Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI MANAGEMEN GURU DALAM MENUNJANG KESIAPAN

AKM TINGKAT LITERASI MEMBACA SISWA SMA

PROPOSAL

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Penelitian

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Indah Setiyo Ningrum

NIM: 205110701111005

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA, FIB UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan media pembelajaran atau pelatihan yang digunakan

untuk mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan yang

dilakukan secara intensif mampu mencerdaskan peserta didik sebagai generasi

penerus bangsa. Menurut Mustaghfiroh (2020), pendidikan juga bertanggung

jawab dalam melakukan pemembinaan kepada peserta didik agar menjadi pribadi

yang lebih dewasa, berani, mandiri, serta memiliki kemampuan untuk berusaha

sendiri, sehingga dalam dunia pendidikan sudah semestinya bagi para guru untuk

memberikan peluang kepada peserta didik agar dapat berfikir mandiri dan kritis

dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini, pendidikan memberikan peluang

kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

melalui proses pembelajaran. Transfer ilmu yang diberikan oleh guru nantinya

bisa digunakan oleh peserta didik untuk mengasah kemampuan bernalar, berpikir

kritis, serta responsif terhadap fenomena yang sedang terjadi atau sedang

dihadapi.

Pengemangan mutu pendidikan selalu menjadi tantangan tersendiri bagi

pemerintah untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih efisien dan terarah.

Menurut Nurjanah (2021: 77), pembangunan pendidikan dalam suatu bangsa tidak

akan pernah usai dan selesai. Oleh karena itu pengendalian mutu dalam

pendidikan sangat diperlukan agar di masa depan sistem pendidikan lebih terarah,

efisien, efektif, relevan, dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan

masyarakat suatu bangsa. Sebagai upaya pengendalian mutu pendidikan,

pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna membangun sistem pendidikan


yang lebih baik. Pemerintah telah beberapa kali mengubah sistem pendidikan di

Indonesia dengan tujuan menciptakan pendidikan yang berkualitas yang sesuai

dengan dinamika kehidupan di era global. Adapun yang telah pemerintah

rencanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini dengan

memberlakukan sistem Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) pada peserta

didik kelas V pada tingkat SD, peserta didik kelas VII pada tingkat SMP, dan

peserta didik kelas XI pada tingkat SMA. Sistem tersebut dirancang dan

ditetapkan oleh pemeritah sebagai pengganti peran Ujian Nasional (UN) dalam

mengevaluasi dan memetakan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Sebagai

alat yang digunakan untuk mengevaluasi dan memetaan mutu Pendidikan,

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) akan memberikan gambaran secara utuh

tentang kualitas belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Selanjutnya,

laporan yang diperoleh dari pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum akan

dijadikan tolak ukur bagi sekolah dan Dinas Pendidikan sebagai acuan untuk

evaluasi diri dan perencanaan program. Menurut Safari (2020) Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM) dirancang khusus untuk mengukur kompetensi

berpikir atau bernalar peserta didik ketika membaca data dan teks bacaan (literasi)

dan menghadapi persoalan yang membutuhkan pengetahuan matematika

(numerasi). Menurut Andiani, et al (2021: 81), terdapat beberapa kompetensi yang

termuat di dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Kompetensi tersebut

yakni, (1) critical thinking and problem solving (kemampuan peserta didik untuk

berpikir kritis dan menyelesaikan permasalahan), (2) creativity (kemampuan

peserta didik untuk memiliki atau meningkatkan kreativitas), (2) communication

skills (kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi), dan (3) ability to work
collaboratively (kemampuan peserta didik dalam bekerja kelompok). Adapun,

dalam pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), peserta didik

dituntut untuk mampu mengembangkan pengetahuan/pemahaman, mampu

bekerja sama dengan baik, dapat memecahkan suatu permasalahan, dapat bekerja

dengan memanfaatkan perangkat ICT (Information and Communication

Technology) serta dapat membangun kemampuan aktif dalam berkreasi (Riordan

& Rosas, 2002).

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) memiliki dua kelas kompetensi

literasi, salah satunya yakni literasi membaca. Berdasarkan informasi dari

Kemdikbud (2021), AKM Kelas kompetensi literasi membaca bertujuan untuk

meningkatkan kemampan memahami, menggunakan, mengevaluasi,

merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan

mengembangkan kapasitas individu sebagai warga dunia agar dapat berkontribusi

produktif dalam masyarakat. Dalam hal ini, komponen pebelajaran yang terdapat

pada kelas kompetensi literasi membaca melibatkan pemahaman konten, konteks,

dan proses kognitif. Dalam literasi membaca, peresta didik diharapkan mampu

menggunakan kemampuan bernalar mereka melalui media bahasa Indonesia.

Guru merupakan komponen penting yang berperan dalam kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas. Menurut Juhji (2017: 23) guru merupakan motor atau

daya penggerak dari semua komponen pembelajaran guna mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Sedangkan menurut Abdul Hamid (2017: 277) guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan

mengajar yang ikut serta berperan dalam membentuk sumber daya manusia yang

potensial dan berkarakter. Kegiatan mengajar pada dasarnya merupakan aktivitas

melatih atau mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa untuk

mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain bertugas sebagai

pengajar, guru juga melibatkan peran aktifnya dalam melakukan managemen

kelas. managemen kelas merupakan usaha atau upaya guru untuk menciptakan

susasana belajar yang menarik dan kondusif sehingga kegiatan pembelajaran yang

berlangsung dapat berjalan efektif. Keefektifan belajar yang tercipta nantinya

akan mempermudah guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Managemen kelas menjadi hal paling mendasar dalam usaha menciptakan

kondisi kelas yang efektif. Menurut Mulyadi (2009: 4) manajemen kelas

merupakan salah satu ketrampilan yang harus dimiliki guru dalam

memahami, mendiagnosis, memutuskan dan kemampuan bertindak menuju

perbaikan suasana kelas yang dinamis. Dalam upaya mewujudkan managemen

kelas yang efektif dan berkelanjutan, guru tidak bisa menjalankan managemen

kelas secara individual. Namun, harus dilaukan secara bersama-sama dengan

siswa sebagai objek sasaran managemen kelas selama pembelajaran berlangsung.

Sinergi positif antara guru dengan siswa dalam upaya managemen kelas akan

menghasilkan kondisi belajar yang baik dan nyaman. Selain itu, pemerolehan

hasil belajar siswa juga ditentukan oleh apa yang terjadi di dalam kelas, sehingga

sudah selayaknya guru melakukan managemen kelas secara profesional dan penuh

tanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan mengenai kelas kompetensi Literasi Membaca

tersebut, peneliti berusaha menganalisis sistem AKM terhadap tingkat literasi

membaca siswa SMA. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI

pada salah satu SMA di Nganjuk yakni SMAN 1 Gondang, Nganjuk, Jawa Timur.

Selain itu, keterlibatan guru pendamping atau pembimbing dalam menjalankan

sistem AKM kelas kompetensi Literasi Membaca juga menjadi tolak ukur bagi

penelitian ini. Pelaksanaan penilaian dalam Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) menggunaan sistem ujian ANBK. Nantinya hasil yang diperoleh siswa

melalui kegiatan ANBK akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk

memperbaiki kualitas kegiatan belajar mengajar oleh guru. ANBK merupakan

program tes yang digunakan sebagai penilaian terhadap mutu sekolah, madarasah,

dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Tak berbeda jauh

dengan pengerjaan UNBK, ANBK sendiri merupakan teknik ujian yang mana

pengerjaan tes yang dilakukan oleh para siswa menggunakan komputer. Adapun

penelitian ini relevan dengan artikel yang berjudul Implikasi Asesmen Kompetensi

Minimum Dan Survei Karakter Terhadap Pengelolaan Pembelajaran SD. Artikel

ini membahas mengenai literasi dan numerasi dalam AKM tingkat literasi

numerik. implementasi dalam hal literasi numerik belum optimal dari segi

pelaksanaannya. Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan melalui pengembangan

potensi peserta didik melalui potensi intelektual yang terdapat pada aspek

kognitif, emosional, fisik, sosial dan estetika sebagai aspek afektif dalam

kompetensi AKM tingkat literasi. Selain itu, penelitian lain yang relevan yakni

berjudul Pemberian Penguatan (Reinforcement) Verbal dan Nonverbal Guru

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas VIII MTSN SERIRIT yang


menghasilkan pembahasan terkait bentuk, dampak, dan hasil penguatan verbal dan

nonverbal guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam proposal penelitian berjudul “Analisis AKM Terhadap

Tingkat Literasi Membaca Siswa SMA Negeri 1 Gondang” adalah:

1.2.1 Bagaimana sistem AKM berdampak terhadap tingkat literasi membaca

siswa SMA?

1.1.2 Bagaimana peran guru dalam membangun literasi membaca siswa

SMA untuk menghadapi AKM?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam proposal penelitian berjudul “Analisis AKM Terhadap Tingkat

Literasi Membaca Siswa SMA Negeri 1 Gondang” adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui sistem AKM berdampak terhadap tingkat literasi

membaca siswa SMA.

1.3.2 Untuk mengetahui peran guru dalam membangun literasi membaca siswa

SMA untuk menghadapi AKM.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a) Menambah keilmuan tentang AKM literasimembaca tingkat Sekolah

Menengah Atas.
b) Sebagai rujukan bagi penulisan penelitian pendidikan yang berkaitan

dengan kajian literasi.

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini bermanfaat untuk warga SMA Negeri 1 Gondang untuk

memahami lebih dalam mengenai AKM tingkat literasi membaca siswa

serta bagi sekolah lainnya yang setingkat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Managemen

Strategi merupakan pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan baik

berupa gagasan, perencanaan, ataupun eksekusi aktivitas. Menurut John dan

Hasan (2007) secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Inggris ‘strategic’

yang berarti siasat rencana. Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi (2009)

dalam bahasa Yunani, strategi berasal dari kata “strategos” yang memiliki makna

yaitu; suatu usaha untuk mencapai keberhasilan dalam pertarungan. Pada mulanya

kata strategi digunakan dalam dunia militer dan sering kali dikaitkan dengan visi

misi yang ingin dicapai, baik untuk jangka pendek ataupun jangka panjang.

Namun seiring berkembangnya zaman istilah strategi telah digunakan dalam

berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam

konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan usaha sistematis yang dilakukan secara

efektif untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran serta mendapatkan suatu

prestasi. Strategi pembelajara diciptakan untuk mendukung jalannya proses

pembelajaran. Di mana, strategi yang diterapkan diupayakan untuk mengontrol

kegiatan di dalam kelas selama pembelajaran. Dalam pelaksanaan strategi ini,

rangkaian kegiatan yang dilakukan dapat berupa pengorganisasian materi atau

bahan ajar yang akan disampaikan, peralatan yang menunjang pembelajaran,


waktu yang digunakan, serta kesiapan belajar siswa itu sendiri. Untuk mendukung

strategi pembelajaran yang telah direncanakan, langkah selanjutnya seorang guru

harus melakukan kegiatan managemen kelas.

Menurut N.A Ametembun (1981), manajemen kelas (classroom management)

adalah strategi kepemipinan dan ketatalaksanaan pengelolaan kelas oleh guru

dalam melaksanakan tugasnya di didalam kelas atau selama proses pembelajaran.

Dengan demikian seorang guru diharapkan mampu serta dapat mengelola kelas

selama pembelajaran dengan menciptakan dan menyelenggarakan kondisi belajar

yang efektif, menarik, dan efisien sehingga selama mengikuti kegiatan belajar

siswa memiliki rasa penuh tanggung jawab dan antusias dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Sudarwan Danim (2010:

167) manajemen kelas merupakan seni atau praktek dan strategi kerja, yang mana

guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain (bekerja sejawat atau

siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Adapun menurut Mulyadi (2009: 4)

manajemen kelas merupakan salah satu ketrampilan yang harus dimiliki guru

dalam memahami, mendiagnosis, memutuskan dan kemampuan bertindak

menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Syuhada, Sulistyarini, & Achmadi (2021) yang

menyatakan bahwa kegiatan managemen kelas merupakan tugas guru yang tidak

bisa ditinggalkan. Di SMAN 1 Nanga Pinoh, guru telah menerapkan manajemen

kelas berbasis karakter siswa dengan baik. Pengelolaan atau managemen kelas

yang dilakukan Guru SMAN 1 Nanga Pinoh dalam kegiatan pembelajaran adalah

dengan menerapkan beberapa strategi berikut, yaitu membuat perencanaan


dalampembelajaran, membangun kerja samadalam pembelajaran, membangun

iklim positif dalam kelas, berusaha membentuk karakter siswa menjadi peserta

didik yangdisiplin, membuat pengembangan modelperangkat pembelajaran sesuai

dengankarakter siswa, dan mengevaluasi hasildalam proses pembelajaran. Untuk

siswa yang bermasalah guru membantu menyelesaikan konflik siswa dengan

melakukan bimbingan konseling serta membangun komunikasi denganmelibatkan

pihak-pihak terkait seperti pihak sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, serta

untuk meningkatkan karakter siswa menjadi lebih baik.

2.2 Assesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Kebijakan merdeka belajar yang digagas Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Nadiem, terdiri atas empat poin. Pertama, Ujian Sekolah Berstandar

Nasional (USBN) ditiadakan, program ini dikembalikan kepada kebijakan

sekolah. Kedua, Ujian Nasional (UN) diganti dengan Assesmen Kompetensi

Minimum (AKM) dan survei karakter. Ketiga, Tiga belas komponen yang

terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diganti menjadi 3

komponen. Keempat, Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang

berorientasi pada proporsional (Kusumaryono, 2020).

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu sekolah dan

program kesetaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Satuan

pendidikan dinilai secara komprehensif kompetensi literasi, numerasi, survei

karakter, dan lingkungan belajar (Badan Penelitian dan Pengembangan dan

Perbukuan, 2020). Implementasi AN berupa instrumen AKM Nasional dan AKM

Kelas merupakan penilaian kemampuan minimum yang paling mendasar yang


dilakukan epada siswa. Kemampuan dasar tersebut dalam hal ini meliputi literasi

membaca dan numerasi. Buku saku Asesmen Diagnosis Kognitif berisi paparan

tentang pentingnya penguatan pemahaman guru terhadap prinsip “teaching at the

right level” (pembelajaran sesuai dengan tingkat), termasuk instrumen penilaian

yang dibuat guru.

Selaras dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi

siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab sesuai dengan tuntutan zaman

(Hadiana, 2020). Diperlukan penilaian atau asesmen berskala nasional dan lokal

sebagai alat ukur ketercapaian tujuan pendidikan.

Stimulus instrumen AKM harus mengacu pada kehidupan sehari-hari dan

kekinian yang bersentuhan dengan kehidupan siswa (menarik, inspiratif, kekinian,

edukasi). Sesuai dengan penyataan Suryanti (2021) bahwa pembelajaran efektif

dan menyenangkan dapat dilakukan secara induktif. Diharapkan siswa menjadi

mayarakat literat yang diperhitungkan dunia. Seseorang dikatakan literat apabila

mampu memahami sesuatu disebabkan sebagai hasil membaca informasi yang

tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan

tersebut (Warsihna, Mutmainah & Utari, 2015).

Seiring perkembangan zaman, kemerdekaan belajar ini menjadi suatu hal yang

menarik dikaitkan dengan teknologi dan kecakapan abad XXI. Era globalisasi,

perkembangan teknologi yang pesat serta kebutuhan terhadap profesi menuntut

permintaan keterampilan yang lebih tinggi dan berbeda. Peserta didik dihadapkan

pada kompetensi dimana mereka memiliki kemampuan berpikir


kritis/memecahkan masalah, kreatif, mampu berkomunikasi dan mampu

berkolaborasi (World Economic Forum, 2015).

Tujuan dan arah kebijakan merdeka belajar yaitu memeratakan akses dan

kualitas pendidikan, sehingga pemerintah pusat dan daerah tentunya harus dapat

bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tersebut. Agar kebijakan

tersebut dapat dilaksanaan dengan baik, harus ada kematangan persiapan agar

kebijakan tersebut dapat direalisasikan sesuai harapan. Salah satu kebijakan yang

membutuhkan perhatian lebih adalah AKM dan Survei Karakter. Sebagai

pengganti UN, penilaian ini terdiri dari dua aspek yaitu asesmen kompetensi

minimum dan survei karakter. Sistem AKM ini akan menilai dua aspek kognitif

yaitu literasi dan numerasi. Menurut Mendikbud, dalam materi literasi akan

menekankan pada kemampuan pemahaman dan kemampuan menganalisis bacaan.

Jadi tidak hanya sekedar dapat membaca, tetapi juga harus mampu untuk mengerti

dan memahai konsep dibalik bacaan atau tulisan tersebut. di samping itu, AKM

kelas kompetensi Literasi Membaca adalah kemampuan untuk memahami,

menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk

menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga

Indonesia dan warga dunia agar produktif. Numerasi dapat diartikan sebagai

kemampuan berpikir seseorang dalam menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan

alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis

konteks yang relevan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penlitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jenis penelitian

kuantitatif deskriptif. Data hasil yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif

oleh peneliti. Oleh karena itu, metode analisis data yang dilakukan menggunakan

metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis sistem Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) terhadap tingkat

literasi membaca siswa. Objek dan Lokasi penelitian berada di SMAN 1

Gondang, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

3.2 Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam artikel ini menggunakan populasi. Populasi yang

ditetapkan dalam penelitian ini yaitu, siswa kelas XI SMAN 1 Gondang yang

terdiri atas Sembilan kelas, mulai dari kelas XI MIPA 1 sampai dengan XI MIPA

5 dan kelas XI IPS 1 sampai dengan XI IPS 4. Jumlah keseluruhan siswa dari

Sembilan kelas tersebut adalah 270 siswa. Adapun guru bahasa Indonesia juga

menjadi subjek lain yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam hal ini, guru

bahasa Indonesia yang mengajar kelas XI berperan sebagai penggerak dalam

membantu siswa untuk meningkatkan literasi membaca.

3.3 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

menggunakan google form, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.

Pedoman angket digunakan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah

pertama yang menanyakan tentang tingkat literasi membaca siswa SMAN 1

Gondang. Sedangkan pedoman wawancara dan observasi digunakan untuk

menjawab pertanyaan pada rumusan masalah yang kedua berupa pertanyaan

tentang peran guru dalam membangun literasi membaca siswa SMA untuk

menghadapi AKM.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang dibagikan kepada

seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Gondang sejumlah 270 siswa. Instrumen

selanjutnya berupa pedoman wawancara yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan peran guru bahasa Indonesia kelas XI SMAN 1 Gondang dalam

membangun literasi membaca siswa untuk menghadapi AKM. Sedangakan

instrumen berupa pedoman observasi erat kaitannya dengan pelaksanaan guru

dalam melibatkan perannya untuk membangun literasi membaca siswa ketika

menghadapi AKM.

3.5 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada

siswa kelas XI SMAN 1 Gondang sejumlah 270 siswa serta melakukan observasi

kepada seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Gondang dan wawancara dengan guru

narasumber yang mengajar bahasa Indonesia. Setelah data hasil terkumpul


langkah selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data secara kuantitatif

deskriptif dan menarik kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Andiani, D., Hajizah, M. N., & Dahlan, J. A. (2021). Analisis Rancangan

Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) Numerasi Program Merdeka

Belajar. MAJAMATH: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,

4(1), 80-90.

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. (2020). Asesmen Nasional:

AKM, Survey Karakter, dan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Hadiana, D. (2020). Penguatan Asesmen dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat

Asesmen dan Pembelajaran Kemdikbud RIKementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. “Materi Pendukung Literasi Numerasi.” Gerakan Literasi

Nasional 53, no. 9 (2017): 1689–99. https://doi.org/10.1017/CBO97811

07415324.004.

Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan

Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.

John M. Echols dan Hasan Shadly. 2007. An English-Indonesian Dictionary.

Jakarta: Gramedia.

Juhji, J. 2017. Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Serang: puslitpen

LP2M IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. “Mendikbud Tetapkan Empat

Pokok Kebijakan Pendidikan ‘Merdeka Belajar.’”

Www.Kemdikbud.Go.Id, 2020, 2019– 20

Kusumaryono, R. S. (2020). Merdeka Belajar. Direktorat Jenderal Guru Dan

Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar.

Masitoh & Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: DEPAG RI.

Mendikbud. (2021). “Asesmen Kompetensi Minimum Sebagai Bagian dari

Asesmen Nasional 2021”. [Online]. Tersedia:

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/asesmen-kompetensi-minimum-sebagai-

bagian-dari-asesmen-nasional-2021/. Diakses pada 6 Desember 2021.

Mulyadi. 2009. Classroom Manajement Mewujudkan Suasana Kelas Yang

Menyenagkan Bagi Siswa. Malang: Aditya Media.

Mustaghfiroh, Siti. 2020. Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran

Progresivisme John Dewey. 3 (1), 141- 147.

Nurjanah, E. (2021). Kesiapan Calon Guru SD dalam Implementasi Asesmen

Nasional. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 3(2), 76-85.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 21 tahun 2016 tentang

standar isi pendidikan dasar dan menengah, (2016).

https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666.

Safari. (2020). Evaluasi Pendidikan: Penyusunan Kisi-Kisi, Penulisan, & Analisis

Butir Soal. Berdasarkan Kurikulum 2013: Mensssuju Penil.

Sudarwan Danim. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


Suryanti. (2021). Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Apa dan Bagaimana

Penyiapan Anak Didik Kita? Makalah disajikan dalam Musyawarah

Wilayah Himpunan Dosen PGSD Indonesia Wilayah I. Virtual 25 Februari

2021. World Economic Forum. (2015). Unlocking the potential of the

smart grid. AIP Conference Proceedings, 2–3.

https://doi.org/10.1063/1.4938795.

Syuhada, W., Sulistyarini, S., & Achmadi, A. (2021). Analisis Manajemen Kelas

Berbasis Karakter Di Sma Negeri 1 Nangan PinoH. Jurnal Pendidikan

Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 10(3).

Anda mungkin juga menyukai