Anda di halaman 1dari 9

Akad Murabahah Dalam Pandangan Islam Dan

Bentuk Penerapannya Pada Perbankan Syariah


Oleh: Rachmad Risqy K, Ph.D.
Hidayat Nur Khalid Ohoirenan

Abstrak

Murabahah merupakan salah satu bentuk transaksi yang diperbolehkan di dalam Islam,
karena termasuk dalam bentuk jual beli. Oleh karenanya, kita akan sering menemukan transaksi
ini pada Bank-bank Syariah yang ada di Indonesia. Bahkan Murabahah merupakan salah satu
bentuk transaksi yang paling diminati oleh para Nasabah dibandingkan dengan bentuk transaksi
yang lain. Hal ini dikarenakan, transaksi Murabahah yang terbilang cukup mudah. Dimana
penjual menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. Dan tentunya transaksi seperti ini
diperbolehkan dalam Islam apabila terpenuhi syarat dan juga ketentuannya.

Kata Kunci: Murabahah, Halal, Perbankan Syariah.

Abstract

Murabahah is one form of transactions allowed in Islam, as it is in the form of buying and
selling. Therefore we will often find this transaction with Islamic Banks in Indonesia. Even the
murabahah is one of the most interesting transactions made by customers compared with other
transactions: because the Murabahah transaction is simple enough. Where the seller sells an
item at the price of the purchase to the buyer, and the buyer pays it at a higher price for profit.
And of course this transaction is permitted in Islam if it is met with conditions and conditions.

Keyword: Murabahah, Kosher, Islamic Banking

1 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
PENDAHULUAN
Jual beli bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita, karena sudah menjadi kebutuhan semua
orang yang ada di dunia ini tak terkecuali masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, Islam sebagai
agama yang paling sempurna telah menjelaskan perkara tersebut berabad-abad yang lalu.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia, dan kita
harus berbangga dengan hal tersebut. Kendati demikian masih banyak dari masyarakat kita yang
masih belum paham mana jual beli yang diperbolehkan dan juga dilarang oleh Agama kita
sendiri. karena hal inilah maka munculah Bank-bank yang mengatasnamakan Syari'ah guna
membantu dan memudahkan masyarakat kita yang ingin bertransaksi sesuai dengan syariat Islam.
Jual beli sendiri sangat banyak bentuknya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ulama
ulama kita di dalam kitab-kitab Fiqih mereka. Baik jual beli yang diperbolehkan maupun dilarang,
dan di antara jual beli yang diperbolehkan tersebut adalah Murabahah, yang mana Insya Allah
akan
kami paparkan dalam tulisan ini.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada tulisan ini, adalah
sebagai berikut:
- Bagaimana akad jual beli Murabahah dalam pandangan Islam yang benar?

Tujuan
Agar kita dapat mengetahui apa itu Murabahah dalam Islam yang sebenar-benarnya,
landasan hukum, jenis-jenis, rukun, dan syaratnya. kemudian fatwa-fatwa DSN MUI seputar
Murabahah dan implementasinya pada perbankan syariah.

PEMBAHASAN
Pengertian Murabahah
Murabahah diambil dari bahasa Arab “ar-ribhu” yang berarti kelebihan dan tambahan
(keuntungan). Sedangkan menurut istilah Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam pengertian lain
2 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.1 Murabahah juga menuntut
pelakunya untuk berlaku jujur, dimana harus adanya unsur keterbukaan antara penjual dan
pembeli. oleh karenanya sebagian Ulama menggolongkan Murabahah sebagai jual beli amanah.
Pembayaran atas akad jual beli Murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. inilah
perbedaan Murabahah dan jual beli pada umumnya.

Dalil-dalil Murabahah.
Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara syar’i serta didukung oleh
mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama dari berbagai mazhab. Dalil
dibolehkannya Murabahah mengacu pada dalil tentang jual-beli, karena Murabahah adalah
bagian dari jual-beli. Terdapat dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist yang menunjukan kebolehan
dari transaksi Murabahah, diantaranya:
ۗ ‫الر ٰبوا‬
ِّ ‫م‬:َ ‫َواَ َح َّل اللّٰ ُه ْال َب ْي َع َو َح َّر‬
Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

ۗ ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َت ْقتُلُ ْ ٓوا اَ ْن ُف َس ُك ْم‬


ٍ ‫ار ًة َع ْن َت َر‬ ِ ‫يا ٰ ٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا اَل َت ْأ ُكلُ ْ ٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْال َب‬
َ ‫اط ِل آِاَّل اَ ْن َت ُك ْو َن ت‬
َ ‫ِج‬
َ ‫ِن اللّٰ َه َك‬
:‫ان ِب ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َّ ‫ا‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”2
Kemudian untuk hadits, dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi
shalallahu alaihi wassalam ditanya perihal pekerjaan yang paling baik?, beliau menjawab:

َ ‫أَ ْف‬
:‫ض ُل ْالكسب عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬
Artinya: “Kerja yang paling utama adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan
setiap jual-beli yang mabrur”3
Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

1 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Erlangga, 2012, hlm.116-117


2 "Al-Qur'an Surat An-Nisa Ayat ke-29" https://www.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-29. Diakses pada 6 Des. 2021.
3 “Inilah Pekerjaan Terbaik Menurut Nabi Muhammad.”, https://rumaysho.com/26761-inilah-pekerjaan-terbaik-
menurut-nabi-muhammad.html. Diakses pada 6 Des. 2021.
3 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
‫تراض‬
ٍ ‫إنما البيع عن‬
Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (H.R. Al-Baihaqi dan
Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)
‫ ِع ْي ِر‬:‫الش‬ ُ :‫ َو َخ ْل‬،‫ ُة‬:‫ض‬
َّ ‫ط ْالبُ ِّر ِب‬: َ ‫ َو ْال ُم َق‬،‫ ٍل‬:‫ ُع إِلَى أَ َج‬:‫ اَْل َب ْي‬:‫ة‬:
َ ‫ار‬ ُ :‫ال ٌث ِف ْي ِه َّن ْال َب َر َك‬ َ ‫ َق‬:‫أن النبي صلى اهلل عليه وآله وسلم‬
َ ‫ َث‬:‫ال‬
)‫ال ل ِْل َب ْي ِع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬ َ ‫ل ِْل َب ْي ِت‬
Artinya: “Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ada tiga hal yang
mengandung berkah: Jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual” 4

Rukun dan syarat Murabahah


Di dalam Islam segala bentuk muamalah sudah diatur ketentuannya, baik muamalah antara
hamba dengan Tuhan-nya maupun antar sesama hamba. dan diantara contoh muamalah
sesama hamba yang sudah diatur ketentuannya adalah jual beli murabahah.
Rukun Murabahah:
a. Penjual (ba´i)
b. Pembeli (musytari)
c. Objek jual beli ( mabi´)
d. Harga (tsaman)
e. Ijab Qabul
Syarat Murabahah:
● Penjual harus memberitahukan harga pokok kepada calon pembeli
● Akad pertama harus sah dan sesuai dengan rukun yang telah ditetapkan
● Akad tidak mengandung unsur riba
● Penjual harus menjelaskan kepada calon pembeli apabila ada cacat pada barang
setelah pembelian
● Penjual harus menjelaskan semua yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
pembelian dilakukan secara hutang.5
Fatwa DSN-MUI mengenai Murabahah

4 “Ayat dan Hadits tentang Murabahah - Syariahpedia.”, https://www.syariahpedia.com/2016/09/dalil-


murabahah.html. Diakses pada 6 Des. 2021.
5 “Akad Murabahah: Pengertian, Rukun, dan Syaratnya | kumparan.com.”, https://kumparan.com/berita-hari-ini/akad-
murabahah-pengertian-rukun-dan-syaratnya-1vHd8qIHVYG. Diakses pada 6 Des. 2021.
4 I Hukum Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah ini adalah sebagai berikut :
Pertama, terkait ketentuan umum Murabahah dalam Bank Syariah, diantaranya:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati
kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini
harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu
yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga,
akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik
bank.
Kedua, terkait ketentuan Murabahah kepada Nasabah, diantaranya sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima
atau membelinya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji
tersebut mengikat. Kemudian, kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar

5 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
A. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa
harga.
B. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ketiga, terkait jaminan dalam Murabahah, diantaranya sebagai berikut:
1. Jaminan dalam Murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
Keempat, terkait hutang dalam Murabahah, diantaranya sebagai berikut:
1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi Murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian,
ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib
segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan
utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran
atau meminta kerugian itu diperhitungkan.
Kelima, penundaan pembayaran dalam Murabahah:
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam, Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus
menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

6 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
Penerapan Murabahah pada perbankan syariah
Ada beberapa bentuk penerapan Murabahah yang dipraktikkan oleh perbankan syariah.
Pertama, Yaitu penerapan Murabahah yang tetap konsisten pada penerapan fiqih
muamalah. Dalam penerapan ini bank membeli terdahulu barang yang dibutuhkan oleh nasabah
sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Setelah barang tersebut sudah dibeli atas nama bank
kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah dengan margin
(keuntungan) sesuai dengan kesepakatan. Adapun pembayarannya maka dapat dilakukan secara
tunai (cash), atau ditangguhkan pembayarannya baik secara angsuran maupun tunai pada
waktu yang sudah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Kedua, Penerapan ini mirip dengan penerapan sebelumnya, tetapi perpindahan
kepemilikan barang langsung dari supplier kepada nasabah tanpa melewati bank terlebih
dahulu. Adapun pembayarannya langsung dari bank kepada supplier tanpa melibatkan nasabah.
Disini nasabah hanya menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian akad
Murabahah dengan pihak bank. adapun pembeliannya sama seperti contoh penerapan
sebelumnya yaitu bisa secara tunai (cash) ataupun ditangguhkan. pada umumnya nasabah lebih
memilih contoh pembayaran yang kedua yaitu membayar secara tangguh. Pada dasarnya
contoh penerapan yang kedua ini lebih dekat kepada penerapan Murabahah yang asli, akan
tetapi rawan dari masalah legalitas.
Pada beberapa kasus didapati adanya pengakuan dari para nasabah bahwa mereka tidak
memiliki tanggungan utang kepada pihak bank tetapi kepada pihak ketiga yaitu supplier.
Meskipun mereka (para nasabah) sudah menandatangani surat perjanjian Murabahah dengan
pihak bank, perjanjian ini kurang memiliki kekuatan secara hukum karena tidak adanya bukti
yang kuat bahwasannya nasabah sudah menerima uang dari bank sebagai bukti
pinjaman/hutang. Untuk meminimalisir agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali, maka
ketika pihak bank syariah dan nasabah sama sama telah menyetujui untuk melakukan transaksi
Murabahah maka pihak bank syariah akan mentransfer uang ke rekening nasabah (numpang
lewat) kemudian didebet dengan persetujuan nasabah untuk mentransfer ke rekening supplier.
Namun demikian, dilihat dari perspektif syariah transaksi seperti ini berpeluang
melanggar ketentuan syariah apabila pihak bank tidak pernah menerima barang (qabdh) atas
namanya sebagai pembeli pertama tetapi langsung atas nama nasabah. karena dalam konsep
syariah, ketika ingin melakukan transaksi Murabahah maka secara prinsip barang harus

7 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
menjadi milik penjual (disini pihak bank).
Ketiga, Transaksi ini biasa disebut oleh para ulama dengan sebutan Murabahah lil amir
bi syira, dan ini bentuk transaksi yang paling banyak dipraktekkan pada perbankan syariah.
Yaitu dimana pihak bank dan nasabah melakukan perjanjian Murabahah, pada saat yang sama
pihak bank menggunakan akad wakalah untuk mewakilkan kepada nasabah agar membeli
sendiri barang yang ingin dibelinya. kemudian Dana di kredit ke rekening nasabah kemudian
nasabah menandatangani surat sebagai tanda terima uang. Hal ini menjadi acuan dasar bagi
bank untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak berhutang kepada bank karena tidak
adanya penerimaan uang sebagai sarana pinjaman. Bentuk transaksi ketiga ini berpotensi
menyalahi ketentuan syariah apabila pihak bank mewakilkan nasabah untuk membeli barang
yang diinginkannya dari pihak ketiga atau supplier, sementara akad Murabahah sudah
dilakukan sebelum barang secara prinsip menjadi milik bank.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwasannya Murabahah adalah salah
satu bentuk transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Dalil yang menjadi
landasan murabahah adalah QS. An-Nisa: 29 dan Al-Baqarah: 275 dan beberapa hadits
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Rukun dari Murabahah ada 3, yaitu adanya pihak yang bertransaksi, objek Murabahah, dan
ijab dan kabul. Adapun persyaratannya adalah penjual memberitahu biaya modal kepada
nasabah, akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, akad harus bebas dari
unsur ribawi, kemudian penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian, dan penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian apa adanya, misalnya: jika pembelian dilakukan secara hutang. Jadi, disini harus
adanya unsur keterbukaan. Terakhir, berhati-hatilah dalam bermuamalah dan semoga kita
senantiasa dijaga oleh Allah dari hal hal yang diharamkan oleh syariat-Nya.

8 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
Daftar pustaka

Baits, A. N. (2016). Pengantar Fiqih Jual Beli. Yogyakarta: KPMI Jogja.


Lukman Hakim. (2012). Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Yogyakarta: Erlangga.
Mukhlishin, (2018). Murabahah: Konsep & Aplikasinya Dalam Perbankan Syariah.
Yogyakarta: Deepublish.
Abdillah, H. H. (2017). Murabahah Li Al-Aamir Bi Al-Syira and Its Implementation in Concept of
Financing at Sharia Financial Institutions in Indonesia. Journal of Economicate Studies, 1(1) : 1-
13.
Gustani. (2016). Ayat dan Hadits tentang Murabahah. Diakses pada 27 November 2021.
Tautan:
https://www.syariahpedia.com/2016/09/dalil-murabahah.html
Kumparan News. (2021). Akad Murabahah: Pengertian, Rukun, dan Syaratnya. Tautan:
https://kumparan.com/berita-hari-ini/akad-murabahah-pengertian-rukun-dan-
syaratnya1vHd8qIHVYG
Saleh. (2016). Murabahah. Diakses pada 27 November 2021. Tautan: http://arif
zulbahri.blogspot.com/2016/12/makalah-murabahah.html?m=1
Tuasikal, M. A. (2012). Murabahah yang Mengandung Riba.Diakses pada 27 November 2021.
Tautan: https://rumaysho.com/2201-murabahah-yang-mengandung-riba.html
Tuasikal, M. A. (2021). Inilah Pekerjaan Terbaik Menurut Nabi Muhammad. Tautan:
https://rumaysho.com/26761-inilah-pekerjaan-terbaik-menurut-nabi-muhammad.html

9 I HukumEkonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021

Anda mungkin juga menyukai