Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERSONAL 2

MINGGU KE 7 - SESI 11

NATIONAL RESILIENCE

Buatlah sebuah essay: minimal 1 halaman maksimal 2 halaman; Font: Times New Roman;
ukuran: 12; spasi: 1,5

Daftar pustaka minimal 3 (salah satunya lecturer note)

Indikator Penilaian:

Penilaian
Indikator
85-100 75-84 65-74 0 - 64
1. Daftar hal-hal Artikel memuat Hanya 2 Hanya 1 Tidak ada
yang secara lengkap, indikator yang indikator yang indicator yang
dianggap jelas dan tepat jelas, tepat dan tepat, jelas dan jelas, lengkap
mengganggu indicator 1,2,3 lengkap lengkap dan tepat
Ketahanan dan 4
Nasional
berdasarkan
dimensi
Politik,
Sosial,
Manusia,
Budaya dan
Fisik
2. Alasan
3. Rancangan
solusi
4. Referensi

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Pertanyaan:

1. Buatlah daftar hal-hal yang dianggap dapat menganggu Ketahanan Nasional


(Berdasarkan dimensi Politik, Sosial, Manusia, Budaya dan Fisik)!

2. Berikan alasan anda mengapa hal-hal tersebut dianggap dapat menganggu Ketahanan
Nasional!

3. Berikan rancangan solusi untuk mengatasi hal-hal tersebut!

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Nama : Afif Widia Atmaja

NIM : 2401983975

Jurusan : Teknik Industri

1. Buatlah daftar hal-hal yang dianggap dapat menganggu Ketahanan Nasional


(Berdasarkan dimensi Politik, Sosial, Manusia, Budaya dan Fisik) !

Jawab :
Ketahanan nasional hakikatnya adalah kondisi suatu bangsa yang menggambarkan
kemampuan mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan, gangguan dan tantangan
(Widisuseno, 2013). Berbagai modal yang terdiri dari modal politik, sosial, manusia, budaya, dan
fisik dapat mempengaruhi kuatnya ketahanan nasional. Semakin baik modal-modal ini bertumbuh
dan berkembang, semakin kondusif ketahanan bangsa dan negara untuk mencapai cita-citanya,
begitu sebaliknya. Berikut ini beberapa hal yang dianggap dapat menganggu ketahanan nasional
berdasarkan dimensi politik, sosial, manusia, budaya, dan fisik, yaitu:
1) Dimensi Politik
 Tingkat kepercayaan warga Negara terhadap kompetensi pemerintah untuk mengelola
berbagai sumber daya transformatif termasuk pengembangan otonomi daerah.
 Peran partai politik dalam memobilisasi aspirasi masyarakat dalam proses pembuatan
kebijakan pembangunan di Indonesia.
2) Dimensi Sosial
 Adanya konflik dalam sebuah masyarakat, rendahnya tingkat solidaritas sosial, tingkat
kepekaan saling membantu, dan tidak adanya kepercayaan satu dengan yang lain.
 Dampak dari gerakan reformasi
3) Dimensi Budaya
 Produk-produk kebudayaan negara
 Dampak multidimensi dari globalisasi

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


4) Dimensi Manusia
 Pengetahuan dan keterampilan setiap warga negara
5) Dimensi Fisik
 Nilai transformatif pada produk-produk fisik yang diciptakan dan dimiliki oleh negara
maupun warga negara

Referensi :
1) Binus Online. 2021. Lecture Note Minggu 7 Sesi 11 CB Kewarganegaraan: Ketahanan
Nasional. Jakarta : Binus University.
2) Lubis, Djoharis. 2016. Ketahanan Nasional: Permasalahan dan Solusinya dari Perspektif
Kependudukan. Jurnal Kajian Lemhannas RI. Edisi 26. Hal 32-46

2. Berikan alasan anda mengapa hal-hal tersebut dianggap dapat menganggu Ketahanan
Nasional!
Jawab :
Dilihat dari dimensi politik, pada sebagian kaum elit di Indonesia kini memiliki suatu
pemikiran untuk mengembangkan daerah otonomi khusus tanpa alasan rasional yang memihak
kepentingan masyarakat sehingga perkembangannya hanya menghasilkan penguasa-penguasa
kecil di dalam negara (Iriyanto, 2013). Hal ini berkaitan juga dengan perasaan warga negara
terhadap pemerintah mengenai kompetensi pemerintah untuk mengelola sumber daya
transformatif yang ada. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan warga negara terhadap
pemerintah. Bila tingkat kepercayaan warga negara rendah terhadap pemerintahan, maka akan sulit
bagi pemerintahan tersebut untuk mengelola atau memobilisasi sumber daya yang ada pada warga
negaranya. Selain itu, partisipasi partai politik juga berperan besar dalam memperkuat ketahanan
nasional. Tanpa partai politik yang kuat, tentu saja sebuah negara akan jatuh dalam totalitarianisme
kekuasaan absolut. Tetapi dengan adanya partai politik, totalitarianisme kekuasaan absolut
tersebut dapat dicegah oleh warga negara melalui partai politik.
Dilihat dari dimensi sosial, gerakan reformasi yang telah digulirkan saat ini melahirkan
nilai-nilai kebebasan yang rendah dari spiritualitas, nilai moral, dan etika, kemudian menjadi krisis

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


sosio-kultural bangsa. Krisis budaya yang meluas di kalangan masyarakat itu dapat disaksikan
dalam berbagai bentuk, seperti terjadinya disorientasi dan distorsi. Disorientasi artinya masyarakat
kehilangan arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, akibat semakin lepas dari nilai-nilai
dasar yang menjadi pedoman, pengangan, dan pandangan hidup. Distorsi nilai, yaitu
pemutarbalikan cara pandang, nilai-nilai lama yang dahulu dijadikan pedoman, dan pandangan
hidup sekarang difahami sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan jaman. Sementara masyarakat
lebih memilih dan mempercayai nilai-nilai modern yang serba praktis dan pragmatis, dimana
belum tentu sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Masyarakat menjadi goyah
dalam pandangan hidupnya dan mudah termakan provokasi yang menjerumuskan. Modus distorsi
ini ditandai semakin memudar ikatan sosial, yaitu menurunnya rasa solidaritas atau
kesetiakawanan sosial sebagai sesama anak bangsa. Kehidupan sosial menjadi kurang dari
spiritualitas nilai-nilai sosial dan masyarakat menjadi temperamental sehingga mudah melakukan
berbagai tindakan kekerasan, bertindak anarkis, dan memicu konflik (Iriyanto, 2013).
Konflik-konflik antara kelompok atau individu yang ada dalam sebuah masyarakat negara,
rendahnya solidaritas sosial, rendahnya kepekaan untuk saling membantu, dan tidak adanya
kepercayaan satu terhadap yang lain, menunjukan bahwa modal sosial dalam negara tersebut
sangat rendah. Bila modal sosial negara tersebut rendah, maka konflik sosial akan terjadi di mana-
mana, gotong royong menjadi mimpi yang absurd, tidak adanya kerja sama dan menurunkan rasa
saling percaya satu dengan yang lainnya. Bila kepercayaan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lainnya, maka warga negara dalam negara tersebut akan jatuh dalam apa yang disebut
oleh Thomas Hobbes sebaga Homo Homini Lupus, setiap warga negara akan memandang satu
dengan yang lainnya sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Ketakutan akan
melahirkan tindakan yang destruktif. Kondisi seperti ini akan berdampak pada kacaunya negara
yang dapat menganggu ketahanan nasional.
Dilihat dari dimensi budaya, kedaulatan bangsa dan negara tidak hanya berbasis pada
teritori, tetapi juga berbasis pada setiap produk warga negara. Rendahnya sumbangan warga
negara dalam kaitannya dengan kebudayaan di satu sisi akan berdampak pada membanjirnya
produk-produk asing yang akan mempengaruhi pengetahuan, afeksi dan perilaku warga negara
Indonesia, dan pada sisi lain, semakin rentan negara tersebut untuk menjadi arena bagi penetrasi

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


kebudayaan asing. Semakin banyak produk budaya asing, semakin hilang juga identitas budaya
bangsa Indonesia. Selain itu, terdapat ancaman dari luar negeri yang merupakan dampak multi
dimensi dari globalisasi, misalnya nilai-nilai liberalisme barat yang dikemas ke dalam sistem
ekonomi kapitalis dan sistem demokrasi liberal mampu menciptakan tatanan dunia baru yang
bersifat globalis. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan kekuatan tarik ulur antara nilai-nilai
kearifan lokal dan nilai-nilai global, dan dapat menggoyahkan bahkan mengancam eksistensi
negara kebangsaan (Iriyanto, 2013). Negara dan warga negara Indonesia tentu saja tidak hidup
secara terisolasi dari pergaulan warga negara atau negara lainnya. Setiap warga negara harus
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam pergaulan tersebut yaitu kompetensi untuk terus
mempelajari pengetahuan, kebiasaan, keterampilan yang dimiliki dari negara lain.
Dilihat dari dimensi manusia, pengetahuan dan keterampilan dapat melakukan sebuah
kegiatan yang bersfiat transformatif yaitu dapat mengubah sesuatu menjadi lebih baik, termasuk
untuk mentransformasi kehidupannya sendiri, kehidupan orang lain atau kehidupan komunitas
atau masyarakat sekitarnya. Semakin banyak warga negara memiliki pengetahuan dan
keterampilan, maka ketahanan negara tersebut akan menjadi lebih baik. Hal ini terutama bila
dikaitkan dengan kesejahteraan sebuah negara yang bersumber dari kesejahteraan warga
negaranya. Namun sebaliknya, bila modal manusia Indonesia rendah, maka bukan saja tidak
sanggup bersaing dengan warga negara lain, tetapi juga pada saat yang sama akan menjadi beban
sosial bagi negaranya sendiri.
Dilihat dari dimensi fisik, modal fisik adalah produk-produk fisik yang diciptakan dan
dimiliki oleh negara atau warga negara harus memiliki nilai transformatif yang dapat memberikan
keuntungan tambahan bagi kehidupan warga negara atau negara. Apabila produk-produk yang
diciptakan dengan anggaran yang besar namun tidak memiliki nilai transformatif tentu saja
merupakan hal yang dapat membawa persoalan-persoalan tertentu seperti untuk tujuan-tujuan
yang destruktif. untuk gaya hidup dan tidak memiliki nilai-nilai transformatif. Tentu saja akan
menjadi lebih baik bila produk-produk fisik yang diciptakan dan dimiliki oleh setiap warga negara
memiliki nilai-nilai transformatif dengan harapan banyak menghasilkan aktivitas produktif. Bila
setiap warga negara memiliki barang-barang fisik yang memiliki nilai-nilai transformatif, maka
distribusi kesejahteraan sosial menjadi lebih merata.

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Referensi :
1) Binus Online. 2021. Lecture Note Minggu 7 Sesi 11 CB Kewarganegaraan: Ketahanan
Nasional. Jakarta : Binus University.
2) Widisuseno, Iriyanto. 2013. Ketahanan Nasional dalam Pendekatan Multikulturalisme.
Humanika. 18 (2). DOI: https://doi.org/10.14710/humanika.18.2.

3. Berikan rancangan solusi untuk mengatasi hal-hal tersebut!


Jawab :
Ketahanan nasional kuat atau lemah sangat ditentukan oleh kualitas maupun kuantitas serta
mobilitas dan produktivitas warga negaranya, sehingga perlu ditingkatkan kualitas dan
produktivitasnya. Penduduk yang berkualitas dan produktif didukung oleh iklim yang kondusif,
akan menentukan berhasilnya pembangunan nasional sekaligus pembangunan ketahanan nasional
dalam menghadapi era globalisasi dan MEA yang akan berimplikasi terhadap kemampuan bangsa
memanfaatkan bonus demografi dan memperkuat ketahanan nasional secara agregat.
Untuk mengoptimalkan pembangunan nasional berorientasi kependudukan berwawasan
ketahanan nasional diperlukan strategi dan upaya-upaya terkait dengan pengendalian kuantitas dan
peningkatan kualitas warga negara, antara lain yaitu pengaturan fertilitas dan penurunan
mortalitas, peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan pendapatan, pembangunan keluarga,
persebaran dan pengarahan mobilitas melalui pembangunan interkoneksi koridor ekonomi, serta
pembangunan data base kependudukan. Khusus untuk menghadapi era bonus demografi,
diperlukan penduduk usia produktif yang harus benar-benar produktif, bekerja yang layak, dan
tidak ada diskriminasi, penduduk usia produktif berkualitas sejak 1000 hari pertama kelahiran,
dengan kualitas gizi, kesehatan, pendidikan, keterampilan yang memadai, semua penduduk
terakses tabungan, program keluarga berencana, tidak ada diskriminasi pasar kerja. Sementara itu,
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Indonesia, diperlukan penataan /reformasi
birokrasi guna terciptanya perbaikan iklim usaha, inovasi teknologi, peningkatan kualitas SDM
dan pengembangan budaya produktif serta revolusi mental (Djoharis, 2016).

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan


Referensi :
1) Lubis, Djoharis. 2016. Ketahanan Nasional: Permasalahan dan Solusinya dari Perspektif
Kependudukan. Jurnal Kajian Lemhannas RI. Edisi 26. Hal 32-46.

CHAR6020 – CB: Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai