Manajemen Pengelolaan Obat
Manajemen Pengelolaan Obat
DAFTAR ISI
Pokok Bahasan 3 :
Penerimaan, penyimpananan dan 11
distribusi obat dan bahan medis habis
pakai
Pokok Bahasan 4 Pencatatan dan pelaporan obat dan 17
bahan medis habis pakai
Pokok Bahasan 5 Evaluasi pengelolaan obat dan bahan 19
medis habis pakai
7 : RANGKUMAN ............................................................................ 34
1 DESKRIPSI
SINGKAT
Instalasi Farmasi merupakan Unit Pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten yang bertugas melakukan pengelolaan obat. UPT tersebut
menangani Puskesmas di Kabupaten, dan tugasnya meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan, pemantauan dan
evaluasi.
Modul ini membahas tentang siklus pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai di Puskesmas, perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis
habis pakai, penerimaan, penyimpananan dan distribusi obat dan bahan medis
habis pakai, pencatatan dan pelaporan obat dan bahan medis habis pakai dan
evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai.
2 PEMBELAJAR
TUJUAN
TujuanAN
Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum materi ini adalah setelah mempelajari materi ini
peserta mampu memahami pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
POKOK
3 & SUB POKOK
BAHASAN
BAHASAN
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
A. Siklus pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
B. Perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis habis pakai
C. Penerimaan, penyimpananan dan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai
D. Pencatatan dan pelaporan obat dan bahan medis habis pakai
E. Evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
4 BAHAN
BELAJAR
1. Modul Pengeloaan Obat
2. Pedoman Pengeloaan Obat
LANGKAH
5 PEMBELAJARAN
KEGIATAN
Langkah 1: Pengkondisian
Langkah 7: Rangkuman
6 URAIAN
Pokok Bahasan 1: Siklus Pengelolaan Obat Dan BMHP
Tujuan
Pengelolaan obat publik dan bahan medis habis pakai bertujuan untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan BMHP
yang efektif, efisien dan rasional, meningkatkan kompetensi tenaga
kefarmasian, mewujudkan system informasi dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan
Permasalah terkait pengelolaan obat akan terjadi apabila salah satu tahapan
tidak berjalan dengan benar. Hal ini bisa diakibatkan baik karena kesalahan
yang dilakukan pada satu atau lebih fungsi pengelolaan, atau karena tidak
adanya koordinasi antara fihak yang terlibat dalam setiap tahapan,
mengingat banyaknya stake holder yang berperan mulai dari seleksi obat
sampai obat tersebut digunakan oleh pasien. Masalah yang disebabkan bisa
berdampak terhadap penurunan kualitas obat, kekurangan obat, atau
masalah yang berhubungan dengan inefisiensi berupa meningkatnya biaya,
obat rusak, obat kadaluarsa dan overstock obat.
Evaluasi:
1. Jelaskan tujuan pengelolaan obat publik dan bahan medis habis pakai
2. Jelaskan siklus pengelolaan obat
1. Tujuan.
Memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya
2. Kegiatan.
a. Menentukan jenis permintaan obat.
1) Permintaan Rutin.
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas.
2) Permintaan Khusus.
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
Kebutuhan meningkat.
Terjadi kekosongan.
Ada Kejadian Luar Biasa (KLB / Bencana).
b. Menentukan jumlah permintaan obat.
Data yang diperlukan antara lain :
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
4) Sisa Stok.
SO = SK + SWK + SWT + SP
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Stok kerja Pemakaian rata–rata per periode distribusi.
kekosongan
Waktu tunggu Waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat oleh
Puskesmas sampai dengan penerimaan obat di
Puskesmas.
Stok Optimum Adalah stok ideal yang harus tersedia dalam waktu
periode tertentu.
Perhitungan :
Jawaban :
2. Tujuan.
Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
3. Kegiatan.
Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota kepada
Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang
untuk itu. Pada dasarnya kegiatan penerimaan di Puskesmas adalah
meliputi kegiatan pemeriksaan administratif dan fisik. meliputi:
b. Tujuan.
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan
kesehatan terjamin mutu dan keamanannya.
c. Kegiatan.
1) Persyaratan ruang penyimpanan obat.
a) Luas minimal 3 x 4 m 2 dan atau disesuaikan dengan jumlah
obat yang disimpan.
b) Ruangan kering dan tidak lembab.
c) Memiliki ventilasi yang cukup.
d) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan
berteralis.
e) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain)
yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain.
Harus diberi alas papan (palet).
f) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika
yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya.
k) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
a) Kelembaban.
b) Sinar Matahari.
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena
pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin
yang terkena sinar matahari akan berubah warna menjadi
kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara mencegah
kerusakan karena sinar matahari antara lain:
c) Temperatur/Panas.
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif
terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu
hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh, Salep
Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan
akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.
Vaksin
Sera dan produk darah
Antitoksin
Insulin
Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
Injeksi oksitosin
Injeksi Metil Ergometrin
d) Kerusakan Fisik.
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
f) Pengotoran.
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga
lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor
dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan setiap hari.
Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan.
4) Pengamatan mutu.
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat
secara berkala, setiap bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan
secara visual dengan melihat tanda–tanda sebagai berikut :
a) Tablet :
Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab.
Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan
rapuh.
Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu
obat.
Untuk tablet salut, disamping informasi di atas, juga basah dan
lengket satu dengan lainnya.
Wadah yang rusak.
b) Kapsul :
Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu
dengan lainnya.
Wadah rusak.
Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
c) Cairan :
Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.
Cairan suspensi tidak bisa dikocok.
Evaluasi:
A. Deskripsi.
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas
dan atau unit pelayanan lainnya.
B. Tujuan.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
C. Kegiatan.
1. Sarana Pencatatan Dan Pelaporan.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
Puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas
harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan
diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat.
2. Penyelenggaraan Pencatatan :
a. Di gudang Puskesmas :
1) Setiap obat yang diterima dan
dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam Buku penerimaan dan
Kartu Stok.
2) Laporan penggunaan dan lembar
permintaan obat dibuat berdasarkan :
Kartu Stok Obat.
Catatan harian penggunaan obat.
b. Di kamar obat :
d. Di Puskesmas Keliling,
Puskesmas Pembantu dan Poskesdes.
Pencatatan diselenggarakan seperti pada kamar obat.
3. Alur Pelaporan.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO
dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan.
Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, satu
rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke puskesmas.
4. Periode Pelaporan.
LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya atau berdasarkan kebijakan Kabupaten/
Kota.
A. Deskripsi.
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan,
hasil dan dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah
mencapai perkiraan yang sistematis dari dampak program.
B. Tujuan.
1. Menetapkan kesulitan-kesulitan yang ditemui
dalam program yang sedang berjalan dan mencari solusinya.
2. Memprediksi kegunaan dari pengembangan
program dan memperbaikinya.
C. Kegiatan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi yang diharapkan
dengan kondisi yang diamati. Hasil evaluasi ditindak lanjuti dengan
pembahasan sehingga kemungkinan perlu dilakukan perbaikan atau
penyempurnaan terhadap pekerjaan atau kegiatan di bidang pengelolaan
sediaan farmasi, vaksin, dan BMHP.
1. Kesesuaian Item
obat yang tersedia dengan Formulariun Nasional untuk FKTP.
1. Dasar Pemikiran :
Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat terpilih yang disusun
berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan
2. Definisi :
Total item obat yang termasuk dalam Formularium Nasional untuk FKTP
dibagi dengan total item obat yang tersedia di Puskesmas
3. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di puskesmas berupa jumlah
item obat yang tersedia dan jumlah item obat yang tidak termasuk
dalam Formularium Nasional untuk FKTP.
Contoh :
2. Kesesuaian
ketersediaan obat dengan pola penyakit.
a. Dasar Pemikiran :
Obat yang disediakan untuk pelayanan kesehatan di puskesmas harus
sesuai dengan kebutuhan populasi berarti harus sesuai dengan pola
penyakit yang ada di wilayah Puskesmas.
b. Definisi :
Kesesuaian jenis obat yang tersedia di Puskesmas dengan pola
penyakit yang ada di wilayah Puskesmas adalah jumlah jenis obat yang
tersedia dibagi dengan jumlah jenis obat untuk semua kasus di
Puskesmas.
c. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa : jenis
obat yang tersedia dan data pola penyakit di Puskesmas.
Contoh :
3. Tingkat
ketersediaan obat.
a. Dasar Pemikiran :
Obat yang disediakan untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas tidak
boleh mengalami stock out (kekosongan) agar pelayanan kesehatan
berjalan dengan baik.
b. Definisi :
Jumlah (kuantum) yang tersedia/ sisa stok suatu item obat dibagi
dengan pemakaian rata-rata obat per periode tertentu.
c. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa sisa
stok obat, pemakaian rata-rata obat per periode tertentu, waktu
kedatangan obat
Contoh :
Jumlah n (kuantum) obat / sisa stok obat A yang tersedia = 200
tablet
Jumlah rata-rata pemakaian obat A per bulan = 500 tablet
Bila 1 bulan adalah 25 hari kerja, pemakaian rata-rata per hari =
500/25 sama dengan 20 tablet per hari
Tingkat ketersediaan obat = 200 /20 = 10 hari kerja
2. Definisi
Jumlah jenis obat yang rusak atau kadaluwarsa dibagi dengan total jenis
obat.
3. Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskesmas berupa : Jumlah
jenis obat yang tersedia untuk pelayanan selama satu tahun dan jumlah
jenis obat yang rusak dan harga masing-masing obat.
Cara untuk menentukan prosentase dan nilai obat yang kadaluarsa adalah
sama dengan perhitungan untuk obat rusak.
Contoh :
Obat indikator yang ditetapkan adalah 3 (tiga) jenis obat
Jumlah hari kekosongan obat A dalam satu tahun = 20
Jumlah hari kekosongan obat B dalam satu tahun = 25
Jumlah hari kekosongan obat C dalam satu tahun = 21
Prosentase rata2 waktu kekosongan obat = (20+25+21) x 100%
365x3= 6,02%
Contoh :
Jumlah jenis obat yang dalam enam bulan stoknya tetap = 2
Total jenis obat yang tersedia = 80
Prosentase obat yang tidak diresepkan = 2/80 x100 % = 2,5%
Penugasan
Soal 1
Pertanyaan
a. Hitung stok optimum Amoksisilin kaplet 500 mg pada periode April – Juni
2015 di Puskesmas tersebut.
b. Hitunglah permintaan kebutuhan obat pada periode tersebut
Jawaban
Sisa stok 0
Stok Penyangga (10 % dari pemakaian 10/100 x 32.175 kaplet =3.218 kaplet
rata-rata)
a. Stok optimum Amoksisilin kaplet 500 mg pada periode April – Juni 2015 di
Puskesmas tersebut = stok kerja + kebutuhan waktu tunggu + Stok Penyangga
= (32.175 + 2.145 + 3.218) tablet = 37.538 kaplet
b. Permintaan kebutuhan Amoksisilin kaplet 500 mg pada periode April – Juni
2015 di Puskesmas tersebut = Stok optimum – Sisa stok = 37.538 – 0 =
37.538, dibulatkan dalam satuan kemasan utuhnya sama dengan 375 kotak
@100 kaplet.
Petunjuk Latihan
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu menghitung stok optimum dan
jumlah permintaan obat
Petunjuk :
Kertas Kerja
Laptop/Kalkulator
Waktu
1 JPL
Soal 2
Tugas
Buatlah rancangan ruang penyimpanan obat dan BMHP yang ideal beserta
sarana/ prasarana yang diperlukan, dengan asumsi luas tanah dan dana cukup
tersedia untuk luas minimal yang dibutuhkan,
Jawab
Rancangan ruang penyimpanan obat dan BMHP yang ideal beserta sarana/
prasarana yang diperlukan, minimal harus bisa dijelaskan terkait poin-poin penting
berikut ini:
1. Luas ruang penyimpanan pada saat frekwensi distribusi 1 bulan dengan 3x2
m2 masih kurang, dengan frekwensi distribusi menjadi 2 bulan maka luas ideal
harus diatas 6x4m2
PETUNJUK LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu merancang ruang penyimpanan obat
dan BMHP yang baik di Puskesmas
Petunjuk :
1. Setiap peserta
merancang ruangan penyimpanan ideal di Puskesmas, sarana/ prasarana yang
dibutuhkan beserta penjelasannya
2. Setiap peserta
menyerahkan hasil penugasan kepada fasilitator/ panitia.
3. Satu peserta
mempresentasikan hasil rancangan ideal ruang penyimpanan , peserta lain
memberikan tanggapan, jawaban maupun klarifikasi.
Laptop
Waktu
Waktu 25 menit
Soal 3
Catatan :
Pertanyaan
Berdasarkan data diatas hitung rencana kebutuhan beberapa item obat tersebut
untuk tahun 2015 berdasarkan konsumsinya, dengan asumsi pola penyakit
relative tetap dan kenaikan kunjungan 10%.
Jawaban
Jumlah
Jumlah
bulan Pemakai
total obat Kebutuh
obat an +Kenaik Sisa RKO
No. Nama Obat Januari- an 12
tersedia Rata2/ an 10% Stok 2015
Desember Bulan
/ tidak Bulan
2014
kosong
Amoksilin
1 Kaplet 500 19,485 12 1,624 19,485 21,434 125 21,309
mg
Paracetamol
2 tablet 500 51,606 12 4,301 51,606 56,767 245 56,522
mg
Antalgin
3 Tablet 500 63,026 12 5,252 63,026 69,329 576 68,753
mg
PETUNJUK LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu menghitung rencana kebutuhan obat
untuk obat pelayanan kesehatan dasar dengan metode konsumsi
Petunjuk :
65 menit
Membaca soal 15 menit
Mengerjakan soal 35 menit
Presentasi 2 kelompok 15 menit
Soal 4.
Puskesmas Abadi menerima obat dan BMHP dari Kabupaten Linajaya setiap 3
bulan sekali. Obat dan BMHP yang diterima bulan Juli 2015 untuk kebutuhan
Puskesmas Juli-September 2015. Pengiriman LPLPO biasanya antara tanggal 3-
5, sedangkan pengiriman dari IF Kabupaten Jaya antara 4-6 hari dari pengiriman
LPLPO. Agar tidak terjadi stock out, kepala Puskesmas bersama-sama apoteker
penanggung jawab ruang farmasi melakukan evaluasi ketersediaan obat pada tgl
1 Agustus 2015, evaluasi dilakukan terhadap beberapa item obat fast moving
berikut ini:
Pertanyaan
a b c d=b/c
Dengan diketahuinya tingkat ketersediaan obat, maka bisa dihitung estimasi nya
apakah setiap item obat tersebut cukup atau tidak sampai kedatangan obat
berikutnya
Jumlah sisa hari kerja sampai akhir bulan September 2015 = 50 hari
Lead time maksimal = tanggal maksimal pengiriman lplpo ditambah jumlah hari
maksimal pelayanan dari dikirimkannya lplpo sampai diterimanya obat = 5+6=11
hari
Sisa stok obat minimal harus mempunyai tingkat ketersediaan 61 hari, sehingga
Parasetamol sirup 120 mg/5 ml tidak akan cukup, Amoksisilin kaplet 500 mg juga
berpotensi mengalami kekurangan apabila pola penggunaan tetap sampai
kedatangan obat berikutnya. Solusinya adalah mengajukan permintaan khusus
untuk Parasetamol sirup 120 mg/5 ml dan Amoksisilin kaplet 500 mg, selain itu
dilakukan evaluasi penggunaan, terutama Amoksisilin kaplet 500 mg apakah
penggunaannya berlebihan atau tidak. Besarnya stok optimum direvisi untuk
periode berikutnya, terutama Parasetamol sirup 120 mg/5 ml .
PETUNJUK LATIHAN
Tujuan:
Petunjuk :
Laptop
Waktu
70 menit
Membaca soal 15 menit
Mengerjakan soal 40 menit
Presentasi 2 kelompok 15 menit
7 RANGKUMA
N
Instalasi Farmasi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten yang bertugas mengelola obat, diantaranya melakukan
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan,
pemantauan dan evaluasi obat yang diperlukan untuk layanan kesehatan di
Puskesmas. Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya melayani
Puskesmas di Kabupaten.
8 DAFTAR
PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI, 2010, Materi pelatihan manajemen
kefarmasian di Puskesmas. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.