Skripsi Krisbi Sara (2124160133)
Skripsi Krisbi Sara (2124160133)
SKRIPSI
KRISBI SARA
NIM. 2124160133
KRISBI SARA
2124160133
Pembimbing I
NanaSutisna, M.Pd
NIK. 01.3112770045
Pembimbing II
Risma, S.Si,M.Pd
NIK. 01.3112770495
Mengetahui,
Pendidikan Jasmani
NIK. 01.3112770217
BUKTI PENGUJI
Dewan Penguji ujian sidang Sarjana Program Studi Pendidikan Jasmani Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis dengan inimenyatakan
bahwa Skripsi yang berjudul:
Krisbi Sara telah diujikan dalam rangka ujian Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program
studi Pendidikan Jasmani telah diperbaiki sebagaimana mestinya.
Penguji II Anggota
Diketahui
Ketua Prodi Penddidikan Jasmani
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini berjudul:
betul-betul karya tulis saya. Isi dari karya tulis ini bukan merupakan hasil
penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku, dengan demikian saya bersedia menanggung resiko sangsi apapun yang
Yang Menyatakan
Krisbi Sara
NIM. 2124160133
ABSTRAK
Krisbi Sara. 2124160133. Judul Skripsi: Hubungan Durasi Tidur dan Perilaku
Sedentari dengan Body Mass Index pada Siswa SMA Negeri 3 Ciamis.
Pembimbing I Nana Sutisna, M.Pd. Pembimbing II Risma, S.Si., M.Pd.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha Pengasih
penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Durasi Tidur dan Perilaku Sedentari
dengan Body Mass Index pada Siswa SMA Negeri 3 Ciamis” ini dapat
diselesaikan. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Pprogram Studi
kasih kepada semua pihak yang telah membantu melalui dorongan moril maupun
material sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
1. Bapak Dekan FKIP, yang telah memberikan izin penelitian sehingga penulis
2. Bapak Andang Rohendi, M.Pd. sebagai ketua Prodi Pendidikan Jasmani, yang
3. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang banyak memberikan motivasi.
ii
4. Bapak Nana Sutisna, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah meluangkan
terselesaikan.
kepada penulis.
6. Kepala Sekolah beserta Guru SMAN 3 Ciamis, yang telah menerima kami
7. Siswa dan Siswi SMAN 3 Ciamis, yang telah bersedia menjadi sampel dalam
8. Dosen dan Staf Prodi Pendidikan Jasmani, yang banyak membantu penulis
10. Teman-teman se-angkatan, yang dengan kebersamaan dalam suka dan duka
selama perkuliahan.
Penulis mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan kecuali mudah-
iii
mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua
Krisbi Sara
NIM. 2124160133
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORITIS.........................................................................11
A. Hakekat Durasi Tidur...........................................................................11
B. Hakekat Perilaku Sedentari...................................................................24
iv
C. Hakekat Body Mass Index....................................................................29
D. Hubungan Durasi Tidur dengan Body Mass Index...............................35
E. Hubugan Perilaku Sedentari dengan Body Mass Index........................38
F. Penelitian Yang Relevan.......................................................................39
G. Anggapan Dasar....................................................................................45
H. Hipotesis...............................................................................................46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................47
A. Metode Penelitian.................................................................................47
B. Desain Penelitian..................................................................................49
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................50
D. Definisi Operasional Variabel..............................................................52
E. Instrumen Penelitian.............................................................................53
F. Prosedur Pengembangan Instrumen.....................................................54
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................................56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................63
A. Hasil Penelitian.....................................................................................63
B. Pembahasan..........................................................................................74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................81
A. Kesimpulan...........................................................................................81
B. Saran.....................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................83
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................87
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................101
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Durasi Tidur dengan Body Mass Index............68
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas Perilaku Sedentari dengan Body Mass Index...69
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Product Moment Durasi Tidur dengan Body Mass
Index.................................................................................................................71
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Product Moment Perilaku Sedentari dengan Body
Mass Index........................................................................................................72
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Mass Index).............................................................................91
Index)......................................................................................95
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cepat, memungkinkan manusia untuk hidup serba praktis, instan serta otomatis,
sehingga banyak pekerjaan atau kegiatan dapat dilakukan dengan mudah tanpa
harus mengeluarkan tenaga yang besar. Bila ingin menuju suatu tempat kita hanya
memanjakan kita sehingga kurangnya aktivitas gerak, terlebih untuk remaja yang
kemajuan itu menyebabkan manusia secara sadar atau tidak sadar mengalami
perubahan pada pola perilaku yang monoton atau terbatas serta diikuti dengan
Aktivitas gerak tubuh merupakan suatu dasar dari tingkat kebugaran jasmani.
fisik merupakan salah satu faktor peningkatan body mass index (BMI). Perubahan
body mass index dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin
tidak terkecuali anak remaja. Baik dan buruknya tingkat kebugaran jasmani
ditentukan oleh aktif dan tidaknya anggota tubuh itu sendiri. Seseorang yang
1
2
secara fisik bugar dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan giat memiliki
risiko rendah dalam masalah penyakit obesitas dan dapat menikmati olahraga
serta berbagai aktivitas lainnya (Meredith, 1996). Obesitas yang menetap sejak
jantung iskemik. Oleh karena itu, obesitas menjadi masalah kesehatan pada
Data hasil dari buku Profil Kesehatan di Jawa Barat (2017), secara nasional
menunjukkan angka status gizi pada anak usia 13-15 tahun terdiri dari, 2% sangat
kurus, 6,5% kurus, 71,5% normal 7,5% gemuk, dan 2,5% sangat gemuk
(obesitas). Sedangkan pada anak umur 16-18 tahun terdiri dari 1,4% sangat kurus,
7,7% kurus, 83,3% normal, 6,2% gemuk dan 1,4% sangat gemuk (obesitas)
(Dinkes Jabar, 2017). Selain itu masalah yang harus diperhatikan yakni masalah
kegemukan. Di Indonesia masalah kegemukan pada anak umur 13-18 tahun masih
tinggi. Berdasarkan dari data riset tersebut dapat disimpulkan bahwa angka
prevalensi yang mengalami masalah berat badan dibawah angka normal dan berat
badan diatas angka normal (obesitas) yang terjadi pada masyarakat di Indonesia
sejak dini dapat menjadi salah satu permasalahan yang cukup serius di masa yang
akan datang. Salah satu cara untuk menekan dan menghambat angka obesitas
yang terjadi sejak dini adalah rutin melakukan aktivitas fisik. Tetapi, pada era
sebesar 33.5 masyarakat di Indonesia usia ≥10 tahun yang tergolong kurang aktif.
3
Hasil riset pada provinsi Jawa Barat sendiri sebesar masyarakat yang tergolong
kurang aktif. Semakin menurunnya tingkat aktivitas fisik pada anak dan diikuti
kurang tepatnya pola makan, mempunyai peluang peningkatan body mass index
berlebihan dan asupan yang dimakan kurang tepat kemungkinan dapat berdampak
pada kekurangan berat badan atau indeks massa tubuh dibawah angka normal.
tergantung lama intensitas dan kerja otot. Body mass index, durasi tidur dan
perilaku sedentari merupakan tiga variabel yang saling berkaitan karena semakin
tinggi intensitas perilaku sedentari maka body mass index yang dimiliki semakin
menyebabkan penumpukan energi oleh tubuh dalam bentuk lemak (Ariyani &
Masluhiya, 2017). Jika hal ini terjadi secara berkelanjutan maka akan
dilakukan haruslah sesuai dengan porsinya, teratur dan tidak berlebihan agar dapat
perubahan drastis pada komposisi tubuh seperti peningkatan massa otot serta
ukuran tulang untuk mempengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap latihan.
Salah satu cara untuk memantau tingkat status gizi anak adalah dengan
menggunakan alat ukur body mass index. BMI merupakan cara pengkategorian
berat badan anak yang sangat sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian
Terlepas dari itu semua, body mass index bisa menjadi patokan seseorang
penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh. Kondisi
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik penderitanya, tetapi
juga meningkatkan risiko dalam kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan
tekanan darah tinggi (Bays et al., 2007). Kebiasaan pola perilaku yang pasif untuk
peningkatan body mass index semakin besar. Adanya asumsi bahwa semakin
tingginya body mass index seseorang maka aktivitas fisik yang dilakukan semakin
rendah.
dengan dengan menonton televisi dan bermain game. Tren perilaku seperti itu
aktivitas diluar waktu tidur, dalam posisi duduk atau berbaring yang tidak
rata menghabiskan waktunya dengan perilaku sedentary lebih dari 6 jam dalam
sehari (Colley et al, 2011). Di beberapa negara, perilaku sedentari saat ini menjadi
kesehatan. Namun, studi tentang perilaku sedentari ini di Indonesia masih sangat
kurang. Padahal aktivitas fisik pada anak remaja saja masih kurang, apalagi
aktivitas menetap atau sedentari ini di Indonesia yang sering dilakukan anak
remaja pada waktu luang. Data World Health Organization menyatakan bahwa
salah satu faktor terjadinya obesitas anak adalah meningkatnya perilaku sedentari
satunya yaitu yang dilakukan oleh Rahmadani A, Indriasari R dan Yustini pada
dimana dari hasil akhir yang didapatkan menunjukkan bahwa ada korelasi antara
adalah penelitian yang dilakukan oleh Pramita & Griadhi pada tahun 2016 dengan
judul Hubungan Antara Perilaku Sedentari Dengan Indeks Massa Tubuh Pada
Siswa Kelas V di SD Cipta Dharma Denpasar dimana dari hasil akhir penelitian
dengan indeks massa tubuh pada siswa kelas V di SD Cipta Dharma Denpasar.
Selain perilaku sedentari, durasi tidur juga dapat mempengaruhi body mass
asupan energi individu (Chapman dkk, 2012). Asupan makan akan berpengaruh
adalah tempo waktu transisi antara kanak-kanak menuju dewasa. Dalam masa
6
peralihan ini tentunya diiringi perubahan jadwal dan aktivitas kegiatan. Beberapa
bahkan ada yang sudah mulai bekerja. Di satu sisi lingkungan pergaulan yang
semakin luas, memicu kebiasaan berkeliling hingga larut malam. Selain itu
mudahnya datang rasa jenuh dan bosan, membuat remaja suka mencari hiburan.
Salah satunya menyaksikan tayangan televisi, dan tentunya bila sudah di depan
layar kaca, akan menghabiskan waktu hingga berjam-jam hingga larut malam
untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk fungsi restorasi dan homeostatis
seluruh sistem organ tubuh, yang bersifat menyegarkan dan penting dalam
termoregulasi normal serta penyimpanan energi. Kebutuhan tidur anak sekitar 10-
12 jam per hari, dengan pola tidur yang irregular, sangat dipengaruhi oleh kondisi
Setiap orang memiliki durasi tidur yang berbeda, kebutuhan tidur yang tidak
rasa ngantuk, serta penurunan produktivitas (Moorcroft, 2013). Tidur yang tidak
psikologi meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi (Rasyid IA, Syafrita Y, &
7
Sastri S, 2017).
Orang yang tidur kurang dari 7 jam per hari memiliki resiko mendapatkan
body mass index yang lebih besar dari pada orang yang tidur lebih lama karena
obesitas erat kaitannya dengan sekresi hormone ghrelin dan leptin yang terdapat
dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin dan leptin merupakan hormon pencernaan
penyeimbang pengatur rasa lapar dan kenyang. Ghrelin dihasilkan oleh saluran
seseorang memiliki waktu tidur yang kurang akan meningkatkan kadar ghrelin
dan menurunkan kadar leptin, yang artinya rasa lapar akan terus terangsang dan
Penelitian mengenai hubungan antara durasi tidur dan kualitas tidur dengan
indeks massa tubuh dalam besar sampel dewasa muda di Universitas Zagreb
Krowasia menunjukkan terdapat hubungan dimana durasi tidur yang singkat dan
kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan indeks massa tubuh (Krističević,
Štefan, & Sporiš, 2018). Di Amerika Serikat terdapat penelitian mengenai kualitas
persen memiliki kualitas tidur yang buruk dan termasuk kategori obesitas (Perla
memiliki durasi tidur lebih cepat akan meningkatkan resiko obesitas. Terdapat
variasi berat badan 0,7 kg setiap berkurang waktu tidur selama 1 jam (Filiatrault,
Chaput, Drapeau, & Tremblay, 2014). Penelitian terhadap pengaruh kurang tidur
8
resiko obesitas (Monica, 2013). Terdapat penelitian mengenai durasi dan kualitas
tidur terhadap indeks massa tubuh pada individu dewasa di kota Yogyakarta
menyatakan bahwa durasi tidur pendek dan kualitas tidur buruk berhubungan
dengan indeks massa tubuh yang tinggi pada individu dewasa di Yogyakarta
(Satwika, 2017).
Namun terdapat penelitian lain yang membahas mengenai durasi tidur adalah
penelitian yang dilakukan oleh Hasiana pada tahun 2013 dengan Judul Hubungan
Pola Tidur Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011 dan 2012 dimana dari hasil akhir
penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola
tidur dengan indeks massa tubuh. Penelitian mengenai hubungan kualitas tidur
menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan
dan durasi tidur dengan body mass index. Maka, harus dilakukan penelitian lebih
lanjut lagi untuk mengetahui hubungan antara perilaku sedentari dan durasi tidur
dengan indeks massa tubuh. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul; “Hubungan Durasi Tidur Dan Perilaku Sedentari Dengan
B. Rumusan Masalah
Suatu permasalahan akan dapat dikaji dengan baik, jika masalah tersebut
dirumuskan dengan jelas. Dan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara durasi tidur dengan body mass index pada
2. Apakah terdapat hubungan antara perilaku sedentari dengan body mass index
3. Apakah terdapat hubungan antara durasi tidur dan perilaku sedentari secara
bersama-sama dengan body mass index pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Hubungan antara durasi tidur dengan body mass index pada siswa SMA
Negeri 3 Ciamis.
2. Hubungan antara perilaku sedentari dengan body mass index pada siswa SMA
Negeri 3 Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, hasil penelitian ini
Lebih lanjut manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian ini ialah sebagai
berikut :
A. Manfaat Teoritis
penelitian yang lebih lanjut. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan
mengenai hubungan antara durasi tidur dan perilaku sedentari dengan body
B. Manfaat Praktis
tidur dan perilaku sedentari anak remaja serta memberikan informasi kepada
anak berkaitan dengan pentingnya durasi tidur dan perilaku sedentari guna
menekan body mass index anak agar terhindar dari kekurangan dan kelebihan
berat badan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Definisi tidur
tidur adalah suatu keadaan tidak sadar (unconciouseness) akan tetapi masih
suatu keadaan yang relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
adalah suatu keadaan fisiologis dimana badan relatif tanpa sadar yang penuh
otak dan badan bertolak belakang dimana tubuh dan aktivitas metabolisme
menurun akan tetapi otak bekerja lebih keras selama periode bermimpi.
menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
11
12
semula bekerja penuh akan mulai turun saat tidur dan di saat tidur tersebut
tubuh akan merileksasikan organ tubuh dan memperbaiki sel-sel tubuh yang
otak.
maka penulis dapat meyimpulkan bahwa tidur adalah sebagai suatu keadaan
badan yang semula bekerja penuh akan mulai turun saat tidur dan masih
rangsang lainnya
ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya
susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak
dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi
rangsangan visual, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
2. Tahapan tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau
Rapid Eye Movement (RED) dengan pergerakan mata yang tidak cepat atau
Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang
terdiri dari 4 stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur
stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM. Fase
NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam
(Patlak, 2005).
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan
dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain.
melambat dan suhu tubuh menurun (Smith dan Segal, 2010). Pada tahap
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong 2003). Pada
tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu
14
tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam titik gelombang
otak sangat lamban. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju
Tahap 3 dan 4 dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, sangat
restorative dan merupakan bagian tidur yang diperlukan untuk merasa cukup
istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini
biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan
masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung
lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau
kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak
teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat (Patlak, 2005).
Selama tidur, baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi, tetapi
mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional
tidur, yaitu REM dan NREM, berselingan 4-6 kali. Apabila seseorang
lebih besar. Sedangkan, jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan
siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Ketukan Irama sirkadian ini juga
3. Mekanisme tidur
yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah
tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang tepat
dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM
terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah denyut nadi dan frekuensi nafas.
Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas
16
otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-
rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit
mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak
teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid
sistem yang disebut Reticular Activity System (RAS). Bila aktivitas ras
meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas ras
menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas ras ini sangat
a. Sistem serotoninergik
terbanyak terletak pada nucleus raphe dorsalis pada batang otak, yang
17
b. Sistem adrenergik
badan sel nucleus cereleus di batang otak titik kerusakan sel neuron pada
adrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan
c. Sistem kolinergik
berhubungan dengan pola tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga
cereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
d. Sistem histaminergik
e. Sistem hormon
4. Kualitas tidur
dan belisa, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata kelopak mata bengkak,
dimensi.
durasi tidur akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan kesibukan yang
dimiliki individu tersebut untuk bersekolah atau bekerja pada siang hari.
golongan usia.
19
Tabel 2.1
Durasi Kebutuhan Tidur Normal Berdasarkan Usia
dan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) telah dilaporkan dalam sampel
metabolisme dan tingginya IMT. Dua hormon kunci yang mengatur nafsu
makan yaitu leptin dan ghrelin. Kedua hormon ini memainkan peranan yang
signifikan dalam interaksi antara durasi tidur yang pendek dan tingginya
a. Hormon Leptin
hormon leptin. Hormon ini merupakan salah satu hormon yang terdapat
lainnya seperti di dalam perut, jantung dan plasenta (Taheri, Lin, Austin,
dalam tubuh, dan hormon ini juga dapat dipecah menjadi zat
Cara kerja dari hormon leptin ini dibantu oleh reseptor leptin
antara lain adalah LEPR, gen LEPR dimana reseptor tersebut berada di
atau mengurangi energi yang ada di dalam tubuh. Jika perlu menambah
maka otak akan memberikan sinyal lapar dan haus, jika tidak maka otak
gender, dan kadar gula darah dalam tubuh. Semakin besar energi
tersimpan di dalam tubuh akan membuat kadar leptin juga semakin besar
b. Hormon Ghrelin
IMT. Chaput dkk pada tahun 2012 menemukan hanya durasi tidur yang
overweight/obesity.
a. Umur
fisiologis dari sel-sel dan organ pada neonati, kebutuhan tidur tinggi
karena masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim
ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ
b. Penyakit
dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai
mobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. Hal ini umumnya terjadi
pada klien dengan nyeri, kecemasan, dan dispnea. Juga pada kasus
terbangun pada pagi hari dan kelemahan nokturia, atau berkemih pada
mengalami “sindrom kaki tak berdaya” yang terjadi pada saat sebelum
23
c. Motivasi
d. Emosi
2010).
e. Lingkungan
2010).
f. Obat-obatan
Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur
banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein, gas dll
(Perry&Potter, 2010).
h. Aktivitas
2010).
menarik. Pemaparan teori atau pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
(kereta, bus, mobil, motor, dan lain lain), tetapi tidak termasuk saat tidur.”
energi ≤1,5 MET baik saat duduk atau saat berbaring.” Berdasarkan
adalah suatu perilaku yang hanya megeluarkan sedikit atau hampir tidak
melakukan aktivitas fisik yang berarti. Dengan kata lain, gaya hidup
dan hanya berupa duduk dan berbaring diluar waktu tidur. Perilaku tersebut
sedikit.
mortalitas pada anak-anak dan orang dewasa (Shields & Tremblay, 2008).
Bukti serupa yang muncul untuk populasi orang dewasa yang lebih tua
ditandai dengan sedikit atau tidak ada gerakan fisik dan pengeluaran energi
yang rendah kurang dari 1,5 MET (Metabolic Equivalent Task) MET
mengeluarkan energi senilai 8 MET, jalan cepat memiliki nilai 3-4 MET
sedikit dari 1,5 MET. Mereka menjelaskan lebih lanjut bahwa beberapa
luar dan waktu menonton TV atau bioskop (Wong, Colley, Gorber, &
Tremblay, 2011).
a. Aktif
bersepeda dalam seminggu atau pekerjaan dengan berdiri dan 1-2,9 jam
latihan fisik dan/atau bersepeda dalam seminggu atau pekerjaan fisik dan
lainnya tapi < 1 jam latihan fisik dan / atau bersepeda dalam seminggu
b. Cukup Aktif
atau bersepeda dalam seminggu atau pekerjaan dengan berdiri tapi <1
27
jam latihan fisik dan/atau bersepeda dalam seminggu atau pekerjaan fisik
Pekerjaan sedentari tapi melakukan < 1 jam latihan fisik dan / atau
bersepeda dalam seminggu atau pekerjaan dengan berdiri dan tidak ada
d. Tidak Aktif
bersepeda.
a. Kemajuan Teknologi
tidak tampak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Selama masa
memiliki tingkat yang lebih tinggi dari perilaku sedentari, jika orang tua
atau saudara mereka juga terlibat dalam tingkat tinggi perilaku sedentari.
Memiliki sebuah set televisi dan komputer di dalam rumah dan memiliki
tinggi dan berpengaruh pada perilaku sedentari. Adanya aturan orang tua
sedikit atau tidak ada waktu untuk rekreasi dan olahraga. Hal ini terbukti
menghadiri pertemuan dan pada saat pulang kerja, saat perjalanan pulang
mengemudi dan terkena kemacetan lalu lintas berat (sama dengan pekerja
Pengertian body mass index banyak sekali diungkap oleh para pakar
menarik. Pemaparan teori atau pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
bahwa, body mass index adalah sebuah indikator yang digunakan dalam
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa body mass index atau indeks
a. Usia
hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan body mass
index kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49 dan
b. Jenis kelamin
c. Genetik
BMI dijelaskan oleh faktor genetik. Body mass index sangat berhubungan
erat dengan generasi pertama keluarga. Studi lain yang berfokus pada
pola keturunan dan gen spesifik telah menemukan bahwa 80% keturunan
32
dari 2 orang tua yang obesitas juga mengalami obesitas dan kurang dari
d. Pola makan
obesitas ini terjadi karena kandungan lemak dan gula yang tinggi pada
makanan cepat saji. Selain itu peningkatan porsi dan frekuensi makan
e. Aktivitas fisik
(2014:78) adalah " dengan mengukur Tinggi Badan (TB) menggunakan alat
Tabel 2.2
Kriteria Status BMI (World Healty Organization)
Kategori BMI
Kurus (Under weight) <18,5
Normal (Healty weight) 18,5 – 24,9
Kegemukan (Over weight) 25,0 – 29,9
Obesitas Tingkat 1 30,0 – 34,9
Obesitas Tingkat 2 35,0 – 39,9
Obesitas Tingkat 3 > 40
Sumber: (Kemendikbud, 2014:80)
34
sebagai berikut:
badan.
3) Mudah dikerjakan dan sesuai nilai standar yang dinyatakan pada tabel
BMI.
1) Pada olahragawan
index yang tinggi karena peningkatan massa otot. massa otot yang
2) Pada anak-anak
jenis kelamin dan usia. Hal ini terjadi karena kecepatan pertambahan
ukuran linear tubuh (tinggi badan) dan berat badan tidak berlangsung
dengan kecepatan yang sama. Begitu juga dengan jumlah lemak tubuh
35
body mass index. Bangsa barat seperti negara di benua Eropa dengan
bangsa Asia dengan BMI 24.9 kg/m termasuk kategori over weight.
indeks massa dengan penurunan jumlah tidur, baik pada anak-anak maupun
dewasa (Carter, Taylor, Williams, & Taylor (2011); Landhuis, Poulton, Welch, &
Hancox, (2008); Seegers et al., (2011); Patel, Malhotra, White, Gottlieb, & Hu,
makan dan pengeluaran energi (Karine Spiegel, Esra Tasali, Rachel Leproult,
(2004); Taheri, Lin, Austin, Young, & Mignot, (2004)). Taheri et al., (2004)
indeks massa tubuh dan juga berpengaruh pada kadar hormon leptin dan ghrelin,
yaitu hormon yang mengatur nafsu makan. Kadar leptin akan meningkat,
dalam level terendah sehingga memberikan sinyal kepada pusat kenyang bahwa
sudah cukup. Tetapi pada obesitas, peningkatan kadar leptin tidak mengurangi
jaringan adiposa, sehingga terjadi resistensi leptin (Ganong & Hall, 2007).
Menurut Thompson et al. (1999) dalam Karine Spiegel, Esra Tasali, Rachel
dan ghrelin memiliki perbandingan yang terbalik, yaitu penurunan vagus berarti
selanjutnya akan menurunkan kadar leptin (Karine Spiegel, Esra Tasali, Rachel
Leproult, 2004).
ke kelenjar hipofisis. Hormon pertumbuhan dengan kadar rendah pada malam hari
dapat menjaga kadar glukosa dengan cara menghambat pengambilan glukosa dari
jaringan otot. Jika terjadi pengurangan jumlah tidur, maka pelepasan hormon
pertumbuhan akan meningkat pada malam hari. Selanjutnya, pada orang normal,
37
kadar kortisol paling rendah terdapat pada sore hari. Hal ini menyebabkan
sensitivitas insulin menurun pada awal tidur, dan meningkat pada pertengahan
tidur dapat mengakibatkan kadar kortisol tertinggi pada sore hari, sehingga tidak
terjadi ritme sensitivitas insulin. Peningkatan kadar hormon kortisol dan hormon
tubuh, baik dari dalam maupun dari luar. Pengalihan jam tidur dapat menganggu
beberapa organ metabolik yang dapat mencetus diabetes seperti pancreas, hati dan
gangguan pada pelepasan kortisol dan glukosa serta tekanan darah (Gangwisch et
al., 2007).
Kaitan jumlah jam tidur yang berhubungan dengan peningkatan indeks massa
tubuh, khusunya obesitas, adalah penurunan jumlah jam tidur yang berkisar antara
‘kurang dari 7 jam’ menurut Watson, Buchwald, Vitiello, Noonan, & Goldberg
(2010) atau ‘kurang dari 4-5 jam’ menurut Schmid, Hallschmid, Jauch-Chara,
100 juta orang. Mengurangi perilaku sedentari yang mencirikan perilaku sedentari
menyebabkan akumulasi kelebihan kalori dan asam lemak. Hal ini karena
pemeliharaan berat badan tergantung pada jumlah kalori yang diserap melalui
asupan makanan dan jumlah yang dikeluarkan melalui perilaku sedentari dan
obesitas pada pekerja pria maupun wanita. Seorang individu yang sedentric,
dan kalori ini yang tidak diinginkan dan akan menjadi obesitas (Inyang et al.,
2015)
telah diidentifikasi sebagai gaya hidup yang terkait dengan globalisasi yang
dewasa karena pengeluaran energi sedikit atau tidak ada perilaku sedentari.
ketebalan lipat kulit, Body Mass Index, Lingkar pinggang dan rasio pinggang
pinggul atau Waist Hip Ratio (WHR). Ketebalan lipat kulit ini menunjukkan
tingkat timbunan lemak menggunakan lipatan kulit triceps dan lipatan kulit
scapular. Sebuah caliper disebut "Harpenden Caliper" digunakan untuk tujuan ini.
Body Mass Index ini dihitung dengan menggunakan berat badan dalam kilogram
pengobatan obesitas didefinisikan kelebihan berat badan sebagai BMI 25-29,9 dan
obesitas sebagai BMI 30. Waist rasio lingkar pinggang dan pinggul (WHR).
pinggang dengan ukuran pinggul. Orang yang memiliki rasio pinggang pinggul
melebihi 0,85 pada wanita dan 0,9 pada laki-laki yang dikatakan memiliki
penelitian yang ada dan relevan dengan penelitian ini, karena sangat berguna
sebagai landasan pada penyusunan kerangka berpikir. Penelitian ini didukung oleh
1. Penelitian yang dilakukan oleh Puput Septiana (2017) dengan judul “Hubungan
Antara Durasi Tidur Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 3-8 Tahun.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur dengan
kejadian obesitas pada anak usia 3-8 tahun di Desa Rengasdengklok Selatan
Populasi seluruh anak usia 3-8 tahun yang bersekolah di SDN Rengasdengklok
total sampling pada bulan Maret 2017 sejumlah 440 responden. Variabel
40
independen pada penelitian ini adalah durasi tidur pada anak usia 3-8 tahun,
sedangkan variabel dependen adalah status gizi anak usia 3-8 tahun. Instrumen
menggunakan uji Karl Spearman. Hasil penelitian dari 440 responden secara
deskriptif, anak dengan riwayat durasi tidur selama 7-9 jam 64,8 %, 10-12 jam
34,3 %, dan 13- > 14 jam 9%. Pola makan berdasarkan jenis makanan
dan sebagian besar mengkonsumsi lauk nabati 94,5%, hewani 94,5%, dan
sayur 94,5%, namun hanya sebagian kecil responden yang mengkonsumsi buah
besar 94,1% pola makan dari responden dikategorikan dalam pola makan baik
(memenuhi ≥ 80% AKG) dan kategori pola makan kurang baik (hanya
memenuhi < 80% AKG anak usia pra sekolah dan usia sekolah) sebanyak 5,7%
anak. Frekuensi makan anak usia 3-8 tahun pada penelitian ini didapatkan
sebagian besar berfrekuensi makan ≥ 3 kali dengan jumlah 86,6%. Status gizi
anak usia 3-8 tahun berdasarkan indeks IMT/U 7% memiliki status gizi sangat
kurus, 5,0% memiliki status gizi kurus, 30,2% memiliki status gizi normal, dan
hubungan durasi tidur dengan kejadian obesitas berdasarkan status gizi IMT/U.
terdapat hubungan antara durasi tidur dengan kejadian obesitas. Durasi tidur
yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak usia 3-8
Karawang. Dan pola tidur yang singkat sangat berpengaruh terhadap pola
2. Penelitian yang dilakukan oleh Restu Lestari (2018) dengan judul “Hubungan
Tingkat Asupan Energi Dan Durasi Tidur Dengan Indeks Massa Tubuh
asupan energi dan durasi tidur dengan IMT mahasiswa FIK UMS. Penelitian
diperoleh dari wawancara food recall 24 jam, data durasi tidur diperoleh dari
instrumen self report sleep duration, Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh dari
sebanyak 58,8% responden memiliki tingkat asupan energi defisit berat, 51,7%
memiliki IMT normal. Hasil uji Pearson Product Moment untuk mengetahui
antara tingkat asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas
durasi tidur dengan Indeks Massa Tubuh dengan uji Rank Spearman
antara durasi tidur dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Ilmu
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Iman Arundhana (2013) dengan judul
Penelitian ini adalah untuk melihat apakah perilaku sedentari merupakan faktor
risiko obesitas pada anak sekolah dasar, serta untuk melihat seberapa besar
kontribusi faktor risiko tersebut. Desain penelitian ini adalah case control,
dengan populasi adalah siswa sekolah dasar (SD) kelas 1-5 di Yogyakarta dan
Bantul baik dari sekolah negeri maupun swasta. Penentuan sekolah untuk tahap
Pemilihan kasus diambil dari anak-anak yang didiagnosis obesitas pada tahap
sampel diperoleh sebesar 488 yang terdiri dari 244 kasus dan 244 kontrol. Data
anak (CPAQ) yang sudah dimodifikasi. Data diolah dengan software Epidata v
3.1 dan STATA v.11. Dilakukan analisis statistic univariate, bivariate, dan
multivariate dengan uji t, anova, dan logistic regresi. Hasil dari penelitian ini
adalah Durasi perilaku sedentari pada siswa obes lebih panjang dibandingkan
signifikan untuk kategori screen based dan duduk (p<0,05). Dan kesimpulan
nya adalah perilaku sedentary merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada
anak SD.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Irsyan Baginda Maulana (2016) dengan judul
sedentari dengan lingkar pinggang dan indeks massa tubuh pada mahasiswa
penelitian ini yaitu sebanyak 167 responden. Kriteria sampel pada penelitian
ini termasuk responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dan tidak memiliki riwayat penyakit metabolik akut maupun kronik seperti
diabetes atau hipertiroid serta responden yang tidak memiliki riwayat trauma
aktivitas sedentari risiko rendah, 59,21% memiliki indeks massa tubuh normal
dan 69,80% memiliki lingkar pinggang normal. Hasil dari analisis didapatkan
indeks massa tubuh dengan hasil signifikan (p=0,003). Dari penelitian ini
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ely Triyani, Herman, dan Jaka Pradika (2018)
dengan judul “Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kualitas Tidur Dengan
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 96 orang siswa/siswi kelas VII dan
IMT. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan regresi logistik dengan
metode Forward. Hasil dari penelitian ini adalah Siswa/siswi remaja sebagian
besar memiliki IMT tidak obesitas yaitu 70,8%, aktivitas fisik aktif 85,4%, dan
kualitas tidur baik 61,5%. Terdapat hubungan dengan korelasi lemah antara
aktivitas fisik dan obesitas p = 0,002 dan antara kualitas tidur dan obesitas p =
0,000. Probabilitas remaja dengan aktivitas fisik tidak aktif dan kualitas tidur
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan obesitas
dimana aktivitas fisik remaja obesitas dalam penelitian ini cenderung tidak
aktivitas fisik atau kualitas tidur yang direkomendasikan pada usia remaja.
45
G. Anggapan dasar
Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti.”
penelitiannya. Oleh karena itu, anggapan dasar yang menjadi titik tolak pemikiran
1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi indeks massa tubuh seperti usia, jenis
kelamin, genetik, pola makan, faktor lingkungan, aktivitas fisik, dan tidur
(Prio, 2015).
2. Berdasarkan data dari National Sleep Foundation, kurangnya durasi tidur akan
:https://sleepfoundation.org/sleep-polls-data/sleep-in-america-poll/2002-adult-
sleep-habits, 2002).
3. Hasil dari penelitian Lowry et al. (2012) dengan judul “Association of Sleep
prevalensi obesitas pada remaja SMA khususnya pada siswi putri ditemukan
mempunyai waktu tidur yang pendek (≤4 jam) dibandingkan remaja yang tidur
tv, jumlah mobil per keluarga meningkat sehingga terjadi penurunan aktivitas
H. Hipotesis
data yang terkumpul”. Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan yang
1. Terdapat hubungan antara durasi tidur dengan body mass index pada siswa
2. Terdapat hubungan antara perilaku sedentari dengan body mass index pada
3. Terdapat hubungan antara durasi tidur dan perilaku sedentari secara bersama-
sama dengan body mass index pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis.
BAB III
METODOLGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
atau tidaknya suatu penelitian tergantung dari metode yang digunakan. Mengenai
Metode yang tepat akan menjadi penentu keberhasilan suatu penelitian dan
Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah mencari hubungan antara durasi
penelitian ini adalah metode korelasional. Hal ini dikemukakan oleh Fox yang
populasi disebut penelitian korelasi. Perbedaan yang utama dengan metode lain
adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi.”
yang terjadi.”
47
48
Sebuah studi korelasional menggambarkan sejauh mana dua atau lebih variabel
kuantitatif saling berhubungan. Ketika suatu korelasi ditemukan ada di antara dua
variabel, itu berarti bahwa skor dalam kisaran tertentu oada suatu variabel
dikaitkan dengan skor dalam kisaran tertentu pada variabel lain. Korelasi positif
berarti skor tinggi pada satu variabel cenderung dikaitkan dengan skor tinggi pada
variabel lain, sementara skor rendah pada suatu variabel dikaitkan dengan skor
rendah pada variabel lainnya. Korelasi negatif, berarti skor tinggi pada satu
variabel dikaitkan dengan skor rendah pada variabel lain, dan skor rendah pada
satu variabel dikaitkan dengan skor tinggi pada variabel yang lain.
dan hubungan lebih dari dua variabel (multiple correlation). Analisis statistik
melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Dengan
menggunakan teknik analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa
B. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai
dilaksanakan.”
hubungan antara durasi tidur pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis sebagai Variabel
X1 dan Perilaku Sedentari pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis sebagai X 2 dengan
body mass index sebagai variabel Y. Adapun desain penelitian yang peneliti
X1 rx1y
Rx1x2y
Y
X2 rx2y
Keterangan:
1. Populasi
2. Sampel
wakil dari populasi yang diteliti.” Sampel untuk studi korelasi, seperti dalam
semua jenis studi, harus dipilih secara hati-hati dan jika memungkinkan
51
uraian tersebut, maka teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu
teknik simple random sampling pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis. Menurut
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Jadi, dalam teknik
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
a. Variabel Bebas(Independen)
dependen.” Variabel independen dalam penelitian ini adalah durasi tidur dan
perilaku sedentari.
2. Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel
E. Instrumen Penelitian
Diperlukan adanya data yang benar, cermat serta akurat karena keabsahan
hasil pengujian hipotesis tergantung pada kebenaran dan ketepatan data untuk
data yang diperoleh tergantung pada alat pengumpulan data yang digunakan
sebagai sumber data. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian
ini perlu digunakan alat ukur sebagai pengumpul data. Arikunto (2012)
pengukur, dengan alat ini kita akan mendapatkan data yang merupakan hasil
pengukuran.”
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
ActivPal untuk mengukur durasi tidur dan perilaku sedentari. Sedangkan alat pita
meter atau meteran untuk mengukur tinggi badan. Serta alat timbangan badan
2) Kedua kaki harus ke depan dan jarak antara kedua kaki kurang lebih 10
cm.
stadiometer/dinding.
5) Tentukan tinggi dengan mengukur jarak vertikal dari alas kaki sampai
kaki.
dengan tabel kategori status body mass index menurut (WHO) sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Status BMI (World Healty Organization)
Kategori BMI
Kurus (Under weight) <18,5
Normal (Healty weight) 18,5 – 24,9
Kegemukan (Over weight) 25,0 – 29,9
Obesitas Tingkat 1 30,0 – 34,9
Obesitas Tingkat 2 35,0 – 39,9
Obesitas Tingkat 3 > 40
Sumber: (Kemendikbud, 2014:80)
a. Instrumen ActivPal
activPAL dan actigraph. Melalui alat itu, kita akan mengetahui berapa
menit atau persen seorang anak melakukan aktivitas fisik, aktivitas fisik
yang energik, diam nonton TV, atau tidur dalam seharinya. Penelitian
yang penting terutama dalam menarik kesimpulan tentang masalah yang diteliti.
Untuk itu apabila semua data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Setelah diperoleh hasil data dari ActivPal tentang durasi tidur, dan langkah
selanjutnya skor yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel nilai durasi tidur.
Setelah diperoleh hasil data dari ActivPal tentang durasi tidur, dan langkah
sedentari.
Setelah diperoleh data hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, dan
4. Analisis Statistik
Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 24.0 . Sebelum
dilakukan analisa data, maka perlu dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, seperti
a. Uji Normalitas
statistik apa yang digunakan selanjutnya, apakah data distribusi normal atau
2) Klik variable view dan isi name dengan variabel X dan variabel Y.
3) Klik data view dan masukan semua data dari kedua data tersebut.
58
4) Pilih menu utama SPSS, klik analyze kemudian klik regression dan pilih
5) Kemudian akan mucul lagi kotak dialog, pada bagian residuals centang
variabel list. Lalu centang (√) normal dan klik Ok untuk mengakhiri
perintah.
pada hasil output SPSS, lalu bandingkan dengan nilai signifikan 0,05.
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tersebut berdistribusi tidak
normal.
b. Uji Linearitas
berikut:
59
2) Klik variable view dan isi name dengan variabel X (durasi tidur) dan
3) Klik data view dan masukan semua data dari kedua data tersebut.
4) Berikutnya, klik menu analyze, lalu klik compare means, dan pilih
means.
Dependent List.
7) Klik ok, untuk mengakhiri perintah. Lihat nilai signifikansi dari kedua
data yang muncul pada hasil output SPSS, lalu bandingkan dengan nilai
Jika nilai Sig. deviation from linearity > 0,05, maka terdapat
Jika nilai Sig. deviation from linearity < 0,05, maka tidak terdapat
diubah menjadi angka 0, lalu pada kolom label untuk baris pertama (X)
dituliskan Durasi Tidur dan untuk baris kedua (Y) dituliskan Body Mass
Index, kolom value diisi None, kolom Coloumns diisi 8, kolom Align
4) Klik data view dan masukan data Durasi Tidur dan data Body Mass
Index.
5) Selanjutnya, pada menu utama SPSS pilih menu analyze, klik correlate
8) Klik option dan tandai pilihan pada kotak Mean and Standart deviation.
11) Setelah selesai, maka akan muncul tampilan output SPSS dan
diinterpretasikan.
Jika sig > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang signifikan
Jika sig > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang signifikan
Jika sig F > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang signifikan
Tabel 3.3
Pedoman Untuk Koefisien Korelasi
2) Klik variable view, selanjutnya pada bagian name pada baris pertama
diisi dengan X1, X2, dan baris ketiga diisi dengan Y. Kolom Type diisi
lalu pada kolom label untuk baris pertama ketikan (X1) Durasi Tidur,
(X2) Perilaku Sedentari, dan untuk baris ketiga (Y) ketikan Body Mass
Index.
3) Klik data view dan masukan data Durasi Tidur, Perilaku Sedentari, dan
4) Selanjutnya, pada menu utama SPSS pilih menu analyze, kemudian pilih
Sedentari pada tabel Independent dan Body Mass Index pada tabel
6) Pilih statistic lalu centang (√) estimasi: (√) model fit: Klik continue.
A. Hasil Penelitian
a. Durasi Tidur
delapan, yaitu: (1) 6-7 jam, (2) 7-8 jam, (3) 8-9 jam, (4) 9-10 jam (5) 10-
11 jam, (6) 11-12 jam, (7) 12-13 jam, (8) 13-14 jam. Data hasil alat
Tabel 4.l.
Distribusi Durasi Tidur
No Kategori Frekuensi
F F%
1. 6-7 jam 5 13,9%
2. 7-8 jam 9 25%
3. 8-9 jam 10 27,8%
4. 9-10 jam 8 22,2%
5. 10-11 jam 3 8,3%
6. 11-12 jam 1 2,8%
7. 12-13 jam 0 0%
8. 13-14 jam 0 0%
JUMLAH 36 100%
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
5 siswa (13,9%) dalam kategori durasi tidur 6-7 jam, 9 siswa (25%)
dalam kategori durasi tidur 7-8 jam, 10 siswa (27,8%) dalam kategori
durasi tidur 8-9 jam, 8 siswa (22,2%) dalam kategori durasi tidur 9-10
jam, 3 siswa (8,3%) dalam kategori durasi tidur 10-11 jam, 1 siswa
(2,8%) dalam kategori durasi tidur 11-12 jam, 0 siswa (0%) dalam
63
64
kategori durasi tidur12-13 jam, dan tidak ada siswa dalam kategori
durasi tidur 13-14 jam. Data hasil pemasangan alat ActivPAL pada siswa
10
0
6-7 jam 7-8 jam 8-9 jam 9-10 jam 10-11 jam 11-12 jam 12-13 jam
Series 1
b. Perilaku Sedentari
yaitu: (1) 6-7 jam, (2) 7-8 jam, (3) 8-9 jam, (4) 9-10 jam (5) 10-11 jam,
(6) 11-12 jam, (7) 12-13 jam.. Data hasil alat ActivPAL sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Distribusi Perilaku Sedentari
No Kategori Frekuensi
F F%
1. 6-7 jam 0 0%
2. 7-8 jam 2 5,6%
3. 8-9 jam 2 5,6%
4. 9-10 jam 8 22,2%
5. 10-11 jam 14 38,9%
6. 11-12 jam 6 16,7%
65
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut di atas, dari 36 siswa (100 %), tidak
terdapat siswa dalam kategori perilaku sedentari 6-7 jam, 2 siswa (5,6%)
dalam kategori perilaku sedentari 7-8 jam, 2 siswa (5,6%) dalam kategori
10-11 jam, 6 siswa (16,7%) dalam kategori perilaku sedentari 11-12 jam,
pemasangan alat ActivPAL pada siswa dapat dilihat pada diagram batang
di bawah ini:
14
12
10
0
6-7 jam 7-8 jam 8-9 jam 9-10 jam 10-11 jam 11-12 jam 12-13 jam
Series 1
Tabel 4.3
Distribusi Tingkat Body Mass Index
No Kategori Frekuensi
F F%
1. Kurus (Under weight) 4 11,1%
2. Normal (Healty weight) 22 61,1%
3. Kegemukan (Over weight) 9 25%
4. Obesitas Tingkat 1 1 2,8%
5. Obesitas Tingkat 2 0 0%
6. Obesitas Tingkat 3 0 0%
JUMLAH 36 100%
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
1 siswa (2,8%) dalam kategori obesitas I, dan tidak ada siswa dalam
kategori obesitas II dan III. Data hasil body mass index siswa dapat
20
15
10
0
Kurus (Under Normal Kegemukan Obesitas Obesitas Obesitas
weight) (Healty (Over weight) Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
weight)
Series 1
a. Uji Normalitas
berdistribusi normal.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Normalitas
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. 3,19834297
Deviation
68
b. Uji Linearitas
Tabel 4.5.
Hasil Uji Linearitas Durasi Tidur dengan Body Mass Index
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Body Between (Combined) 389,377 32 12,168 2,424 ,255
Mass Groups Linearity 28,213 1 28,213 5,619 ,098
Index * Deviation 361,164 31 11,650 2,320 ,268
Durasi from
Tidur Linearity
Within Groups 15,062 3 5,021
Total 404,439 35
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
Jika nilai Sig. deviation from linearity > 0,05, maka terdapat
Jika nilai Sig. deviation from linearity < 0,05, maka tidak terdapat
linearity sebesar 0.268 > 0.05 yang artinya terdapat hubungan linear
Tabel 4.6.
Hasil Uji Linearitas Perilaku Sedentari dengan Body Mass Index
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Body Between (Combined) 402,709 34 11,844 6,847 ,295
Mass Groups Linearity ,025 1 ,025 ,015 ,923
Index * Deviation 402,684 33 12,203 7,054 ,291
Perilaku from
Sedentari Linearity
Within Groups 1,730 1 1,730
Total 404,439 35
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
linearity 0.291 > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan secara linear
tidak lebih dari harga (-1 < r < + 1). Apabila r = -1 artinya korelasi negatif
Tabel 4.7.
Hasil Uji Korelasi Product Moment
Correlations
Perilaku Body Mass
Durasi Tidur Sedentari Index
Durasi Tidur Pearson 1 -,644** -,264
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,120
N 36 36 36
Perilaku Pearson -,644** 1 ,008
Sedentari Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,963
N 36 36 36
Body Mass Index Pearson -,264 ,008 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,120 ,963
N 36 36 36
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
Jika signifikansi > 0.05 maka tidak ada korelasi yang signifikan.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa koefisien korelasi adalah -,264
Tabel 4.8.
Hasil Uji Korelasi Product Moment Durasi Tidur dengan Body Mass
Index
Correlations
Durasi Tidur Body Mass Index
Durasi Tidur Pearson Correlation 1 -,264
Sig. (2-tailed) ,120
N 36 36
Body Mass Index Pearson Correlation -,264 1
Sig. (2-tailed) ,120
N 36 36
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
Tabel 4.9.
Hasil Uji Korelasi Product Moment Perilaku Sedentari dengan Body
Mass Index
Correlations
Perilaku Sedentari Body Mass Index
Perilaku Pearson 1 ,008
Sedentari Correlation
Sig. (2-tailed) ,963
N 36 36
Body Mass Pearson ,008 1
Index Correlation
Sig. (2-tailed) ,963
N 36 36
Sumber: Data Diolah Peneliti (2020)
Index
Tabel 4.10.
Hasil Analisis Regresi Linear Multiples
2) Jika sig F > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan.
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa hasil dari F hitung dengan
signifikansi sebesar 0,134 > 0.05 yang artinya tidak terdapat korelasi
< F tabel (3,28) pada taraf signifikansi 5% dan R hitung = 0,339 > R=
antara durasi tidur dan perilaku sedentari dengan body mass index.
74
antara durasi tidur dan perilaku sedentari dengan body mass index dengan
B. Pembahasan
siswa diketahui bahwa durasi tidur siswa SMA Negeri 3 Ciamis terdapat 5 siswa
(13,9%) dalam kategori durasi tidur 6-7 jam, sebanyak 9 siswa (25%) dalam
kategori durasi tidur 7-8 jam, sebanyak 10 siswa (27,8%) dalam kategori durasi
tidur 8-9 jam, sebanyak 8 siswa (22,2%) dalam kategori durasi tidur 9-10 jam,
sebanyak 3 siswa (8,3%) dalam kategori durasi tidur 10-11 jam, sebanyak 1 siswa
(2,8%) dalam kategori durasi tidur 11-12 jam, tidak ada siswa yang masuk dalam
kategori durasi tidur 12-13 jam dan durasi tidur 13-14 jam.
memiliki durasi tidur 8-9 jam (27,8%). Orang yang tidur kurang dari 7 jam per
hari memiliki resiko mendapatkan body mass index yang lebih besar dari pada
orang yang tidur lebih lama hal ini karena obesitas erat kaitannya dengan proses
sekresi hormon ghrelin dan leptin yang terdapat dalam sirkulasi darah. Dengan
pada kegiatan sehari-hari, agar tetap menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani
tubuhnya.
75
siswa diketahui bahwa jumlah waktu perilaku sedentari siswa SMA Negeri 3
Ciamis adalah tidak terdapat siswa yang memiliki jumlah waktu perilaku sedentari
6-7 jam, sebanyak 2 siswa (5,6%) yang memiliki jumlah waktu perilaku sedentari
7-8 jam, sebanyak 2 siswa (5,6%) yang memiliki jumlah waktu perilaku sedentari
8-9 jam, sebanyak 8 siswa (22,2%) yang memiliki jumlah waktu perilaku
sedentari 9-10 jam, sebanyak 14 siswa (38,9%) yang memiliki jumlah waktu
perilaku sedentari 10-11 jam, sebanyak 6 siswa (16,7%) yang memiliki jumlah
waktu perilaku sedentari 11-12 jam, sebanyak 2 siswa (5,6%) yang memiliki
jumlah waktu perilaku sedentari 12-13 jam, sebanyak 2 siswa (5,6%) yang
siswa memiliki durasi tidur 10-11 jam (38,9%). Studi tentang perilaku sedentari
ini di Indonesia masih sangat kurang. Padahal aktivitas fisik pada anak remaja saja
masih kurang, apalagi aktivitas menetap atau sedentari ini di Indonesia yang
sering dilakukan anak remaja pada waktu luang. Data World Health Organization
diharapkan untuk melakukan aktivitas fisik lebih banyak lagi dan menerapkan
pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran jasmani
tubuhnya.
siswa diketahui bahwa tingkat Body Mass Index siswa SMA Negeri 3 Ciamis
76
adalah terdapat 4 siswa (11,1%) dalam kategori kurus, 22 siswa (61,1%) dalam
kategori berat badan normal, 9 siswa (25%) dalam kategori kegemukan, 1 siswa
(2,8%) dalam kategori obesitas I, dan tidak ada siswa dalam kategori obesitas II
dalam kategori berat badan normal (61,1 %) dan diharapkan siswa yang memilik
berat badan kurang perlu adanya peningkatan dan penambahan berat badan
sehingga tercipta berat badan yang ideal yang di sesuikan dengan kriteria Body
Mass Index. Begitu pula untuk siswa yang memiliki berat badan lebih perlu
adanya pengurangan berat badan sehingga tercipta berat badan yang ideal.
memiliki durasi tidur yang kurang dari 7 jam dan lebih dari 10 jam, serta masih
memiliki tingkat perilaku sedentari yang lebih dari 11 jam per harinya, dan juga
masih terdapat siswa yang memiliki body mass index yang kurang dan lebih. Agar
kondisinya lebih baik lagi perlu adanya peningkatan dalam memenuhi kebutuhan
tidur, dan melakukan aktivitas fisik yang dikarenakan dari hasil penelitian
diketahui pada body mass index masih ada yang termasuk kategori yang kurang
dan melebihi.
Lebih lanjut dalam penelitian ini, peneliti juga meneliti keterkaitan antara
durasi tidur dan perilaku sedentari dengan body mass index siswa SMA Negeri 3
adalah -0,264 dengan signifikansi 0,120. Karena signifikansi > 0.05, maka
77
menghasilkan -0,264 yang artinya terdapat korelasi negatif antara durasi tidur
kekuatan hubungan antara durasi tidur dengan body mass Index. Setelah
hasil bahwa kekuatan hubungan durasi tidur dengan body mass Index adalah
sangat rendah.
yang artinya terdapat hubungan yang negatif dengan kekuatan sangat rendah,
yang artinya semakin meningkatnya durasi tidur, akan diikuti oleh semakin
Antara Durasi Tidur Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 3-8 Tahun.
diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara durasi
tidur dengan kejadian obesitas pada anak usia 3-8 tahun di Desa
sebesar 0,008 dengan signifikansi 0,963. Karena signifikansi > 0.05, maka
yang artinya terdapat hubungan yang positif dengan kekuatan sangat rendah,
Bantul. Dan hipotesis pada penelitian ini terbukti yakni didapatkan hasil dari
penelitian ini adalah durasi perilaku sedentari pada siswa obesitas lebih
terdapat hubungan yang signifikan untuk kategori screen based dan duduk
sedentary merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada anak SD. Rata-rata
durasi perilaku sedentari siswa obesitas lebih tinggi dibandingkan siswa tidak
obesitas.
3. Hubungan Durasi Tidur dan Perilaku Sedentari dengan Body Mass Index
sebesar 0,134 > 0.05 yang artinya tidak terdapat korelasi yang signifikan.
Berdasarkan analisis diperoleh koefisien F hitung 2,139 < F tabel (3,28) pada
diartikan tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi tidur dan perilaku
bahwa hasil korelasi menghasilkan 0,339 yang artinya terdapat korelasi antara
durasi tidur dan perilaku sedentari dengan body mass index dengan kekuatan
Seperti penelitian yang dilakukan oleh, Restu Lestari (2018) dengan judul
“Hubungan Tingkat Asupan Energi Dan Durasi Tidur Dengan Indeks Massa
defisit berat, 51,7% responden memiliki durasi tidur pendek, dan sebesar
71,3% responden memiliki IMT normal. Hasil uji Pearson Product Moment
Terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh
Hasil uji hubungan durasi tidur dengan Indeks Massa Tubuh dengan uji Rank
hubungan antara durasi tidur dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas
negatif.
Harapan peneliti, hasil dari studi mengenai durasi tidur ini, siswa perlu
cukup. Karena Orang yang tidur kurang dari 7 jam per hari memiliki resiko
mendapatkan body mass index yang lebih besar dari pada orang yang tidur
lebih lama karena obesitas, tidak hanya durasi tidurnya saja yang harus
diperhatikan tapi perilaku sedentari pun harus dikurangi karena dengan siswa
A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan negatif antara durasi tidur dengan body mass index pada
2. Terdapat hubungan positif antara perilaku sedentari dengan body mass index
3. Terdapat hubungan antara durasi tidur dan perilaku sedentari secara bersama-
sama dengan body mass index pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis.
B. Saran
sedentari dengan body mass index pada siswa SMA Negeri 3 Ciamis, saran yang
dapat penulis berikan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
lebih banyak lagi jumlah sampel penelitian yang digunakan sehingga penelitian
adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan durasi tidur dan perilaku
81
82
2. Siswa SMA Negeri 3 Ciamis disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat
dengan cara mengatur pola tidur dan melakukan aktifitas fisik lebih banyak
lagi agar body mass index tidak diatas angka normal (obesitas) ataupun
gaya hidup sehat, dimana gaya hidup sehat diantaranya melakukan aktivitas
fisik yang moderat dan durasi tidur yang cukup. Jika semua itu sudah tercapai
maka siswa akan memiliki body mass index yang ideal. Dengan demikian maka
siswa akan memiliki badan sehat dan jauh dari penyakit sehingga siswa dapat
Adámková, V., Hubáček, J. A., Lánská, V., Vrablík, M., Králová Lesná, I.,
Suchánek, P., … Veleminský, M. (2009). Association between Duration of
the Sleep and Body Weight. Physiological Research, 58(SUPPL.1).
Addo, P. N. O., Nyarko, K. M., Sackey, S. O., Akweongo, P., & Sarfo, B. (2015).
Prevalence of obesity and overweight and associated factors among financial
institution workers in Accra Metropolis, Ghana: a cross sectional study. BMC
Research Notes, 8(1), 1–8.
Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R., & Kupfer, D. J.
(1988). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New InstrumentFor
Psychiatric Practice and Research. Psychiatry Reasearch.
Carter, P. J., Taylor, B. J., Williams, S. M., & Taylor, R. W. (2011). Longitudinal
analysis of sleep in relation to BMI and body fat in children: The FLAME
study. Bmj, 342(7809), 3–9.
Choi, H. K., Atkinson, K., Karlson, E. W., & Curhan, G. (2005). Obesity, Weight
Change, Hypertension, Diuretic Use, and Risk of Gout in Men. Archives of
Internal Medicine, 165(7), 742–748.
Dinkes Jabar. (2017). Profile Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2017. In Jawa Barat,
Dinas Kesehatan.
Filiatrault, M. L., Chaput, J. P., Drapeau, V., & Tremblay, A. (2014). Eating
behavior traits and sleep as determinants of weight loss in overweight and
obese adults. Nutrition and Diabetes, 4(10), e140-8.
Gangwisch, J. E., Heymsfield, S. B., Boden-Albala, B., Buijs, R. M., Kreier, F.,
Pickering, T. G., … Dolores, M. (2007). Sleep Duration as a Risk Factor for
Diabetes Incidence in a Large US Sample. SLEEP.
Hasiana, R. D. (2013). Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010,
2011, dan 2012. In Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Inyang, M. P., Oriji, O.-, & Stella. (2015). Sedentary Lifestyle: Health
Implications. IOSR Journal of Nursing and Health Science Ver. I, 4(2),
2320–1940.
Karine Spiegel, Esra Tasali, Rachel Leproult, and E. V. C. (2004). Effects of poor
83
84
and short sleep on glucose metabolism and obesity. Nat Rev Endocrinol,
5(6), 1–8.
Katzmarzyk, P. T., Church, T. S., Craig, C. L., & Bouchard, C. (2009). Sitting
Time and Mortality from All Causes, Cardiovascular Disease, and Cancer.
Medicine and Science in Sports and Exercise, 41(5), 998–1005.
Krističević, T., Štefan, L., & Sporiš, G. (2018). The Associations between Sleep
Duration and Sleep Quality with Body-Mass Index in a Large Sample of
Young Adults. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 15(4).
Landhuis, C. E., Poulton, R., Welch, D., & Hancox, R. J. (2008). Childhood Sleep
Time and Long-Term Risk for Obesity: A 32-Year Prospective Birth Cohort
Study. Pediatrics, 122(5), 955–960.
Leproult, R., & Cauter, E. Van. (2010). Role of Sleep and Sleep Loss in
Hormonal Release and Metabolism. Endocr Dev, 1–220.
Lestari, R. (2018). Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Durasi Tidur dengan
Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
López-García, E., Faubel, R., León-Muñoz, L., Zuluaga, M. C., Banegas, J. R., &
Rodríguez-Artalejo, F. (2008). Sleep duration, general and abdominal
obesity, and weight change among the older adult population of Spain.
American Journal of Clinical Nutrition, 87(2), 310–316.
Lowry, R., Eaton, D. K., Foti, K., McKnight-Eily, L., Perry, G., & Galuska, D. A.
(2012). Association of Sleep Duration with Obesity among US High School
Students. Journal of Obesity, 2012(December 2014).
Paramitha, A. I. (2013). Hubungan Pola Makan Anak, Aktivitas Fisik Anak, dan
Status Ekonomi Orang Tua dengan Obesitas Anak di Sekolah Dasar
Kecamatan Pontianak Selatan. Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjugpura.
Patel, S. R., Malhotra, A., White, D. P., Gottlieb, D. J., & Hu, F. B. (2006).
Association between Reduced Sleep and Weight Gain in Women. American
85
Patlak. (2005). Your guide to healthy sleep. US Department of Health and Human
Services. Retrieved from
https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/public/sleep/healthy_sleep.pdf
%0Ahttp://www.nhlbi.nih.gov/health/resources/sleep/healthy-sleep
Perla A. Vargas, Melissa Flores, E. R. (2014). Sleep Quality and Body MMass
Index in College Student: The Role of Sleep Disturbance. National Institutes
Health Public Access, 62(8): 534.
Rasyid IA, Syafrita Y, & Sastri S. (2017). Hubungan Faktor Resiko dengan
Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang PanjangTimur Kota
Padang Panjang. Jurnal Keshatan Andalas.
Salmon, J., Tremblay, M. S., Marshall, S. J., & Hume, C. (2011). Health Risks,
Correlates, and Interventions to Reduce Sedentary Behavior in Young
People. American Journal of Preventive Medicine, 41(2), 197–206.
Schmid, S. M., Hallschmid, M., Jauch-Chara, K., Born, J., & Schultes, B. (2008).
A single night of sleep deprivation increases ghrelin levels and feelings of
hunger in normal-weight healthy men. Journal of Sleep Research, 17(3),
331–334.
Seegers, V., Petit, D., Falissard, B., Vitaro, F., Tremblay, R. E., Montplaisir, J., &
Touchette, E. (2011). Short sleep duration and body mass index: A
prospective longitudinal study in preadolescence. American Journal of
Epidemiology, 173(6), 621–629.
Shields, M., & Tremblay, M. S. (2008). Screen time among Canadian adults: a
profile. Health Reports / Statistics Canada, Canadian Centre for Health
Information = Rapports Sur La Santé / Statistique Canada, Centre Canadien
d’information Sur La Santé, 19(2), 31–43.
Taheri, S., Lin, L., Austin, D., Young, T., & Mignot, E. (2004). Short Sleep
Duration Is Associated with Reduced Leptin, Elevated Ghrelin, and
Increased Body Mass Index. PLoS Medicine, 1(3), 210–217.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy & Physiology 14th
Edition. In Wiley.
Triyani, E., Herman, & Pradika, J. (2018). Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan
Kualitas Tidur dengan Obesitas Pada Remaja di SMP Negeri 22 Pontianak.
Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjung Pura.
Watson, N. F., Buchwald, D., Vitiello, M. V., Noonan, C., & Goldberg, J. (2010).
A twin study of sleep duration and body mass index. Journal of Clinical
Sleep Medicine, 6(1), 11–17.
Wong, S. L., Colley, R., Gorber, S. C., & Tremblay, M. (2011). Actical
accelerometer sedentary activity thresholds for adults. Journal of Physical
Activity and Health, 8(4), 587–591.
Lampiran 1
87
88
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
NPar Tests
91
Lampiran 5
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Body Mass Between (Combined) 389,377 32 12,168 2,424 ,255
Index * Groups Linearity 28,213 1 28,213 5,619 ,098
92
Lampiran 6
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Body Mass Between (Combined) 402,709 34 11,844 6,847 ,295
93
Lampiran 7
Output Uji Korelasi Pearson Product Moment X1 (Durasi Tidur) dengan Y (Body
Mass Index)
Correlations
94
Lampiran 8
Correlations
Correlations
Perilaku Body Mass
Sedentari Index
Perilaku Pearson 1 ,008
Sedentari Correlation
Sig. (2-tailed) ,963
N 36 36
Body Mass Index Pearson ,008 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,963
N 36 36
Lampiran 9
Output Uji Korelasi Regresi Linear Multiples X1 (Durasi Tidur) dan X2 (Perilaku
Regression
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Perilaku . Enter
Sedentari,
Durasi Tidurb
a. Dependent Variable: Body Mass Index
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Change Statistics
R F Sig. F
Mode R Adjusted Std. Error of Square Chang Chang
l R Square R Square the Estimate Change e df1 df2 e
a
1 ,339 ,115 ,061 3,29384 ,115 2,139 2 33 ,134
a. Predictors: (Constant), Perilaku Sedentari, Durasi Tidur
b. Dependent Variable: Body Mass Index
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 46,410 2 23,205 2,139 ,134b
Residual 358,029 33 10,849
Total 404,439 35
a. Dependent Variable: Body Mass Index
b. Predictors: (Constant), Perilaku Sedentari, Durasi Tidur
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 40,182 9,919 4,051 ,000
97
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 19,8023 24,7717 22,2078 1,15152 36
Residual -4,98156 8,35272 ,00000 3,19834 36
Std. Predicted Value -2,089 2,227 ,000 1,000 36
Std. Residual -1,512 2,536 ,000 ,971 36
a. Dependent Variable: Body Mass Index
Lampiran 10
Dokumentasi penelitian
98
Lampiran 11
100
Lampiran 12
101
Data Pribadi :
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
102