Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hana Yumna Setyarajni

No : 18

Kelas : Fase E5

Sekolah : SMA Negeri 4 Surakarta

Tanaman Obat di Tengah Hutan

Di pinggiran hutan, ada sebuah gubuk kecil yang dihuni tiga laki-laki bersaudara, mereka bernama
Sannan, Tio, dan Riki, Sannan merupakan anak tertua, Tio merupakan anak tengah, dan Riki merupakan
anak terakhir. Mereka hidup bertiga setelah kedua orang tuanya berpisah. Sannan yang merupakan anak
tertua sehari-harinya mencari kayu untuk membuat perabotan, ia adalah seorang tukang kayu. Tio
merupakan seorang tabib, Tio selalu mencari tanaman obat di hutan dan membuat ramuan obat.
Terakhir adalah Riki, ia adalah adik yang selalu memperhatikan kakaknya, ia yang selalu memasak di
rumah, ia selalu membantu Sannan membuat perabotan atau membantu Tio meracik ramuan obat-
obatan.

Suatu hari ada seorang penduduk desa yang terkena penyakit paru-paru, sebagai tabib Tio dipanggil
warga desa untuk mengobatinya. Tio dan Riki langsung pergi ke desa untuk melihat kondisinya. Setelah
memeriksa orang tersebut Tio memberikan ramuan obat yang bisa meredakan rasa sakit pada orang
tersebut, setelah memberikan ramuan obat itu, Tio dan Riki pamit pulang pada para warga dan
mengatakan bahwa ia akan segera mencari obat yang bisa menyembuhkan orang yang sedang sakit
tersebut.

Di tengah perjalanan pulang Tio teringat bahwa dia memerlukan tumbuhan cakar ayam untuk
mengobati penyakit paru-paru yang diderita seorang penduduk desa, ia meminta Riki untuk membeli
tumbuhan tersebut di pasar, mendengar hal itu Riki langsung pergi ke pasar, sementara Tio pulang ke
rumah.

Hari telah sore, kini Riki sampai di rumah dan menghampiri Tio, "Kak Tio, tumbuhan cakar ayam tidak
ada di pasar, penjual di sana mengatakan bahwa tumbuhan itu hanya hidup di sekitar tebing di tengah
hutan, mereka sulit untuk kesana karena di dekat tebing ada desa para kurcaci, para kurcaci itu terkenal
tertutup pada manusia, mereka tidak ingin manusia melewati wilayah mereka, kita harus bagaimana
kak?" Ucap Riki resah karena belum menemukan tumbuhan cakar ayam. "Kita harus tetap
menemukannya Riki, ini demi penduduk desa itu, aku akan meminta izin kak Sannan agar kita bisa
mencari tumbuhan itu di dalam hutan, sekarang kau bisa persiapkan dirimu untuk pergi mencari
tumbuhan itu bersamaku besok." Ucap Tio menenangkan, mendengar hal itu Riki mematuhi sang kakak
dan mempersiapkan apa saja yang diperlukan untuk hari esok.

Di luar rumah, Tio menghampiri Sannan yang sedang membuat meja, "Kak Sannan masih membuat
meja? Istirahatlah kak, lanjutkan esok hari saja meja itu." Sannan yang mendengar perkataan adiknya itu
tersenyum dan menghentikan kegiatannya, Sannan lalu mengajak Tio duduk di halaman rumah, "Ada
apa adikku, apakah ada hal yang ingin kau katakan?" Tanya Sannan. Tio pun menjawab, "Kak, aku dan
Riki sedang mengobati seorang penduduk desa yang terkena penyakit paru-paru, kami memerlukan
tumbuhan cakar ayam tetapi tumbuhan itu hanya ada di tebing di tengah hutan, di sekitarnya ada
sebuah desa kurcaci, walau begitu kami tetap ingin mencari tumbuhan itu, aku ingin meminta izin pada
kakak akan hal itu."

Sannan terkejut mendengar hal tersebut, para kurcaci memang tidaklah jahat tetapi mereka sangat tidak
suka apabila ada manusia yang memasuki wilayah mereka, Sannan lalu berkata, "Bukankah itu sangat
berbahaya? Aku pernah melihat mereka di sekitar tebing saat aku sedang mencari kayu di sana. Walau
mereka kecil mereka selalu membawa senjata kemana-mana." Mendengar hal itu Tio mencoba
menenangkan kakaknya, "Tidak apa-apa kak, aku dan Riki akan berhati-hati." Sannan berpikir dan
akhirnya ia berkata, "Baiklah aku akan mengizinkan kalian, tetapi aku akan ikut untuk melindungi
kalian." Tio tersenyum dan mengiyakan perkataan kakaknya.

Keesokan harinya ketiga bersaudara itu sudah siap untuk memasuki hutan, mereka membawa tas yang
berisi makanan dan minuman untuk mereka ketika berada di dalam hutan. Mereka berjalan mengikuti
sang kakak tertua karena ia sudah terbiasa masuk ke hutan untuk mencari kayu. Walaupun Tio sering
pergi ke hutan, ia tidak pernah sampai ke tengah hutan, karena tanaman obat yang ia perlukan bisa
ditemukan tanpa harus pergi sampai tengah hutan. Setelah tiba di tengah hutan, Sannan menunjuk
tebing yang ada di sana, "Itu tebingnya, kita harus lebih berhati hati mulai saat ini." Kedua adiknya pun
mengangguk tanda mengerti ucapan sang kakak. Mereka berjalan mendekati tebing yang tinggi itu,
mereka mencari dimana letak tumbuhan cakar ayam tersebut.

Setelah lama mencari, Riki dan Tio menghampiri sang kakak, "kak kami telah menemukan tanaman obat
yang kami perlukan." Ucap Tio. Sannan mengangguk lalu berbalik agar bisa memimpin adik-adiknya
untuk pulang. Betapa terkejutnya Sannan saat melihat para kurcaci telah mengepung mereka dan
mengarahkan tombak yang mereka bawa pada Sannan, Tio, dan Riki. Sannan berusaha melindungi
kedua adiknya dari kepungan kurcaci, dia berpikir bagaimana cara agar ia bisa melarikan diri bersama
adik-adiknya. Tio segera menyimpan tumbuhan cakar ayam di dalam tasnya, Riki sangat ketakutan
sekarang.

Salah seorang kurcaci berkata, "Sedang apa kalian para manusia datang ke wilayah kami?" Sannan lalu
menjawab secara lantang, "Kami datang kemari untuk mencari tumbuhan obat-obatan, tidak ada
maksud jahat yang kami rencanakan." Para kurcaci masih curiga dan meminta Sannan dan adik-adiknya
untuk menyerahkan tas mereka, para kurcaci ingin mengetahui apakah benar bahwa mereka datang ke
sana untuk mencari tumbuhan obat atau untuk melakukan kejahatan pada para kurcaci yang tinggal di
sana. Dua kurcaci mengecek tas yang dibawa Tio, mereka melihat di dalam tas hanya ada bahan
makanan dan minum serta tumbuhan obat-obatan. Dua orang kurcaci itu lantas memberitahu pada
kurcaci lainnya bahwa Sannan dan adik-adiknya berkata jujur. Mengetahui hal itu salah satu kurcaci
meminta maaf pada Sannan dan adik-adiknya serta mengembalikan tas yang tadi mereka lihat isinya,
"Untuk permintaan maaf kami, kami ingin kalian bertiga untuk datang ke desa kami dan menemui
pimpinan kami, istirahatlah di desa kami karena hari sudah sore, sehingga tidak aman apabila kalian
pulang sekarang." Mendengar perkataan salah satu kurcaci itu Riki berbisik pada Tio, "Apakah kita bisa
memercayai mereka kak? Aku masih sangat takut." Tio yang mengetahui adiknya ketakutan lalu
menepuk pundak Riki agar Riki bisa sedikit tenang. Sementara Sannan yang sedari tadi berpikir lalu
menjawab pada para kurcaci, "Baiklah kalau begitu, kami akan beristirahat sejenak di desa kalian,
keesokan harinya kami akan pergi dari desa dan tidak akan membahayakan kalian, kalian juga jangan
sampai melukai adik-adikku." Para kurcaci menyetujuinya lalu memimpin Sannan, Tio, dan Riki ke desa
mereka.

Sesampainya di desa para kurcaci, mereka dihadang oleh beberapa kurcaci dan pemimpin mereka, "Ada
apa ini, mengapa ada manusia disini?" Pemimpin kurcaci itu bertanya dengan penuh tekanan sehingga
suasana menjadi menakutkan kembali. Salah seorang kurcaci yang membawa Sannan dan adik-adiknya
pun memberi salam pada pemimpinnya dan menceritakan apa saja yang terjadi. Pemimpin kurcaci
menjadi tenang lalu ia meminta maaf pada Sannan dan adik-adiknya karena telah mencurigai mereka.
"Tak apa-apa, kami juga bersalah karena telah melewati batas wilayah kalian, dilain hari kami akan izin
dahulu apabila melewati wilayah kalian." Ucap Sannan.

Sannan, Tio, dan Riki lalu beristirahat di salah satu tempat tinggal kurcaci, sebelum mereka beristirahat,
Tio telah menemui pemimpin kurcaci dan berbincang bersamanya. Tio meminta izin agar ia bisa
mengambil tanaman obat di sekitar daerah desa kurcaci dengan rasa aman untuk kedepannya, dan
pemimpin kurcaci menyetujuinya, ia mengatakan bahwa sekarang ia mengizinkan manusia untuk
memasuki wilayahnya dengan syarat para manusia tidak membahayakan desanya.

Pagi telah tiba, Sannan, Tio, dan Riki meminta izin pemimpin kurcaci untuk pulang dan berterimakasih
pada pemimpin kurcaci karen telah mengizinkan mereka menginap. Sannan, Tio, dan Riki berjalan
pulang ke rumah mereka, mereka senang karena berhasil membawa tumbuhan cakar ayam yang
dibutuhkan untuk mengobati penyakit seorang penduduk desa. Sesampainya di rumah, Tio dan Riki
segera meracik ramuan obat, sementara Sannan melanjutkan bekerja membuat meja. Tio dan Riki pergi
ke desa setelah selesai meracik obat, mereka menemui orang yang sakit itu lalu memberikannya obat
tersebut padanya, keadaan orang tersebut membaik, warga desa mengucapkan terimakasih mereka
pada Tio dan Riki karena telah mengobati penyakit salah seorang penduduk desa mereka. Tio dan Riki
pulang dengan tersenyum, mereka senang karena berhasil mengobati salah seorang penduduk desa,
Sannan juga senang karena ia telah menyelesaikan pesanan meja yang ia kerjakan beberapa hari ini.

Anda mungkin juga menyukai