Anda di halaman 1dari 9

1.

Monumen Melati merupakan bentuk apresiasi terhadap sekolah pada awal terbentuknya
Tentara Rakyat yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia. Selain itu,
monumen ini juga menjadi salah satu penghormatan untuk mengenang seluruh pendiri, staf,
dan petinggi TNI. Di atas monumen ini terdapat bunga berwarna coklat yang merupakan
bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap Sekolah Tentara Keamanan Rakyat yang
merupakan cikal bakal terbentuknya tentara nasional saat ini
Sekolah TKR yang disebut bernama Sekolah Militer Suropati VII, terkenal dengan lambang
bunganya maka dari sinilah lambang bunga melati diambil sebagai bentuk kebanggaan TKR.
Tak hanya itu, bunga melati yang berjumlah 11 helai juga memiliki makna. Hal ini
melambangkan pada bulan lahirnya Sekolah Kadet Suropati.

2. Pada kawasan Bouwplan V tidak terdapat berbagai macam situs, artefak, atau punden yang
bersifat keramat akan tetapi terdapat banyak bangunan peninggalan dari masa Hindia-
Belanda yang tersebar pada kawasan Bouwplan V

Recover :
Landmark & Vocal Point

1. Stasiun Kota Baru Malang

Pada dasarnya landmark merupakan sebuah objek penanda dari suatu kawasan yang dapat
memudahkan para pengunjung untuk mengingat suatu kawasan tersebut. Kawasan Bouwplan
V merupakan kawasan yang terbentang dimulai dari Stasiun Kota Baru Malang hingga
menuju ke Jalan Daendels Boulevard, namun Stasiun Kota Baru merupakan salah satu tempat
di kota Malang yang dimana fungsinya merupakan sebagai tempat objek pertama bagi para
pengunjung untuk datang ke kota Malang. Hal inilah yang membuat Stasiun Kota Baru
menjadi salah satu landmark dari kawasan Bouwplan V.

2. Idjen Boulevard
Selanjutnya adalah area paling ikonik yang merupakan jalan utama dari kompleks Bouwplan
V yaitu Idjen Boulevard. Berfungsi sebagai jalur/path, hal ini dikarenakan bentuk dari Idjen
Boulevard itu sendiri merupakan taman jalan yang bersifat linear/koridor dengan ditanami
oleh vegetasi pengarah di sepanjang jalan, yaitu pohon palem. Hal-hal tersebut memberikan
Idjen Boulevard memiliki karakteristik visual tersendiri yang menjadikan vocal point bagi
kawasan Bouwplan V dan bahkan kota Malang itu sendiri.

Sculpture

1. Monumen Tentara Genie Pelajar (TGP)

Terdapat monumen historis yang berada pada dekat dengan stadion gajayana, yaitu monumen
Tentara Genie Pelajar (TGP) yang dibangun pada tanggal 7 Juli 1989 di persimpangan
Jl.Semeru dan Jl.Tangkuban Perahu. Asal usul dari monumen ini merupakan bentuk
pengingat akan jasa-jasa para pelajar muda dari
peristiwa Agresi Militer Belanda I yang menyebabkan lahirnya organisasi yang melawan
agresi tersebut, yaitu Tentara Genie Pelajar yang dipimpin oleh Soenarto. Didirikan pada
tanggal 2 Februari 1947, yaitu 4 bulan sebelum agresi. Pada monumen tersebut terdapat 2
patung sosok siswi muda yang membawa senapan dan bom mortir. Permukaan patung yang
kasar dengan highlight berwarna kuning emas dan bercorak hitam. Pada patung ini juga
terdapat nama-nama yang gugur pada peristiwa agresi tersebut, tercatat ada 41 mahasiswa
yang gugur di rentang waktu tahun 1947 sampai Desember 1949 ketika Belanda menyerah.

2. Monumen Melati Kadet Suropati

Monumen Melati merupakan bentuk apresiasi terhadap sekolah pada awal terbentuknya
Tentara Rakyat yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia. Selain itu,
monumen ini juga menjadi salah satu penghormatan untuk mengenang seluruh pendiri, staf,
dan petinggi TNI. Di atas monumen ini terdapat bunga berwarna coklat yang merupakan
bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap Sekolah Tentara Keamanan Rakyat yang
merupakan cikal bakal terbentuknya tentara nasional saat ini

Sekolah TKR yang disebut bernama Sekolah Militer Suropati VII, terkenal dengan lambang
bunganya maka dari sinilah lambang bunga melati diambil sebagai bentuk kebanggaan TKR.
Tak hanya itu, bunga melati yang berjumlah 11 helai juga memiliki makna. Hal ini
melambangkan pada bulan lahirnya Sekolah Kadet Suropati.

Atribut Lansekap
Pada kawasan Bouwplan V di area Stadion Gajayana terdapat kursi dan lampu yang berada di
sepanjang jalan tersebut.

1. Sitting Group

Pada area Stadion Gajayana terdapat bentuk kursi yang memiliki bentuk spesifik. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya pohon pada area pejalan kaki maka dilakukanlah pemanfaatan ruang
pada area tersebut dengan menambahkan kursi di trotoar dengan cara meletakkan dan
membentuk kursi yang melingkupi pohon tersebut.

2. Lampu Pedestrian
Karakteristik pada area ini juga dapat dilihat pada lampu pedestrian yang berada pada
sepanjang area pejalan kaki. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pejalan kaki pada area
tersebut tidak rendah maka dibutuhkannya pencahayaan untuk menerangi area tersebut.

adalah titik fokus atau pusat perhatian dalam suatu komposisi/bangunan, yaitu area yang
pertama kali ditangkap oleh mata. Titik tekanan ini sangat dominan, bagian lain
dari komposisi atau bangunan saling terkait dengannya. Tekanan
dapat dicapai melalui perbedaan: ukuran, warna, tekstur dan bentuk , lokasi, ornamen, arah ga
ris, dll.

Objek Peninggalan Masa Lampau pada Kawasan Bouwplan V

Sisa peninggalan masa lampau pada suatu kawasan yang bernilai historis dapat diidentifikasi
dari objek - objek, seperti artefak. Objek artefak tersebut memiliki nilai historis yang tinggi
dan bersifat keramat.

1. Sistem dan ciri alam (Natural system and features)


 Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian diketahui bahwa Jalan
Besar Ijen memiliki vegetasi yaitu Trembesi (Samanea saman), Palam raja
(Roystonea regia), Dadap merah (Erithrina fusca), Angsana (Pterocarpus indicus
Willd), Glodongan (Polyalthia longifolia), Bungur (Lagerstormia speciosa pers),
Mahoni (Swietania mahogani Jacq), dan Tabebuya.
 Di sepanjang jalan utama yaitu Jl. Ijen Boulevard yang membujur dari utara ke
selatan didominasi oleh pohon palem yang ditanam pada sebelah kanan dan kiri
jalan.

 Setiap perpotongan dengan jalur jalan yang membujur ke arah timur-barat


diakhiri dengan taman-taman. Taman-taman tersebut ialah Smeroe Plein
(pertemuan antara Smeroe Straat dan Idjen Boulevard), Boering Plein
(pertemuan antara Boering Weg dan Idjen Boulevard), Idjen Plein pada akhir
Idjen Boulevard dan Tjerme Plein (pertemuan antara Tjerme Weg dan Boering
Weg).
 Batas area terbangun dan tidak terbangun
Sejarah Kawasan Bouwplan V
Seperti halnya rencana pengembangan kota yang tertuang dalam Bouwplan I pada awal
‘kemerdekaan’ Malang sebagai Kotapraja pada 1 April 1914, memasuki tahun 1924
sepertinya kebutuhan perumahan bagi warga Eropa di kota tersebut semakin meningkat.
Hal ini yang memicu digagasnya rencana pengembangan Kota Malang tahap V (Bouwplan V)
sejak tahun tersebut.
Rencana pengembangan perluasan lahan untuk hunian di Kota Malang ini dimulai pada
tahun 1924-1925. Penyebabnya, antara tahun 1920-1930 penduduk dari kalangan bangsa
Eropa di Malang meningkat drastis mencapai lebih dari dua kali lipat. Pada tahun 1920
terdapat 3.504 warga Eropa, dan pada tahun 1930 meningkat menjadi 7.463 jiwa. Hal ini
memaksa Pemkot menyediakan perumahan lebih banyak bagi mereka. Maka, perluasan
kota menjadi salah satu solusi yang dirasa paling tepat saat itu. Perluasan wilayah yang
diprioritaskan bagi perumahan bangsa Eropa itu ditempatkan di sebelah barat Kota Malang.

3. Karakteristik Kawasan
Karakteristik Arsitektur (kawasan) dapat dijelaskan melalui penjabaran aspek-aspek berikut
ini:

1. Sistem dan ciri alam (Natural system and features)


 Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian diketahui bahwa Jalan
Besar Ijen memiliki vegetasi yaitu Trembesi (Samanea saman), Palam raja
(Roystonea regia), Dadap merah (Erithrina fusca), Angsana (Pterocarpus indicus
Willd), Glodongan (Polyalthia longifolia), Bungur (Lagerstormia speciosa pers),
Mahoni (Swietania mahogani Jacq), dan Tabebuya.
 Di sepanjang jalan utama yaitu Jl. Ijen Boulevard yang membujur dari utara ke
selatan didominasi oleh pohon palem yang ditanam pada sebelah kanan dan kiri
jalan.
 Setiap perpotongan dengan jalur jalan yang membujur ke arah timur-barat
diakhiri dengan taman-taman. Taman-taman tersebut ialah Smeroe Plein
(pertemuan antara Smeroe Straat dan Idjen Boulevard), Boering Plein
(pertemuan antara Boering Weg dan Idjen Boulevard), Idjen Plein pada akhir
Idjen Boulevard dan Tjerme Plein (pertemuan antara Tjerme Weg dan Boering
Weg).
 Rencana perluasan pada kawasan ini diperuntukkan bagi perumahan penduduk
bangsa Eropa dengan luas wilayah 16.768 m2. Kawasan perumahan ini
dinamakan Bergenbuurt (daerah gunung-gunung), karena nama-nama jalan di
kawasan tersebut menggunakan nama-nama gunung di pulau jawa. Kawasan
Bergenbuurt ini tidak hanya berisi rumah-rumah saja, tetapi juga terdapat
fasilitas lainnya yang terbangun dikawasan ini, seperti stadion, lapangan hockey,
2 lapangan sepak bola, 9 lapangan tenis, 1 club house, serta kolam renang. Serta
terdapat ruang terbuka hijau (taman-taman) pada sekitar kawasan.

2. Organisasi keruangan (Spatial organization)


 Keadaan geografis tanah di kawasan bouwplan V dinilai relatif lebih tinggi,
sehingga dimanfaatkan untuk pembangunan perumahan.
 Dikedua sisi jalan terdapat pedestrian atau jalan setapak yang berfungsi sebagai
tempat pejalan kaki, serta terdapat juga kursi-kursi taman di sekitar jalan setapak
tersebut.
3. Penggunaan Lahan (Land use)
Kegiatan yang mempengaruhi penggunaan dan pola pembagian lahan, bentuk
bangunan dan penggunaan material dalam kawasan.
 Penggunaan lahan terkait dengan kebutuhan untuk aktivitas masyarakat
 Keterkaitan antara bangunan, ruang luar, pengisi ruang luar dengan
nilai-nilai, kepercayaan dan mitos masyarakat

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan
pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
tanah, seringkali menimbulkan konflik kepentingan atas penggunaan tanah dan kesenjangan antara
penggunaan tanah dan rencana peruntukannya. Ketersediaan lahan yang terbatas dan tidak dapat
ditambah kecuali melalui kegiatan reklamasi, sehingga keterbatasan lahan di perkotaan
menyebabkan kota berkembang secara fisik ke arah pinggiran kota. Meningkatnya jumlah penduduk
perkotaan juga berarti meningkatnya kebutuhan akan lahan. Karena lahan tidak dapat bertambah,
maka yang terjadi adalah perubahan penggunaan lahan yang cenderung mengurangi proporsi
penggunaan lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.
Perubahan penggunaan lahan merupakan segala campur tangan manusia, baik secara permanen
maupun siklis, terhadap kumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara
keseluruhan disebut tanah, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik material maupun
spiritual, atau kedua-duanya. Begitu pula dengan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan
Nanggalo, pada tahun 2006 masih banyak ditemukan lahan pertanian.
4. Penataan cluster (Cluster arrangement)
Lokasi bangunan dan struktur lain dalam kawasan yang menjadi kekhasan atau
keunikan :
 Posisi, orientasi dan pola tata letak massa bangunan
 Posisi sirkulasi penghubung antar bangunan atau antar tapak dalam lingkungan
 Batas area tapak dalam skala mikro, meso hingga makro
 Persebaran vegetasi pengisi landskap dan jenis ragamnya

Penataan Cluster sesuai dengan pembagian wilayah yang terbagi menjadi pedukuhan; Dalam
wilayah pedukuhan tersebut terbagi lagi menjadi beberapa RT dan RW dan terus berkembang
terutama pada bangunan.

Anda mungkin juga menyukai