Anda di halaman 1dari 3

Problematika Ibadah Anak

Disusun oleh : Kharisma Putri Ambarwati (230411604122)

A. Latar Belakang
Seorang anak sepanjang hidupnya menerima pendidikan terbanyak dalam lingkungan keluarga,
menjadikan pendidikan keluarga sebagai yang paling dominan dalam perkembangannya.. Hal ini juga
berkaitan dengan fungsi agama di dalam keluarga. Agama dalam keluarga merupakan aspek penting yang
mencakup penanaman nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga. Keluarga berperan sebagai tempat
pertama di mana nilai-nilai tersebut ditanamkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya, sebuah keluarga
sebaiknya membimbing dan mengajarkan kepada anggota keluarga tentang kehidupan beragama. Namun
dalam kehidupan keluarga, seringkali terjadi problematika terhadap aspek keagamaan atau ibadah dalam
keluarga tidak berjalan sesuai harapan atau tidak diinginkan,hal ini mampu terjadi karena beberapa faktor,
seperti ketidakmampuan anggota keluarga untuk melaksanakan kewajiban ibadah dengan benar. Serta,
lalainya orangtua dalam memberikan pemahaman sedini mungkin
B. Penjelasan
Problematika ibadah pada anak seringkali menjadi isu nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana
faktor utamanya adalah keluarga yang menjadi landasan pertama dalam pembentukan karakter. Anak-anak
cenderung meniru perilaku ibadah yang mereka lihat dari orang tua mereka, sehingga peran orang tua dalam
memberikan contoh yang baik sangatlah penting. Aktivitas ibadah yang kurang mendapat perhatian atau
bahkan diabaikan oleh orang tua dapat berpotensi menjadi kebiasaan buruk bagi anak. Jika orang tua tidak
memprioritaskan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, maka anak-anak dapat mengalami kesulitan dalam
memahami pentingnya ibadah dalam kehidupan mereka. Problematika yang umum terjadi diantaranya
sebagai berikut :
1. Anak – anak yang belum memahami tata cara dan bacaan shalat dengan baik

Seringkali ditemukan pada dunia nyata dan social media, masih banyak anak anak yang
belum paham betul tentang kaidah shalat yang baik dan benar. Hal ini dapat terjadi ketika urangnya
pengajaran yang efektif tentang tata cara dan bacaan shalat, kurangnya perhatian terhadap praktik
agama dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari problematika ini biasanya ketidakmampuan anak
untuk melaksanakan ibadah sebagai kewajiban utamanya, sehingga akan berdampak hingga ia
tumbuh dewasa. Ketika teman-teman sebayanya sudah memahami akidah dalam shalat, ia akan
cenderung masih lalai dan juga tidak menempatkan shalat sebagai ibadah yang wajib dilaksanakan
tiap harinya.

2. Anak anak belum mampu membaca Al-Quran dan surat-surat pendek

Membaca dan mengamalkan Al-Quran merupakan kewajiban sebagai seluruh umat.Ketika


seorang anak belum mampu memahami bacaan dasar dan huruf huruf Al-Quran maka ia akan
mengalami keterbatasan dalam mebaca dan menghafal surat-surat pendek. Tidak hanya itu, ia juga
akan mengalami kesulitan dalam mengafalkan doa doa harian. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pendidikan Al-Quran pada anak dan juga minimnya bimbingan serta motivasti untuk
belajar.

3. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya berpuasa pada anak-anak


Seorang anak yang tidak diajarkan puasa sedari dini cenderung akan kurang termotivasi
mejalankan ibadah puasa. Tidak jarang mereka akan menolak jika diajak untuk berpuasa dengan
berbagai alasan, seperti merasa tidak kuat karena lelah dan lapar dan juga bisa disebabkan oleh
orang tua yang secara terang-terangan melalaikan ibadah puasa. Anak anak akan meniru karena
mereka merasa wajar tidak berpuasa karena di dalam lingkungan keluarga mereka puasa bukanlah
hal yang wajib.
4. Anak - anak masih belum mampu membedakan perintah dan larangan Allah

Anak-anak mungkin cenderung melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran


agama Islam tanpa menyadarinya. Hal ini dapat disebabkan oleh lingkunga sekitar mereka yang
secara terang – terangan mempraktikan aktivitas dan tingkah laku yang bertentangan dengan
perintah dan larangan Allah. Dengan kondisi lingkungan yang demikian bisa diperkirakan,
minimnya edukasi, bimbingan, dan nasihat akan perintah dan larangan Allah. Hal ini dapat
berdampat buruk bagi tumbuh kembang seorang anak. Mereka cenderung bertindak sesuka hati
mereka tanpa mempertimangkan akibat setelahnya. Tentu saja hal ini akan berkembang lagi
memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar mereka bersosialisai.

C. Penutup

Keluarga memiliki peran yang sangat penting sebagai lembaga pertama dalam pendidikan anak,
termasuk dalam aspek agama. Anak-anak cenderung meniru perilaku ibadah orang tua, sehingga
penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik dalam praktik keagamaan sehari-hari,
seperti shalat, membaca Al-Quran, berpuasa, dan memahami perintah Allah. Masalah sosial keibadahan
dapat mengganggu pembentukan karakter dan moral anak-anak serta dapat menimbulkan konflik
internal dalam keluarga. Kurangnya pengajaran efektif dan perhatian terhadap praktik agama dalam
kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan ketidakmampuan anak untuk melaksanakan ibadah dengan
baik, sementara anak-anak yang tidak diberikan pendidikan agama yang memadai cenderung memiliki
pandangan yang kabur terhadap moralitas dan nilai-nilai spiritual. Oleh karena itu, peran orang tua
dalam memberikan pemahaman dan dukungan tentang pentingnya ibadah sangatlah penting untuk
membentuk pondasi kehidupan agama anak-anak secara kuat.
Peran orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pendidikan agama kepada
anak-anak mereka. Mereka adalah contoh utama bagi anak-anak dalam praktek ibadah dan nilai-nilai
agama. Jika orang tua tidak memberikan perhatian atau mengabaikan ibadah dalam kehidupan sehari-
hari, anak-anak dapat mengalami kesulitan dalam memahami pentingnya agama dalam hidup mereka.
Kurangnya pemahaman dan dukungan dari orang tua tentang pentingnya ibadah juga dapat
menghambat perkembangan spiritual anak-anak. Anak anak menjadi pihak terkait yang merasakan
kerugiannya. Kurangnya pemahaman dan pendidikan agama dapat menghambat perkembangan
spiritual mereka dan mempengaruhi perilaku mereka di masa depan.
Ketidakmampuan mereka memahami kaidah shalat yang benar bisa mengakibatkan
ketidaklancaran pelaksanaan ibadah, terutama saat dewasa nanti. Ketika teman sebayanya sudah
mampu mempraktikkan shalat dengan baik, anak-anak tersebut mungkin akan kurang termotivasi untuk
menjalankan ibadah tersebut secara rutin. Ketika anak-anak belum mampu membaca Al-Quran dan
surat-surat pendek dengan baik, mereka mengalami keterbatasan dalam pemahaman dan pengamalan
agama Islam secara utuh. Mereka tidak hanya kesulitan dalam membaca dan menghafal ayat-ayat suci,
tetapi juga dalam memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
Solusi yang paling utama adalah peran orang tua yang harus memberikan contoh langsung kepada
anak – anak mereka. Kemudian, penting bagi orang tua dan keluarga untuk memberikan pendidikan
agama kepada anak, termasuk mengajarkan tata cara dan bacaan shalat dengan baik dan benar sejak
dini. Memperkuat praktik agama dalam kehidupan sehari-hari di rumah juga penting agar anak-anak
memiliki contoh yang baik untuk ditiru. Untuk mengatasi masalah kurangnya pemahaman Al-Quran,
diatasi dengan memberikan pendidikan agama yang terstruktur seperti memfasilitasi pembelajaran Al-
Quran melalui program-program pendidikan, seperti pengajian, pondok pesantren, atau kursus Al-
Quran. Dukungan dan motivasi dari keluarga juga penting agar anak-anak merasa termotivasi untuk
terus belajar dan memperdalam pemahaman agama mereka.

Anda mungkin juga menyukai