Uts Makalah TDPP Kelompok 1 (PWK C)
Uts Makalah TDPP Kelompok 1 (PWK C)
Diajukan Sebagai Ujian Tengah Semester (UTS) Untuk Mata Kuliah Teori dan Proses
Perencanaan
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
MUH. FADHIIL DALANGKO 552423023
CAHYA RAMADHANI IBRAHIM 552423037
NURUL ANNISA 552423038
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah yang
berjudul “Kesesuaian Rencana Pembangunan Daerah Dengan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Daerah, Studi Kasus: Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta” yang diajukan sebagai Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah
Teori dan Proses Perencanaan sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Atas dukungan moral dan materil yang telah diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Irwan Wunarlan, ST, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teori dan Proses
Perencanaan yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan
makalah ini
2. Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan moral maupun materil dalam
penyusunan makalah
3. Semua pihak yang telah turut membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini, baik dalam
bentuk penulisan maupun hal-hal lain. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta
kritik dari para pembaca demi penyempurnaan makalah yang lebih baik kedepannya
PENYUSUN
KELOMPOK 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................4
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI...................................................................................................................................6
A. PEMBANGUNAN............................................................................................................................6
B. PERENCANAAN
PEMBANGUNAN..................................................................................................................... 6
C. PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN..................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................................8
METODE......................................................................................................................................................8
BAB IV..........................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................9
A. KONDISI LAHAN............................................................................................................................9
3
B. KONDISI PENGELOLAAN LAHAN DI PERUMAHAN PERMATA
JINGGA.............................................10
D. KONSEP
PENGEMBANGAN.............................................................................................................11
BAB V .........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
1.4 KESIMPULAN..................................................................................................................................15
1.5 SARAN..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan di Indonesia telah mencapai hasil yang hampir sesuai dengan target yang
ditetapkan dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) tahun 2015. Namun masih ada
beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian seperti tingginya angka kemiskinan sebesar
11,13%, tingginya angka pengangguran sebesar 6,18%. %, Indeks Pembangunan Manusia
sebesar 74% (seperti tercantum pada tabel 1.1), dan target pembangunan. Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) belum tercapai.
Pentingnya perencanaan dan penganggaran yang konsisten merupakan hal yang patut
untuk diteliti lebih lanjut, mengingat dalam penganggaran, landasan yang kuat harus dilandasi
oleh perencanaan yang matang. Konsistensi ini juga penting untuk menghindari terputusnya
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang tertuang dalam dokumen seperti Rencana Induk
Wilayah Kota (PIWK) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan realisasinya
dalam produk penganggaran.
Dalam konteks ini konsistensi dapat dipahami secara sederhana sebagai kesesuaian antara
rencana perencanaan dengan alokasi anggaran, dengan prinsip bahwa apa yang direncanakan
harus dianggarkan, begitu pula sebaliknya. Namun perlu diakui bahwa dalam praktiknya,
5
diperlukan batas toleransi yang wajar untuk mencapai konsistensi tersebut. Keterbatasan
tersebut dapat timbul ketika terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah pusat atau ketika
suatu daerah menghadapi keadaan darurat atau bencana yang memerlukan alokasi anggaran di
luar dokumen perencanaan.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai konsistensi perencanaan dan
penganggaran di Kabupaten Gunungkidul menjadi penting. Hal ini memungkinkan perluasan
praktik perencanaan dan penganggaran di daerah tetap terjaga konsistensinya, serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tersebut, baik dari segi
kebijakan maupun implementasi praktisnya.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengevaluasi konsistensi antara Musrenbang, RKPD, dan APBD bidang fisik
dan infrastruktur selama tahun 2013-2015 di Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogyakarta
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembangunan
Kondisi dimana seseorang atau kelompok bisa merasakan perubahan mengenai kondisi
sosial dan ekonomi dalam kurun waktu tertentu merupakan wujud pembangunan, merupakan
definisi pembangunan dalam Kanjian sistem perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten
Gunungkidul [2002:5]. Sudut pandang mengenai pembangunan menurut [Subarsono, 1997]
dibagi menjadi 2(dua) yaitu sudut pandangan tradisional dan modern. Di Indonesia
pandangan pembangunan secara tradisional dilakukan pada era Soeharto yaitu sebelum 1999
yang dikenal dengan masa orde baru dengan menitikberatkan pada
trickledowneffect,pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat secara topdown,
masyarakat hanya sebagai obyek pembangunan.
Perlunya pembangunan yang akan dicapai suatu negara dalam meningkatkan harkat
dan martabat bangsa adalah untuk mengurangi angka kemiskinan, pengurangan
pengangguran dengan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, dan mempersempit jurang
ketimpangan antara sikaya dan simiskin. Menurut pendapat Currey [1973:7] secara umum
pembangunan adalah suatu proses perbaikan suatu kelompok, daerah, wilayah, maupun
negara dalam mencapai tujuannya. Proses pembangunan yang dilalui dalam mencapai tujuan
harus mampu menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu : a) Pembangunan untuk siapa, siapa
yang mendapat manfaat dari pembangunan, dan siapa yang harus membayar biaya
7
pembangunan; b) Bagaimana pembangunan dijalankan; dan c) Masyarakat seperti apa yang
diharapkan dalam pembangunan.
B. Perencanaan Pembangunan
Menurut [Widodo, 2006;3] Perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat
arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik negara maupun di
daerah dengan didasarkan keungulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Conyer dan Hill dalam Tarigan [2012:5] mendefinisikan perencanaan sebagai proses yang
berkesinambungan yang mencangkup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai
alternatif pengguna sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan
datang. Pendapat lain tentang definisi perencanaan yang dikemukanan Handoko [2003:77]
perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan apa yang dilakukan,
kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
9
bekerja secara koopratif dengan pemerintah untuk mencapai kepuasan bagi mereka
[Ross:1987].
Upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan kesenjangan antar wilayah
diperlukan pengembangan wilayah sebagai wahana atau tempat untuk mewadahinya. Menurut
Ambadi dan Prihamantoro 2002, dalam Sandra Kurniawati, [Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, 2014] pengembangan wilayah tersebut diperlukan karena ada perbedaan antara kondisi
sosial, ekonomi, budaya, dan geografis antara satu dan lainnya.
Konsep wilayah dalam analisis teoritik menurut logika Aristoteles dalam Rahardjo
Adisasmita [2008:11], Pengembangan Wilayah sesuai dengan logika aristoteles tersebut konsep
wilayah dapat dibedakan dalam tiga macam wilayah yaitu i) wilayah homogin
homogeneousregion); ii) wilayah polarisasi (polarizationregion) atau wilayah nodal
(nodalregion); iii) wilayah perencanaan (planing region)atau wilayah program
(programmingregion).
Bastian [2006:75] mengatakan bahwa dalam upaya untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan dan penganggaran harus memperhatikan: a) Adanya pagu
indikatif bagi kecamatan maupun SKPD; b) Adanya format yang baku dari perencanaan yaitu
RKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD sampai Rencana Kerja Anggaran (RKA); c) RKPD dan
10
Renja SKPD disusun berdasarkan hasil musrenbang kabupaten, serta hasil forum SKPD
sebagai rujukan dalam penyusunan dan pembahasaan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS); d) Badan anggaran dan Tim anggaran
daerah memahami bahwa pengawalan dan konsistensi prioritas kegiatan hasil perencanaan
partisipasi; dan e) Output setiap tahapan dalam proses penganggaran dapat diakses oleh setiap
peserta perencanaan partisipasi, bila inkonsistensi materi dengan hasil perencanaan partisipasi
wajib disertai dengan penjelasan resmi dari pemerintah atau DPRD sebagai wujud asas
transparansi dan akuntabilitas dalam good governance
a) Musrenbang
Dalam Peraturan Meteri Dalam Negeri 54 Tahun 2010 perumusan RKPD harus
mencakup : a). Pengolahan data dan informasi; b). Analisis gambaran umum kondisi
daerah; c). Analisis ekonomi dan keuangan daerah; d). Evaluasi kinerja tahun lalu; e).
Penelaahan terhadap kebijakan pemerintah; f). Penelaahan pokokpokok pikiran DPRD; g).
Perumusan permasalahan pembangunan daerah; h). Rumusan rancangan kerangka ekonomi
daerah dan kebijakan keuangan daerah; i). Rumusan prioritas dan sasaran pembangunan
daerah beserta pagu indikatif; j). Pelaksanaan forum konsultasi publik.
11
Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif. RKPD
diharuskan untuk bisa memaduserasikan antara pendekatan politik, teknokratik, partisipatif,
dan atas bawah bawah atas sesuai amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
dikenal 4 (empat) pendekatan di dalam perencanaan pembangunan.
c) Penganggaran APBD
Suatu kebijakan keuangan daerah yang harus dirumuskan secara tepat dan akurat,
berdasarkan analisis perkembangan ekonomi daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan
daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran yang mencangkup pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Fahrojih [2005:21] berpendapat bahwa anggaran
daerah/anggaran publik APBD dibuat adalah untuk membiayai seluruh belanja tidak
langsung dan belanja langsung
Musrenbang dalam rangka
RKPD meningkatkan
APBD kesejahteraan rakyat. Pada
kenyataannya APBD lebih banyak digunakan untuk kepentingan elit birokrasi atau DPRD
atau golongan tertentu saja.
12
BAB III
METODE
A. Tipe dan Pendekatan
B. Jenis Data
Dokumen-dokumen tertulis, arsip maupun yang lainnya merupakan sumber data pada instansi
ataupun lembaga yang berhubungan dengan penelitian merupakan sumber data sekunder menurut
Moleong [2001:157], pendapat lain menurut Sutopo [2002] dokumen dan lain-lain merupakan
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari interviewdengan
pihak-pihak yang terkait sebagai orang kunci (key person) terdiri dari : Tim Anggaran
Pemerintah Daerah; Sekda, Asisten Sekda, Bappeda, DPPKAD, Badan Anggaran DPRD,
SKPD bidang fisik prasarana.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan, arsip, dokumen seperti Hasil
musrenbang, RKPD, KUA PPAS, APBD, Renja SKPD.
Dalam pengumpulan data dan informasi, peneliti sebagai key instrumen terjun kelapangan dan
berusaha mengumpulkan informasi melalui wawancara dan pengamatan langsung dilapangan.
Wawancara dilakukan secara bersifat terbuka dan tak terstruktur. Alat bantu yang digunakan
peneliti berupa pedoman pedoman wawancara dan catatan lapangan, seperti pendapat Moleong
[2005] dalam Isnadi [2007:61-62].
Wawancara dilakukan dengan orang-orang kunci yang mengetahui dari proses Musrenbang,
13
RKPD, dan APBD seperti SKPD bidang fisik prasarana, perencana kecamatan, Camat, Bappeda,
DPPKAD, TAPD, Sekda/Asisten Sekda, Badan Anggaran.
Dokumentasi dilakukan dengan cara mencaatat dan mengkopi dokumen yang berhubungan
dengan proses musrenbang, RKPD, APBD seperti dokumen musrenbang kecamatan, musrenbang
kabupaten, forum SKPD, hasil verifikasi Gubernur, dan proses-proses penganggaran daerah.
Menganalisa data dengan menggunakan tekhnik triangulasi, tekhnik ini dipakai oleh
penulis untuk menguji keabsahan data dengan memanfaatkan peneliti dengan sumber data
primer melalui orang-orang kunci yang mengetahui perencanaan dan penganggaran, dan data
sekunder melalui dokumen-dokumen perencanaan sampai penganggaran bidang fisik dan
prasarana di Kabupaten Gunungkidul, DIY, tahun 2013-2015.
Triangulasi dengan sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda
dalam metode kualitatif yang dilakukan, menurut Paton [1987] dalam Burhan Bungin
[2008:257], dengan :
14
15
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KONDISI LAHAN
Kondisi lahan Perumahan Permata Jingga dievaluasi berdasarkan hasil Analisa Fisik
Dasar, Analisa SKL, dan AKL.
Kemiringan Lereng
16
Kondisi kemiringan lereng di Perumahan Permata Jingga berkisar 2-40%
2. Analisis Skl-Akl
Analisis ini dilakukan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan dalam proses
pembangunan atau pembangunan daerah. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa Kecamatan Ngulwulung termasuk dalam kategori klasifikasi tinggi.
Penataan lahan di Perumahan Permata Jingga telah tertata dengan baik dan teratur,
sesuai dengan ketentuan KDB (Peraturan Pokok Bangunan), KLB (Peraturan Lingkungan
Bangunan), KDH (Peraturan Pokok Penghijauan), dan GSB (Garis Batas Bangunan), dengan
lebar jalan lingkungan mencapai 7 meter. Selain itu, komplek perumahan ini dilengkapi
dengan fasilitas yang memadai, termasuk kolam renang. Informasi lebih lanjut mengenai
perencanaan lahan di Perumahan Permata Jingga dapat dilihat pada peta yang tersedia.
17
C. KONSEP RENCANA PENGEMBANGAN TAMAN DI PERUMAHAN PERMATA
JINGGA
Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Taman Pintar sebagai sarana
pengembangan bakat dan minat anak adalah perilaku menarik. Konsep ini dimulai dari ciri-
ciri atau tingkah laku anak, ciri-ciri benda dan tempat. Prinsip-prinsip yang akan diterapkan
sepanjang desain didasarkan pada konsep perilaku yang diminati. Taman Pintar sebagai pusat
pengembangan bakat dan minat anak mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi
tersebut antara lain :
18
1. Taman Pintar Sebagai Sarana Bermain dan Sarana Belajar
Taman Pintar merupakan sarana peningkatan ilmu pengetahuan melalui bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan seni. Untuk mencapai tujuan tersebut, kawasan
tersebut akan dilengkapi dengan ruang lain selain area bermain anak, seperti
perpustakaan, auditorium seni, food court dan fasilitas lain yang fokus pada
tema pendidikan.
2. Taman Pintar adalah ruang yang memadukan bermain dan belajar. Fungsinya antara lain
untuk menambah pengetahuan melalui fasilitas seperti perpustakaan dan ruang teater.
Selain itu, terdapat fungsi manajemen dan layanan tambahan lainnya.
D. KONSEP PENGEMBANGAN
19
20
b. Ruang Anak (Ruang Berhitung dan Mewarnai)
21
22
d. Auditorium Budaya, Cafe, Pos Satpam, Perpustakaan, dan Pengembangan Mushola
23
24
25
BAB V
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
- Gazebo seluas 65 m2
Total rencana penggunaan lahan adalah 11278 m2 atau seluas 1.128 hektar. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan taman sesuai dengan lahan yang tersedia.
1.5 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Putri A.K. Sengkoen, S. R. (2023). TATA GUNA & PENGEMBANGAN LAHAN PERMUKIMAN
MENJADI SMART BUILDING RAMAH ANAK. Jurnal ITN.
Eka Wahyuni, N. M. (2017). ANALISIS FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BAGANSIAPIAPI .
Jurnal Ilmu Lingkungan.
28