Anda di halaman 1dari 60

EFEKTIFITAS SARAPAN PAGI TERHADAP PENURUNAN NAFSU

MAKAN PADA ANAK REMAJA OVERWEIGHT

KIAN
Karya Ilmiah Akhir Ners

Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan


Program Profesi Ners

Disusun Oleh :
RENA ANGGRAENI
NIM.2206277064

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : RENA ANGGRAENI

NIM : 2206277064

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak
Remaja Overweight Melalui Intervensi Sarapan Pagi Di Desa Pamalayan Ciamis”
ini telah disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada
tanggal 26 Juni 2023

Pembimbing

Heni Marliani, SKM.,M.Kep.


NIK.0432777597012

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Rena Anggraeni

NIM : 2206277064

Program Studi : Profesi Ners

Tahun Akademik : Tahun 2022/2023

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul :
“Efektifitas Pembiasaan Sarapan Pagi Pada Anak Remaja Overweight Di Desa
Pamalayan Ciamis”.

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ciamis, Juni 2023


Yang Membuat Pernyataan,

RENA ANGGRAENI
NIM : 2206277001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas Taufik, Rahmat
dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Remaja
Overweight Melalui Intervensi Sarapan Pagi Di Desa Pamalayan Ciamis”

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis. Untuk itu kepada semua pihak yang terkait penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun, dan akan dijadikan
bahan koreksi untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini yaitu kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Jamjam Erawan, Selaku Ketua Badan Pelaksanaan Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. Nur Hidayat, SKM.,M.M. Selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3. Heni Marliany, SKM.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Muhammadiyah Ciamis. Selaku Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang
turut mendukung dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
5. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Elom Raslam dan Ening
Sariningsih, Kakak tercinta Agung Maulana, Adik Tercinta Adi Permana
dan Najwa Kholipah Khoirun Nisa, serta seluruh keluarga besar yang telah
banyak memberikan dorongan moral maupun materi serta kasih sayang
dan do’a tulus yang dicurahkan kepada penulis.

iv
6. Untuk kekasih hatiku, Ramadhan Rizky mawarkan S.Kep., Ners. Yang
senantiasa memberikan do’a, dan memberikan semangat selama
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/mahasiswi Program Studi Profesi
Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis Angkatan 13 yang telah bersama-
sama saling memberikan semangat dan motivasi serta mendoa’kan demi
kesuksesan bersama.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala
kontribusi, dukungan, bimbingan dan saran selama penulis menyelesaikan
pengerjaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Penulis berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak hanya menambah
pengetahuan mahasiswa, tetapi dapat menjadikan inspirasi dan merangsang
kreativitas dalam mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan, khususnya dalam
Ilmu Keperawatan.
Terima kasih, semoga kebaikan, pengorbanan, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dan semoga apa yang dicita-
citakan kita bersama dikabulkan oleh Allah SWT Amin.

Ciamis, Juni 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Ruang Lingkup ................................................................................ 5
E. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6
F. Metode Penulisan ............................................................................ 6
G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga.............................................................................. 8
1. Pengertian .................................................................................. 8
2. Tipe-Tipe Keluarga....................................................................8
3. Struktur Keluarga.......................................................................9
4. Fungsi Keluarga.........................................................................9
5. Tahapan Perkembangan Kehidupan Keluarga...........................11
6. Tingkat Kemandirian Keluarga..................................................13
7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan................................14
8. Peran Perawat Keluarga.............................................................16
B. Konsep Obesitas (Overweight)........................................................17
1. Pengertian Obesitas.....................................................................17
2. Etiologi........................................................................................19
3. Fatofisiologis...............................................................................21
4. Tanda Dan Gejala........................................................................22
5. Komplikasi..................................................................................23
6. Penatalaksanaan...........................................................................23
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga..........................................25
1. Pengkajian...................................................................................25
2. Diagnosa Keperawatan................................................................27
3. Rencana Keperawatan.................................................................29
4. Implementasi Keperawatan.........................................................31
5. Evaluasi ......................................................................................31

vi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian .......................................................................................32
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................35
C. Intervensi Keperawatan....................................................................36
D. Implementasi Keperawatan..............................................................38
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................39
BAB IV CRITICAL EVIDENCE BASED PRACTICE ...........................41
BAB V PEMBAHASAN............................................................................43
BAB VI PENUTUP....................................................................................46
A. Kesimpulan .....................................................................................46
B. Saran.................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................47
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Indeks Masa Tubuh Menurut Kemenkes ................................18

Tabel 2.2 Skala Prioritas (Skala Baylon dan Maglaya) ...................................28

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 2 Leaflet

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) batasan kelompok
usia remaja adalah usia 12-24 tahun sedangkan menurut Depkes RI,
batasan kelompok usia remaja adalah usia 10-19 tahun dan
belum menikah. Masa Remaja merupakan masa dimana organ
reproduksi mulai berfungsi. Remaja Putri akan mengalami mentruasi
sedangkan remaja putra mengalamimimpi basah (Dewi et al., 2022).
Remaja berada dalam masa transisi dari anak ke dewasa. Selain
terjadi perubahan fisik, pada masa remaja juga akan terdapat perubahan
emosional dan mental yang cepat. Remaja dengan usia 10-14 tahun akan
tergolong dalam remaja awal, sementara itu 10-20 tahun akan tergolong
dalam usia remaja akhir. Remaja mengalami pertumbuhan yang cepat,
sehingga kebutuhan gizi meningkat sehubungan dengan besarnya tubuh.
Remaja membutuhkan zat gizi yang tinggi guna mendukung proses
pertumbuhan dan perkembangannyayang sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pola makan. Status gizi yang baik yaitu dalam kadar
yang cukup. Permasalahan gizi pada remaja salah satunya ialah gizi
lebih. Gizi lebih dapat terjadi akibat adanya ketidak seimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran energi (Sagala & Noerfitri, 2021).
Obesitas adalah penyakit homeostasis energi yang berlebihan
akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi
yang digunakan (energy expenditure) dalam kaitannya dengan tuntutan
tubuh. Obesitas meningkatkan risiko penyakit tidak menular, yang
berimplikasi pada penurunan produktifitas dan usia harapan hidup seperti
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis
dan lain-lain (Kemenkes, 2020).
Prevalensi berat badan lebih pada usia >18 tahun menurut
Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2018 sebesar 13,6%. Angka

1
2

tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah


11,5%, sedangkan yang mengalami obesitas juga mengalami
kenaikan dari tahun 2013 yaitu sebesar 14,8 menjadi 21,8% ditahun
2018. Prevalensi gizi lebih pada remaja usia 16-18 tahun di Jawa
Barat ialah sebesar 7,6% dan pada usia >18 tahun sebesar 26,9%,
dengan prevalensi obesitas terbesar ke tujuh yaitu Kota Bekasi
sebesar 34,03% dari total kasus di Jawa Barat sebesar 8.45% .(Sagala
& Noerfitri, 2021)
Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa prevalensi berat badan
lebih (Overweight) dan obesitas umur 16-18 tahun di Indonesia yaitu
13,5%. Sedangkan prevalensi Overweight umur 16-18 tahun pada Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan mengalami kenaikan
dari tahun 2010 yaitu 1,4% menjadi 5,7% pada tahun 2013. Pada Profil
Kesehatan Jawa Barat tahun 2017 prevalensi Overweight pada remaja
umur 16-18 tahun di Jawa Barat sebanyak 6,2%. Sebanyak 12 Kabupaten
dan Kota dengan prevalensi Overweight diatas angka prevalensi Jawa
Barat salah satunya Kota Tasikmalaya (Lugina et al., 2021).
Kondisi obesitas di masyarakat Indonesia saat ini merupakan salah
satu masalah yang cukup tinggi namun paling sering diabaikan, hal ini
mengakibatkan obesitas menjadi kejadian epidemic global. Penyebab
utama masalah obesitas berasal dari pola makan. Data Global School
Health Survey (2015) menyebutkan pola makan remaja yang sering
melewatkan sarapan (65,2%), kurang mengkonsumsi serat dari sayur dan
buah (93,6%), sering mengkonsumsi makanan berpenyedap yang tinggi
natrium (75,7%) serta kurangnya aktivitas fisik (42,5%) adalah penyebab
tingginya jumlah obesitas saat ini (Agnesia, 2019) .
Sarapan sering disepelekan untuk beberapa alasan. Padahal tubuh
memerlukan nutrisi sekaligus energi untuk melakukan aktivitas sepanjang
hari. Selain itu sarapan sangat penting untuk mempertahankan pola makan
yang baik. Melewatkan sarapan akan mengakibatkan merasa sangat lapar
dan tidak dapat mengontrol nafsu makan sehingga pada saat makan siang
3

akan makan dalam porsi yang berlebih (overreacting). Anak yang tidak
sarapan akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan
menurun. Padahal, gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak.
Dampak negatif nya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang
diikuti rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan seperti
itu, anak akan sulit untuk menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar
dan kecepatan reaksi juga akan menurun.(Faruq et al., 2018)
Hasil dari penelitian sebelumnya bahwa disebutkan sarapan pagi
dapat menurunkan menurunkan nafsu makan ketika jam makan siang,
dilihat dari hasil penelitian di dapatkan semua responden kelompok
sarapan pagi mengalami penurunan nafsu makan sebesar 100%, hal ini
terjadi karena sarapan pagi yang cukup, sehingga rasa lapar ketika jam
makan siang berkurang (Ardiani, 2019).
Menurut penelitian (Swari et al., 2022) disebutkan bahwa
melewakan sarapan pagi terhadap kejadia obesitas ada hubungan, dilihat
dari hasil pene-litian yaitu sebanyak 30 responden yang meng-alami
obesitas didapatkan lebih banyak yang tidak sarapan yaitu 22 responden
dibandingkan yang sarapan terdapat 8 responden, sedangkan yang
mengalami overweight terdapat 12 responden didapatkan lebih banyak
yang sarapan yaitu 9 responden dibandingkan yang tidak sarapan yaitu 3
responden. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan terdapat hubungan
melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada
mahasiswa.
Selain perintah untuk menjaga kesehatan melalui makan makanan
yang halal lagi baik, Islam juga menerapkan aturan porsi makan yang
secukupnya dan tidak berlebih-lebihan, sebagaimana yang tercantum
dalamQ.S. Al-A’raf (7): 31 sebagai berikut:

ٗ‫ْرفُ ْو ۚا اِنَّه‬ ِ ‫ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم ُخ ُذ ْوا ِز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس‬


َ ‫ْج ٍد َّو ُكلُ ْو‬
َ ‫اوا ْش َرب ُْو‬
ِ ‫اواَل تُس‬
ِ ‫اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
‫ْرفِي َْن‬
4

Artinya :
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Dalam salah satu hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda :

َ ‫ ثُ َّم الَّ ِذ‬،‫ين يَلُونَهُ ْم‬


‫ ِإ َّن بَ ْع َد ُك ْم قَ ْو ًما‬، ‫ين يَلُونَهُ ْم‬ َ ‫ ثُ َّم الَّ ِذ‬،‫َخ ْي ُر ُك ْم قَرْ نِي‬
َ‫ُون َوال‬ َ ‫ون َوالَ يُ ْستَ ْشهَ ُد‬
َ ‫ َويَ ْن ِذر‬،‫ون‬ َ ‫ َويَ ْشهَ ُد‬،‫ون‬
َ ُ‫ون َوالَ يُْؤ تَ َمن‬
َ ُ‫يَ ُخون‬
ْ َ‫ َوي‬،‫ون‬
‫ظهَ ُر فِي ِه ُم ال ِّس َم ُن‬ َ ُ‫يَف‬
“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya,
kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang
ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi
sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan
nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638).
Peran perawat dalam keperawatan keluarga adalah memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga melalui pengenalan kesehatan,
pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, pendidikan kesehatan,
penyuluhan dan konseling khususnya pada keluarga yang mengalami
masalah kesehatan (Kristina & Huriah, 2020).
Berdasarkan Latar Belakang tersebut penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Anak Remaja Overweight Melalui Intervensi Sarapan Pagi Di
Desa Pamalayan Ciamis”

B. Rumusan Masalah
Hasil penelitian yang sudah dilakukan, mengatakan bahwa ada
keterkaitan yang bermakna antara sarapan dengan kejadian obesitas,
dampak dari obesitas adalah gangguan pola makan sehingga menyebabkan
perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh. Beberapa referensi baik dari
5

penelitian dan teori yang didapatkan dari berbagai jurnal mengenai


penerapan kebiasaan sarapan pada penderita obesitas untuk menurunkan
nafsu makan berlebih.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut : adakah pengaruh dalam menerapkan sarapan
untuk menurunkan nafsu makan pada Asuhan Keperawatan Keluarga
Nn.M dengan obesitas.

C. Tujuan Penelitian
1. Klien mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara komprehensif
kepada klien yang mengalami obesitas dengan penerapan sarapan
pagi.
2. Mengetahui pengaruh sarapan pagi pada Nn.M dalam menurunkan
nafsu makan berlebih.

D. Ruang Lingkup
Proses dalam pembuatan asuhan keperawatan ini meliputi proses
pengkajian dimana peneliti melakukan pengkajian secara langsung dengan
metode home visit, diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan
anamnesis yang di ukan pada kasus di lapangan, pembuatan intervensi
disesuaikan berdasarkan diagnosa yang diambil dalam melakukan asuhan
keperawatan ini penulis melakukan asuhan keperawatan dengan waktu 7
hari dalam 5 kali pertemuan. Hari pertama melakukan pengkajian,
merencanakan asuhan keperawatan dan menganjurkan untuk menerapakan
sarapan pagi , hari ke dua melakukan implementasi penyuluhan kesehatan
dan evaluasi, hari ke tiga,3empat dan lima memantau perkembangan
dengan klien lima hari di mulai dari kontrak waktu pengkajian sampai
dengan pemantauan catatan perkembangan.
6

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan bahan informasi
yang berguna bagi setiap pembaca, menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan bagi pembaca serta sebagai landasan dalam
pengembangan ilmu keperawatan khususnya ilmu kesehatan yang
berkaitan sangat erat dengan pemberian pengetahuan mengenai
masalah overweight.
2. Manfaat praktis
a. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Sebagai bahan informasi yang berguna bagi pembaca untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai overweight
b. Bagi Keluarga
Dapat mengaplikasikan penerapan sarapan pagi di kehidupan
sehari-hari
c. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan informasi untuk dijadikan salah satu sumber
penelitian dan menjadi ide awal untuk untuk pengembangan
dalam melakukan penelitian selanjutnya.

F. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian KIAN ini menggunakan metode
deskriptif dan metode studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dimana peneliti mengelola
1 kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode
pengambilan data awal yaitu menggunakan wawancara observasi data dan
pemeriksaan fisik.
7

G. Sistematika penulisan
Dalam pembuatan KIAN (Karya Ilmiah Akhir Ners) terdiri dari 6
BAB. Dimana bab pertama berisi latar belakang mengenai kejadian atau
kasus yang diambil oleh penulis. Bab 2 berisi teori teori yang menunjang
untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan overwheight. Bab
3 berisi tinjauan kasus untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan
yang telah dilakukan . Bab 4 yaitu EBP (Evidance Based Practice) yang
menguraikan perbandingan antara teori yang telah diperoleh, analisis
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan dikaitkan dengan teori
dapat pula dikaitkan dengan manajemen keperawatan. Bab 6 terdiri atas
kesimpulan dan sasaran Bab 5.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Keluarga
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (nuclear family)
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Adapun keluarga non-inti
atau yang dikenal dengan keluarga luas (extentended family) yaitu
keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek,
nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing isteri dan suami.
(Adi La, 2022) .
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Abadi, 2021).
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut (Lufritayanti & Annisa, 2017) terdiri dari 8
komponen, yaitu :
a. Nuclear family (keluarga inti) adalah keluarga yang hanya terdiri
ayah, ibu, dan anak yang masi menjadi tanggungannya dan tinggal satu
rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended family ( keluarga besar) adalah satu keluarga yang terdiri
dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
saling satu sama lain
c. Singgle parent family adalah satu keluarga yang dikepalai satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
kepadanya.
d. Nuclear dyed adalah keluarga yang terdiri dari pasngan suami-istri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

8
9

e. Blended family adalah keluarga yang terbentuk dari perkawinan


pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak
hasil perkawinan yang terdahulu.
f. Three generation family adalah yang terdiri dari tiga generasi yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri
dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple adalah keluarga yang terdiri dari
sepasang suami-istri paruh baya.
3. Struktur Keluarga
Menurut (Lufritayanti & Annisa, 2017) struktur keluarga terdiri
dari 4 komponen, yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga
inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
4. Fungsi Keluarga
Menurut (Masithoh et al., 2022) lima fungsi keluarga menjadi
saling berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi
dengan keluarga. Lima fungsi itu adalah :
a. Fungsi Afektif
10

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan


maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Manfaat
fungsi afektif di dalam keluarga ditemukan paling kuat diantara
keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut
mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas
bawah, fungsi afektif sering di hiraukan. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru
b. Fungsi Sosialisasi Dan Status Sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan
lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)
adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga.
Kurang nya pengetahuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada anggota keluarga yang mengalami overweight terutama pada
kebiasan melewati sarapan pagi yang bisa menyebabkan overweight.
d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin komunitas
antar generasi keluarga masyarakat.
e. Fungsi Ekonomi
11

Fungsi ekonomi yang melibatkan penyediaan keluarga akan


sumber daya yang cukup akan financial, ruang dan materi serta lokasi
yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan
keluarga yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga keluarga mengalami
kesenjangan nutrisi.
5. Tahap Perkembangan Kehidupan Keluarga
Menurut (Antira, 2022) ada 8 tahapan perkembangan kehidupan
keluarga yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (Beginning Family)
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan
intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Childbearing Family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi usia
30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini
adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa
tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus mempelajari
peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga Dengan Anak Prasekolah (Family With Preschool)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2.5 tahun dan diakhiri
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri tiga sampai
lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, putra saudara laki-laki,
putra saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini
berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan
anak pra sekolah dan anak kecil lainya untuk mengekplorasi dunia di
12

sekitar mereka, dan kebutuhan dan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama.
Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Sekolah (Family With School
Children)
Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam aktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah
anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga
maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan
prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja (Family With Teenagers)
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada biasanya
anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menyeibangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring
dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (Lounching
Center Family)
Tahap ini di mulai pada saat perginya anak pertama dari rumah orang
tua dan berakhir dengan “kosonya rumah”, ketika anak terakhir juga
meninggalkan rumah. Tahap ini bisa di katakan cukup singkat atau
cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika
anak belum menikah tetap tinggal dirumah setelah mereka
menyelesaikan SMA atau kuliahnya. Tahap perkembangan keluarga
13

disini adalah keluarga membantu anak tertua untuk mengenal dunia


luar, orang tua juga terlibat dengan anak kecilnya, yaitu membantu
mereka menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (Middle Age Family)
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir dengan pensiunan atau kematian salah satu pasangan. Tahap
ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun
dan berakhir dengan pensiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18
tahun kemudian. Tahap perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
wanita memprogramkan kembali energi mereka.dan siap siap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang
sedang berkembang untuk lebih mandiri.
h. Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia Dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang
lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke
rumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi
problematik.
6. Tingkat kemandirian keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga dilakukan perawat
keluarga dapat dinilai seberapa tigkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai
dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV menurut
(Kertapati, 2019) adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Kemandirian I (Kelauarga Mandiri Ringkat I / KM-I)
1) Menerima tugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
b. Tingkat Kemandirian II (Keluarga Mandiri Tingakt II / KM-I)
14

1) Menerima tugas perawatan kesehatan masyarakat


2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
c. Tingat Kemandirian III (Keluarga Mandiri Tingkat III/ KM-III)
1) Menerima tugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang di berikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
4) Melakukan tindakan keperawtan sederhana dan sesuai
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
d. Tingkat Kemandirian IV (Keluarga Mandiri Tingkat IV / KM-IV)
1) Menerima tugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang di berikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
4) Melakukan tindakan keperawtan sederhana dan sesuai
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif
7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut (Kertapati, 2019) tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yaitu sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang di alami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun
yang di alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui
15

dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi


pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya,
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat kepustusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang di alaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan kelurga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawat yang di butuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawat
4) Sumber-sumber yang ada salam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber – sumber yang dimiliki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Upaya pencegahan penyakit.
4) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegien sanitasi
5) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang di peroleh oleh fasilitas kesehatan.
16

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.


4) Fasilitas kesehatan yang ada dan terjangkau oleh keluarga.
8. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut (Sirait, 2020) adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksanaan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayanan keperawatan bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan
kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayan perawat
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontrak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai sepervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap
keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap
keluarga beresiko tinggi maupun yang beresiko rendah. Kunjungan
rumah tersebut dapat di rencanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan
asuhan yang di berikan oleh perawat
e. Sebagai pembela (Advocat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-
hak keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi system pada perawatan yang di berikan untuk
17

memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik oleh


keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk mendirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari hari serta dapat membantu jalam keluar
dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada
keluarga unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan
dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan yang
optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatan
keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap individu didalam
keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak mudah
dipengaruhi oleh hal hal yang sifatnya negative sehingga memiliki
kemampuan berpikir yang cerdas.

B. Obesitas (overweight)
1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah keadaan akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan dalam tubuh yang berpeluang menimbulkan beberapa
risiko kesehatan individu. Masalah gizi yang dihadapi oleh negara
berkembang seperti Indonesia saat ini tidak hanya gizi kurang akan
tetapi masalah gizi berlebih. Anak di negara dengan pendapatan rendah
akan mendapatkan nutrisi yang inadekuat, di waktu yang sama anak
juga terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi
gula, dan pola konsumsi yang tidak teratur (Yosa NurSidiq Fadhilah
et al., 2021). Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu
yang lama. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak
18

dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan.


(Hutasoit, 2020)
Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebih melebihi lemak
normal, sebagai hasil dari ketidak seimbangan asupan energi dengan
energi yang dikeluarkan. Obesitas merupakan faktor risiko yang dapat
mengakibatkan diabetes mellitus, resisten insulin, dislipidemia,
hipertensi, atherosklerosis dan beberapa tipe kanker. Berbagai faktor
berperan terhadap peningkatan prevalensi obesitas (Erviana &
Hidayati, 2019a). Obesitas merupakan masalah kesehatan yang
kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti prilaku,
lingkungan dan sosial budaya dengan ciri gaya hidup (kurang gerak)
dan prilaku makan tidak sehat (Makmun, 2021). Menurut (Yosa
NurSidiq Fadhilah et al., 2021) Overweight dan obesitas dinilai
dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) didefinisikan
sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter
kuadrat (kg/m2).
2.1 Tabel Indeks Masa Tubuh Menurut Kemenkes
Kekurangan berat ˂17,0
badan tingkat berat
Kurus (underweight)
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan

Normal Tidak lebih tidak 18,5 – 25,0


kekurangan
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk (Overweight)
Kelebihan berat badan ˃27,0
tingkat berat
19

2. Etilogi
Berlebihnya berat badan merupakan salah satu faktor resiko yang
menyebabkan munculnya penyakit degenerative seperti penyakit
jantung, diabetes mellitus, dan lain-lain hingga berakhir pada
kematian. Adapun penyebab obesitas adalah multifactor antara lain :
a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Bila salah satu orang tua obesitas, 40 –50%
anak-anaknya akan berisiko obesitas, sedangkan bila kedua
orang tua obesitas, 80% anak-anaknya akan berisiko
obesitas.(Telisa et al., 2020)
b. Faktor Diet
Penyebab utama dari obesitas adalah desebabkan oleh faktor diet.
Sebagian besar kejadian obesitas disebabkan adanya pola diet yang
tidak seimbang yang di dominasi oleh tingginya kadar kalori dalam
makanan. Jumlah diet yang lebih besar dari kebutuhan tubuh untuk
menghasilkan energi, akan disimpan dalam bentuk lemak pada
jaringan adiposa. Akumulasi lemak inilah yang dapat membuat
orang menjadi obesitas.(Setyaningrum et al., 2020)
c. Faktor Lingkungan
Aktivitas fisik dilakukan hanya untuk trend bukan gaya hidup.
Minimnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat kekinian
menyumbang risiko terjadinya obesitas. Sekilas mungkin melihat
peningkatan trend olahraga di kota-kota besar. Namun, tidak semua
masyarakat yang pergi ke klub kebugaran atau berolahraga
memang melakukannya dengan serius. Banyak millenial yang
mendaftar ke klub kebugaran demi kebutuhan media sosial atau
konten (Saraswati et al., 2021).
d. Faktor Psikis
Faktor psikologis yaitu emosional berhubungan erat dengan rasa
lapar dan nafsu makan. Hal ini disebabkan karena sejumlah
20

hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis


sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan
digunakan untuk melakukan aktivitas, namun jika seseorang yang
mengalami stress tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu
membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan
sebagai lemak. Proses ini akan menyebabkan glukosa darah
menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang
sedang mengalami tekanan psikologis (Wulandari, 2019).
e. Faktor Kesehatan
Terdapat kelainan kongengital dan kelainan neorendokrin yang
dapat menyebabkan obesitas, diantara adalah Down syndrome,
cushing syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic
ovary syndrome (Erviana & Hidayati, 2019).
f. Faktor Obat-Obatan
konsumsi obat-obat tertentu yang dapat menyebabkan kelebihan
berat badan, seperti obat obatan yang mengandung steroid yang
sering digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk terapi
asma, osteoatritis dan alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang
meningkat sehingga meningkatkan risiko obesitas (Rizona et al.,
2019).
g. Faktor Perkembangan
Obesitas mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari pada anak
seusianya, pertumbuhan tulang poroses memanjang lebih cepat
berhenti, yang dapa mengakibatkan tinggi badan relatif lebih
pendek dari anak seusianya.Penambahan ukuran, jumlah sel sel
lemak, atau keduanya terutama yang terjadi pada penderita pada
masa kanak-kanak nya dapat memiliki sel lemaksampai lima kali
lebih banyak dibandingkan orang yang berat badan nya normal.
(Irianti & Sumiyati, 2021).
21

h. Faktor Aktivitas Fisik


Kurangnya Aktivitas fisik dan pola makan yang buruk, yang
berkontribusi pada risiko terjadinya obesitas. orang yang tidak aktif
dalam seharihari memerlukan sedikit kalori jika seseorang
cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya akan lemak dan
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan lebih cepat
mengalami kenaikan berat badan dengan cepat (Almunawar et al.,
2020).
i. Tingkat Sosial Dan Ekonomi
Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian obesitas pada
anak dan tingkat pendapatan orang tua (Lubis et al., 2020).

3. Patofisiologi
Obesitas di tandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan atau
terjadi dalam kompratemen jaringan adiposa yang berbeda. Proses
adipogenesis dapat terjadi sepanjang hidup, tetapi terutama pada 2
periode sensitif, yaitu periode setelah lahiran dan pubertas.proses
biologis yang mengatur ini disebut homeotasis energi. Gangguan
metabolisme ini diketahui terjadi ketika ada ketidak seimbangan antara
asupan energi dan energi yang di keluarkan. Mekanisme regulasi
homeotasis energi terutama terjadi di otak. Inti dalam hipotalamus
mediobasal adalah pusat yang mengintegrasikan nafsu makan dan
meregulasi berat badan (Hastuti, 2019).
Untuk mengontrol nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan hormonal
(neurohorrmonal) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan,
dan sinyal psikologis, pengaturan keseimbangan energi diperankan
oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa
lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energy dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi
terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus)
22

stelah mendapatkan sinyalaferen dan perifer (jaringan adiposa, usus


dan jaringan otot). Sinyal sinyal tersebut bersifat anabolik
(meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan
dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran
energi) dan dibagi menjadi dua kategori yaitu sinyal pendek dan sinyal
panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu , serta
berhungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal,
yang diperankan oleh kolesistokirin (CCK) sebagai simulator dalam
peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived
hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, makan
jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
dalam peredaran darah. Kemudian leptin merangsang anorexigenic
center dihipotalamus agar menurunkan produksi neuo peptida Y (NPY)
sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya
bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi ristensi leptin, sehingga
tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan
(Santoso et al., 2023)

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Nurjanah & Setiyo Nugroho, 2021) mengemukakan
bahwa adapun tanda dan gejala dari obesitas seperti : dagu terlihat
rangkap, leher relatif pendek, dada yang mengembung dengan
payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan
dinding perut berlipat-lipat, kedua tungkai umumnya berbentuk X
dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel sehingga
23

menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tidak


sedap.

5. Komplikasi
Menurut (Delima & Prasetio, 2021), obesitas memiliki keterkaitan
dengan berbagai penyakit, dalam hal ini obesitas dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler (terutama penyakit
jantung dan stroke) yang merupakan penyebab kematian nomor satu
didunia, diabetes, kelainan muskuloskeletal terutama osteoarthiritis,
demensia, penyakit ginjal kronik, kanker.

6. Penatalaksanaan
Menurut (Deswita, 2022) adapu penatalaksaan untuk menurunkan
berat badan , yaitu :
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kkebiasaan makan, mengendalikan
kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena
ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari hari. Meluangkan waktu untuk berolahraga dengan
teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan
lemak akan dioksidasi.
b. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi dengan
jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang
terprogram secara benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan
dengan mengurangi nasi dan makan berlemak, serta mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak
menggemukan karena jumlah kalori sedikit, bisa dengan
mengkonsumsi yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan
buah yang tidak terlalu manis.
24

c. Aktivitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak
menyebabkan penurunan berat badan berlebih banyak dalam
jangka waktu 6 bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus
dimulai secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan
secara bertahap. Penderita obesitas dapat memulai dengan aktifitas
fisik berjalan 30 menit dengan jangka waktu 3x seminggu dan
dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka
waktu 3x seminggu dan dapat ditingkatkan intensitas nya selama
45 menit dengan jangka waktu 5x seminggu.
d. Terapi Prilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankan nya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul
pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik
meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, menejemen stres, stimulus control, pemecahan
masalah, contigensy management, cognitive restructuring dan
dukungan sosial.
e. Farmakologi Terapi
Farmakologi terapi merupakan salah satu komponen penting dalam
program menejemen berat badan. Sirbutamine dan orlistat
merupakan obat obatan penurunan berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang.sirbutamine ditambah diet
rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan berat badan
dan mempertahankan nya, orlistat menghambat biopsi lemak
sebanyak 30%. Dengan pemberian orlistat,dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorrpsi parsial.
f. Pembedahan
Tndakan pembedahan merupakan pilihan terakhir mengatasi
obesitas. pembedahan dilakukan hanya kepada penderita obesitas
25

dengan IMT ≥ 40 atau ≥35 kg/m2 dengan konsisi komorbid, bedah


gastrointestinal (restriksi gastrik/banding vertical gastric) atau
bypass gastric (Roux-en Y) adalah suatu intervensi penurunan berat
badan dengan resiko oprasi yang rendah.
g. Sarapan Pagi
Sarapan pagi merupakan jam makan yang tidak boleh terlewatkan,
karena dengan melewatkan sarapan dapat memicu nafsu makan
berlebih pada jam makan berikutnya (Sidiartha & Pratiwi, 2020).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Simak & Renteng, 2021).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala
keluarga, Alamat dan telepon, Pekerjaan kepala keluarga, Pendidikan
kepala keluarga, Komposisi keluarga dan genogram, Tipe keluarga, Suku
bangsa, Agama, Status sosial ekonomi keluarga, Aktifitas rekreasi
keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi : Tahap
perkembangan keluarga, Tahap keluarga yang belum terpenuhi, Riwayat
keluarga inti, Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
26

c. Struktur keluarga diantaranya : Pola komunikasi keluarga, Struktur


kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku, Struktur peran
yaitu menjelaskan peran dari masingmasing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal, Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan
mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
d. Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan komunitas RW,
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Mobilitas
geografis keluarga, Sistem pendukung keluarga, Struktur keluarga
diantaranya :Pola komunikasi keluarga, Struktur kekuatan keluarga yaitu
kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku, Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari
masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal,
Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
e. Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif
b) Fungsi sosialisai
c) Fungsi perawatan kesehatan
d) Pemenuhan tugas keluarga
f. Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
2. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
27

4. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.
5. Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalahan
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
i. Analisa data
Analisa data ini meliput data subjektif dan data objektif.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data, analisis yang memberikan dasar untuk menetapkan tindakan
keperawatan. Hal ini berhubungan dengan adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi keluarga dan koping
(Khairunnisa & Dermawan, 2021).
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga : Diagnosis aktual :
masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
waktu yang cepat. Diagnosis resiko tinggi : masalah keperawatan yang belum
terjadi tetapi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat.
Diagnosis potensial : suatu keadaan sejahtera ketika keluarga.
Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya adalah
memprioritaskan masalah sesuai keadaan keluarga karena dalam suatu
keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan.
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang
ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas sebagai berikut :
1) Tentukan skor untuk tiap kriteria
28

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot


3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

Tabel 2.1 Skala Prioritas (Skala Baylon dan Maglaya)

NO KRITERIA NILAI BOBOT


1. Sifat masalah
Skala : -Tidak atau kurang sehat 3 1
- Ancaman kesehatan 2
-Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : - mudah 2 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah


Skala : - Tinggi 3 1
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : - Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
- Ada masalah, tidak perlu ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan 0

Skor
x Bobot
Angka Tertinggi

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul muncul pada asuhan


keperawatan keluarga dengan obesitas menurut Standar Diagnosa
Keperawatan Indonsia (SDKI) 2017 :
a. Obesitas berhubungan dengan gangguan kebiasaan makan remaja dengan
masalah obesitas (SDKI Hal : 77 D.0030).
b. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
terhadap obesitas remaja (SDKI Hal: 246 D.0111)
29

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam
perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan
keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan, mengidentifikasi
sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
a. Menetapkan Tujuan Keperawatan.
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari
tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan dan
berorientasi pada perubahan prilaku seperti pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
b. Membuat Perencanaan Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan obesitas adalah sebagai berikut :
1) Obesitas berhubungan dengan gangguan kebiasaan makan remaja
dengan masalah obesitas (SDKI Hal : 77 D.0030).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga nafsu makan normal
(SLKI Hal:17 L.03018)
Kriteria hasil :
- Nafsu makan membaik
- Berat badan membaik
Intervensi :
Edukasi berat badan efektif (SIKI Hal: 52 1.12365)
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapetik
- Sediakan materi dan media edukasi
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
30

- Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya


Edukasi
- Jelaskan hubungan asupan makanan, latihan, peningkatan dan
penurunan berat badan
- Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat badan
- Jelaskan resiko kondisi kegemukan (overweight) dan kurus
(underweight)
- Jelaskan kebiasaan, tradisi dan buday, serta faktor genetik yang
mempengaruhi berat badan
- Ajarkan cara mengelola berat badan secara efektif
2) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
terhadap obesitas remaja (SDKI Hal: 246 D.0111)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan membaik (SLKI Hal:146 L.12111)
Kriteria hasil :
- Perilaku sesuai anjuran meningkat
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik meningkat
- Prilaku sesuai dengan pengetahuan menurun
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
- Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
Edukasi Kesehatan (SIKI Hal: 65 I.12383)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemauan menerima informasi
- Identifikasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapetik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
31

Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi melibatkan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
diperoleh selama fase perencanaan. Dalam implementasi perawat
melaksanakan rencana asuhan atau supervisi dan perawat lain untuk
melakukan intervensi keperawatan. Implementasi adalah melakukan suatu
perencanaan berdasarkan intervensi keperawatan untuk membantu klien
mencapai suatu tujuan atau hasil yang diharapkan (Aisy, 2022).
5. Evaluasi Keperawatan
Dalam evaluasi perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai. Jika hasil
tidak terpeuhi, revisi mungkin diperlukan dalam pengkajian (pengumpulan
data), diagnosis keperawatan, perencanaan, atau implementasi, evaluasi juga
merupakan penilaian ulang dan menginterpretasikan data baru yang
berkelanjutan untuk menentukan apakah tujuan tercapai sepenuhnya,
sebagian, atau tidak sama sekali, evaluasi memastikan bahwa klien menerima
perawatan yang tepat dan kebutuhannya terpenuhi (Aisy, 2022).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 28 Mei 2023, Nn.M umur 15 tahun
diumur 12 tahun jenis kelamin perempuan, berdomisili di Lingkungan desa
Pende kec.Cijeungjing. agama islam saat ini klien merupakan anak pertama
dan satu satunya. Data yang penulis dapatkan diperoleh melalui wawancara,
pengkajian fisik dan observasi.
Pada saat berinteraksi pertama dengan klien, yang penulis lakukan
adalah melakukan wawancara terhadap Nn.M dan keluarga. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan penulis, secara keseluruhan klien dan keluarga
tampak kooperatif. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa tipe keluarga
Nn.M adalah Nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Suku bangsa yang dianut oleh keluarga adalah suku
sunda dan tidak ada budaya khusus yang mempengaruhi pandangan
keluarga tentang kesehatan. Agama yang dianut oelh keluarga adalah agama
islam, keluarga rajin dalam menjalankan sholat 5 waktu sesuai kaidah-
kaidah dalam islam.
Ayah dari Nn.M bekerja sebagai pedagang, pendapatan rata-rata
keluarga perbulan kurang lebih Rp.2.500.000; uang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk membeli sembako, untuk bumbu
dapur, membayar lisatrik dan keperluan anaknya.
Tahap perkembangan keluarga Nn.M berada pada tahap
perkembangan ke 5 yaitu tahap keluarga dengan anak remaja, tugas tahap
perkembangan ini yaitu memberi kebebasan dengan tanggung jawab pada
remaja. Mengingat remaja sudah bertambah dewasa sehingga diperlukan
cara berkomunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Pada saat ini
tahap perkembangan pada keluarga terjalin dengan cukup baik. Dikarenakan
Nn.M sedari kecil diasuh oleh ibunya sehingga Nn.M merasakan
kehangatan keluarga dan selalu menceritakan permasalahan kepada ibunya.

32
33

Keluarga mengatakan untuk aktivitas rekreasi mereka tidak terjadwalkan.


Keluarga biasanya berkumpul sambil menonton televisi.
Dalam riwayat kesehatan saat ini ayah, ibu tidak menderita
penyakit apapun, tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, selain itu juga
belum pernah dirawat di Rumah Sakit. Saat ini Nn.M mengatakan bahwa
Nn.M sering melewatkan sarapan pagi karena terburu buru kesekolah , dan
juga badan nya semakin besar dan nafsu makan nya semakin meningkat,
Nn.M juga mengatakan bahwa dalam 1 minggu kiloan badan nya bertambah
2kg, klien mengatakan tidak pernah bertanya ataupun mencari tentang
masalah kesehatan.
Pola Aktivitas sehari-hari memiliki kebiasaan melewatkan sarapan
karena selalu merasa terburu buru untuk masuk sekolah karena harus
menunggu angkutan umum, makan tidak teratur dan makan jajanan
berminyak di sekolah karena merasa lapar dan pada saat pulang kerumah
Nn.M merasa lapar sehingga makan pagi dan siang disatukan sehingga 2x
menambah porsi, klien juga mengatakan selalu merasa lapar berlebihan pada
malam hari sehingga selalu makan lagi dan langsung tidur. Aktivitas sehari-
hari klien dilakukan secara mandiri.
Rumah keluarga Nn.M berlantai keramik, dibangun diatas tanah
yang berukuran 8 x 9 meter. Tipe rumah keluarga adalah tidak permanen
terbuat dari anyaman bambu. Terdapat 5 ruangan yaitu 1 ruang
tamu/keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur , 1 kamar mandi. Terdapat jendela di
ruangan sehingga tidak sumpek dan pintu rumahnya sering dalam keadaan
terbuka. kamar mandi juga tedapat ventilasi, dan dekat dengan pintu keluar
sehingga udara lebih terbuka. Terdapat spitank, jarak spitank dengan sumur
cukup jauh sehingga air sumur tidak tercemar. Rumah Nn.M berdekatan
dengan rumah tetangganya.
Keluarga Nn.M mempunyai pola komunikasi yang terbuka dimana
dilakukan secara efektif, keluarga mengatakan jika ada masalah yang sangat
penting mereka selalu membicarakan dengan anggota keluarga untuk
menyelesaikan masalah bersama-sama. Keluarga Nn.M mengatakan nilai
34

dan norma dalam keluarga sesuai dengan apa yang ada pada masyarakat
seperti sopan santun dengan sesama manusia, saling menghargai dan
menghormati. Sebagai tugas utama keluarga, saat dilakukan pengkajian,
keluarga Nn.M kurang mengetahui apa penyebab dan bagaimana
pengobatan maupun pencegahan obesitas. Hal ini terbukti saat diberikan
pertanyaan tidak dapat menjawab serta tampak bingung. Keluarga
mengatakan ingin mengetahui dan antusias dalam bertanya menganai
gangguan kesehatan yang dialami Nn.M
Kemampuan mengambil keputusan sudah tepat, terbukti setiap ada
anggota keluarga dengan keluhan sakit akan segera diperiksakan ke
puskesmas. Kemampuan merawat anggota yang sakit dinilai belum efektif,
terbukti Nn.M memiliki kebiasaan melewatkan sarapan pagi dan makan
tidak teratur, Nn.M makan nasi 2x/hari. Dan sering makan mie instan
dengan nasi 3-4 kali dalam seminggu. Kemampuan memelihara lingkungan
sehat sudah efektif, terbukti jendela rumah selalu terbuka disiang hari dan
sinar matahari mampu masuk ke dalam rumah. Kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan sudah tepat, terbukti keluarga selalu
berobat ke Puskesmas saat sakit. Jarak dari rumah ke Puskesmas kurang
lebih meter, dapat ditempuh dengan menggunakan angkot maupun sepeda
motor.
Selain wawancara penulis juga melakukan pengkajian fisik. Klien
terlihat sedikit tegang saat dilakukan pengkajian fisik. Pada saat
pemeriksaan fisik klien dalam keadaan Composmentis dengan GCS 15.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan hasil tekanan darah klien
120/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respiration rate 21x/menit, dan suhu 36 °C.
Berat badan klien 77 kg dan tinggi badan 160cm dengan IMT 30.078 dan di
kategorikan kelebihan berat badan tingkat berat. Penulis juga melakukan
pemeriksaan head to toe, didapatkan data kepala mesochepal, rambut hitam
bersih , konjungtiva tidak anemis, sklera tidak iterik, hidung bersih, telinga
bersih, mulut bersih dan mukosa bibir lembab, leher tidak ada pembesaran
kelenjer tyroid, dada tidak ada suara nafas tambahan detak jantung reguler,
35

abdomen simetris tidak ada nyeri tekan, ekstermitas tidak ada varises tidak
ada edema, kulit sawo matang, turgo kulit baik, keluhan nafsu makan
semakin bertambah.
Keluarga Nn.M berharap keluarganya selalu diberikan kesehatan,
dan berharap kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan terhadap keluarga mereka dan dapat membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin. Keluarga
juga mengatakan akan lebih memperhatikan kesehatan masingmasing
anggota keluarga untuk kedepannya.
Kemampuan merawat anggota yang sakit dinilai belum efektif,
terbukti Nn.M memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, Nn.M makan
nasi 2x/hari. Sarapan pagi sering di abaikan, dan makan mie instan 3-4 kali
seminggu dari data tersebut dapat diambil diagnosa Obesitas berhubungan
dengan gangguan kebiasaan makan dalam mengatasi masalah obesitas pada
remaja (SDKI Hal: 77 D.0030)
Dari pengkajian yang penulis lakukan, diperoleh data : keluarga
Nn.M belum mengetahui apa penyebab dan bagaimana pengobatan maupun
pencegahan Obesitas. Hal ini terbukti saat diberikan pertanyaan tidak dapat
menjawab serta tampak bingung. Keluarga mengatakan ingin mengetahui
dan antusias dalam bertanya menganai penyakit yang dialami Nn.M Dari
data tersebut dapat diambil diagnosa keperawatan Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang masalah obesitas
pada remaja (SDKI Hal 246 D.0111).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan pada kasus Nn.M berdasarkan hasil anamnesis
untuk diagnosa aktual diantaranya Obesitas dan Defisit pengetahuan. Dari
dua diagnosa yang ditemukan maka dalam karya tulis ilmiah penulis
memfokuskan pada satu diagnosa yaitu obesitas untuk klien dalam
mengatasi berat badan berlebih tanpa mengabaikan diagnosa yang lainnya.
36

Diagnosa yang lain masih dilakukan hanya saja penulis memfokuskan


pada diagnosa obesitas.
1. Skoring untuk diagnosa obesitas pada Nn.M, pada saat dilakuka
pemecahan masalah bersama keluarga didapatkan hasil adalah
1+1+1+1 = 4
2. Skoring untuk diagnosa defisit pengetahuan pada keluarga Nn.M, pada
saat dilakuka pemecahan masalah bersama keluarga didapatkan hasil
adalah 0,7+1+0,7+0,5= 2,9

C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien berdasarkan dari satu
diagnosa yang diangkat yaitu obesitas disesuaikan dengan diagnosa yang
muncul. Diagnosa yang pertama yaitu obesitas dengan TUK : Setelah
dilakukan kunjungan sebanyak 5 kali kunjungan nafsu makan teratasi
dengan kriteria hasil nafsu makan membaik. Untuk mencapai tujuan
khusus mampu mengenal masalah, mampu mengambil keputusan dan
mampu melakukan perawatan direncanakan sesuai dengan standar edukasi
kesehatan (I.12365) . Dengan tahapan :
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga dan klien dalam
menerima informasi, misalnya tentang hubungan obesitas dan
menerapkan sarapan pagi untuk memperbaiki nafsu makan.
2. Mempersiapkan materi dan media edukasi menggunakan lembar leaflet
yang berisi tentang obesitas.
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan pada saat
klien dan keluarga sedang ada waktu luang, pendidikan kesehatan
dilakukan selama 20 menit.
4. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya mengenai masalah
kesehatan pada klien.
5. Menlaskan mengenai hubungan asupan makanan, latihan, peningkatan
dan penurunan berat badan, dengan memperbaiki asupan nutrisi yang
37

bergizi dan menerapkan pola makan yang baik dengan meninggalkan


kebiasaan melewatkan jam makan.
6. Menjelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat badan,
misalnya , stres, depresi, insomnia, dan pengobatan diabetes mellitus.
7. Menjelaskan kebiasaan tradisi, dan budaya, serta faktor genetik, yang
mempengaruhi berat badan. Dalam menerapkan pola makan yang baik
seperti tidak melewatkan sarapan, dan faktor obesitas cenderung
diturunkan.
8. Menjelaskan resiko kondisi kegemukan (overweight) dan kurus
(underweight) yang dapat mempengaruhi kesehatan berbagai penyakit
dapat diterapkan dalam menerapkan pola makan yang baik seperti
tidak melewatkan jam makan seperti sarapan pagi.serta menimbulkan
penyakit kardiovaskuler (terutama penyakit jantung dan stroke) yang
merupakan penyebab kematian no satu didunia, diabetes, kelainan
muskuloskeletal terutama osteoarthiritis, demensia, penyakit ginjal
kronik, kanker.
9. Mengajarkan cara mengelola berat badan secara efektif. Dengan cara
menerapkan pola hidup sehat, aktivitas fisik, serta tidak melewatkan
asupan nutrisi yang cukup.
Kriteria hasil TUK 4 dan 5 : Menjelaskan tujuan dan prosedur,
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan(I.03123) dengan tahapan :
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan dalam menerapkan
sarapan pagi
2. Informasikan hasil pemantauan selama melaksanakan penerapan
sarapan pagi.
3. Anjurkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat sehingga
keluarga rutin mengontrol kesehatan anggota keluarga salah satunya
menanyakan maslah kesehatan yang sedang di alami.
38

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dilakukan penulis pada
Nn.M dilakukan selama 7 hari tanggal 29 Mei 2023 dari pengkajian
sampai dengan evaluasi dan catatan perkembangan, pertemuann dilakukan
bersama klien dan keluarga ketika ada waktu luang 5-15 menit. Pada
diagnosa keperawatan yang pertama yaitu obesitas berhubungan dengan
gangguan kebiasaan makan Nn.M , penulis melakukan implementasi
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga dan klien dalam
menerima informasi, misalnya tentang hubungan obesitas dan menerapkan
sarapan pagi untuk memperbaiki nafsu makan, mempersiapkan materi dan
media edukasi menggunakan lembar leaflet yang berisi tentang obesitas,
menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan pada saat
klien dan keluarga sedang ada waktu luang, pendidikan kesehatan
dilakukan selama 20 menit, memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
mengenai maslaah kesehatan pada klien, menjelaskan mengenai hubungan
asupan makanan , latihan peningkatan dan penurunan berat badaan dengan
memperbaiki asupan nutrisi yang bergizi dan menerapkan pola makan
yang baik dengan meninggalkan kebiasaan melewatkan jam makan,
Menjelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat badan,
misalnya , stres, depresi, insomnia, dan pengobatan diabetes mellitus,
Menjelaskan kebiasaan tradisi, dan budaya, serta faktor genetik, yang
mempengaruhi berat badan. Dalam menerapkan pola makan yang baik
seperti tidak melewatkan sarapan, dan faktor obesitas cenderung
diturunkan, Menjelaskan resiko kondisi kegemukan (overweight) dan
kurus (underweight) yang dapat mempengaruhi kesehatan berbagai
penyakit dapat diterapkan dalam menerapkan pola makan yang baik
seperti tidak melewatkan jam makan seperti sarapan pagi.serta
menimbulkan penyakit kardiovaskuler (terutama penyakit jantung dan
stroke) yang merupakan penyebab kematian no satu didunia, diabetes,
kelainan muskuloskeletal terutama osteoarthiritis, demensia, penyakit
ginjal kronik, kanker, Mengajarkan cara mengelola berat badan secara
39

efektif. Dengan cara menerapkan pola hidup sehat, aktivitas fisik, serta
tidak melewatkan asupan nutrisi yang cukup
Implementasi dari diagnosis pertama yaitu Obesitas berhubungan
dengan gangguan makan terhadap masalah obesitas pada remaja sesuai
dengan TUK 1 Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga dan
klien dalam menerima informasi.TUK 2 yaitu Mempersiapkan materi dan
media edukasi, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan
kesepakatan, beri kesempatan keluarga untuk bertanya. TUK 3: jelaskan
mengenai hubungan asupan makanan, latihan, peningkatan dan penurunan
berat badan, jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat
badan, jelaskan kebiasaan tradisi, dan budaya, serta faktor genetik, yang
mempengaruhi berat badan, ajarkan cara mengelola berat badan secara
efektif.
Peneliti melakukan implementasi dengan menerapkan sarapan pagi
setiap hari selama 7 hari dapat mengatasi nafsu makan membaik. Sarapan
pagi dalam 1 porsi sarapan selama 7 hari terdiri dari karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral, yang merupakan gizi yang simbang untuk
kebutuhan tubuh.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi selama 7 hari, dengan pemberian
pengetahuan obesitas dan penerapan sarapan pagi yang cukup . pada
diagnosis pertama Obesitas berhubungan dengan gangguan kebiasaan
makan pada remaja. Saat dialakukan evaluasi pada hari ke 2 keluarga dan
klien mengatakan sudah mengetahui mengenai obesitas hal ini ditunjukan
ketika penulis menanyakan kembali mengenai pengertian, tanda dan
gejala, dampak, dan pencegahan obesitas. terlihat dari keluarga dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhan. Nn.M
mengatakan dirinya sudah menerapkan sarapan pagi setiap hari seperti
yang disarankan oleh penulis terhitung 6 hari sejak 28 Mei 2023 sampai
dengan 6 Juni 2023. Didapatkan hasil nafsu makan membaik dan tidak
40

terlalu nafsu makan ketika jam makan siang. Dengan hasil berat badan
76,9kg dari 77kg dengan hasil penjumlahan IMT 30,039 dari 30,078
terdapat penurunan berat badan, maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh dalam menerapkan sarapan pagi terhadap penurunan berat
badan.
BAB IV
CRITICAL EVIDDENCE BASED PRACTICE

Pada penelitian ini penulis melakukan penelusuran jurnal dan prosiding


dengan menggunakan search engine google scholar. Dengan menggunakan kata
kunci Obesitas, sarapan pagi dengan kejadian obesitas. Penulis menemukan artikel
sebanyak 5 jurnal dalam kurun waktu 2018-2023. Artikel yang berhasil diseleksi
dimasukkan inklusi jurnal dengan kriteria, terdapat DOI, jurnal full text, Peer
review, dan tidak terdapat duplikasi. Dan apabila tidak sesuai dengan kriteria
tersebut maka secara otomatis dapat membatalkan data atau jurnal yang sudah
didapat untuk dianalisa lebih lanjut. Dari hasil penilaian diperoleh sebanyak 3
artikel.

Hasil dari penelusuran artikel didapatkan bahwa dari ketiga penelitian


yang dilakukan diartikel menunjukan bahwa penerapan sarapan pagi efektif untuk
menurunkan nafsu makan pada penderita obesitas. Adapun hasil analisis dari 3
artikel jurnal dan posiding diperoleh sebagai berikut : Jurnal yang pertama
(Ardiani, 2019) yaitu dengan judul “Sarapan Pagi Dan Kejadian Overweight ada
Remaja SMA Di Kota Madiun”disebutkan sarapan pagi dapat menurunkan
menurunkan nafsu makan ketika jam makan siang, dilihat dari hasil penelitian di
dapatkan semua responden kelompok sarapan pagi mengalami penurunan nafsu
makan sebesar 100%, hal ini terjadi karena sarapan pagi yang cukup, sehingga
rasa lapar ketika jam makan siang berkurang.

Jurnal yang ke dua (Faruq et al., 2018)dengan judul “Hubungan Kebiasaan


Sarapan Pagi dan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap Berat Badan
Berlebih pada Siswa SMAN 1 Kota Cirebon” disebutkan sarapan pagi sangat
berpengaruh terhadap Obesitas, dilihat dari hasil penelitian didapatkan responden
kelompok sarapan pagi dan responden kelompok makanan cepat saji terhadap
berat badan berlebih, responden kelompok makan cepat saji mengalami kenaikan
berat badan maka bisa disimpulkan bahwa makan cepat saji sangat berpengaruh
terhadap berat badan berlebih.

41
42

Jurnal yang ke tiga (Swari et al., 2022) dengan judul “Hubungan


Melewatkan Sarapan Terhadap Kejadian Overweight Dan Obesitas Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana” disebutkan melewakan
sarapan pagi terhadap kejadia obesitas ada hubungan, dilihat dari hasil pene-litian
yaitu sebanyak 30 responden yang meng-alami obesitas didapatkan lebih banyak
yang tidak sarapan yaitu 22 responden dibandingkan yang sarapan terdapat 8
responden, sedangkan yang mengalami overweight terdapat 12 responden
didapatkan lebih banyak yang sarapan yaitu 9 respon-den dibandingkan yang
tidak sarapan yaitu 3 responden. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan
terdapat hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas
pada mahasiswa.

Berdasarkan dari ketiga jurnal diatas yang sudah dianalisis, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan sarapan pagi yang cukup dapat membuat nafsu
makan membaik. Sarapan merupakan perilaku yang sangat penting dan tidak
boleh dilewatkan karena tubuh memerlukan nutrisi sekaligus energi untuk
melakukan aktivitas sepanjang hari. Selain itu sarapan sangat penting untuk
mempertahankan pola makan yang baik. Melewatkan sarapan akan
mengakibatkan merasa sangat lapar dan tidak dapat mengontrol nafsu makan
sehingga pada saat makan siang akan makan dalam porsi yang berlebih
(overreacting) (Faruq et al., 2018).
BAB V
PEMBAHASAN

Penulis melakukan pengkajian pada Nn.M dengan hasil pengkajian bahwa


penyebab overweight pada Nn.M didukung oleh faktor genetik juga pola makan
yang tidak teratur . Klien sudah memasuki usia remaja 15 tahun dim ana usia ini
banyak perubahan fisik yang terjadi diantaranya perubahan masa pertumbuhan,
dimana hubungan antara pertumbuhan semakin beresiko. Klien mengalami
peningkatan nafsu makan tinggi sehingga menyebabkan berat badan semakin
bertambah. Pada kasus yang ditemui klien memiliki gejala berat badan naik, dari
data tersebut dapat diambil diagnosa Obesitas berhubungan dengan gangguan
kebiasaan makan dalam mengatasi kebiasaan makan pada remaja yang obesitas
(SDKI Hal.77 D.0030)

Kemampuan merawat anggota keluarga yang bermasalah dinilai belum


efektif, terbukti Nn.M memiliki kebiasaan melewati sarapan pagi, dan makan
yang tidak teratur, makan nasi 2x/hari dalam jumlah banyak, kadang
mengkonsumsi mie instan 3-4x dalam satu minggu ditambah dengan nasi, dari
data tersebut dapat diambil diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi tentang masalah obesitas pada remaja (SDKI Hal
246 D.0111)

Diagnosa Obesitas sebagai fokus dalam karya Ilmiah Akhir Ners.


Tindakan dalam mengatasi obesitas yaitu tindakan prilaku untuk menerapkan
sarapan pagi yang cukup , disini penulis berfokus pada penanganan Obesitas yaitu
dengan menerapkan untuk sarapan pagi yang cukup kepada klien supaya nafsu
makan membaik. Intervensi yang diberikan penulis yaitu 6 hari.

Sesuai dengan penelitian Hanifah Ardiani dengan judul sarapan pagi dan
kejadian Overweight pada remaja SMA dengan tindakan untuk tidak melewatkan
dalam menerapkan setiap hari untuk sarapan pagi yang cukup untuk menurunkan
nafsu makan yang berlebih pada jam makan siang hari, intervensi yang diberikan

43
44

penulis yaitu selama 6 hari . sarapan pagi merupakan asupan yang sangat penting
untuk energi dalam melakukan aktivitas sehari hari, selain itu sangat penting
untuk mempertahankan pola makan yang baik, adapun akibat dari melewatkan
sarapan merupakan rasa lapar dan tidak dapat mengontrol nafsu makan sehingga
pada saat jam makan berikutnya akan mengkonsumsi makan yang berlebih
(overeating). Melewatkan sarapan juga akan megalami kekosongan lambung
sehingga kadar gula akan menurun, gula merupakan sumber energi utama untuk
otak. Dampak buruk nya bisa mengakibatkan ketidakseimbangan syaraf pusat
yang diiringi rasa pusing, badan gemetar dan rasa lelah.

Penerapan sarapan pagi dilakukan selama 6 hari dimulai pada tanggal 28


Mei 2023 dimulai pada hari kedua pertemuan dan evaluasi pada hari terakhir atau
keenam. Sebelum pemberian intervensi pada hari pertama pertemuan dilakukan
wawancara mengenai masalah saat ini di dapatkan hasil wawancara klien
mengatakan sering melewatkan sarapan pagi dan dan makan tidak teratur dan
nafsu makan yang berlebihan. Setelah hari terakhir dilakukannya intervensi saat
dilakukan wawancara mengenai masalah sebelum nya terdapat perubahan yang
baik dalam menerapkan sarapan pagi yang cukup nafsu makan menjadi
membaik .dengan hasil berat badan 76,9kg dari 77kg dengan hasil penjumlahan
IMT 30,039 dari 30,078 terdapat penurunan berat badan, maka dapat disimpulkan
terdapat pengaruh dalam menerapkan sarapan pagi terhadap penurunan berat
badan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hanifah Ardiani


mengatakan bahwa sebelum menerapkan sarapan pagi yang cukup terdapat
masalah nafsu makan yang berlebih pada jam makan siang dan setelah dilakukan
penerapan sarapan pagi yang cukup siswa mengatakan nafsu makan membaik
100% . Maka dari itu ada perubahan baik dalam menerapkan sarapan pagi
terhadap siswa obesitas.

Karena terbatasnya waktu penulis untuk melakukan intervensi setelah 6


hari dalam penerapan sarapan pagi. Terlepas dari itu penerimaan Nn.M dan
45

keluarga terhadap intervensi sangat baik begitupun klien agar menerapkan sarapan
pagi dalam sehari-hari sehingga nafsu makan akan lebih baik. Motivasi dari
keluarga juga sangat besar untuk merubah pola hidup Nn.M dalam menurunkan
nafsu makan berlebih sehingga keluarga meningkatkan kesehatan keluarganya.
Orang tua klien juga mengikuti dalam penerapan sarapan pagi untuk mengawalai
aktivitas sehari hari nya. Untuk diagnosa yang lain juga teratasi dan untuk
menerapkan sarapan pagi yang cukup dalam jangka panjang, untuk memperbaiki
pola makan yang baik dan teratur.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil karya ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Asuhan keperawatan dapat dilaksanakan secara komprehensif
sehingga intervensi yang diberikann untuk menerapkan sarapan pagi
untuk mengurangi nafsu makan terlaksana sesuai apa yang
diharapkan.
b. Setelah dilakukan penerapan sarapan pagi selama 5 hari dengan fokus
pada 5 tugas kesehatan keluarga hasilnya mendapatkan penurunan
nafsu makan pada Nn.M.
B. Saran
1. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis pengetahuan yang dihasilkan
dari penelitian ini khususnya bagi institusi pendidikan diharapkan
dapat menjadi salah satu referensi dalam penerapan asuhan
keperawatan, sekaligus sebagai ambahan aplikasi catur dharma bagi
Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan publikasi,
pengabdian masyarakat dan pelaksanaan Al-Islam Ke
muhammadiyahan.
2. Bagi Klien/Keluarga Diharapkan dalam menjalankan tugas kesehatan
keluarga klien kooperatif dan menjalankan pola hidup sehat terutama
dalam melakukan penerapan sarapan pagi berdasarkan kesadaran dari
Nn.M sendiri.
3. Bagi Peneliti lain hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
dilanjutkan untuk peneliti selanjutnya dengan intervensi menerapkan
sarapan pagi untuk mengurangi nafsu makan pada penderita obesitas.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, I. (2021). Keluarga Sakinah (Perkawinan Menurut Adat Dan Perubahan


Sosial Masyarakat Minangkabau). Jurnal Al-Ahkam, 12(1), 37–52.
Adi La. (2022). Pendidikan Keluarga Dalam Perpekstif Islam. Jurnal Pendidikan
Ar-Rashid, 7(1), 1–9. Http://Www2.Irib.Ir/Worldservice/Melayu
Agnesia, D. (2019). Peran Pendidikan Gizi Dalam Meningkatkan Pengetahuan,
Sikap Dan Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja Di Sma Yasmu Kecamatan
Manyar Kabupaten Gresik. Academics In Action Journal Of Community
Empowerment, 1(2), 64–76. Https://Doi.Org/10.33021/Aia.V1i2.847
Aisy, S. Q. (2022). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. N Dengan Masalah
Keperawatan Obesitas Di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing
Kota Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
Almunawar, A., Utara, S., Utara, S., Olahraga, J., & Indonesia, K. (2020).
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Konsumsi Terhadap Insiden Obesitas
Sentral Pada Supir Angkot. Olahraga Dan Kesehatan Indonesia, 1(1), 37–
45. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.55081/Joki.V1i1.301
Antira, Nuri Wike. (2022). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap
Perkembangan Usia Pertengahan (Middle Age Family). Universitas Kusuma
Husada Surakarta.
Ardiani, H. (2019). Sarapan Pagi Dan Kejadian Overweight Ada Remaja Sma Di
Kota Madiun. Jurnal Kesehatan, 6(1), 1–5.
Delima, D. P., & Prasetio, R. T. (2021). Sistem Pakar Diagnosa Komplikasi
Obesitas Pada Remaja Menggunakan Metode Certainty Factor. Eprosiding
Sistem Informasi (Potensi), 2(1), 51–60.
Deswita, D. (2022). Model Deswita (Detection And Education For Obesity In
Adolescents With Digital Assistance) Bagi Perawat Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Untuk Penatalaksanaan Keperawatan Obesitas Pada
Remaja Di Kota Padang. Universitas Andalas.
Dewi, V., Handayani, G. L., & Junita, J. (2022). Pembinaan Kader Kesehatan
Dalam Pembentukan Remaja Sadar Gizi Di Posyandu Remaja. Jurnal
Pengabdian Meambo, 1(1), 40–46.
Https://Pengabmas.Nchat.Id/Index.Php/Pengabmas/Article/View/9%0ahttps:/
/Pengabmas.Nchat.Id/Index.Php/Pengabmas/Article/Download/9/6
Erviana, E., & Hidayati, T. (2019a). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Obesitas Pada Orang Dengan Disabilitas Intelektual : A Literature Review.
Avicenna : Journal Of Health Research, 2(1), 17–25.
Https://Doi.Org/10.36419/Avicenna.V2i1.256
48

Erviana, E., & Hidayati, T. (2019b). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Obesitas Pada Orang Dengan Disabilitas Intelektual: A Literature Review.
Avicenna: Journal Of Health Research, 2(1).
Faruq, N. N., Pratiwi, W., & Satrianugraha, M. D. (2018). Hubungan Kebiasaan
Sarapan Pagi Dan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Berat
Badan Berlebih Pada Siswa Sman 1 Kota Cirebon | Faruq | Tunas Medika
Jurnal Kedokteran & Kesehatan. Kedokteran Dan Kesehatan, 1(2), 1–5.
Http://Jurnal.Ugj.Ac.Id/Index.Php/Tumed/Article/View/6301/2715
Hastuti, P. (2019). Genetika Obesitas. Ugm Press.
Hutasoit, E. S. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas Pada Wus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2019. Jomis
(Journal Of Midwifery Science), 4(1), 25–33.
Https://Doi.Org/10.36341/Jomis.V4i1.1117
Irianti, D., & Sumiyati. (2021). Obesitas Terhadap Harga Diri Remaja. Jurnal
Sains Kebidanan, 3(2), 80–85.
Kemenkes, R. (2020). Kemenkes Ri. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada
Masa Pandemi.
Kertapati, Y. (2019). Tugas Kesehatan Keluarga Dan Tingkat Kemandirian
Keluarga Di Wilayah Pesisir Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan,
14(1).
Khairunnisa, W. A., & Dermawan, D. D. (2021). Penatalaksanaan Olahraga Jalan
Kaki Pada Anak Usia Sekolah Dengan Masalah Keperawatan Obesitas Di
Desa Sengon Kabupaten Sukoharjo. Indonesian Journal On Medical Science,
8(1).
Kristina, A., & Huriah, T. (2020). Program Pencegahan Obesitas Anak Dengan
Perlibatan Peran Keluarga: Literature Review. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 5(2).
Lubis, M. Y., Hermawan, D., Febriani, U., & Farich, A. (2020). Hubungan Antara
Faktor Keturunan, Jenis Kelamin Dan Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua
Dengan Kejadian Obesitas Pada Mahasiswa Di Universitas Malahayati
Tahun 2020. Human Care Journal, 5(4), 891.
Https://Doi.Org/10.32883/Hcj.V5i4.744
Lufritayanti, & Annisa. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pengetahuan Dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan, 1(11150331000034), 1–147. Https://Stp-
Mataram.E-Journal.Id/Jip/Article/View/2143/1667
Lugina, W., Mayanti, S., & Neni, N. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik, Asupan
Energi, Dan Sarapan Pagi Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa Sma
Tasikmalaya Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 17(2),
49

305–313.
Makmun, A. (2021). Pola Makan Terhadap Obesitas. Focus, 2(01).
Masithoh, A. R., Kulsum, U., Parastuti, F., & Widiowati, I. (2022). Hubungan
Interaksi Sosial Dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di
Posyandu Seroja Desa Sambiyan Rembang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 13(1), 176–184.
Nurjanah, N., & Setiyo Nugroho, P. (2021). Risiko Perilaku Kurangnya Aktivitas
Fisik, Dan Mengkonsumsi Buah Terhadap Kejadian Obesitas Pada Remaja
Di Myanmar.
Rizona, F., Herliawati, Latifin, K., & Septiawati, D. (2019). Sosialisasi Faktor
Penyebab Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar The Socialization Of The
Factors Causing The Obesity On Primary School Student. Sosialisasi Faktor
Penyebab Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar, 99–103.
Sagala, C. O., & Noerfitri, N. (2021). Hubungan Pola Makan Dan Pengetahuan
Gizi Seimbang Dengan Gizi Lebih Mahasiswa Stikes Mitra Keluarga. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan
Masyarakat, 13(1), 22–27. Https://Doi.Org/10.52022/Jikm.V13i1.152
Santoso, A. H., Rumawas, M. E., Limanan, D., & Ciptono, F. (2023). Penapisan
Hiperuresemia Dan Obesitas Pada Remaja Di Jakarta Barat. Kreatif: Jurnal
Pengabdian Masyarakat Nusantara, 3(2), 121–128.
Saraswati, S. K., Rahmaningrum, F. D., Pahsya, M. N. Z., Paramitha, N.,
Wulansari, A., Ristantya, A. R., Sinabutar, B. M., Pakpahan, V. E., &
Nandini, N. (2021). Literature Review : Faktor Risiko Penyebab Obesitas.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 20(1), 70–74.
Https://Doi.Org/10.14710/Mkmi.20.1.70-74
Setyaningrum, A. A., Sutoyo, D. A. R., & Atmaka, D. R. (2020). Diet Tinggi
Sukrosa Dan Fruktosa Terhadap Obesitas. Healthy Tadulako Journal (Jurnal
Kesehatan Tadulako), 6(3), 22–32.
Sidiartha, I. G. A. D. N., & Pratiwi, I. G. A. P. E. (2020). Hubungan Antara
Sarapan Dengan Obesitas Pada Anak Usia 6 – 12 Tahun. Jurnal Medika
Udayana, 9(5), 13–17.
Simak, V. F., & Renteng, S. (2021). Keperawatan Komunitas Dua (Konsep
Asuhan Keperawatan Komunitas). Tohar Media.
Sirait, R. (2020). Peningkatan Mutu Pelayanan Melalui Peran Perawat Pada
Kesehatan Keluarga.
Swari, K. G. Y., Mulyantari, N. K., & Yasa, I. W. P. S. (2022). Hubungan
Melewatkan Sarapan Terhadap Kejadian Overweight Dan Obesitas Pada
50

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Medika


Udayana, 11(3), 116–121. Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Eum
Telisa, I., Hartati, Y., & Haripamilu, A. D. (2020). Faktor Risiko Terjadinya
Obesitas Pada Remaja Sma. Faletehan Health Journal, 7(03), 124–131.
Https://Doi.Org/10.33746/Fhj.V7i03.160
Wulandari, D. (2019). Pemanfaatan Grup Diskusi Online Dalam Upaya
Pencegahan Obesitas Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Wuny, 1(1), 9.
Https://Doi.Org/10.21831/Jwuny.V1i1.26856
Yosa Nursidiq Fadhilah, Suganda Tanuwidjaja, & Asep Saepulloh. (2021).
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah
Dasar Negeri 113 Banjarsari Kota Bandung Tahun 2019-2020. Jurnal Riset
Kedokteran, 1(2), 80–84. Https://Doi.Org/10.29313/Jrk.V1i2.449
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nn. M (L/P)
Alamat/Usia : Pamalayan / 15 tahun
Sesudah didapatkan penjelasan, dengan ini saya menyatakan
bersedia/tidak bersedia*) menjadi responden dalam penelitian atas nama Rena
Anggraeni mahasiswa Stikes Muhammadiyah Ciamis Program Profesi Ners,
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Remaja Overweight
Melalui Intervensi Sarapan Pagi Di Desa Pamalayan Ciamis” Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Ciamis, 28 Mei 2023


Responden

( Nn.M )

51

Anda mungkin juga menyukai