SISTEM KARDIOVASKULER
A. HIPERTENSI
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015).
RAAS (Kalium)
Fungsi ginjal (BUN,
serum kreatinin)
3 Angiotensin Valsartan, Menghambat langsung Hyperkalemia,
Reseptor Candesartan, reseptor angiotensin II hipotensi
Blocker (ARB) Irbesartan,
Losartan Yg perlu panatau :
Serum elektrolit
(Kalium)
Fungsi ginjal (BUN,
serum kreatinin)
4 Calsium Amlodipin, Menghambat influx kalsium Anoreksia, mual,
channel Nikardipin, pada sel otot polos muntah, sakit kepala
blocker Nifedipin, pembuluh darah dan edema perifer
Diltiazem, miokardium
Verapamil Parameter yg
dipantau :
Gejala gagal jantung
5 Beta blocker Bisoprolol, Mempengaruhi sel beta Bradikardia,
a. Selektif Atenolol, pada otot jantung hipoglikemia,
(hanya β1) Metoprolol, disfungsi seksual
Acebutolol
Parameter yg
Singk : BAMA dipantau :
1. Gejala gagal jantung
2. Gula darah
b. Non Propanolol, Mempengaruhi sel beta Jantung berdebar,
selektif (β1 Carvediol, pada otot jantung dan paru bronkokonstriksi
& β2) Timolol,
Labetolol
(bumil aman)
Nadolol.
Singk : PCTLN
6 Vasodilator Hydralazine and Bekerja langsung relaksasi Neuropati perifer,
minoksidil otot polos arteriol gagal jantung
kongestif
7 Agonis α2 Clonidine, Menstimulasi reseptor α2 Retensi cairan, sedasi
sentral guanabenz, adrenergik di otak dan mulut kering
guanfacine, and sehingga terjadi
metildopa penurunan denyut Parameter yg
Reserpin jantung dan curah jantung dipantau :
Metildopan aman untuk Enzim liver
BUMIL (metildopa)
Metildopa mempunyai
efek samping berupa
peningkatan SGOT
SGPT dan anemia
hemolitik (Rosendroff, et
al., 2007).
8 α1 reseptor Prazosin, Menghambat reseptor α1 di Pusing, hipotensi
blocker terazosin, and arteri dan vena sehingga oetostatik
doxazosin pembuluh darah melebar
a. Mekanisme : menghambat reabsorbsi elektrolit natrium air dan klorida pada tubulus distal,
sehingga bias menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler, akibatnya terjadi
b. Lini pertama pada pasien pada pasien HT tanpa komplikasi dan firs line untuk pasien
lansia jadi kalo ada pasien lansia nanti pilih diuretik thiazid, jangan pilih furosemid,
Digunkaan untuk pasien udema karena minum efek samping obat amplodipin
c. Jika ada soal pasien minum amplodipin kemudian terjadi udema, diuretik yang cocok
adalah HCT.
d. ESO sering keluar di UKAI pilih saja hiperurisemia(karena dapat eksresi asam urat dari
e. Diuretik thiazid merupakan obat yang relatif aman pasien DM. Diuretik thiazid
bermanfaat pada diabetes, bisa sendiri atau sebagai bagian dari regimen terapi yang
dikombinasikan. Pada pasien diabetes diuretik thiazid dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskular (Torre et al., 2006). Perhatian potensial adalah kecenderungan dari diuretik
thiazid menyebabkan hiperglikemia buruk, tetapi efek yang ditunjukkan kecil dan tidak
et al., 2004).
f. Seorang pasien dikasih ARB maupun ACEI tapi tidak mempan, bisa dikombinasi dengan
80/12,5)
a. Mekanisme : menghambat reabsorbsi elektrolit natrium, air dan klorida pada ditubuh pada
asending lengkung henle, loop dieretik mulai kerja lebih cepat dan diuretiknya lebih kuat
dibandingkan golongan thiazide. Obat ini cepat sekali menguras cairan tubuh dan
elektrolit, sehingga tidak dianjurkan sebagai obat hipertensi kecuali pada pasien HT yg
b. Lini pertama untuk pasien dengan retensi cairan berat (udema, efusi pleura, ascites),
sirosis hepatitis.
e. Parameter data lab apa yg dipantau adalah kreatinin serum, BUN, Srcr, GFR.
hyperkalemia
h. Interaksi Obat :
hampir sama seperti diuretik kuat furosemid dan tiazid pembedanya diuretik hemat kalium
hypokalemia.
c. Indikasi : Edema, ascites pada sirosis hati, gagal jantung kongenstif. dikombinasi sama
miocard.
e. Interaksi Obat : Jika digunakan bersama ARB, ACEI, NSAID, betabloker dan suplemen
asma)
b. Non seletif (PCTLN) : Propanolol, carvediol, timolol, labetolol, nadolol (KI px asma)
Penurunan denyut jantung dan kontraksilitas miokard sehingga dapat meurunkan curah
jantung.
b. Metildopa (lini pertama bumil tp lebih disukai dgn Labetolol) : Jika digunakan bukan
untuk bumil: hrus dikombinasi dg diuretik untk mencegah ketumpulan thdap efek
hipertensi.
6. ACE I : Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril
AI menjadi AII) dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin.
c. ESO :
Batuk Kering akibat dari penghambatan mediator inflamsi bradikinin. Hal ini
d. KI : Pada bumil karena bersifat teratogenik (X), Ibu menyusui (dieksresikan kedalam ASI
e. IO :
Pemberiaan bersama OAINS akan mengurangi efek anti hipertensi ACE I dan
f. Captopril sebaiknya dikonsumsi saat lambung kosong, idealnya 1 jam sebelum atau 2 jam
g. Parameter yang perlu di pantau : Serum elektrolit (Kalium) dan Fungsi ginjal (BUN,
serum kreatinin)
h. Penghambat ACE pemberian awal penghambat ACE perlu dilakukan dengan hati-hati.
Dosis pertama dapat menyebabkan hipotensi terutama pada pasien yang sedang
menggunakan diuretika dosis tinggi, diet rendah garam, dialisis, dehidrasi atau pasien
7. ARB : Losartan, candesartan (memiliki waktu paruh pendek shg perlu 2x/hari agar efektif)
vascular. ARB memiliki efek samping dengan ACE I. Perbedaanya adalah ARB tidak
mempengaruhi metabolism bradikinin sehingga ARB tidak memiliki efek samping batuk
b. Indikasi : sama seperti ACE I, ARB merupakan alternative yang berguna untuk pasien
yang harus menghentikan ACEI akibat batuk kering. ARB digunakan sebagai alternatif
dari ACEI dalam tatalaksana gagal jantung atau nefropati akibat diabetes. Cocok untuk px
d. IO : Pemberian bersamaan diuretik hemat kalium, OAINS dan suplementasi kalium dapat
menimbulkan hyperkalemia
f. Parameter yang perlu di pantau : Serum elektrolit (Kalium) dan Fungsi ginjal (BUN,
serum kreatinin)
8. CCB ( Mengahambat pada kanal kalsium, kalsium di sel untuk kontraksi sel)
Dihidropiridin : Memiliki afinitas yang besar pada kanal kalsium pembuluh darah
sehingga memiliki efek vasodilatasi yang kuat. Sangat bermanfaat untuk pasien
channel blockers yang diketahui dengan baik dapat menimbulkan masalah saat
Non dihidropiridin : Memiliki afinitas yang besar pada kanal kalsium di jantung
sehingga memiliki afinitas yang besar pada kanal kalsium di jantung sehingga memiliki
b. Kalsium merupakan zat yang tersebar di seluruh tubuh dan merupakan intraseluler
messangger untuk menjembatani rangsangan menajdi respon. Sebuah sel dapat kontraksi
apabila terjadi peningkatan kalsium intrasel. Jika tidak ada kalsium maka sel kontraktif
seperti miokard dan sel otot polos pembukluh darah tidak dapat berkontraksi.
Pada ateroklerosis seperti HT, PJK, DM, homeostasis kalsium intrasel terganggu
sehingga pembuluh darah menjadi sangat sensitive terhadap substansi vasoaktif dan
cenderung berkontraksi. Hal iiini bias menyebabkan resistensi perifer dan dan TD
meningkat.
c. Pemberian CCB akan menghambat kalsium masuk ke dalam sel sehingga salah satu
e.
Catatan Penting
Nifedipin terdiri atas 2 jenis yaitu :
1. Nifedipin : Memiliki formula yang sangat cepat & durasi kerja yang pendek (hanya 6-8 jam)
sehingga meprovokasi suatu reflek takikardi dan TD menjadi fluktuatif. Karenma itu nifedipin
jarang digunakan.
2. Nifedipin formula lepas lambat : memiliki durasi 24 jam sehingga lebih stabil dalam menurunkan
TD dan tidak memiliki reflek takikardi yag nyata.
f. Perhatikan
CCB non dihidropiridin memiliki efek inotropic negative sehingga dapat berbahaya bila
diberikan pada psien dengan gagal jantung kongestif, karena memiliki efek bradiaritmia
kombinasi
h. Jika ada soal pasien diberikan HCT tetapi tidak mengatasi maka dikombinasinya
9. Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam
urine. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
pengiriman zat gizi ke janin, menyebabkan gangguan multiorgan yang penyebabnya belum
Ada beberapa teori mengenai ter-jadinya preeklamsia, diantaranya adalah iskemia plasenta,
Iskemia plasenta menyebabkan keluarnya stres oksidatif dan reaksi imunologis akibat dari
maladaptasi imun ibu ter-hadap reaksi penolakan pada allograf janin. Selain itu proses
inflamasi juga bisa menyebabkan preeklampsia. Monosit dan neutrophil yang terikat pada sel
Secara khusus TNF-α mengakibatkan dis-fungsi sel endotel dan menyebabkan ke-bocoran
a. Kasus di UKAI biasanya dintanyakan, untuk diagnosa preeklamsia perlu di cek jumlah
b. Normalnya pada setiap manusia yang sehat, kurang lebih sekitar 150
mg protein dikeluarkan ke dalam urin setiap harinya. Jika terdapat lebih dari 150 mg per
e. Ekspresi GRE sebagai indikator gen penyandi anti inflamasi pada endotel pembuluh darah
proses inflamasi yang terjadi pada mencit model preeklamsia. Dengan perbaikan kondisi
tersebut, akan menjadikan perbedaan bermakna ekspresi GRE pada kelompok mencit
preeklamsia. Hasil penelitian ini, selain membuktikan adanya proses infla-masi pada
10. IO
Target Terapi
JNC 7 JNC 8 Terapi Hipertensi Ibu Hamil
Umum : <140/90 ≥60 th : <150/90 1. Hidralzain
DM : <140/80 <60th : <140/90
2. Labetolol
CKD : <130/80 DM : <140/90 3. Metildopa
4. Nifedipin
CKD : <140/90
CHF :
ACEI, ARB + BB + diuretik (spironolakton)
Post Miokard Infarct :
ACEI/ARB + BB + Antagonis Aldosteron
CAD :
ACEI, BB, Diuretik, CCB
Hamil :
Labetolol, Nifedipin, Metildopa, Kejang
(MgSO4), kortikosteroid (anti inflamasi)
*ACEI jika pasien diberikan mengalami batuk dan sangat mengganggu pasien berikan
ARB
Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah suatu kondisi ketika jumlah kalium dalam darah lebih tinggi dari nilai
normal. Kalium berfungsi untuk memperlancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Pada
hiperkalemia, aktivitas listrik di dalam jantung akan terganggu, yang ditandai dengan
melambatnya detak jantung dan dapat berujung pada kematian. Berikut ini jenis-jenis
hiperkalemia:
Hiperkalemia ringan, yaitu jumlah kalium dalam darah 5,1-6,0 mmol/L.
Hiperkalemia sedang, yaitu jumlah kalium dalam darah 6,1-7,0 mmol/L.
Hiperkalemia berat, yaitu jumlah kalium dalam darah di atas 7,0 mmol/L.
Penyebab Hiperkalemia
Penyebab hiperkalemia yang paling umum adalah akibat penyakit gagal ginjal. Pada keadaan
normal, ginjal bekerja mengeluarkan kalium melalui urine. Pada kondisi gagal ginjal, fungsi
ginjal tersebut terganggu, sehingga kalium akan menumpuk dalam darah.
Hipertensi Portal diberikan apa? Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan dalam
sistem vena porta yang disebabkan oleh adanya tahanan (resistensi) aliran darah di sistem
porta.
Obat ideal untuk menurunkan tekanan portal adalah yang dapat menurunkan resistensi
pembuluh darah tanpa menurunkan aliran darah splanknik dan vasodilatasi sistemik.
Pengobatan jangka panjang hipertensi portal :
1. non-selective β blocker (PCT LN).
2. Jika gagal, ditambahkan long acting nitrate. Furosemid dan spironolakton ditambah
dan vapreotide, digunakan untuk mengatasi perdarahan varises akut. Obat-obatan ini
bekerja menurunkan aliran darah splanknik melalui vasokonstriksi, yang menyebabkan
penurunan tekanan portal. Vasopresin dapat menurunkan HVPG sebesar 23%, namun
memiliki efek samping infark miokard, hipertensi, dan iskemi vaskular perifer
4. Somatostatin bekerja menghambat peptide vasodilatasi dari traktus gastrointestinal;
dapat menurunkan tekanan portal pasien hipertensi portal, namun kurang dibandingkan
dengan vasopressin.4 Karena waktu paruhnya yang pendek, yaitu dua menit,
somatostatin digunakan dalam bentuk bolus untuk mengatasi perdarahan varises akut.
Ibu hamil hipertensi, obat yang kontra indikasi pada ibu hamil apa?
a. Lisinopril
b. Nifedipin
c. HCT
d. Metildopa
e. Labetolol
Pembahasan :
HIPERLIPIDEMIA
Menurut NCEP ATP III, dalam tatalaksana penururnan LDL dan manajemen resiko
peyakit degeneratif ada faktor resiko yang harus diketahui , berikut adalah factor resiko
menrut ATP III :
1. Umur
a. Laki-laki >45 tahun
b. Wanita > 55 tahun yang telah menaupos tanpa menggunakan terapi esterogen.
2. PJK
3. Hipertensi ( diatas 140/90 tanpa pengobatan / memakai pengobatan tekanan darah
4. Merokok
5. Kadar HDL yang rendah (< 40 mg/dl)
Dengan mengetahui faktor resiko, target penurunan LDL dan memulai terapi dapat
diketahui. Berikut adalah target dan nilai LDL memulai terapi
Kategori resiko Target LDL LDL dengan LDL dengan
(mg/dl) perubahan gaya pemberian terapi
hidup (TLC) obat
Resiko tinggi : <100mg/dl >100 mg/dL >130 mg/dl (100-
PJK dan setara PJK (target opsional 129 mg/dl )
resiko 10 tahun > <70)
20%
Resiko sedang : <130mg/dl >130mg/dl >130mg/dl (100-
Memiliki lebih dari 129) dianjurkan
2 faktor resiko, untuk terapi obat
(resiko 10 tahun 10-
20%)
Resiko Rendah : <160 mg/dl >160 mg/dl >190 mg/dl (160-
0-1 faktor resiko 189 mg/dl
dianjurkan terapi
obat)
ESO : KONSTIPASI
Niacin (Vitamin B3) : Dapat menurunkan LDL, TG, menaikkan HDL, dengan mekanisme kerja
menghambat lipolysis di jaringan adipose, mengurangi sintesis VLDL
ESO : Muka kemerahan (flushing), hiperglikemia dan hiperurisemia
INTERAKSI STATIN
Amlodipin Meningkatkan toksisitas
(Rhabdomyolisis/miopati)
Verapamil Meningkatkan toksisitas
(Rhabdomyolisis/miopati)
Makrolida Meningkatkan toksisitas
(Rhabdomyolisis/miopati)
Cylosporin Meningkatkan toksisitas
(Rhabdomyolisis/miopati)
STATIN + Fibrat Meningkatkan toksisitas
(Rhabdomyolisis/miopati)
Gol sulfonilurea (glimepirid Menurunkan konsentrasi sulfonilurea
dll)
kerusakan ginjal. Koenzim Q10 merupakan suatu enzim larut lemak yang memiliki efek
peningkatan fungsi ginjal pada subyek dengan penyakit ginjal (Dormuth et al.,2013).
kesehatan. Suplemen ini juga sering digunakan sebagai penunjang dalam pengobatan
penyakit jantung, diabetes, migrain, atau penyakit Parkinson dan pasien hiperlipidemia
3. Tatalaksana dislipidemia pasien dengan GFR, penurunan 60-70 mg/dl dengan statin dan
kombinasi dengan ezetimibe. Penurunan kolesterol LDL dengan kombinasi statin dan
PERKI 2013)
Penurunan berat badan dapat digunakan orlistat, apabila target dengan terapi non-
farmakologi tidak mencapai penurunan 10% berat badan. Orlistat memiliki efek samping
Pasien diagnosa hiperlipidemia. Kadar kolesterol total, LDL, dan TG tinggi, kadar HDL
rendah. Pasien diberikan terapi awal gemfibrozil. Apoteker di klinik ingin melakukan
monitoring efek samping obat. Apa efek samping utama yang perlu dilakukan
pemantauan pada pasien?
A. Gangguan hati B. Aritmia C. Hiperurisemia D. Konstipasi E. Kolelitiasis
Efek Samping :
Sangat umum : gangguan saluran cerna, dispepsia. Umum : nyeri abdomen, apendisitis
akut, diare, lelah, mual/muntah, eksim, ruam, vertigo, konstipasi, sakit kepala.
Tidak umum : fibrilasi atrium. Tidak diketahui frekuensinya : ikterus kolestatik,
pankreatitis, pusing, kantuk, paraestesia, neuritis perifer, penurunan libido, depresi,
pandangan kabur, impotensi, artralgia, sinovitis, mialgia, miopati, miastenia, nyeri pada
ekstremitas, rabdomiolisis, dermatitis eksfoliatif, dermatitis, pruritus, angiodema, urtikaria,
udem laring, fotosensitivitas, alopesia, kolesistitis (PIONAS).
PEMBAHASAN :
Obat atorvastatin memiliki masa kerja panjang baik bahan atifnya (14 jam) maupun
metabolit aktifnya (masa paruh waktunya 20-30 jam), sehingga dapat dikonsumsi pada pagi
atau siang hari.