desain, falsafah kebendaan, nilai-
nilai estetik, pendidikan desain, sejarah artifak, gaya hidup dan juga model-model
pembangunan desain di sejumlah negara. Perluasan model Tinjauan Desain itulah yang
kemudian memantapkan pendidikan teoritis desain dan juga model-model penelitian di
bidang desain. Mengamati desain pada periode berikutnya menjadi pendekatan lintas
disiplin, seperti dalam kajian Semiotik, Semantik, Transformasi Budaya, Bahasa Rupa,
Anropologi Budaya hingga kajian-kajian yang bersifat filosofis.
Desain merupakan kata baru berupa peng-Indonesiaan dari kata design (bhs Inggris),
istilah ini menggeser kata ‘rancang/rancangan/merancang’ yang dinilai kurang
mengekspresikan keilmuan, keluasan dan kewibawaan profesi. Sejalan dengan itu, para
kalangan insinyur menggunakan istilah rancang bangun, sebagai pengganti istilah desain.
Namun dikalangan keilmuan senirupa, istilah ‘desain’ tetap secara konsisten dan formal
dipergunakan. Hal itu ditindaklanjuti pada pembakuan nama program studi di
perguruan tinggi, nama cabang ilmu, nama organisasi profesi, nama majalah, nama jurnal
serta istilah yang dipergunakan pada beberapa undang-undang perlindungan intelektual.
Dalam kurun hampir tiga dekade, istilah ‘desain’ telah masuk dalam kosa kata bahasa
Indonesia yang mantap dan dipergunakan meluas dalam percaturan keilmuan maupun
profesi, dibandingkan istilah ‘rancangan’ yang mengandung pengertian amat umum.
6
`
Desain modern secara historis tidak bisa dilepaskan dari sejarah seni dan
logika yang dimulai sejak zaman Yunani, karena dua unsur itulah yang diyakini
membentuk pola pikir barat beberapa abad kemudian. Dari segi metodologi, desain -
-sama halnya dengan sains --berkembang dari konsep-konsep pemikiran Aristoteles
mengenai berpikir induktif, deduktif dan silogisma, hingga berkembangnya natural
science dan mekanika Newton yang kemudian melahirkan peradaban teknologis
hingga sekarang. Sedangkan dari segi budaya, desain juga tidak bisa dilepaskan dari
sejarah seni sejak zaman Yunani, yang kemudian merupakan dasar perkembangan
peradaban Barat modern.
7
`
8
`
mempengaruhi masyarakat dengan sistem produk massal secara luar biasa, atau
bahkan gaya Hyper-realist & Photo-realist yang memacu kecanggihan komputer
grafik.
Memahami tanda-tanda peradaban desain secara struktural, merupakan
wahana kajian semiotik yang tak habis-habisnya. Kajian semiotik lebih menekankan
kepada aspek-aspek struktur atau gejala kuantitatif, sedangkan kajian semantik,
cenderung merupakan kajian yang bersifat kualitatif yang lebih menekankan kepada
nilai-nilai dan budaya. Kajian semiotik jarang dipergunakan karena dinilai oleh
pelbagai pihak terlalu kering dan penafsir amat terikat oleh tanda-tanda yang telah
diberi makna. Sedangkan kajian semantika dalam memahami bahasa rupa, dirasa
lebih hidup, karena penafsir diberi “eksistensi” untuk memberi makna berdasar
pengalaman subyektifnya. Semua obyek budaya benda yang bernilai dapat
ditempatkan sebagai suatu komunikasi rupa, suatu yang menyiratkan latar seniman
dan kehidupannya. Namun demikian, kajian semiotik juga dapat memaparkan bahasa
rupa apa adanya. Pengamat dapat memahami ‘struktur’ bahasa rupa, baik yang
berkaitan dengan ikon, indeks, tanda, paradigma, sintagma ataupun kode budaya yang
terdapat di dalamnya.
Desain modern juga dihujat sebagai alat ekonomi kaum kapitalis dan
terkungkung dalam kepicikan keilmuan dan terlalu didikte oleh perkembangan
teknologi, serta semata dituduh sebagai alat propaganda konsumtifisme, sudah
menjadi ungkapan sehari-hari para kritikus dan budayawan. Untuk itulah muncul
ide tentang pentingnya “Renesans” atau pencerahan kembali desain yang
9
`
Karya desain sebagai barang mati atau artefak belaka, tetapi merupakan karya
yang bermuatan nilai-nilai. Sudah menjadi kelaziman, bahwa desain bukanlah suatu
hasilan yang berdiri sendiri; melainkan sebagai suatu tatanan peradaban yang hidup.
Bahkan para ahli sejarah berpendapat, bahwa desain adalah suatu bentuk gabungan
interaktif-sinergis antara manusia, alam, dan lingkungan sosialnya dalam arti yang
luas.
Desain, sebagai karya budaya fisik, lahir dari pelbagai pertimbangan pikir,
gagas, rasa, dan jiwa penciptanya, yang didukung oleh faktor luar menyangkut
penemuan di bidang ilmu dan teknologi, lingkungan sosial, tata nilai, dan budaya,
kaidah estetika, kondisi ekonomi dan politik, hingga proyeksi terhadap perkembangan
yang mungkin terjadi di masa depan.Sementara itu, di masyarakat Indonesia, desain
masih merupakan hal yang ‘tak disadari’ (unconsious activity). Desain dengan segala
permasalahannya, terutama dari segi keilmuan, diyakini memiliki makna tersendiri,
terutama dilihat dari unsur kesejarahannya. Di negaranegara maju, desain telah
dianggap sebagai sesuatu "yang mewakili" peradaban bangsa, yang mewahani
perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan nilainilai dalam masyarakat.
Hal itu terbukti dari banyaknya buku-buku dan karya tulis mengenai desain bahkan
sangat populer, di samping menjamurnya perguruan tinggi desain, penghargaan
profesi yang tinggi, kegiatan pameran, seminar, dan pusat-pusat riset desain.
Singapura misalnya, yang pada tahun 1980-an belum dikenal sebagai "negara desain",
tetapi atas insiatif Kepala Negara dan Kementrian Luar Negerinya, melakukan
terobosan untuk menyelenggarakan International Design Forum dan usaha-usaha
memajukan pendidikan tinggi desain di dalam negeri. Maka pada dekade 90-an,
negara ini menjadi negara yang diperhitungkan dalam khasanah karya-karya
desainnya. Demikian pula dengan Malaysia dan Thailand, mengalami kemajuan pesat
dalam program pengembangan desainnya. Dan jauh sebelumnya Philipina, atas
insiatif Ibu Negara pada waktu itu,Ny. Imelda Marcos, mendirikan sentra-sentra
10
`
desain kriya, negara ini kemudian menjadi kekuatan tersendiri dalam bidang desain di
belahan timur.
11
`
12
`
Dalam rentang waktu perjalanan sejarah peradaban manusia, desain merupakan wujud
kebudayaan teraga yang dapat diintrepetasi keberadaannya sebagai sebuah teks sosial
yan bermakna. Melalui desain, pengamat dapat mencermati konsep berpikir setiap
peradaban, bahkan kebijakan politik, budaya, tingkat teknologi dan juga konsep
ekonomi yang menyertainya. Lingkup kajian sejarah sosial desain diantaranya dapat
memaparkan hal-hal sebagai berikut :
(1). Latar belakang terjadinya perubahan-perubahan masyarakat modern di negara
Barat, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai masyarakatnya;
(2) Menelusuri "jejak" sejarah desain ditinjau dari aspek sosial, pola pikir, dan
peristiwa penting yang berhubungan;
(3) Mengkaji kemajuan gagas desain dan teknologi di pelbagai negara beserta
dampak sosialnya;
(4) Memahami sejumlah perubahan dan pergeseran gagas desain, serta pengaruhnya
kepada kelahiran sejumlah faham estetika, gaya hidup, dan dinamika pembangunan;
(5) Menilai dan menyimpulkan pola perkembangan desain di negara maju, sebagai
bahan kajian lanjut bagi pengembangan ilmu Sejarah Sosial Desain,Metodologi
Desain, Sosiologi Desain, Estetika Desain, Tinjauan Desain, Politik Pembangunan,
dan Sejarah Kebudayaan;
(6) Sebagai studi perbandingan, tentang bagaimana interelasi antara perkembangan
desain dan pertumbuhan masyarakat Barat.
Harapan yang ingin dicapai, adalah untuk memberikan gambaran secukupnya
bagi kerangka tinjauan sejarah sosial desain secara luas, dan masukan bagi kajian
desain dari sudut lain. Di samping itu, aspek yang utama dari tulisan ini adalah
munculnya apresiasi dan kesadaran, bahwa negara-negara maju memiliki identitas
kuat pada karya-karya desainnya.
13
`
Fungsi struktur secara lebih jelas adalah untuk memberikan kekuatan dan kekakuan
yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan, lebih khusus
lagi , struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. (Angus J.
Mac Donald, 2001). Elemen-elemen struktur dan penutup ruang dapat merupakan satu
kesatuan atau elemen-elemen tersebut terpisah sama sekali
Struktur sebagai arsitektur merupakan konsep fasad. Struktur yang apa adanya diolah
menjadi sebuah komposisi maupun irama yang dimunculkan pada fasad bangunan.
Struktur kolom dan balok menjadi elemen garis horizontal dan vertikal yang menjadi
aksen pada fasad, sehingga fasad memiliki olahan tanpa menambahkan material lain,
karena memanfaatkan struktur bangunan yang apa adanya dan dimunculkan sehingga
menjadi elemen baru. Irama dari kolom dan balok dipisahkan oleh struktur core yang
menjadi bagian olahan fasad dan menjadi pengulangan bidang pada area fasad lain.
Perbedaan ini juga mencerminkan perbedaan unit hunian didalamnya
Struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban dari titik dimana gaya tersebut
bekerja dalam bangunan ke pondasi yang berfungsi untuk menahan gaya-gaya tersebut.
Elemen adalah bagian yang dibutuhkan dari keseluruhan unsur bangunan yang akan
14
`
dibangun. Estetis adalah suatu nilai keindahan yang terdapat pada suatu karya atau objek
seni. Cara menguji keindahan tersebut dapat dirasakan dengan perasaan dan pikiran
manusia, pengaruh lingkungan dan tradisi atas penilaian dan apresiasi sebagai suatu
kategori yang terpisahkan dari logika dan etika. Jadi Struktur Sebagai Elemen Estetis
adalah bentuk bangunan yang tercipta melalui struktur yang di rancang dengan
keindahan struktur yang di ekspose.
15
`
“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang
mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang
berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran
arsitektur. Arsitektur kontemporer AR 2211 | Teori Desain Arsitektur 2 mulai muncul
sejak tahun 1789 namun baru berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia.”
16
`
6. Kenyamanan Hakiki
17
`
18
`
Terdapat berbagai macam sensor seperti sensor cahaya, sensor suhu, sensor
gerak, sensor jarak, dan lain sebagainya. Kontrol Smart Building digunakan untuk
melakukan monitoring & controlling terhadap bangunan. Perangkat kontrol dapat
berupa mikrokontroler atau komputer yang terpusat. Aktuator pada Smart Building
digunakan untuk memberikan respon dan menggerakkan sistem-sistem yang ada
pada bangunan sebagai keluaran dari penginderaan sensor-sensor. Aktuator dapat
berupa kunci & pintu otomatis, alarm kebakaran, kipas ventilator, dan lain-lain (Dorf
& Bishop, 1998).
19
`
20
`
21
`
22
`
23
`
24
`
Smart Building memberikan pendekatan yang paling efektif dalam desain dan
dalam membangun sistem teknologi. Cara konvensional dalam merancang dan
membangun sebuah bangunan yaitu dengan merancang, menginstal dan
mengoperasikan sistem secara terpisah.
25
`
Sistem HVAC tidak hanya membuat bangunan nyaman, sehat dan ditinggali
penghuninya, mengelola sebagian besar dari penggunaan energi dan biaya yang
terkait untuk membangun. Dalam menjaga kualitas udara bangunan, HVAC
sistem harus menanggapi berbagai kondisi di dalam dan di luar bangunan
(termasuk cuaca, waktu, berbagai jenis ruang dalam gedung dan bangunan
hunian), sementara secara bersamaan mengoptimalkan operasinya dan
penggunaan energi terkait. Sistem HVAC juga penting dalam mengendaliakn asap
dalam peristiwa kebakaran. Sistem HVAC memiliki beberapa komponen seperti:
A. Boilers
Boiler digunakan untuk memanaskan udara namun karena peningkatan umum
dalam efisiensi sistem Hvac, banyak recovery panas terbuang yang dihasilkan
dari chiller, komponen utama lain dalam sistem HVAC.
Boiler memanaskan udara dengan cara berikut: bahan bakar (biasanya
propana atau gas alam) dibakar, dan panas yang dihasilkan digunankan untuk
memanaskan air. Air panas atau uap yang disalurkan pada gedung melalui unit
radiator, kemudian udara panas bergerak melalui saluran-saluran dan masuk ke
26
`
kamar. Boiler pipa air mampu mencapai kapasitas yang lebih tinggi dari boiler
tabung api karena tekanan air atau uap dapat terkandung dalam tabung.
Kombinasi panas dan daya (CHP) sistem adalah boiler yang menyediakan
listrik sementara unuk menyediakan panas dalam bangunan, tetapi harganya
cukup mahal
B. Chiller
Pendingin atau AC, memanfaatkan pertukaran panas dan mengedarkan
cairan atau gas untuk mendinginkan udara melewati unit. Pendingin sering
terletak di daerah mekanik permukaan tanah atau di sebuah pusat pabrik.
Pendingin mendinginkan udara dengan menghilangkan panas menggunakan
pendinginan atau siklus vaporcompression (juga dikenal sebagai siklus
Rankine Reverse), yang terdiri dari kompresi, kondensasi, ekspansi dan
evaporasi.
C. Air Handling Units
AHU menyediakan udara panas dan dingin yang berbeda-beda dalam tiap
ruang. Biasanya AHU terbuat dari metal box yang didalamnya terdapat blower,
elemen panas atau dingin, rak penyaring, damper dan filter suara. AHU
mampu melayani kebutuhan dalam kontrol udara dalam ruang baik 1 lantai
maupun banyak.
27
`
5. Data Network.
Jaringan data adalah sebuah fasilitas hardware untuk melakukan distribusi
maupun penyimpanan data report dari segala respon bangunan terhadap
lingkungan dan user serta tempat penyimpanan rekaman data baik dari video
maupun audio tentang semua aktifitas dalam bangunan agar mampu digunakan
sebagai report data setiap harinya.
Selain itu jaringan data juga menghubungkan transmisi data antar bangunan
sekitar seperti bangunan pengembangan area site seperti area pendidikan dan
rumah sakit.
28
`
29
`
2.2 LANSKAP
2.2.1 PENGERTIAN LANSKAP
Pengertian arsitektur lanskap menurut Federasi Internasional Arsitektur
Lansekap (IFLA) adalah: “Profesi dan disiplin akademik yang menerapkan prinsip-
prinsip seni dan ilmu-ilmu fisik dan sosial untuk proses perencanaan lingkungan,
desain dan konservasi, yang berfungsi untuk memastikan peningkatan jangka pan-
jang, keberlanjutan dan harmoni sistem atau lanskap alam dan budayabagian-
bagiannya, serta desain ruang terbuka dengan pertimbangan estetika, fungsional,
dan ekologisnya aspek” [4]. Dalam definisi luas arsitektur lansekap ini ada tiga bi-
dang kegiatan: perencanaan lanskap, lanskapdesain dan manajemen lansekap[5].
Perencanaan lanskap adalah peduli dengan pengembangan dan pelestarian jangka
Panjang lanskap alam dan budaya dengan implementasi konsep berorientasi tujuan
strategis dan alokasi jenispenggunaan lahan. Desain lansekap berkaitan dengan ben-
tuk dan makna danberkaitan dengan organisasi fisik, fungsional,dan penataan esteti-
ka berbagai elemen strukturaluntuk mencapai hasil sosial, budaya dan ekologi yang
diinginkan.Pengelolaan lanskap berkaitan dengan konservasidan peningkatan pem-
anfaatan lanskap jangka panjang yang bermanfaatsumber daya serta heterogenitas,
karakter, dan keindahannya.
(I) Lansekap sebagai konstruksi tiga dimensi: prinsip ini membahas lanskap
sebagai konstruksi tiga dimensi. Di Sinifokusnya adalah pada penelitian dan desain
lanskap 'dari' dalam ke luar', seperti yang bisa dialami oleh seorang pengamat yang
bergerak melalui ruang. Ini menguraikan manifestasi visual dari open ruang, per-
mukaan, layar dan volume dan hubungan mereka dalam istilah organisasi struktural
(misalnya, keseimbangan, ketegangan, ritme, proporsi, skala) dan prinsip urutan
(misalnya, sumbu, simetri, hierarki, datum, transformasi)[8].
(I) Lanskap sebagai sejarah: lanskap ‘dibaca’ sebagai biografi, sebagai pal-
impsest yang membuktikan semua kegiatan yang berkontribusi untuk membentuk
lanskap itu. Genius Loci mengungkapkan karakter situs, tidak hanya geografis tetapi
30
`
juga karakter sejarah, sosial, dan estetika, dan berada di jantung dari prinsip ini.
Lanskap dianggap sebagai entitas berlapis di mana jejak waktu yang telah diletak-
kan dapat memperkuat atau bertentangan satu sama lain.
(III) Lanskap sebagai kontinum skala: prinsip ini berkaitan lanskap menjadi
struktur relasional yang menghubungkan skala dan spasial, ekologi, fungsional dan
entitas sosial. Lanskap adalah dipandang sebagai kontinum skala. (IV) Lanskap se-
bagai proses: lanskap dianggap sebagai sistem sistem yang holistik dan dinamis[11].
Dalam hal itu lanskap adalah ekspresi dari interaksi dinamis antara proses ekologi,
sosial dan ekonomi. Pemandangannya adalah dianggap sebagai proses, bukan se-
bagai hasil. alami dan proses sosial terus-menerus mengubah lanskap, membuat
dinamika transformasi menjadi isu utama dalam penelitian dan desain. Desainnya
seperti strategi terbuka, ditujukan untuk membimbing perkembangan, tidak ada de-
sain cetak biru. Proyek berperan sebagai strategi terbuka, seperti dalam pementasan
atau pengaturan kondisi masa depan (misalnya, memanipulasi proses erosi dan sed-
imentasi dengan air atau pengembangan rencana induk berbasis proyek).
(Sumber : Elena Farini De Orleans (Author), Stephen Nijhuis (Author), 2013, Flows-
capes Exploring Landscape Infrastructures)
Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan
arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan pena-
taan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah
yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka pan-
jang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional es-
tetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam
upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Secara ringkas dinyatakan
bahwa kegiatan merencanakan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu
ide, gagasan atau konsep kearah suatu bentuk lanskap atau bentang alam nyata (Asril,
2008).
31
`
1. Persiapan
2. Inventarisasi
3. Analisis
4. Sintesis
32
`
dari sintesis yang hasilnya berupa alternatif-alternatif perencanaan. Selain itu, juga
berperan dalam membagi ruang dan daerah fungsional.
5. Konsep
6. Perencanaan (planning)
7. Perancangan (design)
Berisi elemen-elemen yang sudah harus spesifik dalm hal jumlah, ukuran,
jenis, warna dan lain-lain. Hasil dari desain berupa rancangan lanskap detail (gam-
bar tampak dan potongan, rancangan penanaman, konstruksi, instalasi dan se-
bagainya) serta uraian-uraian tertulis (Rencana Anggaran Biaya). Desain berfungsi
sebagai bestek (gambar kerja). Dalam sebuah desain, yang harus diperhatikan yai-
tu: a. Skala atau perbandingan b. Teknik atau cara menggambar c. Penggunaan
simbol yang digunakan d. Diterima secara umum e. Gambar pendukung: tampak,
potongan, axonometric dan perspektif. f. Elemen-elemen yang spesifik, berupa
jumlah, ukuran, warna, jenis, proporsi, bentuk, titik, garis, ruang dan lain-lain.
33
`
buh. Dengan sifat khas demikian maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, tanaman merupakan elemen yang dinamis, setiap saat berubah, baik itu
ukuran, tekstur, kelebatan daun maupun karakter keseluruhan sesuai dengan sifat
pertumbuhannya. Kedua, kualitas dinamis tadi mempunyai implikasi terhadap
penggunaan tanaman dalam penataan lansekap. Karakteristik tanaman menampil-
kan ciri dan bentuk tanaman yang terdiri dari: ukuran, bentuk, warna dan tekstur
tanaman. Masing-masing ciri tersebut berpengaruh langsung terhadap hasil pena-
taan lansekap
Setiap peletakan unsur tanaman dalam lansekap harus memiliki tujuan dan
fungsi yang jelas. Tanaman dalam penataan lansekap memiliki tiga fungsi utama:
(1) fungsi arsitektural, yaitu pemanfaatan tanaman untuk membentuk bidang-
bidang tegak terutama dalam membentuk ruang; (2) fungsi lingkungan, yaitu
fungsi tanaman yang lebih ditekankan untuk menciptakan kenyamanan dan kea-
manan dari faktor-faktor gangguan lingkungan, seperti polusi, erosi dan lain-lain;
dan (3) fungsi estetis tanaman, yaitu untuk memberikan nilai-nilai keindahan da-
lam mendukung kedua fungsi di atas. Sementara itu, elemen keras (hardscape)
merupakan unsur tidak hidup dalam lansekap dan berfungsi sebagai unsur pen-
dukung untuk meningkatkan kualitas lansekap tersebut. Elemen keras dapat berupa
lampu-lampu taman, bangku dan meja taman, gazebo, kolam, bebatuan, kerikil dan
lain-lain.
(Sumber : https://www.dekoruma.com/artikel/88259/perbedaan-arsitektur-
lanskap-dengan-arsitektur )
34
`
Seperti bangunan pada umumnya bangunan gedung bertingkat yang bersifat vertikal
secara struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan sistem
transportasi berupa suply air bersih yang direncanakan dengan baik sejak awal
sehingga dapat mencakupi kebutuhan air setiap lantainya. Sistem supply air pada
bangunan tinggi dimulai dari pengambilan air disetiap lantai dari air sumur maupun
PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampungan air atau biasa
disebut Ground Water Tank(GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan
( underground ) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa
penampungan bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan
air pada gedung. Ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan air pada gedung.
Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar
daya yang bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistribusikan melalui
sistem pemipaan ke setiap lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan air
yang telah direncanakan dalan denah baik untuk keperluan WC misalnya shower, kran,
washtafel, dll. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi
biasanya dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali
sesuai kemampuan daya pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan
sistem penampungan transisi pada daerah diatasi tersebut, hal ini dikarenakan
terbatasnya kemampuan pompa untuk menyuplay air pada elevasi gedung yang cukup
tinggi sehingga membutuhkan daerah siatasi/transisi untuk melakukan penampungan
ke tingkat berikutnya.
2. Sistem Utilitas Pembuangan dan Pengolahan Limbah Cair dan Limbah Padat
Sama halnya dengan pendistribusian air bersih untuk keperluan kebutuhan air dalam
gedung bertingkat, sisa pengguanan air tersebut juga akan menghasilkan limbah yang
harus direncanakan sistem pendistribusiannya. Dalam sistem pengolahan sisa buangan
limbah pada banguan tinggi tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam
proses sistribusi pembuangan saat masa operasionalnya tidak menimbulkan masalah
yang serius misalnya masalah penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan
maupun pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. Perencanaan sistem
pembuangan limbah pada bangunan tinggi dimulai dengan pembuatan sistem
35
`
pengolahan sisa limbah yang umumnya berasak dari WC(floor dran), wastafel, atau
limbah dapur dan buangan kotoran dari closed toilet yaitu dengan membuat sistem
Sewage Treatment Plant (STP) berupa septictank yang merupakan jenis utilitas
modern yang berfungsi tak hanya dalam menampung melainkan mengolah sisa
limbah yang disesuaikan dengan perencanaan. Untuk bangunan tinggi seperti
apartement ataupun hotel sering juga dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa
Waste Shaft-Trash Chute yaitu instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem
serobong /pipa vertikal yang dibuang secara gravitasi seperti sampah konsumsi sehari
hari berupa plastik, sisa makanan, kertas dsb dan ditampung di dasar bangunan berupa
bak penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.
Untuk bangunan gedung tinggi maupun jenis bangunan gedung lainnya sistem
pencahayaan merupakanhal yang perlu direncanakan sesuai dengan perletakan titik-
titik pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektikal dan
mekanikal. Dalam hal ini pencahayaan dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu
interior dan ekxterior dimana seorang arsitek harus pandai dalam penentuan letak titik
lampu agar egek pencahayaan yang dihasilkan dapat menyebar secara efektif disetiap
ruaangan. Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada perangkat lampu
saja melaninkan dapat berupa pengaturan bukaan pencahayaan alami dari sinar mata
hari khususnya pda banguanan bertingkat tinggi yang membutuhkan banyak lampu
tentunya dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari dapat mereduksi
biaya operasional listrik. Dismping itu sistem elektrikal selain pencahayaan yaitu
berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu, sekring listrik, ground
penangkal petir, water heater instalasi, sliding automatic door dsb, dimana inputnya
dari PLN dan instalasi pemasangan mesin generator sebagai pendukung sumber listrik
pada suatu bangunan geudng bertingkat jika terjadi pemadaman listrik. Pemilihan
generator harus sesuai dengan daya yang digunakan berdasarkan besar energi listrik
yang dibutuhkan dalam suatu banguan.
36
`
Tata udara gedung berfungsi mempertahankan suhu dan kelembaban dalam ruangan
± dengan cara menyerap panas yang ada dalam ruangan dan meniupkan udara dingin.
Dengan tujuan untuk mendapatkan kenyamanan termal yang dimana diatur untuk
ruang kerja (24°C -27°C atau 25,5°C ± 1,5°C, kelembaban relative 60% ± 5%), dan
ruang transit (27°C -30°C atau 28,5°C ± 1,5 °C, kelembaban relative 60% ± 10% ),
SNI 6390 : 2011 konservasi energi sistem udara pada bangunan.
1. Fungsi bangunan
2. Skala bangunan
Sistem chiller adalah suatu sistem yang bekerja untuk seluruh seluruh gedung,
terdapat satu lantai yang tidak digunakan ruangannya akan tetapi mesin chiller di atas
tetap bekerja. Sehingga relatif terpusat, jika ada kerusakan di chiller maka maka
kemungkinan seluruh lantai akan terkena dampaknya. Sistem ini terbagi menjadi dua
yaitu water cooled chiller dan air cooled chiller.
37
`
Water cooled chiller adalah sistem pengkondisian udara sentral dengan dengan media
air sebagai media pendinginannya. Contoh penggunaannya yaitu ketika terdapat
sebuah banguan pada siang hari sangat panas, didalamnya terdapat aktifitas bekerja.
Maka aktivitas pendinginannya dimulai dari chiller, di dalam chiller terdapat proses
evaporator yang mendinginkan air dari suhu normal diturunkan menjadi 8-12°C dan
air yang sudah didinginkan tersebut dikirim melalui pompa ke AHU ( Air Handling
Unit). Air yg sudah di AHU akan mendinginkan coil - coil ( komponen dalam AHU )
dan kemudian ditarik udara bebas dengan suhu normal yang melewati coil - coil yang
telah dingin, didalam AHU akan menjadi suhu dingin pada saat didistribusikan.
Setelah air mendinginkan AHU maka air akan mengalami kenaikan suhu menjadi
15°C. Air tersebut dihantarkan kembali ke chiller dan terjadi proses kondensasi atau
perpindahan kalor dan siklusnya akan terjadi terus menerus. Pembagian AHU bisa
dilakukan untuk melayani setiap lantai ataupun 1 AHU untuk melayani beberapa
lantai. Sistem Water Cooled Chiller digunakan untuk banguan-bangunan bervolume
atau berkapasitas besar seperti mall, gedung pertemuan, pabrik, pusat perbelanjaan, dll.
Hal ini dikarenakan dibutuhkan ruang besar untuk menempatkan mesin dan
peralatannya seperti chiller, AHU, serta perlu terdapat ruang khusus untuk
menempatkan cooling tower.
38
`
Proses pendinginan dengan media utamanya berupa udara. Pada sistem ini chiller
diletakkan diatas atap, chiller langsung berhubungan dengan udara bebas dan terjadi
proses pendinginan air dari chiller dipompakan ke FCU (Fan Coil Unit). Setelah air
melewati FCU akan mendinginkan komponen-komponen didalamnya, dari FCU
tersebut udara dingin ditiupkan melalui ducting di supply ke diffuser dan semburkan
ke ruangan sehingga ruangan menjadi dingin. Setelah air berada di FCU suhunya akan
kembali normal dan dikembalikan ke chiller, di chiller ini terjadi proses yang sama
seperti kondensasi,dan evaporasi. Dikatakan air cooled chiller karena fan yang berada
di chiller menarik udara bebas dan ditiupkan ke pipa-pipa dan kembali ke kompresor.
Setelah airnya dingin, dipompa kan kembali ke FCU. Biasanya untuk FCU ini
digunakan untuk ruangan yang lebih kecil, misalnya perkantoran yang skalanya kecil,
hotel, ritel atau pertokoan berskala kecil atau juga untuk proyek bangunan small -
medium.
39
`
Setelah proses pendinginan selesai, maka pipa refrigerant ditarik ke outdoor unit
berukuran kecil, 1 outdoor unit dapat digunakan untuk 2 atau lebih FCU di indoor
unitnya tergantung kapasitas dan kebutuhan ruangnya. sehingga sistem ini berdiri
sendiri atau individual sehingga sistem ini lebih efisien. Jenis digunakan perkantoran,
hotel kelas premium, karena AC ini harganya cukup tinggi. pipa refrigerant pada
sistem AC ini mampu mencapai panjang 150-200 m.
40
`
- Split
Merupakan sistem yang paling umum digunakan dirumah tinggal.
Contohnya :
Di Sebuah ruang perkantoran terdapat FCU( fan coil unit ) atau jika tidak terdapat
FCU maka langsung ke ducting ( yang memakai AHU ). Dari FCU ini akan
didistribusikan oleh ducting. Perlu diperhatikan jika semakin jauh ducting dari FCU
maka ukurannya akan semakin mengecil seperti pada gambar yang semula berukuran
60 x 25 semakin mengecil hingga menjadi 45 x 20 , ketika memasuki percabangannya
maka ukurannya akan semakin mengecil, dengan rata-rata ukurannya 40 x 15. Akan
tetapi ukuran tersebut hanya acuan standar, karena nanti ukuran tersebut tergantung
dari besaran dari skala ruangnya. Ducting ini dibedakan berdasarkan materialnya,
dimulai dari yang bermaterial bjls, dilapisi dengan pu atau polyurethane. Dari ducting
ini akan didistribusikan melalui pipa-pipa fleksibel sehingga memberikan efektivitas
dalam penempatan diffuser di plafon, sehingga polanya kurang lebih seperti dibawah
ini.
41
`
Di plafon nanti juga terdapat return air grille dengan ukuran rata- rata 30 x 30 cm,
tetapi juga bisa memiliki ukuran yang bervariatif. Penempatan supply air diffuser dan
return air grille ini fleksibel disesuaikan dengan desain interior, desain plafon, dan
kebutuhan ruangnya.
Perlu diperhatikan dalam penempatan FCU di plafon biasanya dapat digantung pada
plat beton dan harus dihindarkan dari berbenturan dengan balok hal ini dikarenakan
ukuran FCU relatif besar. Dari FCU tersebut didistribusikan oleh supply ducting
menuju supply air diffuser yang kemudian akan ditiupkan keruangan. Di plafon juga
terdapat return air sebagai supply udara ke FCU. Dalam memperencanakan ketinggian
lantai,jika bangunan tersebut menggunakan sistem AC sentral maka perlu
diperhatikan tinggi balok, dan tempat untuk meletakkan FCU dan ducting. Seperti
gambar dibawah ini:
Hubungan arsitek dengan sistem tata udara yaitu pada proses perancangannya, yang
pertama kita harus menyediakan area-area seperti untuk chiller (di basement), cooling
tower (water cooled chiller), outdoor unit (VRF/VRV, bisa di atas atap atau di lantai
tempat AC berada). Area tersebut disesuaikan dengan sistem AC yang digunakan.
Yang kedua, memperhatikan penempatan pipa-pipa di seluruh lantai bangunan. Pipa-
pipa tersebut antara lain seperti pipa riser, AHU (chiller skala besar), pipa refrigerant
42
`
(VRF/VRV). Yang ketiga, ruang diatas plafon harus diperhatikan karena adanya FCU
(Fan Coil Unit), Ducting, Fleksibel (penghubung antara ducting dengan diffuser atau
grille). Yang keempat, memperhatikan area plafond dimana terdapat supply air
diffuser dan return air grille sehingga area plafond dapat disesuaikan dengan desain
yang diharapkan.
Sistem transportasi dalam hal ini merrupakan sistem pengangkutan untuk memuat
manusia ke tingkat elevasi bangunan bertingkat. Sistem transportasi ini dapat beruoa
transportasi vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator).
Dalam konstruksi bangunan gedung bertigkat maintanance terhadap insatalasi
transportasi ini perlu secara berkala diperhatika agar memberikan tingkat kenyamanan
dan keselamatan bagi pengguna misalnya pengecekan mesin, rantai/slink dan sistem
elekktrikal pada elevator/lift dan begitu pula instalasi sistem eskalator.
Sistem ini merupakan istalasi yang dibuat padda suatu gedung bertingkat guna
memberikan rasa aman bagi pengguna gedung tersebut dari hal-hal yang tidak
dinginkan seperti mengurangi ancaman kriminalitas dan pencegahan terhadap bencana
seperti kebakaran dll. Sistem ini dapat berupa instalasi pemasangan CCTV, hydrant,
tabung pemadam, smoke detektor, Exthinguiser, cercor detector gate, door
emergency,dsb.
43
`
44
`
1. Perhatian
Untuk lebih menarik perhatian dari pengamat. Penerapan pencahayaan buatan
ini berfungsi untuk
- membangkitkan aksentuasi
- meningkatkan daya tarik
- mengekspresikan suatu karakter yang menarik
- menampilkan detail-detail yang spesifik
- mendefinisikan sebuah bentuk secara lebih nyata
Perhatikan gambar berikut yang menunjukkan pencahayaan buatan untuk daya
tarik dan menampilkan detail detail spesifik
2. Keindahan
Untuk membangun suatu image atau menghadirkan pengalaman estetika, se-
hingga pengamat mencapai kenyamanan visual
3. Kesatuan
Untuk membangun lingkungan yang menunjang aspek kesatuan dan keserasian
dari berbagai komponen yang ada dalam suatu lingkungan. Gambar berikut
menunjukkan adanya kesatuan antara ruang luar dan dalam. Lampu lampu yang
ada di luar (outdoor) memiliki kesatuan dengan lampu lampu di dalam
bangunan (indoor) untuk menciptakan keindahan.
(Handoko, 2017)
45
`
Oleh karenanya, aplikasi lampu harus memperhatikan tingkat cahaya yang dibu-
tuhkan. Umumnya, cahaya yang datang dari sumber cahaya ini akan digunakan
untuk tiga hal yaitu bekerja, membaca, dan sebagai elemen estetis pada ruang.
Tingkat cahaya yang dibutuhkan tiap orang juga berbeda-beda tergantung pa-
da: usia, ukuran objek yang dilihat, serta tingkat dan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Teknik Pencahayaan
46
`
47
`
BAB III
TINJAUAN LOKASI
3.1.1 Persyaratan
Objek rancangan Sekolah Dasar pada STUPA 4 didasari beberapa asumsi, yakni :
3.1.2 Kriteria
48
`
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
8. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya maupun kegiatan khusus
39. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya dapat disingkat KLB adalah bilangan
pokok atas perbandingan antar total luas lantai bangunan dengan luas
kavling/pekarangan.
40. Koefisien Tapak Besmen yang selanjutnya dapat disingkat KTB adalah angka
persentase perbandingan antara luas tapak basmen dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan.
41. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya dapat disingkat KDH adalah bilangan pokok
atas perbandingan antar luas daerah hijau dengan luas kavling/pekarangan.
BAB III
49
`
Bagian Kedua
Persyaratan Administrasi Bangunan
Paragraf 7
Keterangan Rencana Kabupaten
(2) Keterangan rencana kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan mengacu pada Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan berisi ketentuan-ketentuan:
a. Fungsi bangunan yang dapat di bangun pada lokasi bersangkutan;
b. Ketinggian paling tinggi bangunan yang di izinkan;
c. Garis sempadan dan jarak bebas paling rendah bangunan yang diizinkan;
d. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) paling tinggi yang diizinkan;
e. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) paling tinggi yang diizinkan;
f. Koefisien Daerah Hijau (KDH) paling rendah yang diwajibkan;
g. Koefisen Tapak Besmen (KTB) paling tinggi yang diizinkan; dan
h. Jaringan utilitas umum Kabupaten Gunungkidul.
Bagian Ketiga
Persyaratan Tata Bangunan
Paragraf 2
Peruntukan dan Intensitas Bangunan
Pasal 44
1) Setiap bangunan yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan jarak bebas bangunan
yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
2) Ketentuan jarak bebas bangunan gedung ditetapkan dalam bentuk :
a. Garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api dan/atau jaringan tegangan tinggi; dan
b. Jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, jarak antar bangunan gedung
50
`
yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kavling, per
persil, dan/atau per kawasan.
(8) Untuk bangunan gedung yang didirikan di tepi jalan, garis sempadan
mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Paragraf 5
Persyaratan kemudahan
Pasal 67
a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, meliputi tersedianya
hubungan horizontal dan vertikal antar ruang dalam bangunan gedung, akses evakuasi,
termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
b. kelengkapan prasana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung termasuk untuk
penyandang cacat dan lanjut usia.
(2) Kemudahan hubungan horizontal dapat berupa pintu dan/atau koridor yang memadai,
sedangkan kemudahan hubungan vertikal dapat berupa tangga, lif, tangga
berjalan/escalator dan/lantai berjalan/travelator.
(3) Setiap bangunan gedung dengan ketinggian di atas 5 (lima) lantai harus menyediakan
sarana hubungan vertikal berupa lif, dan harus menyediakan tangga darurat.
Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dalam peraturan daerah telah menetukan intensitas
pemanfaatan lahan yaitu:
• KDB : 40%-50%
• Garis Sempadan Bangunan (GSB): Tinggi kurang dari 12m jarak bebas dengan
bangunan dari lahan adalah 2m. Tinggi lebih dari 12 m jarak bebas bangunan dari
lahan adalah 3m
51
`
52
`
1. UTARA
2. TIMUR
Berbatasan dengan Jl. Nglipar
Ngawen , pada seberang jalan
terdapat gang masuk menuju
dusun Pengkol
3. BARAT
4. SELATAN
53
`
a. Topografi
54
`
b. Geologi
55
`
c. Curah Hujan
Area bertanda orange menunjukan area tapak 1 dan sekitarnya memiliki curah
hujan berkisar 1000 – 1500 mm/th.
56
`
d. Kawasan Lahan
Area yang diberi tanda putih menunjukan wilayah tapak 1 dan sekitarnya yang
merupakan kawasan permukiman.
57
`
e. Jenis Tanah
Area yang diberi tanda putih menunjukan wilayah tapak 1 dan sekitarnya yang
memiliki jenis tanah Mediteran Merah dan Rendzina
58
`
2. View Tapak
(Perlu survey lebih lanjut)
Tapak 1
Kawasan Pemukiman
Fasilitas pendidikan
59
`
60
`
d. Prasarana Umum
Lokasi site cukup strategis karena dekat dengan prasarana umum seperti kantor
kelurahan , puskesmas , polsek dan lainnya.
Jarak tapak 1 dengan prasarana umum :
1. Puskesmas Nglipar
Alamat : Puskesmas Nglipar I, Jl. Nglipar - Wonosari, Ngliper Lor, Nglipar, Kec.
Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55852
2. Polsek nglipar
Alamat : Polsek Nglipar, Jl. Nglipar, Ngliper Lor, Nglipar, Kabupaten Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55852
61
`
3. Kantor Kecamatan
Alamat : Kantor Kecamatan Nglipar, , Ngliper Lor, Nglipar, Gunung Kidul
Regency, Special Region of Yogyakarta 55852
62
`
63
`
64
`
1.
TIMUR
Berbatasan dengan Jl. Raya
Randusari dan diseberang
jalan terdapat 2 rumah
tinggal beserta lahan
pertanian
2.
UTARA
Berbatasan dengan jalan
dusun tegalrejo dan
pemukiman warga serta
terdapat Masjid
3.
BARAT
Berbatasan dengan lahan
pertanian yang terdapat aliran
air nya dan terdapat fasilitas
pendidikan berupa TK dan
SD
4.
SELATAN
65
`
a. Topografi
66
`
b. Geologi
Area bertanda orange menunjukan wilayah tapak 2 dan sekitarnya memiliki geologi
berupa formasi batuan semilir.
c. Curah Hujan
Area bertanda orange menunjukan wilayah tapak 2 dan sekitarnya memiliki curah
hujan berkisar 1000 – 1500 mm/th.
67
`
d. Kawasan Lahan
Area bertanda orange menunjukan wilayah tapak 2 dan sekitarnya yang merupakan
kawasan industry.
e. Jenis Tanah
Area bertanda orange merupakan lokasi tapak 2 dan sekitarnya yang memiliki jenis
tanah Mediteran Merah dan Rendzina
68
`
2. View Tapak
⮚ UTARA
⮚ TIMUR
69
`
⮚ SELATAN
⮚ BARAT
70
`
Site
Kawasan Pemukiman
71
`
g. Potensi Ekonomi
Lokasi site dekat dengan Pasar Kali Lunyu dan lumayan dekat dengan Pasar Ngawen
Gunung Kidul
h. Prasarana Umum
Lokasi site cukup strategis karena dekat dengan prasarana umum seperti Kapanewon
(kantor kecamatan tingkat kabupaten), rumah sakit, kantor samsat dan lainnya.
Jarak site dengan prasarana Umum :
Jarak dari Samsat Gunung Kidul ke lokasi site sekitar 20 km atau 28 menit
menggunakan mobil dengan lalu lintas lancar
Jarak dari Rumah Sakit Panti Rahayu sekitar 14 km atau 20 menit menggunakan
mobil dengan lalu lintas lancar
72
`
Jarak site dari RSU Islam Cawas Klaten lebih dekat dengan site dibandingkan
dengan Rumah Sakit Panti Rahayu sekitar 10 km atau 17 menit menggunakan
mobil dengan lalu lintas lancar
73
`
Area bertanda biru merupakan perkiraan lokasi site yang merupakan area pertanian
warga dan termasuk ke dalam kawasan perkampungan atau perumahan sehingga
kawasan tersebut bukan merupakan lokasi yang diperuntukan untuk lahan pertanian
tanaman pangan ataupun pertanian holtikultur
74
`
75
`
UTARA
Batas site di arah
1. utara adalah
pepohonan kelapa
dan kebun
SELATAN
Batas site di selatan
adalah jalan Jl. KRT
2.
Judodiningrat dan
didepannya terdapat
deretan ruko.
BARAT
Sebelah barat site
3. berbatasan dengan
bangunan restoran
dan homestay.
TIMUR
4. Berbatasan dengan
rerumputan liar.
76
`
b. Geologi
77
`
d. Jenis tanah
78
`
Site terletak di dekat Jalan kolektor primer, yakni Jl. KRT Judodiningrat yang
merupakan jalan dengan lalu lintas cepat.
79
`
Jarak lokasi site ke SPBU Mijahan berkisar 330m atau dapat ditempuh dalam waktu 6 menit
menggunakan kendaraan mobil.
Jarak lokasi site ke RSU Pelita Husada berkisar 410m atau dapat ditempuh dalam waktu 7 menit
menggunakan mobil.
80
`
Jarak lokasi site ke Masjid Al-Hikmah berkisar 440m atau dapat ditempuh dalam waktu 7 menit
menggunakan kendaraan mobil.
Jarak lokasi site ke Terminal Bus Wonosari berkisar 350m atau dapat ditempuh dalam waktu 7
menit menggunakan kendaraan mobil.
81
`
Jarak lokasi site ke Polres Gunung Kidul berkisar 110m atau dapat ditempuh dalam
waktu 3 menit menggunakan kendaraan mobil.
82
`
83
`
Skor total 22 23 24
84
`
Keterangan:
0 = Tidak sesuai
1 = kurang sesuai
2 = cukup sesuai
3 = sangat sesuai
Tapak yang dipilih adalah alternatif tapak 3, dikarenakan alternatif tapak 3 mendapatkan skor yang
lebih tinggi dibandingkan alternatif tapak lainnya. Alternatif tapak 3 juga memiliki keuntungan dan
lokasi yang lebih strategis dibandingkan alternatif tapak 1 dan alternatif tapak 2. Jika dilihat dari
lokasinya alternatif tapak 3 terletak di wonosari yang termasuk daerah perwujudan kawasan
perkotaan, sehingga dekat dengan berbagai fasilitas dan cocok jika dijadikan lokasi pembangunan
gedung pusat industri kreatif digital
85
`
BAB IV
STUDI KOMPARASI
Solo Technopark adalah Kawasan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang memadukan unsur pengembangan IPTEK, kebutuhan pasar industri dan bisnis serta
penguatan daya saing daerah, yang berada di Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Kawasan ini
juga merupakan pusat vokasi dan inovasi teknologi, pusat riset teknologi terapan di Kota Surakarta,
yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis, dan
pemerintahan (The Triple Helix Model of Innovation) serta komunitas masyarakat. The Triple
Helix Model of Innovation adalah formulasi fungsional yang dapat dipergunakan oleh negara-
negara berkembang berhaluan demokratik, dalam menciptakan akses kepartisipasian lebih luas
bagi masyarakat luas agar bisa menciptakan berbagai transformasi yang mereka Bersama inginkan.
Meningkatkan fungsi demokrasi bagi dinamika ekonomi ini, segala sesuatunya bermula dari
penguatan relasi akademik atau Lembaga riset, bisnis, dan pemerintah.
Sejarah proses kemunculan Solo Technopark (STP) dari ide sekelompok masyarakat yang
merupakan akademisi di kota Surakarta pada periode 1995 hingga 1998, yang melihat besarnya
jumlah kebutuhan sector industri di sekitar wilayah Surakarta akan tenaga kerja terampil di bidang
permesinan. Sementara itu, pasar tenaga kerja local tidak dapat memenuhi kebutuhan industry
sehingga untuk memenuhi kebutuhan, banyak merekrut tenaga dari luar wilayah. Tergerak untuk
menyediakan sumber daya manusia terdidik dan terlatih, sekumpulan pimpinan (Kepala Sekolah)
dari Sekolah Menengah Kejuruan di Surakarta bersepakat untuk mencetak SDM siap kerja. Pada
tahap-tahap awal, para kepala sekolah itu merintis supaya ini dengan cara kerjasama antar sekolah
yang ada dengan mengadakan pelatihan di tiap laboratorium sekolah. Ide dan semangat ini lalu
86
`
mendapat dukungan dari pimpinan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo. ATMI Solo
87
`
bersedia menyediakan tenaga mentor atau pun staf pengajarnya untuk memberikan pelatihan
tentang Teknik mesin bagi siswa-siswa atau pun lulusan SMK agar siap kerja. Para pengajar ATMI
lalu mulai menyadari bahwa penguatan jaringan di dalam wilayah Surakarta tidaklah cukup. Maka,
mereka mulai melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kerjasama ini
dibina dalam rangka memberikan standar terhadap keahlian dimiliki oleh tiap peserta pelatihan.
Pada akhirnya, dilakukan sertifikasi kemampuan dan keterampilan permesinan untuk pertama di
Indonesia terhadap para siswa ataupun lulusan SMK di awali dari SMK di Surakarta.
Kerjasama tidak hanya dilakukan terhadap institusi di dalam negeri, ATMI kemudian membuka
peluang kerjasama dengan pihak-pihak yang ada di luar negeri. Salah satunya dengan institusi di
Jerman melalui program IGI (Indonesia German Institut). Proses ini dilakukan sepanjang tahun
1998 hingga 2001. Pesatnya perkembangan SCTC (Surakarta Competency and Technology Center)
sebagai pusat pelatihan mekanik di Surakarta mampu berkontribusi dalam melatih pemuda
pengangguran, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan terbentuknya jaringan kerjasama
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Kesuksesan ini
mendapat sambutan dariWalikota Surakarta kala itu, Joko Widodo, untuk mengembangkan konsep
SCTC (Surakarta Competency and Technology Center) menjadi lebih luas cakupannya dan
menambah bidang-bidang keterampilan yang diperlukan untuk pemenuhan pengembangan
teknologi masa depan yang dinamakan Solo Technopark atau selanjutnya dikenal dengan STP.
Konsep ini pun digagas sejak tahun 2006.
Solo Technopark dirancang untuk menjadi Kawasan terpadu yang menggabungkan dunia industri,
perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah,
yang sarat dengan teknologi. Bidang fokus yang diprioritaskan dalam proses inkubasi mencakup :
bioenergy, pengolahan rumput laut (karagenan), waste threatment, serta industry kreatif (batik).
Solo Technopark tidak hanya bisa menjadi kebanggan Kota Surakarta, namun bisa menjadi
kebanggaan Indonesia, apabila semua pihak yang berkepentingan mau Bersama-sama
mencurahkan sumber daya untuk mengaktifkan peran dan fungsi masing-masing.
88
`
Pembangunan solo Technopark (STP) dimulai sejak tahun 2007, hingga sekarangbaru 30%
Dari keseluruhan infrastruktur yang sudah selesai dibangun. Sejak 2009-2013, kegiatan pelayanan
fokus pada Zona-1: Zona Pelatihan dan Inkubasi. Sejak 2009-2013, kegiatan untuk Zona-2:
Research & Development (R&D), belum dapat dilaksanakan, namun rencana untuk
pengembangan zona terkait Information Technology (IT) pada 2013 sudah ada penjajagan dengan
Balai IPTEK net BPPT untuk pengembangan konsep IT mendatang. Pada 2013, kegiatan untuk
Zona-3: Industri dan Perdagangan; sudah dirintis kerjasama dengan perusahaan Binterjet untuk
pembuatan prototipe mesin Digital Printing.
Berikut adalah fasilitas dan Gedung dari desain pengembangan dan pembangunan kawasan IPTEK
solo techno park mendatang sesuai program :
3. Bangunan Industri
89
`
90
`
Kawasan technopark masih dalam proses pembangunan akan tetapi ada bangunan yang sudah jadi
dan bisa digunakan, Gedung itu antara lain Teaching Factory dan Gedung Solo Trade & Expo
Center. Jadi yang dapat kami pelajari dalam studi banding ini ialah 2 bangunan tersebut yang sudah
jadi.
❖ Lantai 1 :
1. Ruang pejabat teknis umum
2. Tempat welding
91
`
4. Ruang teknis
Sumber:dokumen pribadi
92
`
Sumber:dokumenpribadi
5. Ruang CNC
Sumber:dokumenpribadi
Sumber:dokumenpribadi
93
`
7. Ruang wardrobe
Sumber:dokumenpribadi
8. Tempat Praktik
Sumber:dokumenpribadi
Sumber:dokumenpribadi
94
`
10. Toilet
Sumber:dokumenpribadi
❖ Lantai 2
1. Mushala ( tempat wudhu)
Sumber:dokumenpribadi
2. Ruang IBT (incubator bisnis dan tekhnologi)
Sumber:dokumenpribadi
95
`
Sumber:dokumenpribadi
4. LabCAD/CAM
Sumber:dokumenpribadi
5. Ruang Penyewaan
Sumber:dokumenpribadi
96
`
6. Ruang Teori 2
Sumber:dokumenpribadi
7. Ruang lab otomasi
Sumber:dokumenpribadi
8. Ruang pertemuan SKK MISGAS
Sumber:dokumenpribadi
97
`
9. RuangKeuangan
Sumber:dokumenpribadi
10. Ruangpengelola
Sumber:dokumenpribadi
11. Ruang Bagian UMUM
Sumber:dokumenpribadi
98
`
12. Aula
Sumber:dokumenpribadi
2. Tempat panel surya
Sumber:dokumenpribadi
99
`
100
`
3. Ruang Tunggu
101
`
102