Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KOPRA DI DESA KALOLA

KECAMATAN BAMBALAMOTU KABUPATEN PASANGKAYU


PROVINSI SULAWESI BARAT

COPRA REVENUE AND BUSINESS FEASIBILITY ANALYSIS IN THE VILLAGE OF


KALOLA DISTRICT BAMBALAMOTU PASANGKAYU REGENCY
OF WEST SULAWESI PROVINCE

1Amiruddin, 2Muh. Syaifuddin Nasrun, 3Marliyah

1,2,3 bagian Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Palu


Email : amhir.amiruddin@gmail.com
Email : uppingnasrun@gmail.com
Email : Marliyah69@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman kelapa di Indonesia sebagian besar diusahakan sebagai perkebunan rakyat yang
tersebar di seluruh pelosok nusantara. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peranan penting di Sulawesi Barat adalah tanaman kelapa. Tanaman ini dikenal dengan
sebutan pohon kehidupan. Hal ini disebabkan hampir seluruh bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Bagian-bagian tanaman yang berguna tersebut
adalah batang, daun, sabut, tempurung, daging buah, dan sebagainya. Pendapatan petani
kelapa selain bersumber dari usahatani kelapa dalam, juga berasal dari pendapatan usahatani
di luar kelapa dalam. Di Desa Kalola merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bambalamotu
yang rata-rata penduduknya petani. Tanaman perkebunan yang pertama kali diusahakan oleh
masyarakat di Desa tersebut adalah kelapa dalam, karakteristik masyarakat yang ada di Desa
Kalola rata-rata mengolah kelapanya dengan cara di kopra atau dijual biji. Pengalaman
berusaha kopra rata-rata diatas 10 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pendapatan dan kelayakan usaha kopra asap di Desa Kalola Kecamatan Bambalamotu
Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Maret sampai bulan Mei 2019. Pengambilan responden dengan menggunakan metode sensus
dimana jumlah populasi sebanyak 15 orang pengusaha kopra asap sehingga seluruhnya
diambil sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pendapatan

1233
yang diperoleh pengusaha kopra asap selama tiga kali produksi sebesar Rp. 2.983.638,7 /
tahun. Hasil analisis kelayakan usaha diperoleh R/C usaha kopra asap sebesar 1,13 artinya
usaha kopra layak untuk diusahakan.

Kata kunci : Kopra, Pendapatan dan Kelayakan, Desa Kalola.

ABSTRACT
Coconut plants in Indonesia are largely cultivated as folk plantations scattered throughout
the archipelago. One of the plantation commodities that has an important role in West
Sulawesi is the coconut crop. This plant is known as the Tree of life. This is because almost
all parts of the plant can be utilized for human benefit. These useful plant parts are stem,
leaf, coir, shell, fruit flesh, and so on. The income of smallholders, in addition to sourced
from deep coconut farming, also comes from the income of farming outside the coconut
inside. In Kalola village is one of the village in Bambalamotu sub-district which is the
average resident of farmers. Plantation plants that were first cultivated by the community in
the village are coconut in the, characteristic of the people in Kalola village on average to
cultivate the coconut in a way in copra or seed sale. Copra tried average experience above
10 years. This research aims to determine the income and feasibility of copra smoke in Desa
Kalola District Bambalamotu Pasangkayu District West Sulawesi Province. This study was
conducted in March to May 2019. Taking the respondent using the census method in which
the number of population as many as 15 copra people smoke so that all are taken as
respondents. The results showed that the average amount of income that the businessmen
gained copra ASAP during three productions amounted to Rp. 2,983,638.7/year. The results
of the feasibility analysis obtained by the R/C copra joint venture of 1.13 means that copra
business deserves to be cultivated.

Keywords: copra, income and eligibility, Kalola village.

1234
PENDAHULUAN Tanaman kelapa di Indonesia sebagian besar

Pembangunan pertanian adalah salah diusahakan sebagai perkebunan rakyat yang

satu sektor pembangunan yang senantiasa tersebar di seluruh pelosok nusantara

diharapkan memberi kontribusi untuk (Negosino, 2013).

mendukung keberhasilan pembangunan Kelapa yang akan diolah menjadi kopra

nasional. Perbangunan pertanian bertujuan sebaiknya memiliki kandungan air 6-7%

untuk menumbuh-kembangkan usaha agar tidak mudah terserang organisme

pertanian di pedesaan yang memberikan pengganggu. Kerusakan yang terjadi pada

peran dalam memacu aktivitas ekonomi kopra umumnya disebabkan oleh serangan

perdesaan, menciptakan lapangan kerja dan bakteri dan serangan cendawan. Serangan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tersebut mudah terjadi apabila kadar air

menumbuhkan industri hulu dan hilir, dalam kopra tinggi dengan kelembaban

penunjang peningkatan daya saing dan nlai udarah mencapai 80% atau lebih dan suhu

tambah suatu produk pertanian (Fatmawati, atmosfernya mencapai 30 celcius (Saragih,

2013). 2009).

Tanaman kelapa merupakan tanaman Pendapatan usahatani persatuan luas

asli daerah tropis dan dapat ditemukan masih rendah dan fluktuatif sehingga tidak

diseluruh wilayah Indonesia, mulai dari mampu mendukung kehidupan keluarga

daerah pesisir pantai hingga daerah petani kelapa secara layak, adopsi teknologi

pegunungan yang agak tinggi. Bagi rakyat anjuran sebagai upaya meningkatkan

Indonesia tanaman kelapa merupakan salah produktivitas tanaman dan usahatani masih

satu komoditas penting setelah padi. rendah, karena kemampuan petani dari segi
1235
pemilikan modal tidak menunjang, dan Berdasarkan latar belakang tersebut,

produk usahatani yang dihasilkan masih dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :

bersifat tradisional yaitu berbentuk kelapa Berapa besar pendapatan Usaha Kopra di

butiran dan kopra (Saragih, 2009) Desa Kalola Kecamatan Bambalamotu

Desa Kalola merupakan salah satu Desa Kabupaten Pasangkayu ? dan Bagaimana

yang ada di Kecamatan Bambalamotu yang Kelayakan Usaha Kopra di Desa Kalola

rata-rata penduduknya petani. Tanaman Kecamatan Bambalamotu Kabupaten

perkebunan yang pertama kali diusahakan Pasangkayu ?

oleh masyarakat di Desa tersebut adalah METODE PENELITIAN

kelapa dalam, karakteristik masyarakat yang Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa

ada di Desa Kalola rata-rata mengolah Kalola Kecamatan Bambalamotu Kabupaten

kelapanya dengan cara di kopra atau dijual Pasangkayu mulai bulan Maret – Mei 2019.

biji. Pengalaman berusaha kopra rata-rata Lokasi ditentukan dengan sengaja

diatas 10 tahun. Oleh karenanya diperlukan (purposive sampling) dengan pertimbangan

suatu kajian atau penelitan untuk bahwa daerah tersebut merupakan salah satu

mengetahui berapa besar pendapatan yang daerah yang memproduksi kopra asap di

diperoleh pengusaha kopra dalam satu kali Desa Kalola Kecamatan Bambalamotu

produksi dalam setahun, serta melihat Kabupaten Pasangkayu Propinsi Sulawesi

analisis kelayakan usahanya, apakah layak Barat. Objek penelitian ini adalah petani

atau tidak untuk tersebut untuk usahakan. pengusaha kopra.

Maka akan dilakukan suatu penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian

tentang masalah tersebut. ini adalah seluruh pengusaha Kopra Asap


1236
yang di Desa Kalola Kecamatan Keterangan :

Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu. π = Pendapatan bersih

Pengambilan responden dengan TR = Total Penerimaan / Total Revenue

menggunakan metode sampel sensus dengan TC = Total Biaya / Total Cost

jumlah populasi sebanyak 15 orang Dimana :

pengusaha Kopra Asap dan dari populasi TR = P . Q

tersebut diambil sebanyak 15 orang yang TC = FC + VC

dijadikan sampel. Analisis kelayakan usaha adalah suatu

Penelitian ini menggunakan dua analisis ukuran untuk mengetahui apakah suatu

yaitu, analisis pendapatan dan kelayakan. usaha layak untuk dikembangkan. Menurut

Menurut Soekartawi (2003), untuk Soekartawi (2003), kelayakan usaha dapat

mengetahui besarnya pendapatan usaha diketahui dengan menggunakan rumus

dapat dilakukan dengan cara menghitung pendekatan R/C. R/C singkatan dari

selisih antara penerimaan (TR) dikurang Reveneu Cost Ratio atau dikenal dengan

total biaya (TC). Penerimaan usaha adalah perbandingan antara total biaya (TR) dan

perkalian antara produksi yang dihasilkan total Peneriman (TC) dengan rumus sebagai

dengan harga jual produksi (Kopra). Dan berikut :

biaya adalah semua pengeluaran yang R/C = TR / TC


ratio
Keterangan :
digunakan pengadaan faktor-faktor

R/C = Perbandingan antara total


produksi, hal tersebut dapat dilihat dalam

reveneu dengan total cost


rumus sebagai berikut :

TR = Total Revenue
π = TR - TC
1237
TC = Total Cost produksi kopra asap sebanyak 5.200,4

kg/tahun. Sedangkan harga jual kopra

Bila R/C = 1, berarti usahatani tidak untung


Rp.4.900/kg, sehingga diperoleh rata-rata

dan tidak rugi atau impas. Bila R/C < 1,


penerimaan sebesar Rp. 25.482.286,6.

maka usahatani tersebut tidak layak


Biaya Produksi, adalah banyaknya

diusahakan, dan Bila R/C > 1, maka


biaya yang dikeluarkan responden

usahatani layak untuk diusahakan.


pengusaha kopra dalam satu kali produksi,

terdiri dari biaya pengangkutan, biaya


HASIL DAN PEMBAHASAN
pengupasan, biaya belah dan cungkil, biaya
Analisis Pendapatan dan Kelayakan
pemanggangan, dan biaya pengemasan.
Analisis pendapatan yang digunakan
Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan
untuk mengetahui besarnya pendapatan yang
biaya variabel, biaya tetap di tambah biaya
diterima dan analisis kelayakan usaha
variabel sama dengan total biaya. Total
digunakan untuk mengetahui layak atau
biaya penting dalam memperhitungkan
tidak usaha kopra asap yang berada di Desa
pendapatan bersih sama dengan penerimaan
Kalola Kecamatan Bambalamotu.
total di kurangi total biaya. Adapun rata-rata
Penerimaan, adalah hasil kali antara
biaya yang dikeluarkan pengusaha kopra di
produksi kopra (Kg) dengan harga (Rp).
Desa adalah sebagai berikut :
Besarnya penerimaan bergantung pada
Biaya Tetap, adalah biaya yang
produksi dan harga jual dan akan
dikeluarkan dan tetap jumlahnya, tidak
berpengaruh terhadap pendapatan yang
bergantung pada besar kecilnya produksi
diperoleh responden. Rata-rata jumlah
usaha. Biaya yang dimaksud adalah biaya
1238
penyusutan alat yang digunakan dalam biaya transportasi. Untuk lebih jelasnya

proses produksi. Dapat dilihat pada Tabel 1. dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Rata-rata Total Biaya Tetap Tabel 2. Rata-rata Total Biaya


Usaha Kopra Asap di Desa Kalola, 2018 Variabel Usaha Kopra Asap di Desa
Biaya Tetap Total Biaya Kalola, 2018
No
(Rp) (Rp) Biaya Variabel Total Biaya
No
1. Penyusutan Alat 563.283,04 (Rp) (Rp)
Jumlah 563.283,04 1. Bahan Baku 10.221.566,6
Sumber : Data Primer setelah diolah 2019 2. Biaya Produksi 9.163.098,3
3. Biaya Transportasi 2.550.700
Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya tetap
Jumlah 21.935.364,9
yang dikeluarkan responden pengusaha Sumber : Data Primer setelah diolah 2019

kopra asap di Desa Kalola Kecamatan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata

Bambalamotu yaitu biaya penyusutan alat, biaya variabel yang dikeluarkan oleh

dengan jumlah keseluruhan biaya tetap pengusaha kopra asap di Desa Kalola

sebesar Rp. 563.283,04. Kecamatan Bambalamotu yaitu biaya bahan

Biaya Variabel, adalah biaya yang baku sebesar Rp. 10.221.566,6, biaya

dikeluarkan dalam usaha, jumlahnya produksi sebesar Rp. 9.163.098,3 , dan biaya

berubah-ubah sesuai dengan besarnya transportasi sebesar Rp. 2.550.700. jumlah

produksi dan habis dalam satu kali produksi. rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan

Besarnya biaya dipengaruhi olehnya dalam satu kali produksi sebesar Rp.

besarnya produksi yang dihasilkan, biaya 21.935.364,9.

yang dikeluarkan terdiri dari biaya Total Biaya, penting dalam

pengadaan bahan baku, biaya produksi, dan memperhitungkan pendapatan bersih sama

1239
dengan total penerimaan di kurangi total adalah pendapatan, TR adalah penerimaan,

biaya. Adapun rata-tara biaya yang dan TC adalah total biaya. Total pendapatan

dikeluarkan pengusaha kopra asap sebesar bersih diperoleh dari total penerimaan

Rp. 22.498.647,9/tahun. Dapat dilihat pada dikurangi total biaya dalam satu kali

tabel 3. produksi. Adapun besarnya jumlah

pendapatan yang diperoleh pengusaha kopra

Tabel 3. Rata-rata total biaya usaha


asap di Desa Kalola Kecamatan
kopra asap di Desa Kalola, 2018
Total Biaya Bambalamotu dapat dilihat pada tabel 4.
No Biaya (Rp)
(Rp)
1. Biaya Tetap 563.283,04
2. BiayaVariabel 21.935.364,9
Tabel 4. Rata-rata pendapatan usaha
Jumlah 22.498.647,9
kopra asap dalam 1 tahun di Desa Kalola
Sumber : Data Primer setelah diolah 2019
Kecamatan Bambalamotu, 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata No Uraian Nilai (Rp)
1. A. Penerimaan
total biaya yang dikeluarkan pengusaha 5.200,4
1. Produksi
koipra asap di Desa Kalola Kecamatan 4.900
2. Harga
Jumlah 25.482.286,6
Bambalamotu sebesar Rp. 22.498.647,9.
2. B. Biaya Tetap 563.283,0
Pendapatan, Besarnya pendapatan 1. Penyusutan Alat 4
Jumlah 563.283,04
usaha kopra dapat diperoleh dari
3. C. Biaya Variabel
perhitungan selisih antara total penerimaan 1. Bakan Baku 10.221.566,6
2. Biaya Produksi 9.163.098,3
dengan total biaya/pengeluaran baik dalam
3. Biaya Transportasi 2.550.700
bentuk tunai maupun dalam bentuk Jumlah 21.935.364,9

produksi. Rumusnya : π = TR-TC dimana π 4. Pendapatan (A- (A+B) 2.983.638,7


Sumber : Data Primer setelah diolah 2019
1240
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata Berdasarkan hasil pembahasan diatas,

pendapatan pengusaha kopra asap di Desa maka dapat diambil kesimpulkan : Rata-rata

Kalola Kecamatan Bambalamotu sebesar penerimaan pengusaha kopra asap sebesar

Rp. 2.983.638,7/tahun. Pendapatan di Rp. 25.482.286,6/tahun dengan rata-rata

peroleh dari total penerimaan sebesar Rp. produksi kopra 5.400,4 kg/tahun. Hal ini

25.482.286,6 di kurangi total biaya sebesar disebabkan karena harga kopra yang terlalu

Rp. 22.498.647,9. rendah yaitu Rp 4.900/kg. Rata-rata biaya

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh produksi yang dikeluarkan pengusaha kopra

tingkat kelayakan usaha kopra asap di Desa asap sebesar Rp. 22.498.647,9/tahun. Hal ini

Kalola Kecamatan Bambalamotu adalah juga menjadi penyebab utama rendahnya

sebagai berikut : pendapatan pengusaha, karena biaya

R/C = TR / TC pengolahan kopra mulai dari pengangkutan


ratio

= 25.482.286,6 / 22.498.647,9 sampai pengangkutan ke pedagang

= 1,13 pengumpul biaya yang dikeluarkan sangat

tinggi. Rata-rata pendapatan petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


pengusaha kopra asap sebesar Rp.

besarnya R/C yang diperoleh adalah 1,13


ratio 2.983.638,7/tahun. Hal ini disebabkan

artinya R/C > 1, maka setiap pengeluaran


karena besarnya biaya oprasional yang

sebesar Rp. 100 akan memperoleh


dikeluarkan pada saat pengolahan kopra

tambahan penerimaan sebesar 113.


terlalu tinggi. Hasil analisis Kelayakan

KESIMPULAN DAN SARAN


Usaha diperoleh R/C Usaha Kopra adalah

1,13. Artinya usaha kopra layak untuk


1241
diusahakan. Setiap pengeluaran 100 akan Adiwilaga, 2008. Ilmu Usahatani. Penerbit
Alumni. Bandung.
mendapat keuntungannya sebesar 113.

Amin. 2009. Cocopreneurship. Aneka


Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily
Publisher. Yogyakarta.
maka dapat saran sebagai berikut : Untuk
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Statistik
meningkatkan jumlah penerimaan Daerah Kecamatan Pasangkayu
2018
pengusaha kopra maka perlu melakukan
Bada Pusat Statistik Kota Yogyakarta.
perawatan, pemupukan, dan peremejaan Badan Pusat Statistik (BPS).2019.
Perkembangan Produksi dan
kembali untuk kelapa yang kurang
Persentase Kopra di Sulawesi
produksinya atau yang sudah tidak Barat(2014-2018). Badan Pusat
Statistik Provinsi Sulawesi Barat
berproduksi lagi. Biaya produksi pengolahan
2019 Pasangkayu
kopra mungkin dapat di turunkan agar Badan Pusat Statistik (BPS).2019. Produksi
dan Persentase Kopra Pada Tahun
biaya-biaya yang dikeluarkan tidak terlalu
2018, Menurut Kecamatan/Kota.
banyak. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Barat 2019 Pasangkayu
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS).2019. Produksi
Abdul Masse, 2015. Analisis Pendapatan dan Persentase Kopra Pada Tahun
dan Kelayakan Usaha Kopra di 2018, Menurut Kecamatan di
Kecamatan Bambaira Kabupaten Kabupaten Donggala. Badan Pusat
Mamuju Utara. Fakultas Pertanian Statistik Kabupaten Pasangkayu
(Skripsi). Universitas Tadulako (tidak Provinsi Sulawesi Barat 2019.
dipublikasikan). Dahlan. S, 2009. Besar Sampel dan Cara
Adam, Rosidah P., 2009. Manajemen Pengambilan Sampel dalam
Agribisnis dan Stategi Penelitian Kedokteran dan
Pengembangan : LP2HKP, Palu. Kesehatan. Jakarta Salemba Medika.

1242
Darmanto, 2013. Analisis Biaya dan 2012. Statistika. SUKA-Pres UIN
Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Dalam Di Desa Jatimulya Wonosari. Ruauw, E., Jenny Baroleh, Devison Powa,
Journl. Uversitas Gajah mada, 2011. Kajian Pengelolaan Usahatani
Yogyakarta. Kelapa di Desa Tolombuka
Fatmawati, 2013. Analisis Pendapatan Kecamatan Pasan Kabupaten
Usaha Kopra di Desa Karya Minahasa tenggara. Hasil Penelitian.
Bersama Kecamatan Pasangkayu ASE-Volume 7 Nomor 2, Mei 2011 :
Kabupaten Pasangkayu Provinsi 39 – 50
Sulawesi Barat. Proposal Program Ruestam. 2003, Tentang Usia Kerja
Studi Agribisnis Jurusan Sosial Produktif. Depkes RI. Jurnal
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Saragih, B. 2009. Membangun Sistem
Universitas Tadulako, Palu. Agribisnis. Suara dari Bogor.
Henry Simamora. 2012. Akuntansi Setyamidjaya. 2008. Pengantar Ekonomi
Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mubyarto, 2015. Pengantar Ekonomi Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Pertanian. LP3ES. Jakarta. Pertanian, Teori dan Aplikasinya. PT
Ni Kadek Sandriani, 2014. Aneka Produk Raja Grafindo Persada Jakarta
Olahan Kelapa. Cetakan Ke-15 Soekartawi. 2003. Analisis Usahatani.
Penebar Swadaya, Jakarta. Universitas Indonesia.Jakarta
Negosino. 2013. Reinventing Agribisnis Suratiyah, K., 2011. Ilmu Usahatani.
Perkelapaan Nasional Ditjen Bina Penebar Swadaya, Jakarta.
Produksi. Jakarta: Erlangga. Supriyono, 2012. Akuntansi Biaya. Buku 1,
Obin R. 2011. Pengeringan Pendinginan, edisi dua. Yogyakarta: BPFE.
dan Pengemasan Komuditas
Pertanian. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.

Prajnanta, F. 2009. Usaha Kelapa Muda.


Jakarta: Swadaya.
Qudratullah, Mohammad F., Sri Utami
Zuliana dan Epha Diana Supandi,

1243

Anda mungkin juga menyukai