Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan memperoleh,


memahami dan menggunakan informasi multimodal melalui berbagai kegiatan yang
meningkatkan keterampilan membaca, melihat, mendengarkan, menulis dan/atau
berbicara. Program Gerakan Literasi Sekolah berlandaskan dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Salah satu tujuan dari Permendikbud tersebut adalah menjadikan pendidikan sebagai
gerakan yang melibatkan seluruh komponen yang berkaitan dengan penyampaian
informasi kepada peserta didik sebagai bentuk gerakan literasi. Dengan keterlibatan dan
pembiasaan seluruh komponen lembaga dalam pelaksanaan GLS ini, akan membentuk
individu sebagai pebelajar sepanjang hayat.

Program GLS mulai diikuti dan dilaksanakan diseluruh satuan pendidikan sesuai
dengan arahan dari Kemendikbud sejak disahkannya program ini mulai Maret 2016 lalu.
Salah satunya di laksmuridan di SD Negeri Sukamanah. Berdasarkan hasil observasi awal
di SDN Sukamanah di kelas 5, permasalahan yang terjadi yaitu pada pelaksanaan gerakan
literasi sekolah yang belum berjalan secara optimal atau memiliki dampak yang positif
terhadap literasi sosial murid, dari keseluruhan murid kelas 5 (lima) 75% murid jarang
mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku, dan murid belum memiliki insiatif untuk
mencari bahan bacaan yang dibutuhkan.

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SDN Sukamanah berdasarkan


program-program yang telah dirancang oleh pihak sekolah, yaitu gerakan literasi
sekolah dan literasi sosial. Program yang dilaksanakan murid dalam rangka implementasi
GLS adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pembiasaan

Strategi yang diterapkan guru pada tahap pembiasaan untuk meningkat kegiatan
literasi yaitu kegiatan membaca 15 menit. Kegiatan membaca dilaksanakan murid dikelas
masing-masing yang dipandu oleh guru kelas untuk membaca buku non pelajaran yang
ada di pojok baca kelas. Buku-buku yang dibaca murid kebanyakan adalah buku-buku
dongeng atau ensiklopedia yang berisikan tentang nilai-nilai budi pekerti, kearifan
lokal, nasional, dan global. Buku-buku tersebut ditata dan dirapikan setiap kali murid
selesai membaca.

2. Tahap Pengembangan

Dalam tahap pengembangan ini, murid membiasakan diri untuk kewajiban membaca
literatur lima belas menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Membaca bersama
diikuti oleh kepala sekolah, guru, karyawan, dan seluruh murid yang dilaksanakan murid
di halaman sekolah.Kegiatan ini dilaksanakan pagi hari sebelum murid masuk kelas
dan dipandu oleh koordinator kegiatan literasi. Kegiatan ini diisi dengan kegiatan
membaca bersama, kemudian menuliskan kembali isi bacaan di jurnal baca yang dimiliki
oleh masing-masing murid.

3. Tahap Pembelajaran000000000000000000000

Tahap ini murid menulis catatan harian. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
untuk membiasakan0murid agar gemar menulis, mulai menulis dari hal-hal yang
sederhana seperti menuliskan pengalamannya bermain, menulis pengalamannya
belajar di sekolah, ataupun menulis kegiatan murid ketika berada di rumah. Pelaksanaan
menulis catatan harian ini dilaksanakan dengan cara murid terlebih dahulu dikondisikan
oleh guru kelas di ruangan kelas masing-masing. Setelah itu murid diminta mengambil
jurnal baca yang dimiliki oleh masing-masing murid di pojok baca. Kemudian guru
kelas mengarahkan agar murid menuliskan catatan bacaan sehari-hari. Catatan harian ini
diletakkan di pojok literasi kelas ketika murid telah selesai menulis catatan harian.
00000000000000000000000000

4.2 Hasil literasi sosial pada program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) 0000000

Selain Gerakan Literasi Sekolah yang dijelaskan diatas, SDN Sukamanah juga
menerapkan literasi sosial pada program Gerakan Literasi Sekolah (GLS), diantaranya
adalah sebagai berikut : 0000000000000000000000000000

1. Social insight000000000000000000000

Social Insight, merupakan kemampuan dalam memahami dan mencari pemecahan


masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial. Social insight meliputi pemahaman
situasi dan etika sosial, keterampilan pemecahan masalah dan kesadaran diri yang
merupakan pondasi dasar dari social insight. Berikut adalah cakupan sosial insight :
000000

a. Pengembangan Kesadaran Diri 0000000


Menurut Weisinger (2016: 10), kesadaran diri merupakan kemampuan
seseorang dalam menginsafi totalitas keberadaannya sejauh mungkin. Murid
mampu memproses kepekaan, perasaan, penilaian dan maksud dalam diri murid
sehingga dapat menanggapi, bersikap, berkomunikasi dan bertindak dalam
situasi yang berbeda.
b. Mengajarkan Pemahaman Situasi Sosial dan Etika Sosial
Etika adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Aturan ini mencakup
banyak hal seperti bagaimana etiket dalam bertamu, berteman, makan, minum,
bermain, meminjam, meminta tolong, berbicara, mendengarkan, berpakaian dan
sebagainya. Semua itu harus dipahami murid dengan baik agar murid mampu
menyesuaikan perilakunya dalam setiap situasi sosial.
c. Mengajarkan Pemecahan Masalah Efektif
Setiap murid membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah
secara efektif agar dapat menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi. Murid
yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki keterampilan
memecahkan konflik antar pribadi yang efektif dibandingkan dengan murid
yang kecerdasan interpersonalnya rendah.

2. Social sensitivity

Social Sensitivity atau sensivitas sosial, adalah kemampuan murid untuk mampu
merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya
baik secara verbal maupun non verbal. Sosial sensitivity ini meliputi sikap empati dan
sikap prososial. Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain. Sedangkan sikap prososial adalah sebuah tindakan moral yang harus dilakukan
secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama
dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Berikut adalah cakupan sosial sensitivity
:

a. Mengembangkan Sikap Empati


Pada Murid Kemampuan memahami perasaan orang lain (empati)
diungkapkan murid ketika mereka melihat orang lain terluka atau sedih. Metode
disiplin dan pola asuh orang tua memberikan pengaruh penting dalam
pembentukan kemampuan berempati murid.
b. Mengembangkan Sikap Prososial
Pada Murid Safaria (2005: 117), perilaku prososial adalah tindakan moral yang
harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu 19 seseorang yang
membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.
Perilaku ini menuntut murid untuk mengontrol diri sendiri dalam menahan diri dari
egoismenya. Perkembangan perilaku prososial dipengaruhi terutama oleh
lingkungan keluaga karena orang tua menjadi model bagi murid dalam kehidupan
sehari-hari.

3. Social communication

Social Communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan


kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan interpersonal yang sehat. Inti dari social communication adalah
komunikasi yang efektif dan mendengarkan secara efektif. Berikut adalah cakupan sosial
communicationt :

a. Mengajarkan Cara Mendengarkan Efektif


Pada Murid Keterampilan mendengarkan akan menunjang proses komunikasi
murid dengan orang lain, sebab orang akan merasa dihargai dan diperhatikan ketika
mereka merasa didengarkan. Sebuah hubungan komunikasi tidak akan berlangsung
baik jika salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya.
b. Mengajarkan Berkomunikasi Dengan Santun
Pada Murid Ada empat keterampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih
pada murid yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan, mendukung
dan menanggapi orang lain, yang terakhir adalah menerima diri dan orang lain. Jika
murid mampu menguasai keempatnya, murid akan berhasil mengembangkan
kecerdasan interpersonal yang matang sehingga murid mampu membangun dan
mampertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

4.3 faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS)
Pelaksanaan suatu program tentu akan terdapat faktor-faktor yang menjadi
pendukung ataupun penghambat. Berikut adalah faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah di SDN Sukamanah.

1. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan, terdapat beberapa


faktor pendukung yaitu:

a. Adanya sarana dan prasarana yang memadai, seperti perpustakaan, pojok baca,
laoraturium komputer, proyektor disetiap kelas, lingkungan yang literat (dinding
karya, papan prestasi, poster, kalimat positif di area sekolah, dan pemajangan
penghargaan/piala prestasi peserta didik) yang dapat digunakan sebagai
penunjang peningkatan program GLS.
b. Alokasi dana untuk kegiatan literasi yang memadai.
c. Terjalinnya kerja sama dengan beberapa organisasi seperti Dinas Pendidikan,
Perpustakaan Keliling daerah, Ikhwam wali murid, dan komite sekolah untuk
meningkatkan kegiatan literasi.
d. Pemanfaatan media sebagai sumber literasi yang terus dikembangkan.
e. Adanya grup paguyuban wali murid sebagai jembatan penghubung antara
sekolah dan keluarga.

2. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan, terdapat beberapa


faktor penghambat yaitu:

a. Perbedaan kemampuan dan inisiatif setiap SDM dalam mengembang program


pendukung program GLS.
b. Kondisi peserta didik yang cepat bosan dan perhatian yang mudah berpindah
membuat pendidik harus memberikan dorongan motivasi belajar.
c. Guru merasa kesulitan dalam melaksanakan program karena guru
memiliki tanggungjawab lain yaitu mengajar dan kewajiban administrasi,
selain itu guru merasakan waktu yang pelaksanaan GLS yang menyita
waktu pembelajaran murid.
d. Penyelenggaran program pendukung kegiatan literasi yang masih perlu
ditingkatkan.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti penulis terkait Implementasi Program
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam Meningkatkan Literasi Sosial Murid di SDN
Sukamanah Sumedang, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

Pertama, dalam mengimplementasikan program gerakan literasi sekolah di SDN


Sukamanah Sumedang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yaitu tahap pembiasaan,
mencakup kegiatan rutin membaca selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan. Setelah selesai membaca, agar menyimpan buku bancaan dipojok baca
dengan rapi. Tahap kedua tahap pembiasaan yaitu kegiatan membaca bersama yang diikuti
oleh kepala sekolah, guru, karyawan, dan seluruh murid yang dilaksanakan di halaman
sekolah. Tahap ketiga tahap pembelajaran yaitu kewajiban setelah membaca 15 menit,
selanjutnya menulis catatan rutin dari apa yang dibaca. Kegiatan ini bertujuan agar murid
gemar menulis dan memahami apa yang telah mereka baca sebelumnya.

Kedua, hasil dari literasi sosial bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga
dimensi utama yang meliputi sosial insight, sosial sensitivity dan sosial communication.
Ketiga dimensi ini merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama
lain.

Ketiga, terdapat faktor pendukung adanya greakan literasi sekolah SDN Sukamanah
diantaranya sarana prasarana yang memadai, dana alokasi program literasi, kerjasama para
pihak baik dengan organisasi atau wali murid dan adanya pemanfatan media untuk
mngembangkan literasi. Selain itu juga terdapat faktor penghambatnya, meliputi
perbedaan kemampuan dan inisiatif SDM, kondisi murid yang mudah bosan, kesulitan
guru dalam melaksanakan program GLS, penyelenggara program yang perlu
dikembangkan,dan sebagainya.

5.2 Implikasi

Implementasi GLS membawa implikasi positif terhadap perkembangan literasi


murid. Pertama, melalui fokus pada kemampuan membaca dan menulis, GLS dapat
meningkatkan literasi dasar murid, membantu mereka membangun pondasi yang kokoh
untuk pembelajaran lebih lanjut. Kedua, pemberdayaan murid muncul sebagai implikasi
penting, karena kemampuan literasi yang meningkat memungkinkan mereka untuk
mengakses informasi, berkomunikasi dengan lebih baik, dan berpartisipasi secara aktif
dalam kehidupan sosial. Selain itu, GLS juga dapat meningkatkan keterlibatan murid
dalam proses belajar, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan relevan.

5.2 Rekomendasi
Dalam menginterpretasi hasil analisis temuan penelitian ini, peneliti menemukan
bahwa implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara signifikan berkontribusi pada
peningkatan keterampilan literasi siswa di tingkat pendidikan dasar. Analisis data
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang terintegrasi dengan GLS, seperti
penggunaan buku bacaan yang bervariasi dan kegiatan literasi yang menarik, efektif
meningkatkan minat dan kemampuan membaca serta menulis siswa.

Rekomendasi yang diusulkan dari hasil penelitian ini adalah perlunya peningkatan
investasi dalam pelatihan guru terkait Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN Sukamanah
dan pendekatan literasi yang inovatif. Pihak sekolah juga perlu memperkuat keterlibatan
orang tua dengan menyelenggarakan acara literasi, bekerja sama dengan komunitas lokal,
dan memberikan sumber daya literasi yang mudah diakses.

Selain itu, rekomendasi juga mencakup perlunya penelitian lanjutan untuk


menjelajahi aspek-aspek spesifik dari GLS yang belum tercakup sepenuhnya dalam
penelitian ini. Misalnya, studi lebih lanjut dapat difokuskan pada efektivitas jenis literasi
tertentu, seperti literasi sains atau literasi digital, dalam konteks GLS.
REFERENSI

Antasari, I. W. (2017). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap


Pembiasaan di MI Muhammadiyah Gandatapa Sumbang Banyumas. Libria, 9.

B. Yulianto, F. J., & Nurhidayah. (2017). The Implementation of School Literacy


Movement in Elementary School. (CEI, 173.

Febrina Dafit1, & Zaka Hadikusuma Ramadan. Pelaksanaan Program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) diSekolah Dasar. Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 4 Tahun 2020
Halaman 1429-1437.

Syawaluddin, A., & Nurhaedah. (2017). The Impact of School Literacy


Mobement (GSL) on the Literacy Ability of the Fifth Graders at SD Negeri
Gunung Sari, Rappocini District, Makasar. International Journal of
ElementaryEducation, 1(4), 238–243.

Widayoko, A., H, S. K., & Muhardjito, M. (2018). Analisis Program Implementasi


Gerakan Literasi Sekolah (Gls) Dengan Pendekatan Goal-Based Evaluation. Jurnal
Tatsqif, 16(1), 78–92. https://doi.org/10.20414/jtq.v16i1.134

Anda mungkin juga menyukai