Anda di halaman 1dari 7

RELEVANSI ANTARA KUALITAS TIDUR DAN KESEHATAN MENTAL

MAHASISWA
Aqshal Tegar Wiratama1, Abdulloh Hamid2
UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia
Email: 09010222002@student.uinsby.ac.id1 , doelhamid@uinsby.ac.id2

Abstrak
Tidur adalah salah salah satu kebutuhan dasar setiap individu yang keberadaannya
sering dianggap remeh. Studi kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk meperoleh
informasi serta hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan mental mahasiswa di
Surabaya. Penelitian ini melibatkan 75 mahasiswa sebagai subjek penelitian yang
diambil secara acak dari beberapa universitas di Surabaya. Pengumpulan data kualitas
tidur diambil melalui pertanyaan-pertanyaan berbasis kuesioner. Data yang diperoleh
akan diolah menggunakan metode cross sectional dan selanjutnya diberi score sebagai
acuan untuk mengidentifikasi apakah responden memiliki kualitas tidur yang baik.
Temuan dari penelitian ini adalah kualitas tidur memengaruhi kesehatan mental
mahasiswa, semakin baik kualitas tidur maka semakin rendah peluang mahasiswa
terkena gangguan mental. Menindaklanjuti temuan yang diperoleh, sebaiknya kita lebih
peduli terhadap kebutuhan hidup salah satunya meperhatikan kualitas tidur kita.
Kata kunci: kualitas tidur; ritme sikardian; kebutuhan tidur mahasiswa; kesehatan
mental
Abstract
Sleep is one of the basic needs of every individual whose existence is often
underestimated. This quantitative study aims to obtain information and the relationship
between sleep quality and mental health of university students in Surabaya. This study
involved 75 students as research subjects taken randomly from several universities in
Surabaya. Sleep quality data was collected through questionnaire-based questions. The
data obtained will be processed using a cross sectional method and then given a score
as a reference to identify whether the respondent has good sleep quality. The findings of
this study are that sleep quality affects the mental health of students, the better the
quality of sleep, the lower the chance of students being affected by mental disorders.
Following up on the findings obtained, we should be more concerned about the needs of
life, one of which is paying attention to the quality of our sleep.
Keywords: quality of sleep; cicardian rhythm;college student sleep needs; mental
health
Pendahuluan
Dalam konsep hirearki Maslow, tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar tingkatan
pertama yang harus dipenuhi setiap individu [1]. Keseimbangan diri individu baik dari
kesehatan fisik, mental, bahkan emosional, adalah dampak baik dari pemenuhan
kebutuhan tidur tiap harinya [2]. Setiap individu tentunya memiliki kebutuhan tidur
yang berbeda. Umumnya, seorang dewasa awal setidaknya memiliki total 7 sampai
dengan 8 jam tidur perhari untuk mencapai kepuasan tidur. Selain kuantitas tidur, tiap
individu perlu memperhatikan kualitas tidurnya. Mulai dari durasi tidur, waktu tidur,
latensi tidur, mutu tidur, efisiensi tidur, gangguan saat tidur, penggunaan obat tertentu,
dan terganggunya aktifitas akibat masalah tidur, merupakan komponen-komponen
dalam kualitas tidur [3].
Siklus tidur dan terjaga diatur dalam otak manusia secara alami. Ritme dari siklus
tersebut dapat disebut dengan ritme sikardian. Faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya
dan suhu dapat mengubah regulasi ritme sikardian alami manusia. Demikian juga
dengan aktivitas fisik dan olahraga yang teratur dapat merangsang kelelahan yang sehat,
sehingga ritme sikardian secara alami tidak terganggu [4]. Saat menginjak usia dewasa
awal keseimbangan dari ritme sikardian rentan terganggu. Bekerja dalam waktu yang
Panjang, tekanan untuk memenuhi target, tugas yang terlalu kompleks, mengakibatkan
ketidakseimbangan aktifitas dan kebutuhan hidup pribadi. Akibatnya, pemenuhan
kebutuhan hidup dasar, seperti kebutuhan tidur. Rentan terganggu yang mengakibatkan
berubahnya pola tidur dan fungsi kerja ritme sikardian [5].
Mahasiwa adalah salah satu kelompok populasi yang seringkali mengalami tantangan
dalam menjaga kualitas tidur mereka. Akibatnya, tidak sedikit mahasiswa yang
mengalami efek samping baik secara fisik maupun mental. Gangguan tidur dan
kesehatan mental memiki hubungan dua arah, dimana gangguan tidur dapat menjadi
faktor risiko penurunan kesehatan mental. Demikian sebaliknya, gangguan kesehatan
mental dapat memengaruhi kualitas tidur individu [6]. Kualitas tidur yang buruk, secara
berkala akan menimbulkan gangguan funsgi kognitif ringan, seperti menurunnya
konsentrasi, lambat mengambil keputusan, kesulitan mengingat memori, dan
pengendalian emosi[7].
Berbagai penelitian tentang gangguan tidur yang mempengaruhi kesehatan mental
sebenarnya telah dilakukan di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat[8], Australia
[9] ,dan Ethiopia [10]. Penelitian serupa telah dilakukan di Indonesia. Namun, subjek
penelitian lebih sering diambil dari mahasiswa tingkat akhir,[7]. Selain itu, faktor
gangguan tidur yang digunakan tidak relate dengan kehidupan pasca pandemic COVID-
19, dimana penggunaan alat elektronik dikalangan mahasiswa sangat meningkat [11].
Oleh karena itu, mengadakan penelitian baru dengan menambahkan variabel baru yang
kemungkinan besar menjadi faktor risiko gangguan tidur sangat diperlukan. Penelitian
semacam ini diperlukan untuk memberikan informasi sebagai pertimbangan dalam

2
mengatasi permasalahan kualitas tidur dan kesehatan mental mahasiswa. Oleh karena
itu, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi kualitas tidur mahasiswa sehingga dapat berdampak bagi kesehatan
mental mereka.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif
dalam rancangan studi cross sectional. Populasi target adalah mahasiswa aktif di
Surabaya. Populasi yang terjangkau adalah mahasiswa baru dari beberapa universitas di
Surabaya. Dengan total responden yang didapatkan sebanyak 75 orang. . Pengumpulan
data diambil dari kuesioner berisi beberapa pertanyaan berbasis google form.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diambil dari Pittsburg Sleep Quality Index
(PSQI), serta ditambah pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan alat
elektronik sebelum tidur [12]. Lalu, pada bagian selanjutnya berisi pertanyaan tentang
keadaan mahasiswa pasca mengalami gangguan tidur, seperti adanya indikasi kelelahan,
menurunnya konsentrasi, kecemasan, stress, hingga depresi.
The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) adalah standar uji untuk menetukan kualitas
tidur seseorang. Sebelumnya, dilakukan uji validitas dan uji reabilitas pada PSQI.
Diperoleh hasil uji validitas dengan nilai Cronbach’s alpha 0,766 dan uji reliabilitas
dengan koefisien interclass (r)= 0,87.[13] melalui hasil akhir tes PSQI kita dapat
mengklasifikasikannya menjadi, kualitas tidur baik (skor < 5), kualitas tidur sedang ( 5<
skor < 15 ) dan kualitas tidur buruk (skor > 15). Kelelahan adalah sebuah perasaan yang
disertai dengan menurunnya peforma kognitif individu dalam beraktifitas, penyebab
kelelahan dapat ditinjau dengan The Subjective Symptoms Test (SST), dengan hasil tidak
adanya kelelahan (skor d” 30) dan adanya indikasi kelelahan (skor > 30). Stress adalah
buah dari tuntutan dalam diri dan lingkungan yang menyebabkan tekanan secara psikis.
Dinilai dengan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 42, dibedakan
mengalami stress (skor > 14) dan tidak mengalami stress (skor d” 14). Kuesioner DDAS
42 dan SST telah melewati uji validitas dan uji reabilitas berdasarakan Cronbach’s
alpha 0,91 [14].
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Variabel Jumlah(n) Persentase(%)


Durasi Tidur
 Baik 9 12%
 Buruk 66 88%
Total 75 100%
Latensi Tidur
 Baik 3 4%
 Buruk 72 96%

3
Total 75 100%
Efisiensi Tidur
 Baik 20 26,6%
 Buruk 55 73,4%
Total 75 100%
Penggunaan Obat
 Baik 5 6,6%
 Buruk 70 93,4%
Total 75 100%
Gangguan Aktivitas
 Baik 12 16%
 Buruk 63 84%
Total 75 100%
Gangguan tidur
 Baik 41 54,6%
 Buruk 34 45,4%
Total 75 100%

Berdasarkan hasil yang tertera pada tabel 1. Sebanyak 88% responden mempunyai
durasi tidur yang kurang dari durasi tidur normal. Mayoritas responde perlu waktu lebih
lama sampai mereka tertidur (latensi tidur) sebanyak 96% dari total responden.
Sebanyak 55 responden (73,4%) tidak mendapatkan efisiensi tidur mereka. Hanya ada
sedikit responden (6,6%) peminum obat yang berpotensi mengganggu siklus tidur
mereka. 63 responden (84%) mempunyai gangguan aktivitas seperti kelelahan atau
menurunnya konsentrasi. Sebaliknya, hanya 34 responden (45,4%) yang mengalami
kesulitan tidur akibat adanya gangguan.

Tabel 2. Kualitas Tidur


Gejala Jumlah Persentase

Sedang 54 72%

Buruk 21 28%

Berdasarkan skorinf yang dilakukan pada kuesioner Pittsburg Sleep Quality Index
(PSQI). Didaptkan bahwa tidak ada responden yang memiliki kualitas tidur baik.
Mayoritas responden (72%) mempunyai kualitas tidur sedang dan sisanya memiki
kualitas buruk (28%)

4
Tabel 3. Tingkat Stres
Gejala Jumlah Persentase

Mengalami 52 69,4%
stres
Tidak 23 30,6%
mengalami

Menurut hasil dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 42 yang dilakukan. 69,4%
responden mengalami stress.

Tabel 4. Kelelahan
Gejala Jumlah Persentase

Mengalami 63 84%
kelelahan
Tidak 12 16%
mengalami

Hasil dari Subjective Symptoms Test (SST). Menyatakan bahwa 84% dari total
responden terindikasi mengalami kelelahan.
Terdapat perbandingan lurus antara hasil test PSQI dan DASS yang menyatakan
semakin buruk kualitas tidur mahasiswa, maka semakin rentan terjadi beberapa gejala
gangguan kesehatan mental, salah satunya adalah stress [15]. Demikian juga pada
kualitas tidur dan munculnya kelelahan secara terus-menerus pada jam terjaga.
Mempunyai perbandingan lurus dimana saat mahasiswa memeliki kualitas tidur yang
buruk, , maka akan meningkatkan kelelahan yang terjadi pada waktu terjaga [16].
Kesimpulan
Pada penelitian ini, hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan mental mahasiswa
dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin berkualitas tidur seorang
mahasiwa maka, semakin rendah dirinya terkena gangguan kesehatan mental.
Serangkaian data yang telah dikumpulkan membuktikan bahwa sebagian besar
mahasiswa mempunyai kualitas tidur yang buruk, sehingga gangguan kesehatan mental
sampai dengan gangguan kognitif mulai menjadi permasalahan baru untuk mereka.

5
Melalui temuan yang telah diperoleh, kualitas tidur seorang mahasiswa perlu dibenahi
dan diberi perhatian lebih baik dari diri sendiri maupun dukungan lingkungan sekitar.
Bantuan baik secara moril maupun pemberian fasilitas penunjang, perlu diadakan secara
serentak, guna menjaga kebutuhan hidup utama para mahasiswa di Indonesia.
Mengingat kesadaran akan kesehatan mental di Indonesia masih sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamental of nursing (7th Edition.). Jakarta:
Salemba Medika
[2] D. Bambangsafira and T. Nuraini.(2017), “KEJADIAN EXCESSIVE DAYTIME
SLEEPINESS (EDS) DAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA
KESEHATAN,” Jurnal Keperawatan Indonesia, vol. 20, no. 2, pp. 94–101, Jul.
[3] Buysse, D.J., Reynolds, C.F., et.al. (1989). The Pittsburgh sleep quality index (PSQI):
A new instrument for psychiatric research and practice. Psychiatric Research, 28 (2),
193– 213.
[4] Borbély, A. A. (1982). A two-process model of sleep regulation., 195-204.
[5] Matthews, R. A., & Barnes-Farrell, J. L. (2010). Development of a comprehensive
measure of work–family conflict: The work–family conflict scale. Journal of Applied
Psychology, 95(5), 710-728.
[6] Riemann, D., & Nissen, C. (2017). Sleep and depression results from psychobiological
studies: An overview. Biological Psychology, 131, 30-40.
[7] Retno, et.al.(2016) Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada
Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di STIKes Muhammadiyah Klaten. Klaten: STIKes
Muhammadiyah Klaten.
[8] Buysse, D. J. (2014). Kesehatan tidur: Apakah Penting?Bisakah didefinisikan?. 9-17.
[9] Sumber: Gomes, A. A., Tavares, J., de Azevedo, M. H., & de Sousa, M. L. (2011).
Sleep quality and mental health in Australian university students. International. Journal
of Mental Health Nursing, 20(6), 436-445.
[10] Lemma, S., et.al. (2012). Korelasi kualitas tidur dan hubungan psikologis pada
mahasiswa di ethiopia. Journal of BMC Psychiatry 12 (237).
[11] Aryadi et.al.(2017).Hubungan Kualitas Tidur terhadap Tingkat Depresi, Cemas, dan
Stres Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana . Denpasar: Universitas Udayana;
[12] U, Romayati Keswara, N. Syuhada, W. Tri Wahyudi .(2019). Keperawatan Malahayati
Bandar Lampung, “Perilaku penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja,” .
[13] Agustin D.(2012). Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift
di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon (Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.

6
[14] Kholifah A.(2013). Tingkat stres pada anak saat menghadapi menarche di Sekolah
Dasar Negeri Gegerkalong Girang .Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
[15] Osman, A., et.al. (2012). The Depression Anxiety Stress Scales-21 (DASS-21): Further
examination of dimensions, scale reliability, and correlates. Journal of Clinical
Psychology, 68(12), 1322-1338.
[16] Taylor, D. J., & Pruiksma, K. E. (2014). Cognitive and behavioural therapy for
insomnia (CBT-I) in psychiatric populations: A systematic review. International Review
of Psychiatry, 26(2), 205-213.

Anda mungkin juga menyukai