Kelompok 2
Kelompok 2
PENDAHULUAN
2
Ketergantungan impor ammonium sulfat menyebabkan devisa negara
berkurang, sehingga diperlukan penanggulangan yaitu mendirikan pabrik
ammonium sulfat dalam negeri. Adapun faktor – faktor yang menjadi landasan
pendirian pabrik ammonium sulfat yaitu :
1. Pendirian pabrik ammonium sulfat akan menjadi salah satu pemasok pupuk ZA
di Indonesia sehingga akan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi
jumlah impor yang dapat menghemat devisa negara.
2. Dengan didirikannya pabrik ini, diharapkan dapat meningkatkan pekembangan
industri di Indonesia khususnya dalam sektor pertanian dan perkebunan.
3. Dari segi ekonomi, dengan adanya pabrik ini dapat menyerap tenaga kerja di
Indonesia dan secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat di Indonsia.
Berdasarkan hal – hal tersebut, sehingga sangat diperlukan untuk didirikannya
pabrik Ammonium Sulfat di Indonesia.
3
2. Menambahkan kandungan protein dan vitamin pada hasil panen.
3. Membuat daun pada tanaman menjadi lebih hijau, karena
mengandung chlorophyl yang tinggi.
2. Bidang Mikrobiologi
Senyawa ammonium sulfat ini biasa digunakan untuk sebagai nutrisi
penambah kadar nitrogen pada proses fermentasi, karena unsur nitrogen
ini sangat diperlukan mikroorganisme.
3. Bidang Industri dan Kesehatan
Selain digunakan sebagai pupuk, ammonium sulfat juga digunakan dalam
bidang industri dan kesehatan seperti :
a. Ammonium sulfat digunakan sebagai zat aditif dalam pengatur
keasaaman dalam tepung dan roti.
b. Ammonium sulfat digunakan sebagai bahan racikan vaksin di
Amerika Serikat.
c. Ammonium sulfat pada skala kecil digunakan dalam pembuatan
garam-garam ammonium lain seperti ammonium persulfat.
I.3. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
I.3.1. Spesifikasi Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ammonium sulfat adalah
ammonia dan asam sulfat yang memiliki sifat – sifat fisik dan kimia sebagai
berikut:
1. Ammonia
A. Sifat Fisika
a. Nama Lain : Hydrogen Nitrite, Nitrosil
b. Rumus Molekul : NH3
c. Rumus Bangun :
4
g. Specific Gravity : 0,817
h. Specific Gravity : 0,817
i. Densitas : 0,073 gr/cm3
(Perry 7ed, 1997)
j. Komposisi Amonia sebagai bahan baku
Komponen %Berat
NH3(g) 99.50%
H2O(g) 0.50%
Total 100.00%
(PT. Petrokimia Gresik, 2021)
B. Sifat Kimia
a. Pada temperatur tinggi terdekomposisi menjadi nitorgen dan
hidorgen
b. Bereaksi dengan klorin
8 NH3 + 3 Cl2 N2 + 6 NH4Cl
c. Mengalami reaksi oksidasi pada pembuatan asam nitrat dengan
sangat cepat pada suhu 650 oC (katalis platinum – rhodium)
4 NH3 + 5 O2 4 NO + 6 H2O
2 NO + O2 2 NO2
3 NO2 + H2O 2HNO3 + NO
d. Bereaksi dengan air dan bersifat reaksi reversible
c. Rumus Bangun :
5
d. Berat Molekul : 98,08 gr/mol
e. Warna : Jernih
f. Bentuk : Cair
g. Specific Gravity : 1,834
h. Titik Leleh : 10,49 oC
i. Titik Didih : 315 oC
j. Komposisi Asam Sulfat sebagai bahan baku
Komponen %Berat
H2SO4(l) 98.00%
H2O(g) 2.00%
Total 100.00%
(PT. Petrokimia Gresik, 2021)
B. Sifat Kimia
a. Asam sulfat dapat bereaksi dengan air. Reaksi hidrasi pada asam
bersifat eksotermis dan membentuk hidronium
b. Bereaksi dengan basa membentuk sulfat
CuO + H2 SO4 CuSO4 N2 + H2O
(Wikipedia, 2020)
I.3.2. Spesifikasi Produk
1. Ammonium Sulfat
A. Sifat Fisika
a. Nama Lain : Ammonium Sulphate, Diazanium Sulphate
b. Rumus Molekul : (NH4)2SO4
c. Rumus Bangun :
d. Berat Molekul : 132,14 gr/mol
e. Warna : Putih
f. Bentuk : kristal
g. Specific gravity : 1,77
(Kirk and Othmer, 1978)
6
h. Kandungan Ammonium Sulfat sebagai produk pupuk
Komponen Jumlah
N (Nitrogen) 21%
S (Sulfur) 24%
(PT. Petrokimia Gresik, 2021)
I.4 Ketersediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku dalam pabrik adalah salah satu faktor penentuan dalam
memilih lokasi pabrik yang tepat. Dalam pendirian pabrik Zwavelzure Amonium,
menggunakan bahan baku yaitu Amonia dan Asam Sulfat. Amonia diperoleh dari
PT. Petrokimia Gresik. Begitupun juga Asam Sulfat yang juga diperoleh dari PT.
Petrokimia Gresik. Berikut ketersediaan bahan baku dari pabrik
a. Ketersediaan Bahan Baku Ammonia
7
b. Ketersediaan Bahan Baku Asam Sulfat
8
Sulfat untuk memenuhi kebutuhan Ammonium Sulfat sekaligus untuk menekan
angka impor Ammonium Sulfat. Kebutuhan dari Ammonium Sulfat yang diimpor
Indonesia dari tahun 2009 sampai 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel I.1. Data Impor Ammonium Sulfat di Indonesia
Tahun Kapasitas (Ton/Tahun)
2009 338.394,57
2010 268.451,459
2011 500.421,612
2012 820.346,119
2013 728.486,975
2014 864.512,358
2015 1.170.358,763
2016 930.687,674
2017 1.070.492,354
2018 1.303.692,005
2019 1.067.577
2020 986.750
2021 1.200.780,658
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diproyeksikan dan dibuat perencanaan kapasitas
produksi ZA (Zwavelzure Ammonium) atau ammonium sulfat dengan menggunakan
metode Regresi Linier.
Tabel I.2. Data Proyeksi Regresi Linier Perencanaan Kapasitas Produksi
Data
Tahun (x) Jumlah Import (y) xy x2
(n)
9
4 2012 820346,119 1650536391 4048144
Keterangan :
x̅ = Rata-rata x
y̅ = Rata-rata y
n = Jumlah data yang diobservasi
Terhitung dari tabel I.3.2. dengan persamaan regresi linier
x̅ = 2015
y̅ = 865458
10
a = 865458 – 72717,88196 (2015) = -145661074,34
Maka jika dibuat sebuah persamaan dan direncanakan pabrik didirikan pada tahun
2026 dengan masa konstruksi 3 tahun. Berdasarkan metode regresi linier, didapat
kebutuhan Indonesia pada tahun 2026 sebesar,
y = -145661074,34 + 72717,88196 (2026) = 1.665.355 ton Berikut
grafik proyeksi kebutuhan Ammonium Sulfat di Indonesia :
1200000
1000000
800000
0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Waktu (Tahun)
11
Jadi, kapasitas produksi pabrik sebesar 250.000 ton per tahun dengan tujuan
memenuhi kebutuhan Ammonium Sulfat di Indonesia dan juga berfungsi untuk
kemajuan agraria di Indonesia.
12
BAB II
SELEKSI DAN URAIAN PROSES
13
2NH3(g) + H2SO4(l) (NH4)2SO4(s)
(Amonia) (Asam Sulfat) (Ammonium Sulfat)
(Kirk and Othmer,1998)
Panas yang timbul ini akan dikendalikan dengan pendinginan menggunakan air
pada reaktor. Menurut teori Bronsted–Lowry, mekanisme reaksi pembuatan
ammonium sulfat yaitu :
H2SO4(aq) 𝐻+ + HS𝑂4− (1.1)
HS𝑂4− (aq) 𝐻+ + S𝑂42− (1.2)
2NH3(g) + 2𝐻+ 2N𝐻4+ (1.3)
2N𝐻4+ (g) + S𝑂42− (NH4)2SO4(s) (1.4)
2NH3(g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) (1.5)
Mekanisme reaksi berdasarkan teori Bronsted-Lowry didasarkan pada reaksi
asam-basa, dimana asam sebagai pendonor proton dan basa sebagai penerima
proton (akseptor). Asam Sulfat (H2SO4) akan terurai menjadi sebuah proton (𝐻+)
dan sebuah basa konjugat (HS𝑂4−). Selanjutnya, basa konjugat (HS𝑂4−) akan
terurai menjadi sebuah proton (𝐻+) dan sebuah basa konjugat (S𝑂42−). Dua buah
proton (𝐻+) yang terbentuk akan bereaksi dengan basa (NH3) membentukasam
konjugat N𝐻4+. Asam konjugat ini akan bereaksi dengan basa konjugat (S𝑂42−)
akan membentuk Ammonium Sulfat atau (NH4)2SO4.
Reaksi ini bersifat eksotermis (67,710 cals/gm) atau sekitar 4320 BTU/lb N.
Panas yang timbul ini dikendalikan dengan penambahan air panas pada reaktor.
Pada unit atmosfer pendinginan dapat dilakukan dengan pendinginan air melalui
vessel. Pemilihan kondisi operasi pada suhu 105-110°C dan tekanan 1 atm. Gas
ammonia dan asam sulfat cair bereaksi secara stoikiometri akan membentuk
ammonium sulfat dengan konversi reaksi over all sebesar 99,5%. Suhu dalam
reaktor dijaga dengan pertimbangan bahwa pada suhu yang terlalu tinggi asam
sulfat akan membentuk aerosol dan bereaksi dengan gas amonia menjadi amonium
bisulfat [NH4HSO4]. Senyawa amonium bisulfat ini berupa kristal putih yang
bersifat korosif dan berbahaya, seperti menyebabkan iritasi pada kulit.
Pembentukan amonium bisulfat bisa terjadi jika temperatur reaksi jauh lebih dari
14
100°C dan melebihi temperatur leleh amonium sulfat (235-280°C). Akan tetapi
apabila temperatur reaksi terlalu rendah dapat menyebabkan konversi reaksi
menjadi kecil (kurang maksimal).
Pada proses reaksi dan kristalisasi yang terbentuk dalam unit yang sama yaitu
saturator. Panas reaksi diserap dengan cara menguapkan air yang terdapat dalam
saturator. Penguapan air juga akan menyembabkan kristal-kristal ammonium sulfat
akan terbentuk. Kristal tersebut kemudian akan dipisahkan dengan mother liquor.
Mother liquor dikembalikan dalam saturator untuk mempercepat proses kristalisasi.
Kristal yang terbentuk kemudian dikeringkan dan dikemas.
II.1.2 Proses Messerburg dari Gypsum dan Ammonium Carbonat
15
produk dari proses ini dapat digunakan pada industri semen atau juga dapat
digunakan pada pabrik kalsium Ammonium nitrat. Larutan ammonium karbonat
jenuh digunakan dalam proses dimana dibuat dengan cara melarutkan karbon
dioksida dalam larutan ammonium hidroksida. Karbon dioksida tersedia sebagai
hasil samping pembakaran hidrokarbon. Konversi pada akhir reaksi kira-kira 95 %
sesudah lima jam, jika gypsum bereaksi sempurna dan suhu reaksi dijaga pada 70
°C. Campuran reaksi difilter untuk memisahkan kalsium karbonat dan kalsium
sulfat yang tidak bereaksi dari larutan ammonium sulfat (Faith and Keyes,1975).
II.1.3 Proses Morino Ammonia dengan Sulfur Dioxide
Pada proses morino ditemukan teknik pengurangan kadar sulfur dengan
biaya yang rendah untuk unit yang kecil. Proses ini meliputi reaksi larutan ammonia
dengan sulfur dioxide dalam reaktor crystalizer untuk membentuk kristal
ammonium sulfit. Gas yang tidak bereaksi dibuang ke udara.
Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut
2NH3 + SO2 + NH3 (NH4)2SO3 ΔH = -8.320 cal/gmol (1.9)
(NH4)2SO3 + O2 (NH4)2SO4 ΔH = -8.320 cal/gmol (1.10)
Reaksi yang terjadi berada pada tekanan 0,1 – 5 atm dan suhu 200 – 450 °C
menggunakan katalis V2O5. Ammonium Sulfit kristal di centrifuge dari crystallizer
dan dioksidasi menjadi ammonium sulfat dalam rotary dryer. Konversi yang
dihasilkan adalah 75%. Amonium Sulfit kristal dialirkan dari crystallizer menuju
centrifuge untuk memisahkan cairan dan kristal. Kemudian ammonium sulfit yang
telah lolos dari centrifuge akan dioksidasi menjadi ammonium sulfat di dalam
rotary dryer.
II.2 Pemilihan Proses
Berikut terdapat perbandingan antara ketiga proses pembuatan ammonium
sulfat yaitu proses Netralisasi, proses Messerburg dan proses Morino yang disajikan
dalam sebuah tabel.
16
Tabel II.2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Zwavelzure Ammonium
Proses Morino
Parameter Proses Messerburg Proses Netralisasi
Netralisasi
NH3, CO2, H2O,
Bahan NH3, H2O, SO2 dan dan NH3 dan H2SO4
Baku O2
CaSO4. H2O
Kontinyu
Proses Kontinyu Batch
-
Katalis V2O5 -
1 atm
Tekanan 5 atm 1 atm
Produk
- CaCO3 -
Samping
Berdasarkan tabel diatas, maka dipilih proses yang paling efektif dalam
pembuatan ammonium sulfat yaitu dengan proses Netralisasi, dengan alasan yaitu
memiliki konversi reaksi yang tinggi, kondisi operasi yang digunakan adalah
tekanan atmosferik dan suhu operasi yang rendah, tidak ada reaksi samping , tidak
membutuhkan katalis serta prosesnya sangat sederhana sehingga dapat mengurangi
biaya produksi dalam penyediaan energi proses.
Mother Liquor
17
1. Tahap Persiapan Bahan Baku
Bahan baku utama dalam proses ini adalah amonia dan asam sulfat.
Semua bahan baku tersebut berasal dari PT Petrokimia Gresik. Gas ammonia
disimpan dalam bentuk cair di dalam tangki horizontal bertekanan 11,5 atm
sedangkan larutan H2SO4 98% disimpan dalam tangki penyimpanan. H2SO4
98% dari tangki penyimpanan kemudian dipompa menuju tangki pengenceran
[D-130] menjadi 65% yang berujuan untuk mempercepat proses reaksi yang
terjadi di reaktor [R-210]. Kemudian H2SO4 65% dipompa menuju ke reaktor
dengan dilewatkan terlebih dahulu ke dalam heater untuk menaikkan suhunya
menjadi 85°C. Amonia cair dari tangki penyimpanan diturunkan tekanannya
dengan expansion valve menjadi 1 atm sehingga amonia berubah menjadi fase
gas dan mengalir menuju reaktor setelah sebelumnya dilewatkan ke dalam
heater untuk menaikkan suhunya menjadi 85 °C.
2. Tahap Reaksi dan Kristalisasi
Ammonium sulfat diperoleh dari hasil reaksi antara gas amonia dan
larutan asam sulfat di dalam reaktor [R-210] dengan kondisi operasi tekanan 1
atm yang menyebabkan suhu didalam rekator menjadi 85 °C. Asam Sulfat cair
dan gas amonia dimasukkan secara kontinu hingga kondisi Supersatureated.
Reaksi pembentukan amonium sulfat di dalam reaktor :
2 NH3(g) + H2SO4(l) (NH4)2SO4(aq)
Reaksi ini sangat eksortermis (menghasilkan panas), tergantung pada
panas reaksi dari keadaan konsentrasi dan keadaan fisik reaktannya.
Temperatur dalam reaktor dapat bertahan hampir konstan pada kondisi normal
operasi. Reaktor dilengkapi dengan pengaduk agar proses reaksi dapat berjalan
sempurna serta dilengkapi jaket pendingin untuk menjaga suhu reaktor konstan
pada 85°C. Keasaman dijaga dengan mengatur jumlah pemasukan uap amonia.
Keasaman naik, pemasukan amonia ditambah. Keasaman turun, pemasukan
amonia dikurangi. Sedangkan aliran asam sulfat sudah tentu jumlahnya.
Ammonium sulfat cair hasil rekasi selanjutnya dipompa dengan menggunakan
pompa [L-212] menuju evaporator untuk dipekatkan larutannya.
18
3. Tahap Pemekatan
Pada tahap pemekatan dilakukan pada kondisi operasi suhu 90°C , larutan
amonium sulfat dari reaktor dipekatkan di dalam evaporator bertekanan vakum
dengan bantuan steam sehingga kandungan air di dalam larutan ammonium
sulfat akan menguap dan menjadikan larutan ammonium sulfat dalam kondisi
lewat jenuh saat keluar dari evaporator.
4. Tahap Pemisahan Kristal
Alat utama pada proses ini adalah centrifuge [S-320] yang berfungsi
untuk memisahkan kristal ammonium sulfat dari larutan induknya, Produk
keluar dari crystallizer berupa campuran kristal dan larutan induk (Mother
Liquor) yang kemudian dialirkan menuju centrifuge.Kristal basah yang terlah
terpisah dari larutan induknya diangkut dengan screw conveyor menuju tahap
pengeringan. Sedangkan, larutan induk dipompa kembali untuk masuk ke
dalam crystallizer.
5. Tahap Pengeringan dan Pendinginan
Alat utama pada proses ini adalah rotary dryer [B-340] yang berfungsi
untuk mengeringkan kristal amonium sulfat sampai kandungan air 0,1% berat.
Kristal amonium sulfat dialirkan ke dalam rotary dryer dan dikontakkan dengan
udara panas secara counter-current. Kristal amonium sulfat kering yang keluar
dari rotary dryer masih dalam kondisi panas sehingga perlu didinginkan dengan
dilewatkan di dalam cooling screw conveyor agar produk keluar suhunya
menjadi 32 °C.
6. Tahap Persiapan Produk
Kristal amonium sulfat yang keluar dari cooling screw conveyor
dimasukkan ke ball mill menggunakan bucket elevator untuk dikecilkan
ukurannya sehingga dapat lolos screen 65 mesh dan yang telah lolos akan
masuk ke silo amonium sulfat.
19
PABRIK AMMONIUM SULFAT DARI AMMONIA DAN ASAM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI
20
APPENDIX
NERACA MASSA
= 31.565,6566 Kg/Jam
Waktu Operasi = 1 Tahun = 330 Hari
= 1 Hari = 24 Jam
1. Tangki Pengenceran H2SO4
2. Reaktor
21
(NH4)2SO4(aq) 25.426,1491
4. Evaporator
22
5. Crystallizer
6. Centrifuge
Massa Masuk (Kg/jam) Massa Keluar (Kg/jam)
Produk solid dari kristalizer Produk kristal basah ke rotary dryer
(NH4)2SO4(s) 30.511,3789 (NH4)2SO4(aq) 30.511,3789
23
H2SO4(aq) 180,1886
H2O(l) 4.262,6191
(NH4)2SO4(aq) 19.323,8733
TOTAL 23.766,6810
TOTAL 55.528,9378 TOTAL 55.528,9378
7. Rotary Dryer
24
8. Cyclone
Produk solid dari Rotary Dryer Produk kristal kering ke Ball Mill
(NH4)2SO4(s) 31.213,1406 (NH4)2SO4(s) 31.525,2720
Sisa H2SO4(aq) 9,4836 Sisa H2SO4(aq) 9,4836
H2O(l) 31,2444 H2O(l) 31,2444
TOTAL 31.253,8686
Produk solid dari Cyclone
(NH4)2SO4(s) 312,1314
TOTAL 31566 TOTAL 31566
25
(NH4)2SO4(s) 31.525,2720 (NH4)2SO4(s) 31.525,2720
Sisa H2SO4(aq) 9,4836 Sisa H2SO4(aq) 9,4836
H2O(l) 31,2444 H2O(l) 31,2444
26
BAB IV
NERACA PANAS
2. HEATER AMONIA
Steam 148℃
Steam Condensate
NERACA ENERGI HEATER AMONIA
Energi Masuk (kJ/jam) Energi Keluar (kJ/jam)
Gas NH3 99,5% dari tangki Gas NH3 99,5% ke reaktor
NH3(g) = 108,432.6935 NH3(g) = 1,217,272.3612
H2O = 867.1791 H2O = 9,614.4546
Steam 148℃
Steam Condensate
Air Pendingin
45℃
Larutan (NH4)2SO4
Reaktor
Gas NH3 99,5%
Air Pendingin
45℃
5. SCRUBBER
Steam 148℃
Steam Condensate
Q loss = 984,655.4439
7. BAROMETRIC CONDENSOR
Q serap = 15,358,240.9702
Steam 148℃
Condensate
45℃
Q Loss = 4,316.1896
9. CRYSTALLIZER
Air Pendingain
30℃
Larutan (NH4)2SO4
90℃
Larutan (NH4)2SO4
Crystallizer
Recycle Mother Liquor 32℃
32℃
Air Pendingin
45℃
Larutan (NH4)2SO4
90℃
Larutan (NH4)2SO4
Crystallizer
Recycle Mother Liquor 32℃
32℃
Air Pendingin
45℃
Q serap = 4,386,785.9438
Rotary Dryer
Kristal basah 32℃ Kristal Kering 100℃
Steam Condensate