Anda di halaman 1dari 3

BAB V

JANGKUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN


UNDANG-UNDANG

5.1 Jangkauan dan Arah Pengaturan


Di Kalimantan Barat, pengaturan hukum agraria mencakup berbagai
aspek yang berkaitan dengan kepemilikan tanah, pemanfaatan lahan,
hak-hak masyarakat adat, serta penyelesaian sengketa agraria.
Jangkauan dan arah pengaturan hukum agraria di Kalimantan Barat
dapat dicerminkan dalam berbagai peraturan daerah, regulasi, dan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota di wilayah tersebut.
1. Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat: Kalimantan Barat memiliki
beragam suku dan etnis yang memiliki budaya dan adat istiadatnya
sendiri. Pengaturan hukum agraria di daerah ini cenderung
memberikan perhatian khusus terhadap perlindungan hak-hak
masyarakat adat atas tanah dan sumber daya alamnya. Ini tercermin
dalam regulasi yang mengakui hak-hak masyarakat adat atas tanah
dan upaya untuk melindungi wilayah adat mereka.
2. Reforma Agraria dan Pemantapan Hak Kepemilikan Tanah: Sebagai
wilayah agraris yang penting, pengaturan hukum agraria di
Kalimantan Barat juga mencakup upaya untuk melaksanakan
reforma agraria dan pemantapan hak kepemilikan tanah. Ini bisa
termasuk program-program redistribusi tanah kepada petani kecil,
penyelesaian sengketa tanah, serta upaya-upaya untuk meningkatkan
pendaftaran tanah dan pemantapan sertifikat hak atas tanah.
3. Konservasi Lingkungan dan Sumber Daya Alam: Kalimantan Barat
memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk hutan hujan tropis
dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Oleh karena itu, pengaturan
hukum agraria di daerah ini juga mencakup upaya untuk melindungi
lingkungan dan sumber daya alam, termasuk regulasi terkait
pengelolaan hutan, konservasi biodiversitas, dan perlindungan
ekosistem.
4. Pembangunan Berkelanjutan: Pemerintah Kalimantan Barat juga
mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif dalam
pengaturan hukum agraria. Ini bisa mencakup kebijakan dan program
yang mempromosikan pertanian berkelanjutan, pengembangan
agribisnis lokal, serta pemanfaatan lahan yang ramah lingkungan.
5. Penyelesaian Sengketa Agraria: Pengaturan hukum agraria di
Kalimantan Barat juga mencakup mekanisme penyelesaian sengketa
agraria. Ini bisa termasuk pengadilan agraria, mediasi, atau
mekanisme alternatif penyelesaian sengketa lainnya untuk
menyelesaikan konflik-konflik terkait tanah secara adil dan efektif.
Dengan demikian, pengaturan hukum agraria di Kalimantan Barat
mencakup berbagai aspek yang mencerminkan kekayaan alam dan
keragaman sosial-budaya di wilayah tersebut. Tujuannya adalah untuk
menciptakan kerangka hukum yang adil, berkelanjutan, dan berdaya
guna dalam pengelolaan tanah dan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

5.2 Ruang Lingkup materi Muatan Undang-Undang


Ruang lingkup agraria mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan
pertanian, kepemilikan tanah, pemanfaatan lahan, dan pengelolaan
sumber daya alam. Hukum Agraria dalam konteks UUPA mempunyai
pengertian dan cakupan yang sangat luas. Hukum Agraria bukan hanya
merupakan satu perangkat bidang hukum saja, tetapi merupakan suatu
kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing mengatur hak-
hak penguasaan atas sumber daya alam atau sumber daya agraria
tertentu yang tercakup dalam pengertian agraria tersebut. Kelompok
hukum tersebut antara lain meliputi :
a. Pertanahan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah,
dalam arti permukaan bumi.
b. Perairan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas perairan
(sekarang diatur dalam UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air).
c. Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-
bahan galian/tambang, seperti yang dimaksudkan oleh Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara) dan UU Minyak dan Gas Bumi (UU No. 22 tahun 2001).
d. Kehutanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas sumber daya
hutan (diatur dalam UU No. 41/1999, yang menggantikan UU
sebelumnya yaitu UU No. 5/1967).
e. Perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan
alam yang terkandung di dalam air, baik air pedalaman maupun air
laut (sekarang diatur dalam UU No. 9 th 1985 tentang Perikanan).
Ruang lingkup agraria sangat penting dalam konteks pembangunan
berkelanjutan, ketahanan pangan, dan perlindungan hak-hak petani dan
masyarakat lokal. Dengan memahami dan mengatur aspek-aspek
tersebut dengan baik, diharapkan dapat tercipta sistem agraria yang adil,
berkelanjutan, dan berdaya guna bagi semua pihak yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai