Anda di halaman 1dari 29

Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

3 STRUKTUR KRISTAL

3.1. Struktur Atom


Telah diketahui bahwa semua zat terdiri dari atom, dan atom sendíri terdiri dari inti
(terdiri dari sejumlah proton dan neutron) yang dikelilingi oleh sejumlah elektron. Elektron-
elektron ini menempati shell tertentu. Suatu atom dapat mempunyai satu atau lebih shell.
Setiap shell dapat ditempati oleh elektron sebanyak 2n 2 dimana n adalah nomor shell
(dihitung mulai dari yang terdalam sebagai shell nomor 1).
Jumlah elektron pada shell terluar banyak menentukan sifat dari unsur tsb. Atom yang
memiliki jumlah elektron yang sama pada shell terluar, yaitu unsur pada group yang sama
akan memiliki sifat yang hampir sama. Semua gas mulia memiliki delapan elektron pada
shell terluar, kecuali helium yang hanya memiliki satu shell dan jumlah elektron pada shell
itu adalah dua, semuanya adalah unsur yang stabil, tidak bereaksi dengan unsur lain.
Atom-atom dapat membuat ikatan dengan atom yang sejenis atau atom lain
membentuk molekul dari suatu zat atau senyawa. Dalam beberapa hal atom-atom juga dapat
menjalin ikatan dengan atom sejenis atau atom lain tanpa membentuk molekul, seperti halnya
pada logam.

3.2. Ikatan atom


Ada liga jenis ikatan atom yang utama, yaitu :
- Ikatan ionik
- Ikatan kovalen atau homopolar
- Ikatan logam

3.2.1. Ikatan ionik


Atom akan paling stabil jika atom ita mempunyai konligurasi elektron seperti
konfigurasi elektron pada gas mulia, yaitu terdapat delapan elektron pada shell terluar (dua
elektron bila atom memíliki hanya satu shell). Bila suatu atom hanya memiliki satu elektron
pada shell terluar, maka ia cenderung untuk melepas elektron tersebut. dan shell yang lebih
ke dalam. yang biasanya sudah terisi penuh, akan menjadi shell terluar, ini menyebabkannya
menjadi lebih stabil. Tetapi hal ini juga mengakibatkan atom itu kelebihan proton (yang
bermuatan positip), sehingga atom itu akan bermuatan positip, dikatakan atom itu berubah
menjadi ion positip.

46
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Sebaliknya bila sualu atom lain yang memiliki tujuh elektron pada shell terluarnya, ia
cenderung akan menerima satu elektron lagi dari luar. Dan bila hal ini terjadi maka atom itu
akan menjadi bermuatan negatip (karena kelebihan elektron), ia akan menjadi ion negatip.
Dan bila kedua ion ini berdekatan akan terjadi tarik menarik karena kedua ion itu memiliki
muatan listrik yang berlawanan. Kedua atom itu akan terikat satu sama lain dengan gaya tarik
menarik itu, ikatan ini dinamakan ikatan ionik (ionic bonding).
Sebagai contoh, atom Na (dengan satu elektron pada shell terluar) yang berada dekat
atom Cl (dengan tujuh elektron pada shell terluar) Dalam keadaan ini akan terjadi
perpindahan satu elektron dari atom Na ke atom Cl. Kedua atom itu akan menjadi ion, atom
Na menjadi ion Na+, atom Cl menjadi ion Cl-, karena muatannya berlawanan akan terjadi
tarik menarik, menjadi suatu ikatan ionik, (Gambar 3.1), dikenal sebagai senyawa garam,
yang silatnya berbeda dari kedua atom pembentuknya. Hal ini memperlihatkan betapa
kuatnya suatu ikatan ionik.

Na Cl Na+ Cl-

Gambar 3.1. Pembentukan ikatan ionik dalam natrium chlorida, didahului adanya perpindahan elektron

3.2.2. Ikatan kovalen


Beberapa atom dapat memperoleh konfigurasi elektron yang stabil dengan saling
meminjamkan elektronnya. Dengan saling meminjamkan elektron ini atom-atom akan
memperoleh susunan elektron yang stabil tanpa menyebabkannya menjadi bermuatan. Ikatan
akan terjadi melalui elektron yang saling dipinjamkan itu. Elektron ini masih mempunyai
íkatan dengan atom asalnya, tetapi juga sudah terikat dengan atom yang meminjamnya.
Sebagai contoh digambarkan pada Gambar 3.2 ikatan kovalen dari Cl2, N2 dan HF.

Cl2 N2 HF
Gambar 3.2. Ikatan kovalen pada molekul Cl2, N2 dan HF.

47
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

3.2.3. Ikatan Logam


Di sini juga terjadi saling meminjamkan elektron, hanya saja jumlah atom yang
bersama-sama saling meminjamkan elektron valensinya (elektron yang berada pada shell
terluar) ini tidak hanya antara dua atau beberapa atom tetapi dalam jumlah yang tak terbatas.
Setiap atom menyerahkan elektron valensinya untuk digunakan bersama-sama. Dengan
demikian akan ada ikatan tarik menarik antara atom-atom yang saling berdekatan. Jarak antar
atom ini akan tetap (untuk kondisi yang sama), bila ada atom yang bergerak menjauh maka
gaya tarik menarik akan menariknya kembali ke posisi semula, dan bila bergerak terlalu
mendekat maka akan timbul gaya tolak menolak karena inti-inti atom berjarak terlalu dekat
padahal muatan listriknya sama, sehingga kedudukan suatu atom relatif terhadap atom lain
akan tetap.
Ikatan seperti ini biasa terjadi pada logam, karena itu dinamakan Ikatan Logam. Pada
ikatan ini inti-inti atom terletak beraturan dengan jarak tertentu, sedang elektron yang saling
dipinjamkan seolah-olah membentuk “kabut elektron” yang mengisi sela-sela antar inti (lihat
Gambar 3.3). Elektron-elektron ini tidak terikat pada salah satu atom tertentu atau beberapa
atom saja, tetapi setiap elektron dapat saja pada suatu saat berada pada suatu atom, dan pada
saat berikutnya berada pada atom lain. Karena itulah logam dikenal mudah mengalirkan
listrik dan panas.

Inti atom

Kabut elektron

Gambar 3.3. Ikatan logam, inti atom yang tersusun teratur, berada dalam kabut elektron.

Mengingat atam-atom pada logam menempati posisi tertentu relatif terhadap atom
lain, maka dapat dikatakan bahwa atom logam tersusun secara teratur menurut suatu pola
tertentu. Susunan atom yang teratur ini dinamakan kristal, dan susunan atom pada logam
selalu kristalin, tersusun beraturan dalam suatu kristal.

48
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

3.3. Struktur kristal


Susunan atom-atom yang teratur dalam tiga dimensi menurut suatu pola tertentu
dinamakan kristal. Bila dari inti-inti atom dalam suatu kristal ditarik garis-garis imajiner
melalui inti-inti atom tetangganya maka akan diperoleh suatu kerangka tiga dimensi yang
disebut space lattice (kisi ruang). Space lattice ini dapat dianggap tersusun dari sejumlah
besar unit cell (sel satuan). Unit cell merupakan bagian terkecil dari space lattice yang bila
disusun ke arah sumbu-sumbunya akan membentuk space lattice. Pada Gambar 3.4. tampak
sebagian dari suatu space lattice dan satu unit cellnya digaris tebal. Suatu unit cell dinyatakan
dengan lattice parameter (panjang rusuk-rusuk dan sudut antara rusuk-rusuk).

  b b
a 
a
(b)
(a)
Gambar 3.4. (a) Bagian dari suatu space lattice, dengan satu unit cellnya digaris tebal, (b) Lattice parameter
dari suatu unit cell.

Ada 7 macam sistem kristal, yaitu cubic, tetragonal, orthorhombic, monoclinic,


triclinic, hexagonal dan rhombohedral. Dari ketujuh macam sistem kristal tersebut ternyata
ada 14 jenis bentuk space lattice yang mungkin terjadi. Pada Tabel 3.1 dapat dilihat sistem
kristal, parameter dan bentuk space lattice dari keempatbelas jenis space lattice tersebut.

49
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Tabel 3.1. Deskripsi dari 7 macam sistem kristal

Three unequal axes, no two of which are


1 Triclinic perpendicular
a≠b≠c α ≠ β ≠ γ ≠ 90o
Three unequal axes, one of which is perpen-
2 Monoclinic dicular to the other two
a≠b≠c α = β = 90o ≠ γ
Three unequal axes, all perpendicular
3 Orthorhombic
a≠b≠c α = β = γ = 90o
Three equal axes, not at right angles
4 Rhombohedral
a=b=c α ≠ β ≠ γ ≠ 90o
Three equal coplanar axes at 120 o and a
fourth unequal axis perpendicular to their
5 Hexagonal
plane
a=b≠c α = β = 90o γ = 120o
Three perpendicular axes, only two equal
6 Tetragonal
a=b≠c α = β = γ = 90o
Three equal axes, mutually perpendicular
7 Cubic
a=b=c α = β = γ = 90o

Kebanyakan logam-logam yang penting membeku dengan membentuk kristal dengan


sistem kristal cubic (kubus) atau hexagonal.
Dari keempat belas jenis space lattice tersebut ternyata ada 3 macam saja yang paling
sering dijumpai pada logam – logam yang biasa digunakan, yaitu :
1. Face Centered Cubic (FCC) atau Kubus Pemusatan Sisi (KPS), Gambar 3.5
2. Body Centered Cubic (BCC) atau Kubus Pemusatan Ruang (KPR), Gambar 3.6
3. Hexagonal Close-Packed (HCP) atau Hexagonal Tumpukan Padat (HTP), Gambar
3.7.

50
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

a a
a

a a a
a a a

Cubic (P) Cubic (I) Cubic (F)


c
c a  
a a a
a a a

Tetragonal (P) Tetragonal (I) Rhombohedral (P)

c c c c

b b b b
a a a a

Orthorhombic (P) Orthorhombic (C) Orthorhombic (I) Orthorhombic (F)


120o
 
  c
c
c c
a a
a a b a b b

Hexagonal (P) Monoclinic (P) Monoclinic (C) Triclinic (P)

Gambar 3.5. Unit cell dari 14 macam sistem kristal yang mungkin terjadi (Bravais lattices)
P = Primitif, I = Body centered, F = Face centered, C = Base centered

51
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

(a (b

Gambar 3.6. Unit cell Face Centered Cubic (FCC), (a) Kisi ruang, (b) Model bola pingpong

(a (b

Gambar 3.7. Unit cell Body Centered Cubic (BCC), (a) Kisi ruang, (b) model bola pingpong

(a (b

Gambar 3.8. Unit cell Hexagonal Close-Packed (HCP), (a) Kisi ruang, (b) model bola pingpong

Di samping itu ternyata ada beberapa unsur yang dapat dijumpai dengan jenis space
lattice yang berbeda, sifat yang demikian iní dinamakan polimorfi. Di antara logam-logam
yang memiliki silat polimorfi ini ada yang sifat polimorfinya bersifat reversibel, pada suatu
kondisi jenis space latticenya tertentu dan bila kondisi berubah, space lattice juga akan
berubah dan bila kondisi kembali seperti semula maka space lattice juga akan kembali
seperti semula. Sifat ini dinamakan sifat allotropi.

52
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Ada kurang lebih lima belas unsur yang memiliki sifat allotropi, termasuk besi. Pada
temperatur kamar besi memiliki struktur space lattice BCC (dinamakan besi alpha, α), pada
temperatur antara 910 - 1400oC space latticenya FCC (besi gamma, γ) dan di atas 1400 oC
sampai mencair space latticenya BCC (besi delta, δ). Bila temperatur kembali lagi maka
struktur space lattice juga akan kembali seperti semula.

melt
Temp.
1500 δ-iron
Ferrite BCC
1392
1300
γ-iron
Austenite FCC
1100

900 911
769 BCC
700
α-iron
500 Ferrite

300

100
0 Time

Gambar 3.9. Kurva pemanasan dan pendinginan besi, menunjukkan adanya perubahan allotropi

3.4 Bidang kristalografi


Bidang di dalam lattice kristal dimana terdapat susunan atom – atm dinamakan bidang
kristalografi. Bidang kristalografi ini biasanya dinyatakan dengan Indeks Miller.
Untuk menentukan Indeks Miller dari suatu bidang kristalografi dibuat suatu koordint
ruang melalui susunan atom – atom, dengan mengambil satu titik atom pada lattice sebagai
titik pusat koordinat ruang. Selanjutnya Indeks Miller ditentukan dengan cara sebagai beriku :
1. Tentukan panjang potongan ketiga sumbu koordinat, diukur dari pusat koordinat
sampai ke titik potong sumbu dengan bidang yang dimaksud. Panjang ini dinyatakan
dalam satuan jarak atom pada sumbu yang bersangkutan. Pada contoh di bawah, di
sumbu x, satuannya adalah a, di sumbu y satuannya b dan di sumbu z satuanya c.

53
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.10 Menentukan Indeks Miller


Pada contoh di Gambar 3.10, panjang potongan tersebut :
Sumbu x y z
Panjang potongan 2 3 1
2. Ambil kebalikan dari harga – harga di atas, dari contoh diperoleh :
½ , 1/3 , 1/1
3. Sederhanakan perbandungan harga di atas menjadi bilangan bulat, h, k, l. Ketiga
bilangan inilah Indeks Miller. Untuk contoh di atas diperoleh Indeks Miller : 3, 2, 6.
4. Tulis nama bidang kristalografi dengan memberi tanda kurung (parentheses) pada
Indeks Millernya. Secara umum bidang kristalogradi ditulis bidang (hkl). Bidang pada
contoh dinamakan bidang (326). Untuk penggal sumbu yang jatuh pada arah negatif,
Indeks Millernya akan berharga negatif, untuk itu pada angka Indeks Miller diberi
tanda negatif di atasnya, dan bidanng kristalografi yang mempunyai harga negatif pada
sumbu x dan positif pada kedua sumbu lain, maka bidang itu ditulis sebagai bidang (
h kl ).
Bidang yang sejajar dinyatakan dengan Indeks Miller yang sama. Seperti terlihat pada
Gambar 3.11.a, bidang (222) yang sejajar dengan bidang (111), Indeks Miller dari
bidang (222) dapat disederhanakan menjadi (111). Demikian juga pada b, Indeks Miller
dari bidang (022) dan bidang (033) dapat disederhanakan menjadi (011). Juga pada
gambar c, semua bidang itu dinyatakan sebagai bidang (100). Jadi Indeks Miller dari
suatu bidang akan menyatakan juga bidang lain yang sejajar dengannya.

54
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.11 (a) Bidang (111), (b) Bidang (011), (c) bidang (100)

Mengingat titik pusat koordinat dapat ditetapkan sembarangan titik pada lattice/unit cell
maka bidang yang berbeda akan dapat mempunyai Indeks Miller yang sama, soal
kedudukannya terhadap pusat koordinat juga sama. Jadi bidang-bidang ini dapat dikatakan
ekuivalen. Semua bidang yang ekuivalen dikatakan berada dalam satu “keluarga”, ditulis
dengan Indeks Miller yang diletakkan dalam braces, keluarga {hkl}. Pada Gambar 3.12,
gambar dari unit cell kubus, sisi-sisi kubus merupakan satu keluarga, yaitu keluarga {100}
yang terdiri dari bidang – bidang (100), (010), (001), (100), (010) dan (001).
Suatu arah kristalografi adalah arah dari pusat koordinat ke suatu titik yang memiliki
koordinat x = u, y = v dan z = w, dinyatakan dengan Indeks Miller yang diletakkan dalam
square bracket, arah [uvw]. Arah yang dinyatakan dengan suatu Indeks Miller akan tegak
lurus terhadap bidang yang dinyatakan dengan Indeks Miller yang sama. Pada Gambar 3.13
tampak bahwa arah [210] tegak lurus terhadap bidang (210) dari suatu sistem kubus.
Pada suatu sistem krisatal dapat dibuat bidang yang tak terhingga banyaknya, tetapi
yang mempunyai arti penting adalah bidang – bidang yang mempunyai kepadatan atom yang
tinggi dan jarak antar bidang yang besar. Bidang ini adalah keluarga bidang {110} untuk
sistem BCC, dan keluarga bidang {111} untuk sistem FCC. Pada bidang – bidang ini mudah
terjadi slip.

55
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.12 The cubic crystal form {100}

Gambar 3.13. Arah [210]

56
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

3.5. Kristalisasi
Kristalisasi yaitu proses pembentukan kristal, yang terjadi pada saat pembekuan,
perubahan dari fase cair ke fase padat. Dilihat dari mekanismenya kristalisasi terjadi melalui
dua tahap:
1. Pembentukan inti atau pengintian (nucleation)
2. Pertumbuhan kristal (crystal growth)
Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur tertentu, selalu/ mudah
bergerak. Dalam keadaan cair temperaturnya relatif tinggi dan atom memiliki energi cukup
banyak sehingga mudah bergerak, tidak ada pengaturan letak atom relatif terhadap atom lain.
Dengan turunnya temperatur maka energi atom juga turun dan makin sulit bergerak
dan mulai mencari/mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, beberapa atom mulai
menyusun diri membentuk inti kristal.
Inti-inti ini akan menjadi pusat dari proses kristalisasi selanjutnya. Dengan makin
turunnya temperatur makin banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada
atau membentuk inti baru. Setiap inti akan tumbuh dengan menarik atom lain dari cairan atau
dari inti yang tidak sempat tumbuh, untuk mengisi tempat kosong pada lattice yang akan
dibentuk.

Gambar 3.14. (A), (B) dan (C) menunjukkan 3 tahapan pembekuan dendritik suatu logam murni.(D)
gambaran 3 dimensi dari dendrit yang sedang tumbuh

57
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Pertumbuhan ini berlangsung dari tempat yang lebih dingin menuju tempat yang lebih
panas. Pertumbuhan ini tidak bergerak lurus saja, tetapi mulai membentuk cabang-cabang
dan ranting-ranting, struktur seperti ini disebut struktur dendritik. Dendrit ini terus bertumbuh
ke segala arah, sehingga cabang/ranting dendrit hampir bersentuhan dan sisa cairan yang
terakhir akan membeku di sela-sela dendrit ini. (lihat Gambar 3.14).
Pertemuan satu dendrit kristal dengan lainnya dinamakan batas butir kristal (grain
boundary) yang merupakan bidang yang membatasi antara 2 kristal. Batas butir adalah
tempat dimana terdapat ketidak-teraturan susunan atom (mismatch), di samping juga
biasanya batas butir mengandung unsur-unsur ikutan (ìmpurity) lebih banyak.

3.6. Cacat pada kristal (imperfection)


Kristal yang sempurna adalah kristal yang susunan atomnya seluruhnya teratur
mengikuti suatu pola tertentu. Cacat yang dimaksud di sini adalah cacat/ketidaksempurnaan
susunan atom dalam kristal (lattice). Cacat ini dapat terjadi pada saat pembekuaun ataupun
oleh sebab-sebab mekanik.
Cacat ini dapat berupa :
1. Cacat titik (point defect)
2. Cacat garis (line defect)
3. Cacat bidang (interfacial defect)
4. Cacat ruang (bulk defect)

Cacat titik dapat berupa kekosongan (vacant) yang terjadi karena tidak terisinya suatu
posisi atom pada lattice. Juga dapat terjadi karena “salah tempat”, posisi yang seharusnya
kosong ternyata ditempati atom, terjadi sisipan (interstitials). Mungkin juga ada atom “asing”
yang menggantikan tempat yang seharusnya diisi atom, terjadi substitusi (substitutionals).
Gambar 3.15.

58
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Cacat-cacat ini akan menyebabkan terjadinya tegangan pada lattice. Vacant akan
menyebabkan atom-atom di sekitarnya tertarik mendekat dan interstitials mengakibatkan
atom – atom di sekitarnya terdorong saling menjauhi (Gambar 3.16).

Gambar 3.16 Cacat vakansi dan interstisi

Pada substitutionals, bila atom pengganti lebih besar maka atom di sekitarnya terdorong
menjauh, dan bila lebih kecil, tertarik saling mendekat.

59
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.17 Geometri dislokasi

Cacat garis, cacat yang menimbulkan distorsi pada lattice yang berpusat pada suatu
garis, sering disebut dislokasi. Pada dasarnya ada 2 macam dislokasi yaitu edge dislocation
dan screw dislocation, dan dapat juga terjadi dislokasi yang merupakan kombinasi keduanya.
Untuk menggambarkan dislokasi diambil sebuat kristal seperti Gambar 3.17 dan
padanya dibuat irisan yang mengiris ikatan antar atom menurut bidang ABCD, (gambar a).
Bila bagian atas irisan didorong hingga baris atom yang di tepi tergeser ke atas baris kedua
dari irisan bawah, maka akan tampak adanya distorsi yang berpusat di garis AB, gambar b,
dan garis AB ini dinamakan garis dislokasi. Dislokasi semacam ini adalah edge dislocation.
Bila dorongan tersebut ke arah samping, sejajar AB (gambar c), maka akan terjadi
screw dislocation, dinamakan demikian karena susunan atom di sekitar garis dislokasi
berbentuk seperti ulir (screw). Dan bila dorongan tersebut membuat suatu sudut terhadap
garis AB, maka akan diperoleh mixed dislocation, (gambar d dan e). Gambar-gambar
selanjutnya, 3.18, 3.19, dan 3.20 menunjukkan susunan atom pada dislokasi.

60
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.18 Susunan atom pada edge dislocation

Gambar 3.19 Susunan atom pada screw dislocation

61
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Semua cacat diatas dapat bergeser dalam suatu lattice, baik karena pengaruh
thermodinamik maupun gaya mekanik. Gambar 3.21 menunjukkan bagaimana suatu edge
dislocation dapat bergeser.

Gerakan dari edge dislocation dimulai dari tepi kristal dengan terbentuknya dislocation
line, sebagai akibat dari gaya geser (shear force). Garis dislokasi ini berupa garis lurus
sepanjang kristal dan tegak lurus terhadap arah gaya geser. Gaya geser seterusnya akan
mendorong garis dislokasi ini dari satu baris atom ke baris atom berikutnya. Baris atom yang
telah tergeser ini dikatakan telah mengalami slip, dan bidang tempat terjadinya pegeseran ini
dinamakan bidang slip (slip plane). Slip plane selalu merupakan bidang yang padat atom.
Dari gambar juga tampak bahwa baris atom yang telah tergeser akan kembali memiliki ikatan
antar atom seperti semula, hanya saja ikatan ini sekarang terjadi dengan baris atom yang
berbeda.
Pada Gambar 3.22 dapat dibandingkan gerakan dislokasi dari edge, screw dan mixed
dislocation.

62
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.22 Shear produced by dislocation motion (a) edge dislocation, (b) screw
dislocation, (c) mixed dislocation

Pengertian mengenai dislokasi ini akan bermanfaat untuk menjelaskan berbagai sifat
logam, antara lain, deformasinya, penguatan dan lain – lain.
Cacat bidang yang selalu terdapat pada kristal logam adalah grain boundary (batas
butir). Pada batas butir selalu terdapat distorsi baik karena pengaruh tegangan permukaan
maupun akibat dari interaksi dengan atom-atom dari kristal tetangganya. Karena setiap butir
kristal mempunyai orientasi yang berbeda satu sama lain, maka pada batas antara satu butir
dengan butir lain akan terjadi ketidak-teraturan susunan atom (dibandingkan dengan bagian
dalam dari kristal). Pada Gambar 3.23 dapat dilihat susunan atom pada suatu batas butir.
Tampak bahwa batas butir merupakan daerah yang penuh dislokasi, karenanya ia merupakan
daerah yang penuh dengan tegangan. Jadi batas butir merupakan tempat yang menyimpan
banyak energi karena itu banyak peristiwa transformasi dimulai dari batas butir ini.

63
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.23 Susunan atom pada batas butir, terlihat banyak dislokasi

3.7. Deformasi plastik pada kristal


Bila suaru kristal mengalami tegangan maka susunan atom pada kristal itu akan
mengalami perubahan posisi, perubahan ini bersifat sementara bila tegangan yang bekerja
tidak cukup besar dan akan bersifat permanen bila tegangan sudah melampaui yield. Bila
tegangan telah melampaui yield maka garis dislokasi sudah bergeser dan mungkin telah
mencapai batas butir, sehingga butir kristal mengalami perubahan bentuk yang permanen.
Perubahan bentuk pada butir kristal akibat terjadinya hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk pada bentuk luar benda. Deformasi (perubahan bentuk) dapat terjadi
dengan terjadinya slip atau twinning, atau kombinasi keduanya.

3.7.1 Deformasi dengan slip


Slip merupakan mekanisme terjadinya deformasi yang paling sering dijumpai. Slip
terjadi bila sebagian dari kristal tergeser relatif terhadap bagian kristal lain sepanjang bidang
kristalogafi tertentu. Bidang tempat terjadinya slip ini dinamakan bidang slip (slip plane) dan
arah pergeseran atom pada bidang slip dinamakan arah slip (slip direction). Slip terjadi pada
bidang yang paling padat atom dan arah slip juga pada daerah yang paling padat atom, karena
untuk menggeser atom pada posisi ini memerlukan energi paling kecil. Pada Gambar 3.24
dapat dilihat bahwa pergeseran atom akan lebih muda terjadi bila susunan atomnya lebih
cepat, gambar a (di gambar b yang susunan atomnya kurang padat, atom atom seolah-olah

64
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

“terkunci” di sela – sela atom-atom lain, dan untuk menggeser atom-atom ini tentu akan
memerlukan energi lebih besar).

Gambar 3.24 Plastic flow occurs when planes of atoms slip past one another. Close packed
planes do this more easily (a) than planes aligned in another direction (b).

Seperti diketahui pada suatu sistem kristal mungkin terdapat lebih dari satu bidang yang
padat atom, bidang – bidang ini merupakan satu keluarga, demikian pula dengan arah slip.
Karenanya slip dapat terjadi pada beberapa bidang dan arah tertentu, dinamakan sistem slip
(slip system) dari sistem kristal. Tabel 3.2 menunjukkan beberapa sistem slip dari berbagai
kristal logam.
Slip tidak terjadi dengan menggesernya seluruh atom pada bidang slip secara sekaligus.
Slip terjadi dengan bergesernya garis dislokasi sedikit demi sedikit. Bila slip terjadi dengan
pergeseran sekaligus seluruh atom pada bidang slip, maka akan diperlukam gaya yang sangat
besar, beberapa ribu kali lebih besar dari pada yang diperlukan untuk menggeser garis
dislokasi. Karena itulah kekuatan logam lebih rendah daripada kekuatannya yang dihitung
dengan menjumlahkan gaya yang perlu untuk memutuskan ikatan antar atomnya.
Untuk dapat terjadinya slip harus ada gaya geser yang cukup, bila gaya geser itu belum
cukup besar maka distorsi yang ditimbulkannya hanya bersifat sementara, elastik. Perubahan
bentuk akan terjadi bila telah terjadi slip, dan slip akan dapat terjadi bila gaya geser yang
bekerja pada kristal telah mencapai Critical resolved shear stress, semacam yield stress untuk
suatu kristal.

65
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Terjadinya slip dengan cara bergesernya garis dislokasi dapat digambarkan dengan
analogi gerakan dari ulat, cacing atau permadani. Untuk menggeser permadani yang telah
digelarkan dilantai dengan menarik sekaligus seluruh permadani tentu akan sangat berat.
Akan lebih mudah bila mula – mula dibuat suatu tekukan pada tepi permadani (analog
dengan garis dislokasi) dan mendorong tekukan tersebut hingga tekukan mencapai ujung lain
dari permadani Gambar 3.25

66
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Bila slip telah terjadi hingga ke seberang butir kristal maka slip ini akan diteruskan ke
butir berikutnya dan karena butir berikutnya mempunyai orientasi yang berbeda, arah bidang
slip akan berbeda maka dislokasi akan tertahan pada batas butir, dan untuk membuat slip
berikutnya pada bidang yang sama akan memerlukan gaya yang lebih besar. Karenanya slip
akan mudah terjadi pada bidang lain yang sejajar dengan bidang slip mula – mula.
Karena itu dapat dimengerti bahwa logam yang telah mengalami deformasi akan
menjadi lebih kuat dan keras. Di samping itu juga dapat dijelaskan mengapa logam dengan
butiran yang lebih halus akan menjadi lebih kuat dan keras.

3.7.2 Deformasi dengan twinning


Cara lain untuk terjadinya deformasi adalah dengan twinning. Twinning terjadi bila
satu bagian dari butir kristal berubah orientasinya sedemikian rupa sehingga susunan ataom
di bagian tersebut akan membentuk simetri dengan bagian kristal yang lain, yang tidak
mengalami twinning. Susunan atom pada bagian yang mengalami twinning ini merupakan
“mirror image” dari bagian yang tidak mengalami twinning. Bidang yang menjadi pusat
simetri antara kedua bagian itu dinamakan twinning plane.
Pada Gambar 3.26 terlihat bagian dari kristal yang mengalami twinning (twinned
region). Pada twinning seluruh atom – atom dari sebagian kristal tergeser ke arah tertentu,
twinning direction. Atom – atom di daerah yang tidak mengalami twinning (di sebelah kanan
twinned region) bergeser satu jarak atom pada arag twinning, sedang pada twinned region
besarnya pergeseran atom sebanding dengan jarak atom tsb ke twinning plane, sehingga

67
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

posisi akhir atom itu akan merupakan “mirror image” dari atom di daerah yang tidak
mengalami twinning (C’ simetris dengan A’).

Gambar 3.26 Skematik twinning

Ada beberapa perbedaan antara slip dan twinning, yaitu bahwa pada slip orientasi
seluruh kristal tetap sama, sedang pada twinning sebagian kristal akan berubah orientasinya.
Jarak pergeseran atom pada slip dapat hingga beberapa jarak atom, sedang pada twinning
jarak pergeseran ini hanya sedikit, tidak sampai satu jarak atom. Pada twinning pergerakan
atom itu terjadi sekaligus seluruh atom (pada twinned region) bergerak bersamaan sedang
pada slip sebagian demi sebagian.
Dari hal di atas tampak bahwa untuk terjadinya twinning diperlukan tenaga yang cukup
besar, karena itu tidak banyak logam yang padanya dijumpai twinning, sebab mungkin
sebelum twinning dapat terjadi, slip sudah terjadi lebih dulu. Twinning dapat terjadi bila
kemungkinan untuk slip kecil, yaitu bila slip system terbatas seperti pada logam dengan
kristal HCP yang memiliki hanya sedikit slip system (karena itu twinning biasanya tidak
terjadi pada BCC dan FCC).
Regangan yang terjadi dengan twinning kecil sekali, sehingga twinning bukanlah suatu
mekanisme deformasi yang utama, tetapi tetap cukup penting karena dengan twinning terjadi
perubahan orientasi kristal yang memungkinkan salah satu sistem slipnya akan bersesuaian
dengan arah gaya geser yang bekerja dan slip akan dapat terjadi.

68
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Twinning dapat terjadi sebagai akibat gaya mekanik, disebut mechanical twins, atau
dapat juga terjadi pada kristal yang telah dideformasi lalu dianneal, disebut annealing twins.
Pada mikroskop twinning dapat ditandai dengan adanya dua garis sejajar di tengah
kristal, dan slip dapat diketahui dengan adanya slip lines, sejumlah garis sejajar pada kristal
(lihat Gambar 3.27 dan 3.28).

3.7.3 Pengaruh pengerjaan dingin terhadap sifat mekanik


Suatu logam dikatakan mengalami pengerjaan dingin (cold work) bila butir – butir
kristalnya berada dalam keadaan terdistorsi setelah mengalami deformasi plastik. Dalam
keadaan ini pada kristal terdapat berbagai dislokasi setelah terjadi slip dan/atau twinning.
Sebagai akibat dari pengerjaan dingin ini beberapa sifat mekanik akan mengalami
perubahan, yaitu Tensile strength, Yield strength dan kekerasan akan naik, sedang keuletan
akan menurun dengan makin tingginya derajat deformasi dingin yang dialami.
Dari Gambar 3.29 tampak bahwa laju kenaikan yield strength lebih tinggi daripada laju
kenaikan tensile strength, dan pada derajat deformasi yang tinggi perbedaan antara yield
strength dengan tensile strength hanya sedikit sekali. Ini berarti deformasi yang akan terjadi
sebelum patah sedikit sekali (keuletannya rendah). Ini juga berarti akan sangat berbahaya
mendeformasi logan yang telah mengalami derajat deformasi dingin cukup tinggi karena
sewaktu – waktu dapat putus. Hal ini perlu diperhatikan dalam operasi pembentukan dengan
pengerjaan dingin, seperti cold rolling, cold drawing dan lain – lain.

69
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.29 Pengaruh pengerolan dingin terhadap kekuatan luluh

Juga sifat penghantaran listik akan mengalami penurunan dengan naiknya derajat
deformasi dingin. Hal ini terutama akan sangat terasa pada logam yang bukan logam murni
(paduan)

3.8 Rekristalisasi
Sebagai akibat dari cold working kekerasan, kekuatan tarik dan tahanan listrik akan
naik, sednag keuletan akan menurun. Juga terjadi peningkatan jumlah dislokasi yang besar
dan bidang – bidang kristalografi tertentu akan mengalami distorsi yang hebat.
Sebagian dari energi yang diberikan untuk mendeformasi logam itu keluarkan lagi
sebagai panas, dan sebagian lagi tetap tersimpan dalam struktur kristal sebagai energi dalam
(tegangan dalam) yang dikaitkan dengan cacat kristal yang terjadi sebagai akibat dari
deformasi. Dengan kata lain logam yang mengalami pengerjaan dingin akan menyimpan
sejumlah tegangan dalam sebagai akibat terjadinya sejumlah besar dislokasi.
Bila logam yang telah mengalami pengerjaan dingin ini dipanaskan kembali maka atom
– atom akan menerima sejumlah energi panas yang dapat dipakai untuk bergerak
menuju/membentuk sejumlah kristal yang lebih bebas cacat, bebas tegangan dalam. Peristiwa
perubahan yang terjadi selama proses pemanasan kembali dapat dibagi menjadi tiga tahapan :
Recovery, Recrystallization dan Grai growth.

3.8.1 Recovery
Recovery terjadi pada awal pemanasan kembali, pada temperatur yang agak rendah,
dan perubahan yang terjadi tidak diikuti dengan perubahan struktur mikro. Juga masih belum

70
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

terjadi perubahan sifat mekanik. Perubahan yang terjadi hanyalah berkurangnya tegangan
dalam.
Perlunya mengurangi tegangan dalam ini adalah untuk mencegah terjadinya distorsi
pada benda kerja yang mengalami pengerjaan dinigin sebagai akibat tegangan sisa itu dan
juga untuk mencegah stress-corrosion cracking (retak karena korosi pada logam yang
mengalami tegangan). Proses laku panas yang memanfaatkan hal ini dinamakan stress relief
annealing.

3.8.2 Recrystallization
Pemanasan kembali hingga ke temperatur lebih tinggi akan menyebabkan munculnya
kristal baru dari kristal yang terdistorsi, dengan struktur lattice dan komposisi kimia yang
sama seperti pada saat sebelum pengerjaan dingin. Kecuali kristal yang dendritik pada kristal
yang tadinya dendritik, setelah pengerjaan dingin dan pemanasan kembali bentuk dendrit
akan hilang. Kristal baru ini mula – mula muncul pada bagian kristal yang mengalami distorsi
paling hebat, yaitu pada batas butir dan bidang slip. Di sini kelompok – kelompok atom
(cluster of atoms) membenruk kristal baru berupa inti (nucleus) kristal. Inti ini kemudian
menyerap atom – atom di sekitarnya sehingga inti bertumbuh menjadi kristal yang lebih
besar, dan akhirnya kristal lama yang terdeformasi akan habis.
Rekristalisasi terjadi melalui pengintian (nucleation) dan pertumbuhan (growth). Untuk
memulai suatu proses rekristalisasi (seperti juga semua proses dengan nucleation and growth)
diperlukan masa inkubasi. Masa inkubasi ini diperlukan sebagai waktu untuk pengumpulan
sejumlah energi yang cukup untuk memulai rekristalisasi. Mulanya laju rekristalisasi
(dinyatakan dengan persentase kristal yang telah berekristalisasi, Gambar 3.30) rendah
kemudian makin cepat dan akhirnya melambat lagi menjelang akhir proses.
Rekristalisasi dapat terjadi pada temperatur tertentu yang dinamakan temperatur
rekristalisasi, yaitu temperatur dimana logam yang terdeformasi dingin akan mengalami
rekristalisasi yang tepat selesai dalam satu jam. Tingginya temperatur rekristalisasi ini
dipengaruhi oleh besarnya deformasi dingin sebelumnya. Temperatur rekristalisasi makin
rendah bila logam telah mengalami deformasi dingin makin besar, Gambar 3.31.

71
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.30 Kurva rekristalisasi pada temperatur konstan

Logam yang dideformasi pada temperatur di atas temperatur rekristalisasinya akan


langsung mengalami rekristalisasi dan setelah deformasi selesai akan diperoleh kristal yang
sama dengan kristal sebelum mengalami deformasi. Pengerjaan seperti ini dinamakan
pengerjaan dingin (hot work). Hot working tidak mengubah sifat mekanik karena tidak
menimbulkan distorsi pada kristal.

3.8.3 Grain growth


Butir (grain) kristal yang besar mempunyai free energy yang lebih rendah, karenanya
butir kristal cenderung untuk tumbuh lebih besar hingga mencapai ukuran maksimum untuk
temperature tsb. Makin tinggi temperatur pemanasan makin besar juga ukuran butir yang
terjadi (Gambar 3.32). Bahkan laju pertumbuhan butir ini makin tinggi dengan makin
tingginya temperatur pemanasan.

72
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

Gambar 3.32 Pengaruh temperatur terhadap ukuran butir terekristalisasi

Gambar 3.33 Pengaruh derajat deformasi dingin terhadap sifat mekanik

Bila setelah pemanasan hingga temperatur yang dianggap cukup lalu logam
didinginkan Kembali dengan lambat maka besar butir setelah mencapai temperature kamar
tidak berbeda banyak dengan besarnya pada saat sebelum didinginkan (asalkan selama
pendinginan tidak terjadi perubahan fase).
Gambar 3.33 menunjukkan pengaruh derajat deformasi dingin terhadap sifat mekanik
(kekerasan, kekuatan dan keuletan), serta pengaruh pemanasan Kembali terhadap sifat
mekanik tsb dan terhadap struktur mikro.
Dari gambar tersebut tampak bahwa kekuatan dan kekerasan akan naik dengan makin
tingginya derajat deformasi dingin, tetapi keuletan akan makin menurun. Dengan pemanasan

73
Jurusan Teknik Mesin FTI – ITS Pengetahuan Bahan

kembali, pada temperatur yang rendah tidak tampak adanya perubahan sifat mekanik,
perubahan akan mulai terjadi setelah mulai terjadi rekristalisasi, kekuatan dan kekerasan
menurun dan keuletan naik bersama dengan naiknya temperature pemanasan Kembali itu.
Demikian pula ukuran butir kristal yang baru terbentuk, akan makin besar bila temperature
pemanasan makin tinggi,
Dengan mengatur derajat pengerjaan dingin, temperatur pemanasan Kembali dan lama
pemanasan akan dapat menghasilkan sifat yang berbeda-beda, dan dengan pengaturan yang
tepat akan dapat diperoleh sifat yang diinginkan.

74

Anda mungkin juga menyukai