Anda di halaman 1dari 3

9.1.

Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Pisang dalam Rumah Tangga di Indonesia

Kenaikan konsumsi pisang tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 68,14%, meningkat dari tahun 2016
di mana konsumsi sebesar 5,892 kg/kapita/tahun menjadi 9,907 kg/kapita/tahun pada tahun 2017.
Sebaliknya penurunan konsumsi pisang terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar -34,32%, di mana
konsumsi pisang pada tahun 2011 sebesar 8,812 kg/kapita/tahun turun menjadi 5,788 kg/kapita/tahun
di tahun 2012.

Pada tahun 2021-2023 konsumsi total pisang diprediksikan akan mengalami penurunan dibandingkan
rata-rata konsumsi pisang selama periode tahun 2002-2020, akan tetapi jika dibandingkan konsumsi
pisang tahun 2020 cenderung mengalami sedikit peningkatan. Prediksi konsumsi pisang pada tahun
2021 meningkat menjadi 6,995 kg/kapita/tahun jika dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 6,598
kg/kapita/tahun, namun diprediksi sedikit menurun di tahun berikutnya hingga pada tahun 2023
menjadi 6,931 kg/kapita/tahun.

Apabila dilihat besarnya pengeluaran untuk konsumsi pisang bagi penduduk Indonesia tahun 2016-2020
kecenderungan berfluktuatif. Pada tahun 2017 pengeluaran nominal untuk konsumsi pisang sebesar Rp
66.586/kapita, meningkat dibandingkan tahun 2016. Kemudian pada tahun berikutnya menurun hingga
menjadi Rp 53.730/kapita pada tahun 2019 dan kembali meningkat di tahun 2020 menjadi Rp
57.920/kapita .

9.2. Perkembangan Konsumsi Pisang dalam rumah tangga Per Provinsi

Konsumsi pisang untuk masing-masing provinsi di Indonesia selama tahun 2018-2020 secara rinci
terlihat pada Tabel 9.3. Rata-rata konsumsi pisang di Indonesia selama tahun 2018-2020 adalah sebesar
7,096 kg/kapita/tahun, dengan rata-rata konsumsi pisang tertinggi selama periode yang sama adalah
sebesar 15,776 kg/kapita/tahun terjadi di Provinsi Maluku Utara dan terendah adalah sebesar 2,849
kg/kapita/tahun yang terjadi di Provinsi Aceh.

Pertumbuhan konsumsi pisang tertinggi selama tahun 2018-2020 terjadi di Provinsi Bali dengan
pertumbuhan konsumsi sebesar 5,83%, sedangkan penurunan konsumsi pisang tertinggi terjadi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar -23,74% selama tiga tahun terakhir.

9.3. Neraca Penyediaan dan Penggunaan Pisang

Pada tahun 2020 penggunaan pisang untuk industri non pangan sebesar 2.079 ton, angka ini sedikit
meningkat dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 2.065 ton. Berdasarkan proporsi penggunaan pisang
untuk industri non pangan tahun 2020 dan setelah dikalikan total penyediaan pisang tahun 2021, maka
diperoleh angka penggunaan pisang untuk industri non pangan tahun 2021 sebesar 1.901 ton.
Penggunaan untuk tercecer menggunakan angka konversi 1,11% dari total penyediaan. Angka tercecer
tahun 2020 sebesar 90.692 ton, meningkat dibandingkan tahun 2019 namun kembali menurun pada
tahun 2021 menjadi 82.934 ton.

Secara umum neraca penyediaan dan penggunaan pisang di Indonesia masih surplus selama periode
tahun 2019-2021, yang menunjukkan adanya surplus pasokan pisang di Indonesia yang cukup besar.
Surplus neraca tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar 6,29 juta ton, sedangkan surplus neraca
terendah terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 5,33 juta ton. Surplus pasokan pisang tersebut dapat
diasumsikan diserap oleh horeka (hotel, restoran,dan katering) dan industri. Penyediaan dan
penggunaan pisang di Indonesia dapat dilihat secara rinci pada Tabel 9.

Anda mungkin juga menyukai