Anda di halaman 1dari 33

PHI ( Pak dhar )

Rabu, 15 April 2020 ( M


inggu ke 8 )

TEORI KUALIFIKASI

1. Lex Cause

bahwa kualifikasi atas lex cause artinya hukum yang dipakai yang dikehendaki para pihak

didasarkan pada system hukum darimana berasal. bahwa darimana perkara itu diajukan atau

hukum mana yang terkait. sudah disebutkan didalam hpi terdapat lebih dari satu hukum

misalnya hukum benda menggunakan ialah hukum misalnya di Indonesia menggunakan asas

asas hpi, 3 pasal AB.

Tetapi jika dilex cause hukum yang dipkai adalah hukum yang dikehendaki oleh para pihak. lalu bagaimana

mengetahui prsoes pembentukan hukumitu ? di dasarkan pada sitemhukumdarimana berasal dan diajukan untuk

menentuan hukum’ mana yang terkait, di dalamHPI pasti lebih dari 1 sistemhukum. M
ISALNYA:

 Hukum warga negara : para pihak misalnya beda warga negara


 Hukum perjanjian yang dimana perjanjian itu dilakukan

 Hukum dimana benda atau pihak perjanjian itu ada

 Kemudian hukumdimana perkara diajukan atau gugatan diajukan

Jadi dari sekian hukum itu berbicra mana yang dikehendaki para pihak. Untuk

menentukannya,maka hakim dimana perkara diajukan menggunakan kaidah-kaidah hukumnya yang dimana perkara itu

diajukan misalnya jika diindonesia menggunakan asas asas hpi yang ada 3 pasal AB itu yang dipakai hukum mana

dimana benda itu berada atau berbicara tentang dimana pejanjian itu berada.

Oleh karena itu,beda dengan lex fori, jadi lex cause dianggap lebih baik daripada lex fori karena memberikan

keadilan sesuai dengan keinginan dengan kebutuhan hukumpara [ihak, jika lex fori tidak, karna didasarkan pada

hukumhakimdimana hukumhakimini belumtentu sesuai hukumdengan hukumpara pihak.

2. Kualifikasi bertahap
Kemudian yang ketiga berikutnya teori kualifikasi bertahap artinya bahwa di dalam melakukan

kualifikasi menggunakan tahapan karna teori ini mengendaki bagaimana teori itu terjadi atau

hukum yang di pakai atau dipilih berarti harus mengetahui proses pemilihan hukum itu.

Ex : didalam suatu permasalahan tau hukumnya tetapi tidak tau mengetahui cara menentukan hukum itu maka teori

kualifikasi bertahap ini dituliskan bahwa kualifikasi tidak mungkin didasarkan pada lex cause.

Untuk menentukn lex cause lebih dhulu harus didasarkan lek fori . Jadi yang harus dilakuan

oleh hakim oleh karena itu ada dua tahapan unutk menentukan seharusnya hukum yang berlaku

yaitu :

 tahap pertama mengkualifikasi fakta dengan menerjemahkan fakta-fakta tersebut

M
engkualifikasi fakta misalnya ada perkawinan antara jeber dan painem faktanya

bahwa jeber arab dan painem Indonesia jadi berarrti hukum negara yang tersangkut.

kemudian perkawinan dilakukan di arab, jadi hukum perkwinan arab Saudi juga terkait.

K em u d ian g u g atan p ain em m en g g u g at d an g u g atan terseb u t d ilak u k an d i In d o n esia jad i

fakta fakta ini berbicara tentang apakah fakta HPI atau tidak. Artinya adakah unsur
asing antara kedua tersebut adanya hukum asing berarti ada HPI jadi setelah mengetahui

itu HPI itu melakukan kualifikasi lex fori menerjemahkan fakta2 yang kedalam

menggunakan asas dan kaidah HPI hukum yang dikaitkan dengan pasal 18 AB jadi ini

tahap pertama hakim Indonesia memilih hukum arab berdasarkan fakta fakta yang ada

oleh karea itu dalam tahap 1 kalifikasi dengan titik primer yaitu titik taut pembeda

anatra HPI dengan hukum perdata

 K em u d ian y an g k ed u a y aitu h u k u m n y a su d ah d ik etah u i u n tu k m en en tu k an k asu s

tersebut yaitu hukum arab karna perkawinan itu dilakukukan di arab sehingga

berbivcara tentang bagaiman hukum arab menyelesaikan kasusnya.jadi demikian

kesimpulannya untuk mennetukan hukum mana yang berlaku harus diketahui bagiaman

pemilhan prosedur menentukan hukum itu. (jika ada pertanyaan mengapa kualifikasi

berthap itu menggunakan tahapan yang ada dua tahap itu karena didalam meyeleaikan

kasus berbicara tentang bagimana memilih kasus itu)


K em u d ian d alam m en en tu k an k u alifik asi d alam b ertah ap ad a d u a k u alifik asi y aitu : k u alifik asi

p rim er y an g tertu lis y an g d id asark an lex fo ri d an k aid ak lex firi h aru s d iten tu k an b erd asark an

kualifikasi yang menentukan hakim dimana perkara itu diajukan sehingga dengan demikian lex

fo ri ak an d i[ak ai u n tu k h u k u m y an g m an a seh aru s n y a b erlau y aitu lex cau se k em u d ian

k u aifik asi sek u n d er d id asark an lex cau se.(mengapa di dalam kualifikasi bertahap menggunakan

dua kualifikasi primer dan sekunder )

Sekunder (lex cause )

3. Kualifikasi analitik

kualifkasi analitik in i b erb ed a d en g an y an g lain y a em an g k u alifik asi in i d ian g g ap seb ag ai

p alin g id eal k arn a tid ak m en g ed ep an k an h u k u m d ari salah satu p ih ak .Jad i d alam k u alifiasi

otonom yang dipakai bukan hukum salah satu pihak tetapi membandingkan dari hukum2 yang

terkait itu kemudian membuatlah hukum yang aru dengan metode komeprasi caranya dengan

Hakim harus memahami system hukum yang terkait itu ini bukan pekerjaan yang mudah

dimana hakim harus menguasai hukum2 yang ada di dunia. kemudia dari system yang terikait
itu diambil pengertian yang universal yang khusus dipaki untuk meyelesaikan perkara.oleh

karena itu teori kualifikasinya adalah teori yang menceritakan hukum . jadi setiap ada perkara

HPI hakim pasti membuat produk hukum yang baru kecusali jika hukumnya sama dengan yang

lalu hakim hanya tinggal menerapkan hukum sebelumnya (yurispridensi). Oleh karena itu

K en d ala y an g ad a d i d alam k u alifik asi ad alah

1. h ak im h aru s p ah am o leh h u k u m y an g ad a d u n ia

2. h ak im h aru s m en g g u n ak an b ah sa asin g in ilah y an g m en y eb ab k an teo ri in i jaran g d ip ak ai

2 kendala ini yang mengakibatkan kualifikasi otonom ini jarang digunakan atau dipakai jadi

(jika ada pertanyaan teori kualifikasi mana yang yang tidak sering dipakai ) karne aterlalu

rumit sehingga yang sederhana adalah lex cause jadi para phak proses selesainya tidak ig in

tahu bagmana prosedur untuk menentukan hukum mana yang dpilih yang sederhana adalah lex

cause (sederhana dan seing dpakai) oleh Karen itu jika ada kasus jadi menyelesaiikan kasus

dengan teori kualfikasi ynag telah dijelaskan apakah teori kualifikasi bertahap atau teori lex

cause.
Renvoi

Peninjukan kembali

Status personal

Penunjukan lebih lanjut

Pak Dhar

Rabu, 22 april 2020 ( minggu ke 9 )

Dalam menentukan status personal para pihak, pasti menggunakan kualifikasi dan titik taut .

Sehingga dengan kualifikasi yang telah disampaikan dan titik taut untut menentukan hukum

perdata atau hukum perdata internasional . Atau Yang kedua untuk menentukan hukum system
hukum apa yang akan di pilih ( primer dan sekunder ) itulah yang merupakan gambaran

penggunaan doktrin renvoi.

Didalam renvoi ada 2 macam yaitu :

1. penunjukan Kembali

Artinya guguatan di ajukan pada pengadilan, dimana pengadilan melihat warga negara atau

status personal dari para pihak. jika status personal para pihak itu adalah orang asing maka

hakim dimana perkara itu di ajukan ( lex fori ) menunjuk pada hukum asing.

Hukum asing kemudian melihat dimana para pihak berada atau apa yang dilakukan. Jika

melihat apa yang dilakukan itu berada di mana gugatan itu diajukan maka dia menunjuk

K em b ali.

Artinya , si hukum asing mengatakan “ betul ini warga negara saya “ karena ada status personal

itu kan ada dua nasionalitas dan teritorial ( domisili ). Maka itu dikatakan menunjuk kembali

2. penunjukan lebih lanjut


Artinya bahwa hukum asing tidak menunjuk Kembali pada lex fori ( dimana perkara di

ajukan ) tapi menunjuk hukum lain. Artinya atau dasarnya bahwa benda atau objek perjanjian

itu ada di negara lain bukan dimana perkara itu di ajukan.

Tahap penunjukan Kembali :

- gugatan di ajukan dimana tempat gugatan artinya dimana perkara di ajukan

ex : perjanjian antara A ( WNA ) dan B ( WNI ), A mengajukan gugatan di Indonesia

karena dia berada di Indonesia, A dan B melakukan perjanjian jual beli di Indonesia. B

wanprestasi kemudian A mengajukan gugatan di Indonesia. Hukum Indonesia

melakukan kualifikasi dengan menggunakan titik taut. Apa kualifikasinya ?

menggunakan status personal para pihak. karena A orang asing ( orang inggris ) maka

menunjuklah hukum asing ( hk. Inggris ) yang di pakai melakukan kualifikasi HPI

Indonesia. Kemudian hukum aisng mengatakan bahwa memang A warga negara inggris
tapi perjanjian dilakukan di Indonesia maka dengan demikaan maka hukum yang

berlaku adalah hukum Indonesia karena hukum asing menunjuk hukum Indonesia.

Jadi dalam penunjukan Kembali ada 2 tahap dimana tahap pertama menunjuk dan tahan kedua

menunjuk Kembali .

T ah ap p en u n ju k an leb ih lan ju t :

Artinya, sama gugatan diajukan di Indonesia maka hakim di Indonesia menunjuk hukum

inggris karena A adalah warga negara Inggris. Tetapi berbeda dengan penujukan Kembali,

hukum inggris tidak menunjukan Kembali ke hukum Indonesia tetapi penunjukan lebih lanjut

karena dalam kasus ini onjek perjanjian berada di Australia. Maka yang di tunjuk adalah

hukum Australia. Siapa yang menunjuk ? yaitu hukum inggris dengan kaidah – kaidah HPI

yang dimiliki hukum inggris. Hanya saja yang melakukan peradilan adalah teteap hakim

Indonesia ( tempat dimana perkara di ajukan ) dengan syarat bahwa hakim tersebut menguasai

hukum asing.

Maka jika di buat system matika maka seperti ini :


1. Hakim Lex Fori Menunjuk Hukum Asing

2. Lalu hukumasing dengan kaidah HPInya melakukan 2 hal

A. Hukum Asing+Kaidah HPI Menunjuk Kembali Lex Fori

B. HukumAsing+Kaidah HPI M
enunjuk Lebih Lanjut Ke HukumLain.

3. Hukum Lex Fori/Hukum Asing Menerima

Lalu yang setuju dan menolak dengan lex fori.

T id ak setu ju ( m en o lak )

1. T id ak lo g is

Yang menolak ini sangat berkaitan dnegan teori klasifikasi lex fori, hal ini karena pada

h ak ek atn y a d im an a p erk ara itu d i aju k an m ak a h u k u m y an g b erlak u itu ad alah h u k u m

dimana perkara itu diajukan. Oleh karena itu tidak logis, jika suatu perkara telah di

ajukan di suatu negara kenapa harus mengajukan hukum lain.


2. Menyerahkan kedaulatannya

Dengan memberlakukan hukum asing, missal nya memberlakukan hukum Australia karena objeknya ada di

Australia maka berarti dianggap menyerahkan kedaulatan negara. Hal ini dikarenakan,

siapun yang berada di suatu negara maka akan berlaku hukum negara tersebut . Sehingga

apabila berlaku hukum lain maka akan menyerahkan kedaulatan negara tersebut . Itulah

prinsip kedaulatan negara

3. M eb aw a k etid ak p astian

Artinya, para pihak belum tau mana hukum yang berlaku. Apakah hukum Indonesia atau hukum lain. Padahal

para pihak menginginkan mencari kepastian dalammenyelesaikan perkara itu.

Setuju renvoi

Alasan yang setuju ini adalah alasan yang sesuai dengan teori lex cause ( hukum apa yang harusnya berlaku )

1. M em b eri k eu n tu n g an p rak tis


Karena untuk menyelesaikan dengan hukum lain tidak harus pergi ke negara lain cukup

dimana dia berada, mengajukan perkara disana dan diberlakukan hukumlain

2. Jangan berisifat sebagai raja

Artinya jika telah menyerahkan suatu perkara ke suatu negara misalnya Indonesia maka harus percaya

dengan apa yang dilakukan dengan hukumIndonesia.

3. Keputusan yang berbeda

Artinya memang kalua hukum itu penerapannya berbada pasti hasil atau putusannya berbeda. Tinggal

persoalannya hukummana yang berlaku, hukummana yang akan di pilih ( ini mementingkan keadilan )

Foreign Court Theory

Hakikatnya sama dengan renvoi, tetapi hanya terdapat 1 tahap.

Artinya hakim lex fori tidak bertidak sebagai hakim lex fori tetapi bertindak sebagai hakim asing atau hukum

asing
Jadi mau nunjuk ke lex fori karena mungkin perjanjiannya disana atau menunjuk hukum lain karena obyeknya di

negara lain ( jadi ini hanya ke kiri atau ke kanan ).

Jadi jika ada pertanyaan apa bedanya renvoi dengan fct ? renvoi dilakukan di negara eropa continental dan fct

anglo saxon.

Pak Bebeto

Rabu 29 April 2020 ( Minggu ke 10 )

M asalah p o k o k h p i ad a 3 y aitu :

1. Yuridiksi

2. Hukum mana yang berlaku

3. Pengakuan dan pelaksaan putusan hakim

Yurisdiksi pengadilan
Yurisdiksi : kewenangan mengadili ( ex : kewenangan absolut merupakan kewenangan

pengadilan sesuai dengan fungsi pengadilannya misal perceraian muslim di pengadilan agama

dan k ew en an g an relativ e berkaitan dengan tempat, tergantung tepat tergugat )

Keterkaitan pengadilan dalammenetapkan yuridiksi

1. Keterkaitan dengan orang yang berkedudukan sebagi tergugat

Ex : a menggugat b di Indonesia, b orang singapure. Maka jika dilihat dari sini pengadilan Indonesia

tidak berhak.

2. Keterkaitan dengan hak milik kebendaan dalam suatu perkara

Ex : a menggugat b di Indonesia, b orang singapure. Gugatan nya mengenai kepemilikan tanah di

singapure ( Indonesia bisa mengadili, karena obyek sengketanya ada yaaitu tanah itu

tadi . Kenapa Indonesia berhak karena masih memiliki keterkaitan dengan si penggugat

yang merupakan orang Indonesia )


3. K eterk aitan d en g an tran sak si d asar d ari p erk ara ( tran sak si d asar m eru p ak an p erb u atan

hukum yang telah dilalui )

Ex : a mengugat b di Indonesia, b orang singapure. Transaksinya berlangsung di Indonesia.

Bentuk yurisdiksi

1. Yurisdiksi in personam ( yuridiksi krn orng )

Terbit karena :

 K eh ad iran : ad a b atasan selam a o ran g in i b isa d i p an g g il

 Tempat kediaman : kalo orang itu tinggal disitu berarti yuridiksinya pengadilan wiliyah itu

 Penundukan sukarela

In i terjad i k aren a 2 h al
1. K aren a m en g aju k an g u g atan d i w ilay ah lain , m ak a d ap at d ik atak an si

penggugat telah menundukkan diri kepengadilan di tempat

mengajukan gugatan

2. Terkait dengan tergugat yang telah menjawab gugatan di pengadilan yang bukan

pengadilan domisilinya. M
aka si tergugat telah menundukan dirinya secara

sukarela .

 Pertautan minimum

2. Yuridiksi In Rem ( khusus benda tidak bergerak )

Yuridiksi yang timbul atas benda

Ex : A gugat B, B orang singapure. Yang digugat mengenai tanah di…..

Cat :

Hak cipta merupakan benda bergerak jadi mengikuti orangnya.

K alo p erjan jian , d iliat d ari o b jek p erjan jian n y a k rn tid ak d iatu r scr k h u su s y u rid ik sin y a
M in g g u d ep an :

Eropa sudah memiliki …. ( asas – asas )

Ada pengaturan secara internasional


Pak Dhar

Rabu, 13 Mei 2020 ( Minggu ke 12 )

Ketertiban umum Merupakan doktrin yang berkaitan dengan hukum asing dan nasional. Ketertiban umum ini

merupakan doktrin Dimana berlakunya hukum asing di tolak oleh hukum nasional. Hal ini

dikarenakan jika hukum asing itu di berlakukan mengganggu ketertiban umum atau ketertiban

masyarakat atau peraturan perundang – undangan atau yurisprudensi.

Hukum memaksa merupakan doktrin yang berkaitan dengan dimana hukum asing yang akan

berlaku atau yang akan diberlakukan itu tidak semuanya di akui tapi dibatasi.
Hak – hak yang diperoleh merupakan doktrin Pengakuan hukum asing, hukum asing berlaku

sepenuhnya.

K etig a d o k trin in i m eru p ak an d o k trin y an g d ig u n ak an u n tu k m en y elesaik an m asalah h p i d im an a

kaitannya dengan hukum apa yang seharusnya berlaku ( lex cause ). Maka karena tentang “

hukum apa yang seharusnya berlaku “ maka berbenturan dnegan hukum nasional. Karena

berbenturan dengan nasional ini maka digunakan 3 doktrin untuk menyelesaikan yaitu

ketertiban umum, hukum memaksa dan hak – hak yang diperoleh.

1. Ketertiban umum

K etertib an u m u m m em ilik i 2 p en g ertian y an g b erb ed a, d ari sy stem hukum ero p a

kontinental dan sistem hukum anglo amerika. Jika sistem eropa kontinental dengan civil

law nya pengertian ketertiban umum itu diartikan suatu doktrin dimana bertentangan

dengan dengan ketertiban masyarakat atau peraturan undang – undangan, jadi karena

melanggar ketertiban umum maka melanggar peraturan perundang – undangan. Jadi


hukum asing ditolak karena melanggar ketertiban umum yang notaben nya hal itu

melanggar peraturan per undang – undangan.

Sedangkan didalam negara anglo saxon ketertiban umum diartikan sebagai bertentangan

dengan yurisprudensi. Hal ini karena sumber hukum dari ngera yang menganut system

anglo saxon adalah putusan pengadilan. Jadi putusan – putusan pengadilan yang

setelahnya harus tunduk kepada putusan pengadilan yang sebelumnya yang serupa.

Maka didalam pengertian ini, Pengadilan tidak mengakui dan melaksanakan hukum asing atau putusan

asing, artinya pengadilan yang disini merupakan pengadilan lex fori yaitu pengadilan

dimana perkara itu diajukan. Seperti misalnya di Indonesia, gugatan diajukan di

Indonesia, hukum Indonesia menganut lex cause bukan lex fori. Dengan menganut

system lex cause maka hukum yang berlaku bari pihak adalah hukum yang seharusnya

berlaku dan untuk menentukan itu harus berdasarkan kaidah – kaidah HPI indoesia.

Persoalannya adalah jika hakim Indonesia akan memberlakukan hukum asing karena hukum yang seharusnya

berlaku bagi para pihak maka hukum asing ini bertentangan tidak dengan hukum
Indonesia, karena jika bertentangan dengan hukum indonesaia maka bertentangan

dengan undang – undangan atau indentik dengan bertentangan dengan ketertiban. Jika

bertentangan maka di tolaklah hukum asing yang akan di berlakukan. M


isalnya,

perjanjian antara A ( wna ) dan B ( wni ), perjanjian jual beli narkoba. Dalam jual beli

narkoba maka B wanpretasi artinya tidak membayar narkoba yang telah di berikan.

Kemudian perjanjian dilakukan di inggris dan barangnya juga ada di inggris tapi

gugatannya dilakukan di Indonesia. Artinya hukum yang berlaku bagi suatu perjanjian

itu adalah hukum mana yang seharusnya berlaku, hukum Indonesia kah ? dimana

gugatan di ajukan atau hukum inggris dimana barang atau obyek itu berada. Dengan lex

cause yang berlaku di Indonesia maka hukum yang berlaku adalah hukum inggris

karena narkoba nya atau objeknya berada di inggris. Berarti artinya hakim Indonesia

harus menyelesaikan gugatan itu menurut hukum inggris di Indonesia. Persoalnnya

adalah, narkoba dilarang di Indonesia berarti perjanjian dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan narkoba berarti dilarang di Indonesia. Dengan demikian hakim

Indonesia menolak memberlakukan hukum inggris walaupun didalam hukum inggris


jualbeli barkoba itu sah, hal ini dikarenakan hukum inggris bertentangan dengan

ketertiban umum. Hakim Indonesia tidak mengakui atau di monalak hukum inggris

untuk diberlakukan di Indonesia karena bertentangan dengan kepentingan umum.

Jadi pengadilan dan mengesampingkan berlakunya hukum asing jika bertentangan dengan ketertiban umum

yang jika di Indonesia bertentangan dengan undang – undang karena Indonesia menganut systemhukum

civil law( asas legalitas )

Pengertian berikutnya, ketertiban umum dapat ditemukan dalam konstitusi, artinya pengertian

ketertiban umum ini diartikan identic dengan bertentangan dengan peraturan perundang

– undangan. Jika hukum asing ditolak berdasarkan kepenting umum maka mestinya hal

tersebut bertentangan dengan nilai – nilai keadilan. Asas moral yang baik dan tradisi

dari lex fori .

Jadi pandangan dari pakar hpi, ketertiban umum ini adalah sebenarnya merupakan hal yamg penting dalam

menyelesaikan masalah HPI tapi juga merupakan sisi gelap dalam HPI. Kenapa kok di

katakan penting tapi gelap ? artinya jika sering menolak berlakunya hukum asing karena
bertentangan dengan ketertiban umum atau bertentangan dengan peraturan perundang –

undangan maka berarti perkebangan HPi di negara yang menolak berlakunya hukum

asing itu adalah mengalami suatu kendala atau perkembangan yang tidak wajar . Kenapa

? karena jika dtolak berarti tidak memenuhi rasa keadilan. Kenapa kok tidak memenuhi

rasa keadilan karena hukum yang dipilih dan dikehendaki adalah hukum asing tapi

karena bertentangan maka tidak diberlakukan. Dengan ditolak nya hukum asing yang

dikehendaki oleh para pihak dimana benda aitu berada berarti putusan pengadilan nanti

nya akan tidak memenuhi rasa keadilan. Ini yang dimaksud sisi gelap jika terlalu sering

menolak doktrin ini .

Seorang WNI sudah menikah berada di jerman untuk sekolah. Kemudia dia akan kawin

dengan gadis jerman. Menurut hukum Indonesia yang beragama islam dapat kawin

dengan mendasarkan ijin istri. Artinya menganut asas monogami. Tetapi di jerman

monogami mutlak hanya 1 istri. Sehingga jika perkawinan ini dilaksanakan di jerman

hal ini tidak diperbolehkan maka dengan demikian jerman menolak perkawinan ini
karena bertentangan dengan ketertiban umum yang melanggar uu perkawinan jerman

yang menganut system monogami mutlak.

2. Hukummemaksa ( mandatory rules )

Kaidah hukum memaksa memiliki artinya hukum asing yang berlaku itu diberlakukan

tapi tidak mutlak tetapi dibatasi . M


andatory rules, artinya Kaidah hukum memaksa

dapat diartikan sebagai aturan-aturan hukum tertulis yang tidak dapat dikesampingkan

oleh para pihak melalui kesepakatan. Hukum yang tertulis disini adalah hukum nasional,

tidak dapt dikesampingkan karena kesepakatan.

M isaln y a :

Ada perjanjian kerja perusahaan asing yang ada di Indonesia dengan karyawannya yang

menyangkut kesepakatan kerja Bersama. Disitu ditulis atau disepakati bahwa upah

buruh adalah 5jt. Padahal di Indonesia talh ditetapkan UMR yang dimana seluruh

perusahaan yang ada di Indonesai harus tunduk dengan UMR tidak kecuali perusahaan

asing yang ada di Indonesia. Tetapi dengan adanya perjanjian yang dibuat oleh
perjanjian asing dan karyawan itu, maka berbeda. Maka hukum asing ini berlaku tapi

dibatasi. Jadi kesepakatan itu berlaku tetapi dibatasi dimana harus sesuai dengan UMR

Indonesia.

W
alaupun itu kesepakatan para pihak tetapi karena itu menyangkut hubungan industrial

seluruh rakyat Indonesia. M Rsecara nasional .


aka pemerintah menetapkan UM

3. Hak – hak yang diperoleh

Artinya hukum asing yang akan diberlakukan diakui oleh hukum nasional.

Misalnya :

1. Seorang WNI kerja di singapure kemudian membawa mobil pulang ke Indonesia,

maka mobil diakui menjadi miliknya jika dia membeli mobil singapure secara sah.

Berarti ini merupakan pengakuan hukum asing, karena dia beli mobil tersebut

menurut hukum singapure dan lalu menjadi hal milik.


2. M
isalnya perkawinan yang berbeda agama karena melakukan perbedaan agama di

Indonesia tidak mungkin terjadi . Lalu misalnya di australi pernikahan yang sah tidak

melihat agama, yang penting ada suatu pencatatan kepada Lembaga terkait . Oleh

karena itu jika ada pasangan wni yang berbeda agama ingin menikah maka tidak

mungkin melakukan perkawinan di Indonesia sehinggan kawinlah di Australia.

M
aka akta perkawinan yang dibuat oleh Australia diakui oleh Indonesia sebagai bukti perkawinan

yang sah, sehingga akta perkawinan itu harus dicatatkan di catatan sipil pusat yang

kemudia setelah di catatankan maka dianggap sah pula oleh Indonesia.

Oleh karena itulah yang disebut dengan doktrin hak – hak yang diperoleh. Jadi

persoalan yang dicakup oleh hak – hak yang diperoleh atau berkaitan dengan hak

dan kewajiban yang dimiliki seeseorang berdasarkan kaidah hukum asing tertentu

perlu diakui atau tidak oleh lex fori.

Persoalan pendahuluan
Ini artinya, suatu masalah hukum yang harus dipecahkan terlebih dahulu sebelum putusan akhir

suatu perkara hpi. Persoalan pendahuluan timbul apabila putusan suatu persoalan hukum

bergantung pada sah tidaknya suatu hubungan hukum atau persoalan hukum lain.

isalnya, A( W
M NA) melakukan perjanjian jual beli kuurma dengan B ( W
NI ). Bdigugat oleh Akarena tidak

bayar ( wanprestasi ) gugatan di ajukan di pengadilan Indonesia oleh A. A mengajukan ugatan untuk minta ganti

rugi karena Bbelumbayar.

D iatas in i m eru p ak an p erk ara p o k o k n y a, p erso alan n y a ad alah ap ak ah g u g atan y an g d iaju k an

oleh A kepada B di Indonesia itu sah atau tidak ? dikabulkan atau tidak ?

Untuk melihat dikabulkan atau tidak maka harus dilihat dulu perkara sebelumnya. Apa itu kasus sebelumnya ?

yaitu “ perjanjian “ perjanjian antara A dan B sah atau tidak ? nah perjanjian kedua belah pihak

itulah yang disebut persoalan atau perkara pendahuluan. Dimana perkara pendahuluan atau

persoalan pendahuluan mempengaruhi perkara pokoknya. Apa perkara pokok nya ? ya gugatan

tadi . M
enagapa bisa terpengaruh ? karena misalkan perjanjian itu tidak sah berarti gugatan juga

tidak sah pula.


Jadi pesersoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah mengetahui apakah perjanjian yang dilakukan

oleh A atau B sah atau tidak, darimana kita melihat sah tidaknya perjanjian ? ya dari hukum

yang berlaku ( karena Indonesia menganut system lex cause ) maka hukum yang berlaku

seharusnya adalah, kurma nya berada di arab maka hukum yang berlaku adalah hukum arab.

Jika dilihat dari hukum arab sah tidak perjanjian antara A dan B. D Jika sah maka barulah hakim Indonesia

menyelesaikan perkara gugatan. Dan untuk menyelesaikan gugatan hakim Indonesia

menggunakan hukum dimana tempat objek berada yaitu di arab. Sehingga menggunakan

hakumarab.

Oleh karena ini ada 3 teori yang berkaitan dengan permasalahan pokok

1. L ex cau se teo ri

Penyelesaian masalah pokok di tetapkan berdasarkan kaidah lex fori dan

2. Absorbsi
3. L ex co ri
inggu Ke – 14 ( 3 juni 2020 )
M

Pak Bebeto

K o n trak D alam H P I

Asas – asas HPI dalam hukum Kontrak

3 masalah pokok HPI :

1. Yurisdiksi ( kewenangan mengadili )

2. H u k u m m an a y an g d ib erlak u k an

D alam m aslah k o n tar m em b ah as m en g en ai h u k u m m an a y an g d ib erlak u k an , artin y a h u k u m

mana yang mendasari dan hukum mana yang digunakan ketika ada sengketa. Dalam praktek

ada yang disebut dengan …… yaitu dalam 1 kontark ada lebih dari 1 sistem hukum yang

berlaku.
1. Asas utama HPI dalam hukum kontrak yaitu choise of law. ( Ada juga Namanya model

law ) yang menjadi masalah adalah ketika choise of law ini tidak tertera dalam

perjanjian. Jika ini terjadi maka harus melihat lagi pada asas2

2. L ex lo ci co n tractu s ( h u k u m d ari tem p at p em b u atan k o n trak )

Asas ini jarang digunakan karena sudah tidak efektif karena sekarang perjanjian bisa

dilakukan secara virtual.

3. L ex lo ci so lu tio n is ( h u k u m d ari tem p at p elak san aan k o n trak )

enurut asas ini hukumyang berlaku adalah hukumtempat pelaksanaan kontrak tersebut . Tetapi saat ini
M

suatu kontrak bisa dilaksanakan di beberapa tempat bukan hanya 1 tempat saja

4. Party autonomy ( choise of law)

Choise of law berawal dari party autonomy atau kebebasan berkontrak, ini berarti dari

asas kebebasan berkontrak timbulah choise of law. Dengan kita bebas menentukan
kontrak kita maka para pihak dalam kontrak bebas pula memilih hukum mana yang

berlaku sehingga choise of lawdijadikan asas utama.

5. Teori the most characteristic connection ( hukum dari tempat yang memimiliki kaitan yang paling nyata

6.

Anda mungkin juga menyukai