Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Papeda; Vol 4, No 2, Juli 2022

ISSN 2715-5110

Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes


Uraian dan Tes Objektif
Hellin Putri1, Desty Susiani2, Nabilla Setya Wandani3, & Fia Alifah Putri4

Prodi PGMI, Universitas Islam Negeri Sulthan Thala Saifuddin Jambi, Indonesia

E-mail: hellinputri9@gmail.com

Abstrak

Penilaian berusaha menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak, sehingga evaluasi
memiliki peran yang sangat besar dunia pendidikan. Setiap mata pelajaran menekankan evaluasi yang
berkesinambungan, mengacu pada tujuan dan hasil yang komprehensif. Adapaun diantara ranah
penilain dalam pendidikan adalah ranah kognitif.Penilaian kognitif merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melakukan kajian instrument penilaian hasil pembelajaran kognitif pada tes uraian dan tes objektif.
metode yang digunakan adalah studi pustaka (library research). Sejumlah referensi dikasi berdasarkan
penilaian hasil belajar kognitif baik dari buku, jurnal, maupun dokumen peraturan pemerintah yang
terkait. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Tujuan aspek kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir yang mencakup
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Tes
tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif. Bentuk uraian dibagi lagi
menjadi dua, yaitu bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas. Sedangkan bentuk objektif dibagi
menjadi empat bentuk, yaitu benar-salah, pilihan-ganda, menjodohkan, dan melengkapi/jawaban
singkat.
Kata Kunci: Penilaian Kognitif; Tes Uraian; Tes Objektif.

Abstract

Assessment seeks to determine whether educational goals are achieved or not, so that evaluation has a
very large role in the world of education. Each subject emphasizes continuous evaluation referring to
comprehensive objectives and results. As for the realm of assessment in education is the cognitive
realm.Cognitive assessment is an activity carried out to measure student mastery of knowledge. This
paper relies on the library research method. The author collects a number of references on the
assessment of cognitive learning outcomes from books, journals, and related government regulatory
documents. As for the results of this study that cognitive is a domain that includes mental (brain)
activities. The purpose of the cognitive aspect is oriented to thinking skills which include problem
solving skills that require students to connect and combine several ideas, ideas, methods or
procedures learned to solve the problem. The written test is divided into two forms, namely the
description form and the objective form. The form of the description is divided into two, namely the
form of a free description and the form of a limited description. While the objective form is divided
into four forms, namely true-falsw, multiple choice, matching, and complete/short answer.

Keyword: Cognitive Assessment; Essay test; Objective Test.

139
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

PENDAHULUAN validitas hasil penilaian yang ujungnya


Pertanyaan pokok sebelum adalah adalah informasi objektif dan valid
melakukan penilaian adalah apa yang harus atas kualitas pendidikan. Sebaliknya
dinilai itu. Pertanyaan ini mengingatkan kita kesalahan dalam memilih dan menerapkan
pada unsur-unsur yang terdapat dalam proses metode penilaian juga berimbas pada
belajar-mengajar. Ada empat unsur dalam informasi yang tidak valid mengenai hasil
kegiatan belajar mengajar, yakni tujuan- belajar dan pendidikan. (Setiadi, 2016).
bahan-metode dan alat serta penilaian. Penilaian hasil belajar oleh satuan
Tujuan sebagai arah dari proses belajar pendidikan bertujuan menilai pencapaian
mengajar pada hakikatnya adalah rumusan Standar Kompetensi Lulusan untuk semua
tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai mata pelajaran dengan mempertimbangkan
oleh siswa setelah menerima atau menempuh hasil penilaian peserta didik oleh pendidik.
pengalaman belajarnya. Bahan adalah Penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013
seperagkat pengetahuan ilmiah yang ini dilakukan oleh pendidik dan satuan
dijabarkan dari kurikulum untuk disampaiakn pendidik melalui tahapan mengkaji silabus
atau dibahas dalam proses belajar mengajar sebagai acuan perencanaan penilaian,
agar sampai kepada tujuan yang telah pembuatan kisi-kisi instrumen dan penetapan
ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau kriteria penilaian, pelaksanaan penilaian
tehnik yang digunakan untuk mencapai dalam proses pembelajaran, menganalisis
tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya hasil penilaian dan memberi tindak lanjut
atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana atas penilaian yang dilakukan oleh pendidik,
tujuan yang telah sebagai alat untuk menyusun laporan hasil penilaian dalam
mengetahui keberhasilan proses dan hasil bentuk deskripsi pencapaian kompetensi dan
belajar siswa. (Rosyidi, 2020) deskripsi sikap.
Hasil belajar dapat dikelompokkan Kemampuan kognitif adalah
menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, penampilan-penampilan yang dapat diamati
psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses
ketiga aspek tersebut dipisahkan satu sama memperoleh pengetahuan melalui
lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu pengalaman sendiri. Ranah kognitif
mengandung tiga aspek tersebut namun merupakan domain yang mencakup kegiatan
memiliki penekanan yang berbeda. Untuk mental. Menurut Chung, mengatakan bahwa:
aspek kognitif lebih menekankan pada teori, “Dalam taksonomi Bloom ranah kognitif
aspek psikomotorik menekankan pada merupakan salah satu kerangka dasar untuk
praktik dan kedua aspek tersebut selalu pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan,
mengandung afektif. penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh
Popham dan Mardapi, mengatakan dunia’’.
bahwa: Penilaian memiliki peran besar dalam Menurut Anderson & Krathwohl,
menentukan kesuksesan pendidikan. mengatakan bahwa: “Enam kategori pokok
Penilaian yang baik memberikan dampak ranah kognitif dengan urutan mulai dari
pada proses pembelajaran dan menjadi jenjang yang rendah sampai dengan jenjang
rujukan untuk kebijakan selanjutnya. yang paling tinggi yakni: pengetahu-an
Ketepatan pemilihan metode penilaian akan (knowledge); pemahaman (comprehension);
sangat berpengaruh terhadap objektivitas dan penerapan (application); analisis (analysis);
140
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

sin-tesis (synthesis); dan evaluasi dan mencipta dianggap sebagai berpikir


(evaluation)”. (Setiadi, 2016) tingkat tinggi. (Fitz Patrick et al., 2015)
Pada ranah kognitif mengukur Penilaian dapat digunakan untuk
kemampuan mahasiswa/siswa pada dimensi mendorong peningkatan kualitas
yaitu: mengingat (C1); memahami (C2); pembelajaran, sesuai dengan apa yang
menerapkan (C3); menganalisis (C4); diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor
mengevaluasi (C5); dan Mencipta (C6). 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
(Anugraheni, 2017). Nasional. Oleh karena itu, evaluasi
Alignment should be conducted for pelaksanaan penilaian pendidikan merupakan
cognitive demand as well as content. Many satu bagian yang tidak terpisahkan dari
frameworks categorize various aspects of Standar Penilaian Pendidikan agar standar
thinking into lower and higher levels. To minimal ini selalu dapat ditingkatkan dari
achieve the cognitive alignment, we chose dari waktu ke waktu agar dapat mengikuti
Anderson and Krathwohl’s revision of perkembangan ilmu pengetahuan dan
Bloom’s Taxonomy. It is recommended as teknologi.
suitable for instruction and assessment with Penulis akan memaparkan hal-hal
learners over the age of 16. The taxonomy yang menyangkut mengenai ranah kognitif
has 6 cognitive levels, organized in a dalam penilaian proses belajar mengajar yang
hierarchical order, from least to most mana aspek kognitif ini paling banyak dinilai
complex: remember, understand, apply, oleh para guru di sekolah karena berkaitan
analyze, evaluate, and create. The processes dengan kemampuan para siswa dalam
of apply, analyze, evaluate, and create are menguasai isi bahan pengajaran.
considered to be higher-order thinking.
(FitzPatrick et al., 2015). METODE PENELITIAN
Pernyataan di atas terjemahannya Artikel ini menggunakan metode
adalah: “penyelarasan harus dilakukan untuk studi pustaka (library research). Penulis
permintaan kognitif serta konten. Banyak mengumpulkan sejumlah referensi tentang
kerangka kerja mengkategorikan berbagai penilaian hasil belajar kognitif baik dari
aspek pemikiran ke dalam tingkat yang lebih buku, jurnal, maupun dokumen peraturan
rendah dan lebih tinggi. Untuk mencapai pemerintah yang terkait. Referensi tersebut
keselarasan kognitif, kami memilih revisi dikaji secara seksama untuk memperoleh
Taksonomi Bloom dari Anderson dan penjelasan yang rinci terkait penilaian hasil
Krathwohl. belajar kognitif di dunia pendidikan.
Direkomendasikan sesuai untuk Mengacu pada kajian tersebut, peneliti
pengajaran dan penilaian dengan pelajar di kemudian merumuskan pandangannya
atas usia 16 tahun. Taksonomi memiliki 6 mengenai pelaksanaan penilaian hasil belajar
tingkat kognitif, diatur dalam urutan kognitif di sekolah atau madrasah yang
hierarkis, dari yang paling sederhana hingga berupa tes uraian dan tes objektif.
yang paling kompleks: mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, HASIL DAN PEMBAHASAN
mengevaluasi, dan mencipta. Proses Penilaian Ranah Kognitif
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, Penilaian hasil belajar peserta didik
diatur melalui Kemendikbud Nomor 66
141
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

Tahun 2013 yaitu mencakup kompetensi adalah termasuk dalam ranah kognitif.Ranah
sikap, pengetahuan dan keterampilan. kognitif berhubungan dengan kemampuan
Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
penilaian diri, penilaian teman sejawat dan menghafal, memahami, mengaplikasi,
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk menganalisis, menyintesis, dan
observasi, penilaian diri, dan penilaian kemampuan mengevaluasi. Menurut Bloom,
antarpeserta didik adalah daftar cek atau dkk, aspek kognitif ini terdiri dari enam
skala penilaian yang disertai rubrik, jenjang atau tingkat yaitu:4 pengetahuan atau
sedangkan penilaian melalui jurnal berupa ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
catatan dari pendidik. Penilaian kompetensi sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama
pengetahuan dilakukan pendidik melalui tes disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
tulis, tes lisan, dan penugasan. Penilaian aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
kompetensi keterampilan, dilakukan pendidik tinggi.
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian Instrumen Hasil Pembelajaran Kognitif
yang menuntut peserta didik Pada Tes Uraian dan Tes Objektif
mendemonstrasikan suatu kompetensi Tes Uraian
tertentu dengan menggunakan tes praktik, Tes bentuk uraian merupakan alat
projek, dan penilaian portofolio. (Sugiyanto evaluasi hasil belajar yang paling tua. Tes
et al., 2015). Salah satu objek atau uraian disebut pula dengan tes esai (essay
sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek test) atau tes subjektif. Secara umum tes
atau ranah kognitif. Ranah kognitif adalah uraian ini memiliki karakteristik sebagai
ranah yang mencangkup kegiatan mental berikut, pertama, tes uraian adalah tes yang
(otak). Menurut undang-undang nomor 23 berupa pertanyaan atau perintah yang
tahun 2016, Penilaian ranah merupakan jawabannya menuntut test
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur mengorganisasikan gagasan atau hal-hal
penguasaan pengetahuan peserta didik. yang telah dipelajarinya dengan cara
Penilaian ranah kognitif merupakan mengemukakan gagasan tersebut dalam
proses pengumpulan informasi tentang bentuk tulisan. Kedua, jumlah butir soalnya
kemampuan berpikir peserta didik, yang umumnya terbatas, yaitu berkisar empat
terintegrasi dengan penguasaan sampai dengan sepuluh butir. Ketiga, pada
pengetahuannya. Secara lebih rinci, Tim umumnya, butir-butir soal tes diawali denga
Direktorat Pembinaan SMP (2017:58) kata-kata: jelaskan, terngkan, uraikan,
menguraikan bahwa penilaian ranah kognitif mengapa, bagaimana, dan kata-kata laian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan yang menuntut testee memberikan uraian
informasi untuk mengukur proses dan hasil jawaban secara lebih luas. Pada perguruan
pencapaian kompetensi peserta didik yang tinggi, biasanya para dosen menggunakan
berupa kombinasi penguasaan proses kognitif bentuk uraian tes ini pada saat ujian tengah
(kecakapan berpikir) mengingat, memahami, semester (UTS) atau ujian akhir semester
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, (UAS). Keempat, tes uraian digunakan jika
dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, guru ingin mengukur kemampuan menulis.
konseptual, procedural, dan metakognitif. Dalam contoh ini, guru biasanya mengukur
Menurut Benjamin S Bloom dkk, kemampuan testee untuk menulis beberapa
segala upaya yang menyangkut aktifitas otak kalimat sehingga terbentuk sebuah cerita.
142
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

Kemampuan yang diukur adalah kemampuan dengan baik tes yang diberikan belum tentu
mengekpresikan gagasan dalam sebuah cerita merupakan anak bodoh. Mungkin ia
yang meruntut dan komunikatif. (Rosyidi, menguasai bahan-bahan lain yang tidak
2020). digunakan sebagai bahan tes; 3) mengoreksi
Kelebihan-kelebihan tes uraian atau tes esai memerlukan waktu yang cukup lama,
subjektif yaitu; 1) bentuk tes ini sangat cocok serta menghabiskan energy yang lebih
untuk mengukur atau menilai hasil dari suatu banyak, sebab setiap jawaban harus dibaca
proses belajar yang kompleks, yang sukar satu per satu secara teliti. (Ismail Ilyas
diukur dengan menggunakan tes objektif; 2) Muhammad, 2020).
Penggunaan tes uraian memberikan Tes bentuk uraian ini ada dua macam
kesempatan kepada anak- anak untuk yaitu: 1) tes uraian terbatas atau uraian
menyusun jawaban sesuai dengan jalan terstruktur; 2) tes uraian bebas. Tes uraian
pikirannya sendiri. Hal ini sangat penting terbatas, disebut pula dengan tes uraian
melatih murid agar jalan pikirannya bisa terstruktur atau tes uraian objektif adalah tes
teratur. Kecakapan untuk mengemukakan uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah
jalan pikiran yang teratur sangat penting terarah) baik ditinjau dari segi materi
dalam kehidupan masyarakat. (Ismail Ilyas maupun jawabannya. Penskoran pada tes
Muhammad, 2020). uraian terbatas cenderung lebih konsisten dan
Disamping dari segi kelebihan- objektif. (Rosyidi, 2020)
kelebihan bentuk tes uraian mempunyai Untuk menjawab soal bentuk uraian
beberapa segi kelemahan yaitu; 1) pemberian terbatas ini, peserta didik harus
skor terhadap jawaban tes uraian kurang mengemukakan hal-hal tertentu sebagai
reliabel. Dalam tes tidak Tes uraian batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban
dgunakan secara luas untuk bebagai macam peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus
keperluan antara lain digunakan sebagai ada pokok-pokok penting yang terdapat
ulangan harian, ulangan umum, ataupun dalam sistematika jawabannya sesuai
ulangan kenaikan kelas. Hanya satu jawaban denganbatas-batas yang telah ditentukan dan
bisa diterima. Dan tingkat kebenaran dari dikehendaki dalam soalnya. (Zaenal, 2016).
jawaban-jawaban tersebut sangat bervariasi. Contoh: 1) Jelaskan bagaimana
Oleh karena itu, skor yang diberikan oleh masuknya Islam di Indonesia dilihat dari
seorang korektor sering berbeda dengan segiekonomi dan politik. 2) Sebutkan lima
variasi skor yang diberikan oleh korektor rukum Islam!
lain; 2) tes uraian menghendaki jawaban- Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian
jawaban yang relatif panjang. Oleh karena yang menghendaki jawaban yang terurai
itu, waktu yang diperlukan untuk menulis (jawaban panjang). Tes uraian bebas ini
jawaban terhadap satu soal juga cukup lama. bebas melalui tulisan atau karangan. Jadi
Karenanya dalam satu periode tes hanya testee memiliki kebebasan mengemukakan
dapat diberikan beberapa buah soal saja. jawaban melalui tuliasan. Benar tidaknya
Dengan demikian, materi yang digunakan tulisan testee hanya dapat diskor oleh guru
sebagai bahan tes kurang representative yang benar-benar berpegalaman. (Rosyidi,
terhadap seluruh materi yang diajarkan. Oleh 2020).
karena itu, maka bisa timbul hasil secara Dalam bentuk ini peserta didik bebas
kebetulan. Murid yang tidak dapat menjawab untuk menjawab soal dengan cara
143
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

dansistematika sendiri. Peserta didik bebas kunci jawabannya, atau setidak-tidaknya


mengemukakan pendapat sesuaidengan disiapkan ancer-ancer jawaban betulnya; 8)
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap Rumusan butir soal harus menggunakan
peserta didik mempunyaicara dan sistematika bahasa indonesia yang baku dan bahsa yang
yang berbeda-beda. Namun demikian, guru sederhanaserta komunikatif sehingga mudah
tetapharus mempunyai acuan atau patokan dipahami oleh peserta didik.
dalam mengoreksi jawaban pesertadidik
nanti. (Zaenal, 2016). Tes Objektif
Contoh: 1) Jelaskan perkembangan Tes objektif disebut pula “short
pendidikan Islam di Indonesia!. 2) answer” atau “new type” tes. Tes objektif
Bagaimana peranan pendidikan Islam dalam terdiri dari item-item yang dapat dijawab
memecahkan masalah- masalahpokok dengan jalan memilih salah satu alternative
pendidikan di Indonesia?. yang benar dari sejumlah alternatif yang
Pedoman tes uraian Kaidah tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang
penyusunan untuk tes bentuk uraian secara benar dengan beberapa perkataan atau
umum adalah sebagai berikut: 1) Soal harus simbol.
sesuai dengan kompetensi dasar dan (Zaenal, 2016) dalam bukunya
indikator yang terdapat pada kurikulum. Evaluasi Pembelajaran, menyatakan tes
Artinya, soal uraian harus menanyakan objektif sering juga disebut tes dikotomi
perilaku dan materi yang hendak diukur karena jawabannya antara benar atau salah
sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes
indikator; 2) Ruang lingkup berupa batasan objektif karena penilaiannya objektif. Siapa
pertanyaan dan jawaban harus jelas dan pun yang mengoreksi jawaban tes objektif
tegas; 3) Rumusan pertanyaan atau penyataan hasilnya akan sama karena kunci jawabannya
harus menggunakan kata-kata tanya atau kata sudah jelas dan pasti.
pentih yang menntut jawaban terurai seperti: Kelebihan Tes Objektif yaitu lebih
“bandingkan ...”, “berikan alasan ...”, representatif mewakili isi dan luas bahan,
“jelaskan mengapa ..”, “uraikan..”, “tafsirkan Lebih mudah dan cepat cara memeriksannya
...”, dan semacamnya yang menghendaki karena dapat menggunakan kunci jawaban,
jawaban terurai; 4) Isi materi yang bahkan dapat menggunakan alat-alat
ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan kemajuan teknologi misalnya mesin scanner,
jeni sekolah dan tingkat sekolah; 5) Rumusan Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada
pertanyaan jangan mengguakan kata yang orang lain, Dalam pemeriksaannya maupun
tidak menuntut peserta didik untuk penskoran, tidak ada unsur subjektif yang
menguraikan seperti: siapa, kapan, dimana, memengaruhi, baik dari segi guru maupun
apakah, dan bila; 6) Buatlah pedoman siswa.
penskoran segera setelah soal uraian selesai Kelemahan Tes Objektif yaitu
ditulis. Pedoman penskoran harus dibuat Membutuhkan persiapan yang lebih sulit
dengan cara menguraikan kriteria penskoran daripada tes karena butir soal tesnya banyak
atau komponen yang akan dinilai dan harus teliti untuk menghindari
seperti rentang skor dan besarnya skor untuk kelemahan-kelemahan lain, Butir-butir soal
setiap criteria; 7) Sesaat setelah butir-butir cenderung hanya mengungkap ingatan dan
soal disusun, hendaknya segera drumuskan pengenalan kembali saja, dan sukar untuk
144
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

mengukur kemampuan berpikir yang tinggi (SD/MI) kelas tingkat bawah ( 1-3 ), ada
seperti sintesis maupun kreativitas, Banyak yang menggunakan 4 alternatif yang
kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau biasanya digunakan ditingkat SMP/MTs, dan
untung-untungan dalam jawaban soal tes, ada yang menggunakan 5 alternatif pada
Kerjasama antara siswa pada waktu tingkat SLTA dan perguruan tinggi.
mengerjakan soal tes lebih terbuka. Jenis tes Tes tipe benar salah adalah tes yang
objektif dibagi menjadi 4 bagian yaitu Tes butir soalnya terdiri dari pernyataan yang
pilihan ganda, Tes benar salah, Tes jawaban disertai dengan alternatif jawaban. Yaitu
singkat atau isian singkat, dan Tes jawaban atau pernyataan yang benar dan
menjodohkan. yang salah. Peserta tes diminta untuk
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes menandai masing-masing jawaban atau
objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan itu dengan melingkari ataupun
pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah memberi tanda silang pada huruf “B” jika
alternatif jawaban (option), tugas testee jawaban atau pernyataan itu dianggap benar
memilih alternatif jawaban yang paling tepat. dan melingkari ataupun memberi tanda silang
Kemungkinan jawaban tersebut dapat berupa pada huruf “S” jika jawaban atau pernyataan
kata, frasa, nama tempat, nama tokoh, itu salah. (Zaenal, 2016)
lambang atau kalimat yang sudah pasti. Contoh:
(Rosyidi, 2020). B-S : Yaumul hisab artinya hari
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat perhitungan.
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang B-S : Terbitnya matahari sebelah barat
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek merupakan ciri besar hari kiamat
ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis Ya-Tidak : Kematian manusia termasuk
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda kiamat kubra.
terdiri atas pembawa pokok persoalan dan Ya-Tidak : Rahasia hari kiamat dijelaskan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dalam al-Qur’an surat al-Ikhlas
dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan Tes jawaban singkat adalah bentuk
dan dapat pula dalam bentuk pernyataan tes yang berupa kalimat pertanyaan yang
(statement) yang belum sempurna yang harus dijawab dengan jawaban singkat atau
sering disebut stem. Sedangkan pilihan kalimat perintah yang harus dikerjakan atau
jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, berupa kalimat pernyataan yang belum
bilangan atau kalimat dan sering disebut selesai sehingga testee harus mengisikan kata
option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban untuk melengkapi kalimat tersebut.Bentuk
yang benar atau yang paling benar, tes ini tepat digunakan untuk mengetahui
selanjutnya disebut kunci jawaban dan tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman
kemungkinan jawaban salah yang dinamakan peserta didik.Tes ini juga dapat memuat
pengecoh (distractor atau decoy atau fails) jumlah materi yang banyak, namun tingkat
namun memungkinkan seseorang berpikir yang diukur cenderung rendah.
memilihnya apabila tidak menguasai materi Kaidah-kaidah utama penyusun soal
yang ditanyakan dalam soal. bentuk ini adalah sebagai berikut: 1)
Alternatif jawaban ini beragam, ada Rumusan butir soal harus sesuai
yang menggunakan tiga alternatif yang biasa dengan kemampuan (kompetensi dasar dan
nya digunakan disekolah tingkat dasar indikator); 2) Jawaban yang benar hanya
145
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

satu; 3) Rumusan kalimat soal harus Pada tes bentuk uraian, pemberian
komunikatif; 4) Rumusan soal harus skor umumnya mendasarkan diri pada bobot
menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang diberikan untuk setiap butir soal, atas
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami; dasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar
5) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa bayak sedikitnya unsur yang harus terdapat
kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat, dan dalam jawaban yang dianggap paling baik
sejenisnya harus singkat dan pasti; 6) atau paling benar. (Ismail Ilyas Muhammad,
Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat 2020)
yang belum lengkap, bagian yang Tes Bentuk Pilihan Ganda
dikosongkan (perlu diisi oleh testee) Cara menskor tes bentuk pilihan
maksimud dua untuk satu kalimat soal; 7) ganda ada dua. Pertama tanpa menerapkan
Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban system denda terhadap jawaban tebakan.
hendaknya diletakan pada akhir atau dekat Kedua, dengan menerapkan system denda
akhir kalimat daripada pada awal kalimat. terhadap jawaban tebakan.
Tes bentuk menjodohkan atau Penskoran tanpa menerapkan system
memasangkan adalah suatu bentuk tes yang denda terhadap jawaban tebakan. Cara
terdiri dari suatu seri pertanyyan dan satu seri pemberian skor adalah dengan dua
jawaban. Masing-masing pertanyaan kemungkinan, yakni dengan
mempunyai jawabnya yang tercantum dalam mempertimbangkan bobot skor setiap soal
seri jawaban. dan tanpa mempertimbangkan bobot skor.
Soal tes bentuk menjodohkan Cara pertama adalah menghitung jawaban
sebenarnya masih merupakan bentuk benar setiap testee dan kemudian dikalikan
pilihanganda.Perbedaannya dengan bentuk bobot skor setiap soal. Cara ini dapat
pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri diformulasikan sebagai berikut: S =
atas stem dan option, kemudian peserta didik ƩR x Wt.
tinggal memilih salah satuoption yang Di mana:
dianggap paling tepat. Sedangkan bentuk S : Score (skor yang sedang dicari)
menjodohkan terdiriatas kumpulan soal dan ƩR : Right (jumlah jawaban betul)
kumpulan jawaban yang keduanya Wt : Weigt (bobot skor setiap soal)
dikumpulkanpada dua kolom yang berbeda, Cara kedua adalah menghitung
yaitu kolom sebelah kiri jumlah jawaban benar dan setiap butir yang
menunjukkankumpulan persoalan, dan kolom dijawab benar diberi skor satu, sehingga
sebelah kanan menunjukkan jumlah skor yang diperoleh peserta didik
kumpulanjawaban. Jumlah pilihan jawaban adalah bayaknya butir yang dijawab benar.
dibuat lebih banyak dari jumlah Cara ini dapat diformulasikan sebagai
persoalan.Bentuk soal menjodohkan sangat berikut: S = ƩR
baik untuk mengukur kemampuanpeserta Penskoran dengan menerapkan denda
didik dalam mengidentiikasi informasi terhadap jawaban tebakan dapat dihitung
berdasarkan hubungan yangsederhana dan dengan menggunakan formula sebagai
kemampuan menghubungkan antara dua hal. berikut: S = ƩR – (ƩW : ( O – I).
Teknik Penskoran Hasil Pembelajaran Di mana:
Kognitif Pada Tes Uraian dan Tes Objektif S : Skor yang sedang di cari
Tes Bentuk Uraian ƩR : Right (jumlah jawaban betul)
146
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

ƩW : Wrong (jumlah jawaban salah) Tes objektif terdiri atas empat bentuk
O : Banyaknyaopsi (pilihan) yang soal, yaitu benar-salah, pilihan- ganda,
dipasang pada soal menjodohkan dan jawaban singkat. Salah
satu fungsi soal bentuk benar-salah adalah
I : Bilangan Konstan (tetap)
untuk mengukur kemampuan peserta didik
Contoh: dalam membedakan antara fakta dengan
Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri pendapat. Soal tes bentuk pilihan-ganda
dari 40 butir. Jumlah pilihan (option) dapat digunakanuntuk mengukur hasil belajar
jawaban sebayak 4 pilihan, jumlah jawaban yang lebih kompleks dan berkenaan dengan
yang benar 20, jumlah jawaban salah 12, dan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
tidak dijawab 8, maka skor yang di peroleh: sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-
gandaterdiri atas lima bentuk, yaitu
S = 20 – (12: (4 – 1) = 20
distracters, analisis hubungan antar hal,
– 4= 16. variasinegatif, variasi berganda, dan variasi
Tes Bentuk Jawaban Singkat dan tidak lengkap. Bentuk soal menjodohkan
Menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
Pemberian skor untuk kedua bentuk peserta didik dalam mengidentiikasi
tes ini, umumnya tidak memperhitungkan informasi berdasarkan hubungan yang
sanksi berupa denda.Umumnya jawaban sederhan dan kemampuan menghubungkan
antara dua hal.
benar diberi skor satu (1) da jawaban salah
diberi skor nol (0). S = ƩR DAFTAR RUJUKAN
Anugraheni, I. (2017). Penggunaan
KESIMPULAN Portofolio Dalam Perkuliahan Penilaian
Ranah kognitif adalah ranah yang Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar
mencakup kegiatan mental (otak). Dalam Perkhasa, 3(April), 246–258.
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau FitzPatrick, B., Hawboldt, J., Doyle, D., &
jenjang proses berfikir, mulai dari terendah Genge, T. (2015). Alignment of learning
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. objectives and assessments in
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
therapeutics courses to foster higher-
adalah: 1) Mengingat (C1); 2) Memahami order thinking. American Journal of
(C2); 3) Menerapkan (C3); 4) Menganalisis Pharmaceutical Education, 79(1), 1–8.
(C4); 5) Mengevaluasi (C5); 6) dan Mencipta https://doi.org/10.5688/ajpe79110
(C6).
Tujuan aspek kognitif berorientasi Ismail Ilyas Muhammad. (2020). Evaluasi
kepada kemampuan berpikir yang mencakup Pembelajaran : Konsep dasar, Prinsip,
kemampuan memecahkan masalah yang Teknik, dan Prosedur (Prajna Vita
menuntut siswa untuk menghubungkan dan (ed.)). PT. Raja Grafindo Persada.
menggabungkan beberapa ide, metode atau Peraturan Menteri Pendidikan dan
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
masalah tersebut. tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Tes tertulis dibagi menjadi dua Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk Menengah. (diunduh pada tanggal 20
objektif. Bentuk uraian dibagi lagi menjadi Desember 2019).
dua, yaitu bentuk uraian bebas dan bentuk
uraian terbatas. Sedangkan bentuk objektif Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Standar
dibagi menjadi empat bentuk, yaitu benar- Penilaian. kurikulum-
salah, pilihan-ganda, menjodohkan, dan 2013/permendikbud-no-66-tahun-2013-
melengkapi/jawaban singkat. standar-penilaian/
147
Hellin Putri, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, & Fia Alifah Putri / JPAPEDA (4) (2) (2022): 139 - 148

Rosyidi, D. (2020). Teknik dan Instrumen Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan,


Asesmen Ranah Kognitif. Tasyri` : 19(1), 82– 95.
Jurnal Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah, https://doi.org/10.21831/pep.v19i1.45
27(1), 1–13. 58
https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1. 79 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Setiadi, H. (2016). PelaksanaanA penilaian tentang Sistem Pendidikan Nasional.
pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian (diakses pada tanggal 20 Desember
Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 2019).
166–178. Utami, D. A. P., & Wardani, N. S. (2020).
https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.71 Pengembangan Instrumen Penilaian
73 Kognitif dalam Pembelajaran Tematik
Sugiyanto, S., Kartowagiran, B., & Jailani, J. Kelas 5 SD. Jurnal Ilmiah
(2015). Pengembangan Model Kependidikan, 20(2), 1-18.
Evaluasi Proses Pembelajaran Zaenal, A. (2016). Evaluasi pembelajaran. In
Matematika Di Smp Remaja Rosdakarya.
Berdasarkan Kurikulum 2013. Jurnal

148

Anda mungkin juga menyukai