Alasan pemilihan komoditi gembili karena gembili merupakan umbi keluarga Dioscorea
yang memiiki kelebihan dapat tumbuh di bawah tegakan hutan tanpa memrlukan perlakuan
khusus, sehingga budidayanya mudah. Gembili merupkan salah satu komoditas pangan lokal
yang berasal dari Indonesia. Menurut Sabda et al., 2019 Gembili memiliki potensi untuk di
kembangkan sebagai alternatif sumber pangan selain beras karena memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi. Setiap 100 g gembili (85% yang bisa dimakan), mengandung protein
1,5 g, lemak 0,1 g, energi 95 kkal, karbohidrat 22,4 g, fosfor 49 mg, zat besi 1 mg, kalsium
14 mg, vitamin C sebanyak 4 mg, vitamin B1 sebanyak 0,01 mg. Selain berpotensi sebagai
komoditas pangan gembili juga dapat membantu mengurangi kekerasan tanah dan
meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
PERMASALAHAN KOMODITI
Proses pascapanen gembili diawali dengan pelaksanaan didasarkan pada umur tanaman dan
di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas, iklim dan lainnya. Umur gembili pada
umumnya biasanya di panen pada umur 6-9 bulan. Ciri-ciri gembili yang siap di panen akan
menjadi keras, tidak mudah di bentuk, daunnya akan mulai menguning (Tatay et al., 2018).
Setelah gembili dipanen, berikan perhatian pada pembersihan dan sortasi untuk menghindari
kerusakan akibat serangan hama atau penyakit, gangguan fisiologi, dan gangguan
lingkungan. Gembili yang sudah di lakukan proses pembersihan lalu disimpan pada tempat
yang sesuai dengan keadaan udara dan suhu. Umbi gembili yang masih segar dan terlindung
dapat disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari sinar matahari langsung. Untuk
menghindari kerusakan akibat serangan hama atau penyakit, gangguan fisiologi, dan
gangguan lingkungan, penanganan pasca panen bertujuan untuk mencegah kerusakan
tanaman (Ariani & Geo, 2020).
PEMBAHASAN
Gembili (Dioscorea sp) adalah salah satu marga dari suku Discoreacea yang merupakan
tanaman lokal/spesifik dan banyak ditemukan di dataran Papua. Di dunia ini terdapat sekitar
600 jenis dan yang sudah diketahui manfaatnya di kawasan Asia dan Afrika terdapat 18 jenis
(Utami, 2017). Sedangkan di Indonesia terdapat 33 aksesi dan belum di dikarakterisasi
(Kencana et al., 2022). Di merauke terdapat 17 kultivar gembili yang dibididayakan suku
Kanum (Sabda et al., 2019). Penenamannya menggunakan pola tradisional dengan waktu
tanam September-November dan gembili ini merupakan makanan pokok. Pengembangan
tanaman gembili menyebar dari dataran tinggi dan lembah, termasuk di Lembah Baliem
(Kabupaten Jayawijaya) sampai Pegunungan Tengah (Tolikaran), dataran rendah Merauke
dan wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura.
Tanaman gembili merupakan jenis tanaman yang berasal dari keluarga gadung gadungan,
atau salah satu jenis umbi umbian yang tersebar luas di wilayah Indonesia. Memiliki bentuk
yang relatif lebih kecil dari jenis umbi lainnya sehingga membuatnya disebut “lesser yam”
dalam bahasa inggris. Sama halnya dengan jenis umbi yang lain, gembili merupakan jenis
umbi an yang mana merupakan tanaman melilit ke arah kanan, jika kita melihatnya dari atas
maka lilitannya seperti searah dengan jarum jam. Bidiadaya dari tanaman ini mungkin masih
ada dan relatif lebih sedikit sehingga akan sedikit lebih sulit dijumpai dipasaran. Berikut
adalah klasifikasi lebih rinci mengenai tanaman gembili ini(Mar’attirrosyidah & Estiasih,
2015).
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Dioscoreales
Famili : Dioscoaceae
Genus : Diosco L.
KESIMPULAN
gembili merupakan umbi keluarga Dioscorea yang memiiki kelebihan dapat tumbuh di
bawah tegakan hutan tanpa memrlukan perlakuan khusus, sehingga budidayanya mudah.
Gembili merupkan salah satu komoditas pangan lokal yang berasal dari Indonesia. Menurut
Sabda et al., 2019 Gembili memiliki potensi untuk di kembangkan sebagai alternatif sumber
pangan selain beras karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Meskipun mudah
dibudidayakan, petani menghadapi masalah dalam pengolahan dan pemasaran. Pengolahan
gembili belum dilakukan inovasi karena keterbatasan pengetahuan dan peralatan. Tujuan dari
Teknologi pasca panen gembili merupakan metode dan teknik yang digunakan untuk
meningkatkan nilai tambah dan kualitas hasil panen gembili.
DAFTAR PUSTAKA
Ayis Crusma Fradani, A. Y. F., Ifa Khoiria Ningrum, I. K. N., Fruri Stevani, F. S., & Abdul
Ghoni Asror, A. G. A. (2020). Pengolahan Umbi Gembili dalam Peningkatan Nilai
Tambah di Desa Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Dedication Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 4(1), 11-20.
Kencana, Y. A., Mustikarini, E. D., Lestari, T., Balunijuk, K. T. U., & Balunijuk, J. K. P.
(2022). EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI KERAGAMAN PLASMA
NUTFAH TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI PULAU BELITUNG
EXPLORATION AND CHARACTERIZATION DIVERSITY OF RICE PLANT
GERMPLASM (Oryza sativa L.) IN BELITUNG ISLAND. Jurnal AGRO, 9, 1.
Lutfiah, A., & Habibah, N. A. (2022). Pengaruh Pemberian Elisitor Ekstrak Khamir pada
Pertumbuhan Kultur Kalus Gembili dengan Penambahan ZPT 2, 4-D dan Kinetin.
Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 45(2), 77-83.
Mar’atirrosyidah, R., & Estiasih, T. (2015). Aktivitas antioksidan senyawa bioaktif umbi-
umbian lokal inferior: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 594-601.
Sabda, M., Wulanningtyas, H. S., Ondikeleuw, M., & Baliadi, Y. (2019). Karakterisasi
potensi gembili (Dioscoreaesculenta L.) lokal asal Papua sebagai alternatif bahan
pangan pokok. Buletin Plasma Nutfah, 25(1), 25-32.
Sabda, M., Wulanningtyas, H. S., Ondikeleuw, M., & Baliadi, Y. (2019). Karakterisasi
potensi gembili (Dioscoreaesculenta L.) lokal asal Papua sebagai alternatif bahan
pangan pokok. Buletin Plasma Nutfah, 25(1), 25-32.
Tatay, P., Widiastuti, M. M. D., & Untari, U. (2018). Analisis pendapatan budidaya dan
pengolahan hasil gembili (Dioscorea esculenta) sebagai sumber pangan alternatif bagi
keluarga di kampung yanggandur. Musamus Journal of Agribusiness, 1(1), 32-40.