TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Gambar 2.1 Proses alir air dan uap PLTU Paiton Unit 1& 2
Air yang dibutuhkan untuk mengisi boiler diperoleh dari sumber air tawar
yang berada di daerah klontong. Air tersebut di murnikan dengan sistem
penyaringan dan pertukaran ion dalam unit pengelolaan air (WTP). Air murni atau
demineralized water yang telah memenuhi spesifikasi disalurkan melalui sistem
pengisi air ke dalam boiler. Pengisian air ke boiler dari kondensor dilakukan
dengan pemompaan oleh Condensate Extraction Pump (CEP), kemudian dialirkan
ke deaerator untuk menghilangkan oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang dapat
menyebabkan korosi pada pipa.
Pengaliran ke deaerator ini melewati Condensate Polisher Plant (unit
pengolah air dengan sistem penukar ion) dan Low Pressure Heater (Pemanas
tekanan rendah), LHP-1, LHP-2, LHP-3. Kemudian diteruskan ke Deaerator
Storage Tank lalu air pengisi boiler dipompa dengan Boiler Feed Pump ke Boiler
dengan terlebih dahulu melewati High Pressure Heater (pemanas tekanan tinggi)
HPH-5, HPH-6, HPH-7 serta Economizer yang berfungsi untuk memanaskan awal
air untuk boiler.
Fluida pemanas untuk pemanas tekanan rendah (LPH), Deaerator dan
pemanas tekanan tinggi (HPH) berasal dari uap pengambilan turbin (Turbin
Extraction Steam), sedangkan fluida pemanas untuk Economizer berasal dari gas
6
buang boiler. Uap hasil produksi boiler harus benar-benar kering (Superheat
Steam). Uap tesebut dengan tekanan dan temperatur tertentu dialirkan ke turbin
tekanan tinggi (HP turbin). Uap bekas dari Turbin Tekanan Tinggi (High Pressure
Turbin) dialirkan kembali ke boiler (Reheater) untuk memanaskan kembali uap
yang kemudian dialirkan ke Turbin Tekanan Menengah (Intermediate Pressure
Turbin) selanjutnya dialirkan ke Turbin Tekanan Rendah (Low Pressure Turbine).
Uap yang disalurkan dengan tekanan dan suhu tertentu sesuai hukum
Termodinamika memiliki tenaga mekanis yang dapat memutar poros turbin yang
terhubung dengan generator sehingga menghasilkan arus listrik.
Uap bekas dari turbin tekanan rendah akan dikondensasikan di dalam
kondensor dengan media pendingin air laut. Hal ini dikarenakan sumber daya air
laut yang sangat melimpah cukup efisien sebagai pendingin sehingga banyak
Pembangkit Listrik yang terletak di dekat laut. Siklus penggunaan air dalam
PLTU akan terus berulang sehingga disebut siklus tertutup.
tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk halogen
hidrokarbon diantaranya dikenal sebagai senyawa karsinogenik. Oleh karena itu
dibebagai Negara maju klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak digunakan lagi
(Sumirat, 1996). Kualitas air yang baik menurut Permenkes nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 air layak minum memiliki kadar maksimum chlorine
5 ppm (Depkes RI, 2010).
Klorida sering terdapat dalam air dalam bentuk terikat maupun bebas.
Kandungan klorida dalam tiap air alam selalu berbeda. Penentuan klorida sangant
penting sebagai awal dari penentuan kadar zat organik. Selain itu juga kadar
klorida yang terlalu tinggi akan mengganggu indra rasa karena menyebabkan rasa
asin dan juga dapat menyebabkan endapan dalam alat masak /ketel uap di industry
(Effendi,2003).
Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar
mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan
magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l
dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida
untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Effendi, 2003).
Ion klorida yang dianalisis ini merupakan ion klorida yang larut dalam
AgCl. Ia tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam
larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat
(Svehla, 1985).
Cl- + Ag+ AgCl
AgCl + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-
[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ AgCl + 2NH4+
klorida. Jika sampel yang dianalisis terdapat endapan putih , maka di dalam
sampel tersebut terdapat ion Cl-. Ion Cl- ini berikatan dengan Ag+ membentuk
AgCl. Ion kompleks hanya sedikit mengalami penguraian menghasilkan Ag + dan
NH3 sehingga hasil kali [Ag+][ Cl-] > ksp. Oleh karena itu, endapan akan larut.
Sifat dari AgCl dapat larut dalam asam nitrat encer tetapi tidak mudah larut dalam
amonia.
Penentuan kadar ion klorida dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu
kalorimetri dan metode titrimetri. Metode kalorimetri dengan merkuri tiosianat
diaplikasikan untuk air yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi rendah.
Metode titrimetri digunakan untuk ion klorida dengan konsentrasi tinggi.
Konsentrasi ion klorida sekecil apapun yang terdapat dalam komponen alat dapat
mengakibatkan korosi.
2.4 Boiler
Boiler atau ketel uap merupakan tempat yang digunakan untuk mengubah
air menjadi uap dengan bantuan panas sehingga dapat menghasilkan kerja atau
dorongan yang dapat menjalankan turbin. Apabila air pengisian boiler tersebut
mengandung mineral-mineral seperti silika akan menghasilkan terbentuknya
endapan lumpur (sludge) atau kerak (scale) dalam pipa boiler. Silika tidak
ditemukan dalam bentuk elemen bebas, melainkan berikatan dengan oksigen
(SiO2) atau elemen lain (Melissa, 2009).
Di dalam siklus PLTU, boiler adalah peralatan yang paling rawan terhadap
kerusakan, karena bekerja pada temperatur dan tekanan tinggi, konstruksi yang
complicated, terjadi proses transfer panas yang paling tinggi dan adanya
perubahan fase cair kedalam fase gas/uap. Inilah mengapa pengolahan air boiler
merupakan tahapan pekerjaan paling penting diseluruh siklus pengolahan air di
PLTU Paiton (Marto, 2010).
2.4.1 Pengolahan air boiler
Beberapa Metode Pengolahan Air Boiler (Marto, 2010):
1. pengolahan sistem volatile atau All volatile treatment (AVT)
2. pengolahan sistem non volatile atau phospat treatment
3. pembuangan (Blow Down) air boiler
12
2.5 Korosi
Korosi secara umum didefinisikan proses oksidasi pada suatu logam
dengan waktu proses senyawa waktu yang lama. Suatu logam yang terserang oleh
korosi lebih disebabkan karena faktor lingkungan yang menjadikan penggalak dan
disitu terdapat unsur-unsur kandungan senyawa asam yang merupakan pemicu
terjadinya proses senyawa oksidasi, karena proses elektrolisa atau pemindahan
elektron, maka disanalah pada akhirnya terjadi proses korosi pada logam
(Sahlan,2011).
Korosi adalah suatu proses kerusakan logam karena lingkungannya atau
suatu proses kembalinya logam menjadi mineralnya (PT. PLN, 2012). Adapun
reaksinya yaitu:
M → M+2 + 2e-
2.6 Kerak
Pengerakan / endapan zat padat pada permukaan pemindah panas adalah
masalah yang sangat serius di PLTU sehingga harus dicegah untuk sekecil
14
mungkin terjadi, terutama didalam pipa pemanas Boiler / Water Wall (Marto,
2010).
Bila air telah jenuh oleh zat padat, pada saat penguapan maka akan
terjadi proses pengendapan akibat air kelewat jenuh. Zat yang mempunyai sifat
mudah larut pada suhu rendah (Cold Soluble Salt), akan mengendap pada daerah
yang paling panas (permukaan pemindah panas ). Faktor pemicu adalah adanya
gelembung gas / uap yang terbentuk pada dinding pipa pemanas (Marto, 2010)..
Partikel zat padat akan terbawa / searah aliran air. Lawan dari arah aliran
air ini adalah daya tarik permukaan yang diperkuat oleh konsentrasi zat padat
terlarut didalam air, dan oleh adanya panas dipermukaan pipa akan
mengakibatkan pengendapan tingkat pertama kemudian akan diikuti oleh partikel-
partikel yang lain bergabung untuk membentuk “ Slag “ yang mempunyai sifat
keras, berat dan liat. Inilah suatu rangkaian pembentuk “ Binding Phenomena
“(Marto, 2010).
• Phenomena pengendapan diperbesar oleh tingginya temperatur pipa.
• Pengerakan paling banyak terjadi pada daerah yang menerima beban
panas paling tinggi (Water Wall) sebesar +/- 48 % dari total perpindahan
panas didalam Boiler.
• Oxida besi merupakan faktor penyebab yang paling dominan. Oksida
besi merupakan produk dari proses korosi yang terakumulasi didalam air
Boiler.