Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN DISMENOREA PADA NN.

A
DENGAN MENGGUNAKAN KOMPRES HANGAT

KIAN
Karya Ilmiah Akhir Ners

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Profesi Ners


Pada Program Studi Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis

Oleh :
EGA PIRMAN AGUSTIN
NIM. 2106277018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : EGA PIRMAN AGUSTIN


NIM : 2106277018

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dismenorea Pada NN. A
Dengan Menggunakan Kompres Hangat” ini telah disetuju
untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan
Tim Penguji pada tanggal 01 Juli 2022

Pembimbing

Yanti Srinayanti, S.Kep., Ners., M.Kep


NIK.0432778208 046

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN DISMENOREA PADA NN. A


DENGAN MENGGUNAKAN KOMPRES HANGAT
NAMA : EGA PIRMAN AGUSTIN
NIM : 2106277018

Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam
sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 01 Juni 2022

Mengesahkan,

Ketua Penguji Anggota Penguji

H. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep., M.Kep Yanti Srinayanti, S.Kep., Ners., M.Kep
NIK.043227772950009 NIK.0432778208 046

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Ega Pirman Agustin
NIM : 2106277018
Program Studi : Profesi Ners
Tahun Akademik : 2022

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul :
Asuhan Keperawatan Dismenorea Pada Nn. A Dengan Menggunakan Kompres
Hangat.
Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ciamis, 04 Juli 2022

Ega Pirman Agustin

iii
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح يِم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan
judul “Asuhan Keperawatan Dismenorea Pada Nn. A Dengan Menggunakan
Kompres Hangat”.
Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners di
STIKes Muhammadiyah Ciamis, penulis menyadari betul bahwa Karya Ilmiah
Akhir Ners ini kurang sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis di masa yang akan datang.
Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, baik moril maupun materil, untuk itu izinkanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan KIAN ini, diantaranya :
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian (BPH) STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos.,S.Kep., Ners., M.M.Kes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Hj. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep., M.Kep., Selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis..
4. Yanti Srinayanti, S.Kep., Ners., M.Kep, Selaku pembimbing Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN)
5. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan/Karyawati yang telah memberikan
bimbingan sejak penulis mengikuti perkuliahan di Program Studi Profesi Ners
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
6. Kedua orangtua tercinta dan keluarga besar saya yang telah banyak
memberikan dorongan moril maupun materil serta kasih sayang dan do’a tulus
yang dicurahkan kepada penulis.

iv
7. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes
Muhammadiyah Ciamis yang telah bersama-sama saling mendukung dan
mendoakan demi kesuksesan bersama.
8. Sheila On 7, grup band favorit dengan lagu-lagunya yang membuat penulis
semangat dan menemani selama penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Semua pihak dan kerabat yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang
telah senantiasa membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) ini menemui begitu banyak kendala. Oleh karena itu, penulis meminta
maaf apabila dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KIAN) ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran yang membangun tentu sangat penulis
harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Semoga
amal baik dari semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT dan Allah SWT
meridhoi setiap gerak dan usaha kita. Amin.
Nasrun Minallahi Wa fathun Qorib Wa Basyiril Mu’minin
Wassalamu'alaikum Wa rahmatullah Wa Barakatuh

Ciamis, 04 Juli 2022


Penulis

Ega Pirman Agustin

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
LRMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 3
C. TUJUAN................................................................................................. 3
D. RUANG LINGKUP................................................................................ 4
E. MANFAAT PENULISAN...................................................................... 4
F. METODE PENULISAN......................................................................... 5
G. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 6


A. KONSEP DISMENOREA...................................................................... 6
B. KONSEP DASAR NYERI..................................................................... 12
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................ 14
D. KONSEP DASAR KOMPRES HANGAT............................................. 26

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................... 28


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN........................................................ 28
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................ 32
C. INTERVENSI KEPERAWATAM......................................................... 32
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................... 33
E. EVALUASI KEPERAWATAN............................................................. 33
F. DOKUMENTASI KEPERAWATAN.................................................... 34

BAB IV CRITICAL EVIDANCE BASED PRACTICE................................... 35

vi
BAB V PEMBAHASAN................................................................................... 37
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN........................................................ 37
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................ 37
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................... 38
D. IMPLEMENTASI................................................................................... 39
E. EVALUASI KEPERAWATAN............................................................. 40

BAB VI PENUTUP........................................................................................... 42
A. KESIMPULAN....................................................................................... 42
B. SARAN................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pathways Dismenorea


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Bimbingan KIAN
Lampiran 3 Dokumentasi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri haid atau dismenorea adalah salah satu masalah ginekologi yang
paling umum dan banyak dialami oleh wanita. Berdasarkan klasifikasinya
penyebab dismenorea dibagi menjadi dua yaitu dismenorea primer yang
penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, namun selalu dikaitkan dengan
menstruasi yang berhubungan adanya gangguan keseimbangan hormon.
Sedangkan dismenorea sekunder terjadi akibat adanya kelainan-kelainan
organ kandungan seperti infeksi dan kista (Heni, 2018).
Prevalensi dismenorea dapat bervariasi antara 16% dan 91% pada
wanita usia reproduksi, dengan nyeri hebat dapat 2% hingga 29% (Nagy H
and Khan MAB, 2021). Wanita yang mengalami dismenorea di seluruh dunia
sangatlah tinggi menurut data World Health Organization (WHO), rata-rata
menunjukkan lebih dari 50% perempuan dari berbagai negara mengalami
dismenorea. Berdasarkan penelitian di Kuwait ditemukan 58,2% pelajar
dengan dismenorea tidak masuk sekolah dan 13,9% tidak bisa mengikuti
ujian (Alrahal, et al., 2020). Adapun di Indonesia, prevalensi kejadian yang
menderita dismenorea mencapai 60-70% perempuan dari seluruh wilayah
Indonesia, sebesar 54,89% pada dismenorea tipe primer dan sebesar 45,11%
pada dismenorea tipe sekunder (Lail, 2019 dalam Fatmawati, 2021).
Meskipun dismenorea merupakan gejala yang normal, akan tetapi bisa
terjadi dismenorea berat pada beberapa kasus bila tidak ditangani. Dampak
yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani dapat mengganggu aktivitas
hidup sehari-hari, menstruasi yang bergerak mundur, kemandulan, kehamilan
tidak terdeteksi atau kehamilan etrofik pecah, kista, dan infeksi (Saputra,
2021). Dampak yang sering dialami wanita dengan dismenorea diantaranya,
rasa letih, nyeri di daerah bawah pinggang, perasaan cemas, mual muntah,
kram pada perut serta terhambatnya aktivitas fisik, sehingga perlu

1
2

adanya upaya kesehatan dengan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif,


dan rehabilitatif (Lima and Kota, 2018). Penyebab dismenorea bisa
bermacam-macam, bisa karena suatu proses penyakit (misalnya radang
panggul), endometriosis, tumor atau kelainan letak uterus, dan stress atau
kecemasan yang berlebihan. Oleh karena itu pada wanita yang menderita
dismenorea harus ditangani dengan baik (Saputra, 2021).
Cara mengurangi dismenorea dapat dilakukan dengan dua terapi yaitu
terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Secara farmakologi yaitu
dengan pemberian analgetik, terapi hormonal dan obat, akan tetapi
penggunaan obat obatan akan menimbulkan ketergantungan terhadap efek
pereda nyeri dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Selebihnya jika harus meminum obat tersebut harus sesuai dengan anjuran
dokter (Anjasmara, 2018). Secara non farmakologi dapat dilakukan kompres
hangat atau mandi air hangat, massase, tidur yang cukup, hipnoterapi,
distraksi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti senam
dismenorea, yoga, dan relaksasi napas dalam (Oktarini, 2019).
Kompres air hangat merupakan salah satu cara yang sangat efektif
untuk mengurangi rasa nyeri atau kekakuan otot. Hal ini disebabkan saat
memberikan kompres hangat membuat pelebaran pembuluh darah sehingga
akan memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut, kemudian
penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan
pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki jadi akan timbul
proses pertukaran zat yang lebih baik maka akan terjadi peningkatan aktivitas
sel sehingga akan menyebabkan penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres
hangat pada area tubuh tertentu akan memberikan signal ke hipotalamus
melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus
dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang mulai berkeringat dan
vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar
sirkulasi oksigenasi, mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa
hangat membuat otot tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri (Dhirah
& Utami, 2019).
3

Terdapat penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh


Sholihat, Patimah dan Sundari (2021) “Efektivitas Pemberian Kompres Air
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer”. Penelitian ini
dilakukan dengan metode studi literature dari 5 artikel dengan pembahasan
yang sama yaitu kompres air hangat untuk penurunan nyeri dismenorea,
didapatkan hasil telaah pustaka dari 5 jurnal menyatakan bahwa kompres air
hangat dapat menurunkan nyeri dismenorea (Sholihat, Patimah & Sundari
2021).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang intervensi kompres hangat untuk mengurangi nyeri dismenorea
dengan judul “Asuhan Keperawatan Dismenorea Pada Nn. A Dengan
Menggunakan Kompres Hangat”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa referensi baik dari
penelitian dan teori yang didapatkan dari jurnal mengenai penerapan kompres
hangat pada wanita dengan dismenorea terdapat keterikatan antara kompres
hangat dengan penurunan rasa nyeri menstruasi, untuk itu perlu dianalisis
lebih lanjut agar kualitas hidup wanita dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
Rumusan karya ilmiah akhir ners berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
memberikan asuhan keperawatan dismenorea pada Nn. A dengan
menggunakan kompres hangat?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan kompres hangat sebagai terapi pada asuhan
keperawatan perempuan yang mengalami dismenorea.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Menganalisis keefektifan pemberian kompres hangat pada asuhan
keperawatan perempuan yang mengalami dismenorea.
4

b. Menganalisis penurunan skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat


pada perempuan yang mengalami dismenorea.

D. Ruang Lingkup
Proses dalam pembuatan asuhan keperawatan ini meliputi proses
pengkajian di mana peneliti melakukan pengkajian secara langsung dengan
metode home visit, diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan anamnesis
yang ditemukan pada kasus di lapangan, pembuatan intervensi disesuaikan
berdasarkan diagnosa yang diambil, implementasi dilakukan pada hari
pertama, dan evaluasi dilakukan setiap hari selama 3 kali. Dalam melakukan
asuhan keperawatan ini penulis melakukan asuhan keperawatan dengan
waktu 3x24 jam dan dilakukan evaluasi setiap pertemuan.

E. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan akan memberikan kontribusi
terhadap berbagai aspek yaitu :
1. Bagi klien
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan penanganan
kepada klien sehingga diharapkan membantu dalam mengontrol dan
menurunkan rasa nyeri dismenorea.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan
pustaka tentang tindakan keperawatan berupa kompres hangat untuk
mengontrol dan menurunkan rasa nyeri dismenorea.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat berguna bagi penulis selanjutnya, sebagai
rujukan untuk meneliti masalah keperawatan dan praktik keperawatan
pada klien dengan dismenorea.
5

F. Metode penulisan
Metode dalam penyusunan studi kasus ini adalah deskriptif yang
merupakan suatu asuhan keperawatan dalam suatu kasus dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan serta menjabarkan tindakan
asuhan keperawatan yang diberikan pada Nn. A dengan dismenorea dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
(Nursalam, 2015). Metode pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi dengan menggunakan wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik.

G. Sistematika penulisan
Dalam pembuatan KIAN (Karya Ilmiah Akhir Ners) terdiri dari 6 BAB,
dimana bab pertama berisi latar belakang mengenai kejadian atau kasus yang
diambil oleh penulis. Bab 2 berisi teori-teori yang menunjang untuk
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan demensia. Bab 3 berisi
tinjauan kasus yang menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang telah
dilakukan. Bab 4 yaitu EBP (Evidence Based Practice) yang menguraikan
perbandingan antara teori dan situasi yang ada di lapangan. Bab 5 berisi
analisis kasus dari berbagai teori yang telah diperoleh, analisis terhadap
asuhan keperawatan yang telah diberikan dikaitkan dengan teori dapat pula
dikaitkan dengan manajemen keperawatan. Bab 6 terdiri atas kesimpulan dan
saran yang diambil dari bab 5.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Dismenorea


1. Pengertian Dismenorea
Dismenorea atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan
Dysmenorrhea, merupakan salah satu gangguan dan fenomena
simptomatik yang dialami wanita ketika menstruasi, meliputi nyeri
abdomen, kram, dan sakit punggung. Keadaan nyeri yang hebat dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. (Nur et al., 2020).
Pendapat lain menurut Price (2016) menyebutkan bahwa
dysmenorrhea didefinisikan sebagai kram atau nyeri pada saat menstruasi
yang menyakitkan berasal dari rahim karena adanya kejang pada otot
uterus. Ini adalah kondisi ginekologis umum yang dapat memengaruhi
sebanyak 50% perempuan (Amalia, 2020).
2. Etiologi Dismenorea
Beberapa faktor seperti keadaan emosional/psikis, adanya obstruksi
kanalis servikalis, ketidakseimbangan endokrin, dan alergi memiliki
hubungan dengan terjadinya dismenorea. Peningkatan kadar
prostaglandin diduga memiliki peran terhadap terjadinya dismenorea.
Prostaglandin dapat meningkatkan kontraktilitas miometrium dan
memiliki efek vasokontriksi yang dapat menyebabkan iskemi pada
miometrium. Hal tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya
rasa nyeri (Amalia, 2020).
Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya nyeri haid primer
yaitu :
a. Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh peluruhan endometrium
pada awal haid memainkan peranan penting dalam memicu kontraksi
uterus.

6
7

Peningkatan kadar prostaglandin memiliki peranan penting sebagai


penyebab terjadinya nyeri haid. Prostaglandin dapat memicu spasme
miometrium, kadar prostaglandin akan meningkat pada penderita
nyeri haid dan ditemukan di dalam otot uterus (Lina, 2017).
b. Hormon steroid seks
Nyeri haid primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Nyeri
haid hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron.
Kadar progesterone yang rendah akan menyebabkan terbentuknya
prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang
rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan tergganggunya
stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim
fosfolipaseA2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis
prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam
arakhidonat. Kadar estradiol wanita yang menderita dismenorea lebih
tinggi dibandingkan wanita normal (Solehati et al., 2018).
c. Sistem saraf
Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terdiri
dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Nyeri haid ditimbulkan
oleh ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap myometrium.
Pada keadaan ini terjadi perangasangan yang berlebihan oleh saraf
simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada ismus dan ostium
uteri internum menjadi hipertonik (Amalia, 2020).
d. Psikis
Persepsi nyeri tergantung pada fungsi susunan saraf pusat,
khususnya talamus dan korteks. Beratnya nyeri yang dialami
tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Faktor
pendidikan dan psikis sangat berpengaruh pada nyeri haid. Nyeri haid
dapat dipicu atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Nyeri haid
seringkali tidak terjadi setelah perkawinan dan melahirkan, kedua
keadaan tersebut membawa perubahan fisiologik pada genetalia
maupun perubahan psikis (Ningrum, 2017).
8

3. Klasifikasi Dismenorea
a. Dismenorea Primer
Merupakan dismenorea yang paling umum terjadi pada wanita.
Dismenorea primer disebabkan oleh peningkatan produksi
prostaglandin. Dismenorea primer umumnya terjadi 2 tahun setelah
menstruasi pertama dan berlangsung sebelum atau sesudah menstruasi
selama 2-3 hari. Dismenorea primer ini merupakan nyeri yang tidak
ada hubungannya dengan kelainan ginekologi. Kejadian dismenorea
primer ini tidak terdapat hubungannya dengan umur, ras, genetik,
maupun status ekonomi. Namun derajat nyeri yang dirasakan serta
durasi mempunyai hubungan dengan usia saat menarche pada usia
remaja, lamanya menstruasi, merokok, dan adanya peningkatan IMT
(Index Massa Tubuh) (Mau et al., 2020).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder pada umumnya terjadi akibat kelainan
struktural ataupun anatomi serviks atau uterus, benda asing seperti
alat kontrasepsi dalam Rahim (IUD), endometriosis atau endometritis.
Endometriosis merupakan suatu kondisi di mana implantasi jaringan
endometrium ditemukan pada lokasi ektopik dalam rongga
peritoneum (Nur et al., 2020).
4. Patofisiologi Dismenorea
a. Dimenorea Primer
Timbulnya dismenorea sering dikaitkan dengan adanya
peningkatan kadar prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
folikel akan mengikat si reseptor yang berada di endometrium atau
miometrium. Di mana diketahui bahwa prostaglandin mempunyai
daya untuk meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus. Prostaglandin
juga mempunyai efek vasokontraksi yang dapat menyebabkan iskemi
pada otot uterus yang sekaligus dapat menimbulkan rasa nyeri.
Konsentrasi prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan
yang bermakna. Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2 endometrium,
9

miometrium dan darah haid wanita yang menderita nyeri haid primer.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa dismenorea sangat dipengaruhi oleh
kadar prostaglandin yang tinggi yang biasanya meningkat pada awal
menstruasi (Desmawati, 2021).
b. Dismenorea Sekunder
Uterin Leimioma merupakan tumor jinak yang sering
ditemukan di otot uterus yang merupakan penyebab tersering dari
dismenorea sekunder. Tumor ini dapat terus membesar karena adanya
estrogen. Selain menimbulkan rasa nyeri, juga dapat menimbulkan
menoragia dan perut kembung. Komplikasi dapat terjadi anemia dan
infertilitas. Selain itu, Pelvic Inflammatory Disease merupakan
infeksi yang terjadi pada uterus dan tuba falopi, infeksi ini terjadi
setelah menstruasi, jika kronik dapat menyebabkan dismenorea.
Penyebab yang paling sering adalah Chlamydia trachomatis dan
Neisserria gonorrhoea. Diagnosanya meliputi tiga kriteria mayor
yaitu sakit perut, nyeri adneksa dan keras pada daerah serviks, serta
harus meliputi 1 kriteria minor seperti demam, vaginal discharge,
leukosiots, gram-negative stain dan sel darah putih pada vaginal
smear. Seterusnya, abses tubo-ovarian merupakan infeksi dan sekuele
dari PID. Manakala, ruptur kista ovarium dan hemoragik juga dapat
menyebabkan nyeri haid sekunder ini bertambah parah. Selanjutnya,
endometriosis merupakan adanya jaringan mirip endometrium yang
ditemukan di luar uterus, paling sering pada ovarium. Gejala yang
itmbul adalah dispareuni, nyeri panggul dan nyeri punggung.
Adenomiosis yang merupakan suatu kelainan di mana ditemukan
kelenjar adrenal pada myometrium diagnose sangat sulit untuk
ditegakkan dapat menimbulkan gejala dismenorea sekunder juga (Fira
& Kusumawati, 2021).
Adapun bagan patofisiologi mengenai dismenorea yang dapat
memunculkan beberapa masalah keperawatan dapat dilihat di halaman
lampiran 1.
10

5. Manifestasi Klinis Dismenorea


a. Dismenorea Primer
1) Usia lebih muda.
2) Dismenorea primer timbul segera setelah terjadinya siklus haid
yang teratur.
3) Terjadi pada nulipara (seorang wanita yang belum pernah
melahirkan).
4) Nyeri dirasakan sebagai kejang uterus dan spastik.
5) Nyeri timbul mendahului haid, meningkat bersamaan hari pertama
dan kemudian dengan keluarnya darah haid.
6) Disertai mual, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala, dan
sebagainya.
7) Dismenorea primer dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi,
bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun.
8) Usia saat menstruasi pertama < 12 tahun.
9) Nyeri yang tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
b. Dismenorea Sekunder
1) Usia lebih tua.
2) Nyeri terus-menerus, nyeri pada daerah supra pubis seperti kram,
menyebar sampai area lumbosacral atau punggung bawah.
3) Nyeri mulai pada saat haid, menghilang bersamaan haid, dan
dengan keluarnya darah haid (Trimayasari & Kuswandi, 2015).
6. Komplikasi Dismenorea
Meskipun jarang menimbulkan komplikasi, gejala dismenorea
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Khusus pada dismenorea yang
disebabkan oleh penyakit tertentu, dapat muncul komplikasi berupa :
a. Masalah kesuburan
b. Infeksi saluran tuba
c. Hamil di luar rahim (ACOG, 2022).
11

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaa untuk dismenorea menurut Luvita (2015) dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Farmakologi
Prosedur farmakologi merupakan prosedur yang dilakukan oleh
tenaga medis seperti dokter atau bidan. Prosedur farmakologi yaitu
dengan memberikan obat pengurang nyeri seperti terapi dengan obat
Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID), terapi hormonal yang
berfungsi menekan ovulasi, dan dilatasi kanalis servikalis, yang
berfungsi meringankan dan memudahkan pengeluaran darah haid dan
prostaglandin di dalamnya.
b. Nonfarmakologi
Prosedur nonfarmakologi merupakan prosedur yang dapat
dilakukan mandiri oleh klien dan perawat. Prosedur nonfarmakologi
dapat dilakukan dengan kompres dengan air hangat pada bagian yang
terasa kram, menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri,
pinggang yang sakit diberikan usapan atau gosokan, Tarik napas
dalam secara perlahan untuk relaksasi, mandi air hangat,
mengkonsumsi minuman yang mengandung kalsium tinggi secara
hangat, posisi menungging supaya rahim tergantung ke bawah hal
tersebut dapat membantu relaksasi (Luvita, 2015).
8. Derajat Dismenorea
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Dewi,
2011).
Menurut Purwaningsih, (2019), setiap menstruasi menyebabkan
rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri
yang berbeda-beda, dismenorea dibagi menjadi empat tingkat keparahan,
yaitu :
12

a. Dismenorea ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat
ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang. Terasa kram
perut bagian bawah yang masih dapat ditahan, masih bisa beraktifitas,
tidak mengganggu konsentrasi belajar. Dismenorea ringan terdapat
pada skala nyeri dengan tingkatan 1-3.
b. Dismenorea sedang
Seseorang mulai merespon nyeri dengan merintih dan menekan-
nekan bagian yang nyeri. Terasa kram pada perut bagian bawah yang
menjalar ke pinggang, sebagian aktivitas dapat terganggu, dan sulit
konsentrasi belajar. Dismenorea sedang terdapat pada skala nyeri
dengan tingkatan 4-6.
c. Dismenorea berat
Terasa kram berat pada perut bagian bawah, yang menyebar
tidak hanya ke pinggang, namun juga ke punggung, tidak nafsu
makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktivitas dan tidak dapat
konsentrasi belajar. Dismenorea berat terdapat pada skala nyeri
dengan tingkatan 7-9.
d. Dismenorea sangat berat
Terasa kram yang berat sekali pada perut pagian bawah, yang
menyebar ke pinggang, kaki dan punggung, tidak mau makan, mual,
muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau
bangun dari tempat tidur, tidak kuat beraktivitas dan terkadang
sampai pingsan. Dismenorea sangat berat terdapat pada skala 10
(Purwaningsih, 2019).

B. Konsep Dasar Nyeri


1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
13

dari 3 bulan. Tanda dan gejala mayor nyeri adalah mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, frekuensi nadi meningkat, dan sulit
tidur. Tanda dan gejala minor nyeri adalah tekanan darah meningkat, pola
nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, berfokus
pada diri sendiri dan diaphoresis (Anjasmara, 2018).
2. Pemeriksaan Nyeri
Skala nyeri menggunakan (Comparative Pain Scale) (Harich,
2002):
a. Skala 0= Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
b. Skala 1= Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar
waktu anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
c. Skala 2= nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
d. Skala 3= nyeri sangat terasa, seperti seperti pukulan ke hidung
menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
e. Skala 4= kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari
sengatan lebah.
f. Skala 5= kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir.
g. Skala 6= kuat, dalam, nyeri yang menusuk yang begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian memengaruhi sebagian indra anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu.
h. Skala 7= sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar
mendominasi indra anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
i. Skala 8= nyeri begitu kuat sehingga klien tidak lagi dapat berpikir
jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika
sakit datang dan berlangsung lama.
j. Skala 9= nyeri begitu kuat sehingga klien tidak bisa mentolerirnya
dan sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun
caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya.
14

k. Skala 10 = nyeri begitu kuat tak sadarkan diri, kebanyakan orang


tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini karena sudah keburu
pingsan.
Pengelompokkan Comparative Pain Scale :
a. Skala nyeri 0 : Tidak nyeri
b. Skala nyeri 1-3 : Nyeri ringan (masih bisa ditahan aktivitas tak
terganggu)
c. Skala nyeri 4-6 : Nyeri sedang (mengganggu aktivitas)
d. Skala nyeri 7-10 : Nyeri berat (tidak dapat berkativitas secara
mandiri).

Adapun penilaian skala nyeri yang lain yaitu menggunakan Wong


Baker FACES pain scale, di mana penilaian ini ditujukkan pada pasien
dewasa atau anak yang tidak dapat menyatakan intensitas nyerinya
melalui skala angka, maka dapat dilihat dari ekspresi wajahnya yang
disesuaikan dengan ekspresi wajah di bawah ini :

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah data dasar pada proses keperawatan yang
dilakukan secara komprehensif dan menghasilkan kumpulan data
mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri serta hasil konsultasi
15

medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya. Pengkajian keperawatan


difokuskan pada respons klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Data yang
dikumpulkan untuk menunjang diagnosis keperawatan harus mempunyai
karakteristik yang lengkap, akurat dan nyata serta relevan. Data-data yang
dikumpulkan dapat diperoleh dari klien, orang terdekat (keluarga) klien,
catatan klien, riwayat penyakit dahulu, konsultasi dengan terapis, hasil
pemeriksaan diagnostik, catatan medis, dan sumber kepustakaan
(Nursalam, 2015).
Menurut (Aspiani, 2017), pengkajian asuhan keperawatan pada
pasien dismenorea adalah sebagai berikut:
a. Identitas
Pada identitas pasien ini meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, suku, bangsa, agama, tanggal, jam
MRS, nomor register, dan diagnose medis. Pada penderita dengan
gangguan menstruasi biasanya pada wanita usia >12-45 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan sering menjadi alasan klien untuk
menerima pertolongan kesehatan. Pada dismenorea biasanya
dikeluhan merasa nyeri dimulai saat haid.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai keadaan
dan keluhan paien saat timbul dismenorea yang menyebabkan
gangguan rasa yang tidak nyaman. Keluhan pada klien dengan
gangguan dismenorea adalah nyeri dimulai saat haid dan meningkat
saat keluarnya darah, disertai mual, muntah, kelelahan dan nyeri
kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM,
hipertensi atau penyakit jantung.
e. Riwayat penyakit keluarga
16

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab


penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita
salah satu anggota keluarga yang ada hubungannya dengan oeprasi
misalnya: TBC, DM dan Hipertensi.
f. Riwayat obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan gangguan
menstruasi yang perlu diketahui adalah:
1) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche, siklus haid,
hari pertama haid terakhir untuk diketahui yang keluar darah
muda atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya nyeri atau
tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak, di mana
untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.
2) Status perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang
sekarang.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas
yang lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup
bulan atau tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa yang
menolong persalinan dan dimana melahirkannya.
g. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson
1) Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi
pernapasan biasanya normal atau meningkat bila disertai dengan
nyeri pada saat menstruasi.
2) Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami
perubahan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan
adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
17

3) Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak
mengalami gangguan dalam eliminasi.
4) Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur akibat nyeri
dan ketidaknyamanan.
5) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami
gangguan dalam hal temperatur tubuh, suhu tubuh 36,5-37,5 0C.
6) Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7) Aktivitas
Pola aktivitas klien dengan gangguan menstruasi dapat
terganggu karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
8) Gerak dan keseimbangan tubuh
Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan gangguan
menstruasi terkadang mengalami gangguan karena adanya nyeri
dan ketidaknyamanan.
9) Kebutuhan pakaian
Klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami
gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut.
10) Kebutuhan keamanan
Klien dengan gangguan menstruasi mengalami gangguan
dengan keamanan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
11) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa
terisolasi atau terpisah karena terganggunya komunikasi, adanya
perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam kapasitas fisik
18

untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi dengan


lingkungan sekitarnya.
12) Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama tertentu selama keluar darah
haid tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak
memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena nyeri dan
ketidaknyamanan.
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan menstruasi
biasanya lemah dan gelisah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya
composmentis jika tidak mengalami dismenorea berat yaitu
sampai tidak sadarkan diri.
3) Tanda – tanda vital
a) Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
b) Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
c) Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
d) Suhu : Normal (36,50C – 37,50C)
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
19

b) Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan mata,
hidung, telinga, mulut dan gigi.
c) Mata-telinga-hidung
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sklera ikterik.
d) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran
vena jugularis dan adanya pembsesaran kelenjar tiroid.
e) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi
intercostae, pernapasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,
bagaimana irama dan frekuensi pernapasan. Pada jantung
dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur-mur.
f) Payudara/mammae
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada
pembengkakkan dan atau nyeri tekan.
g) Jantung
Frekuensi nadi, CRT, keadaan sianosis atau tidak, dan bunyi
jantung normal atau tidak.
h) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising
usus, adakah nyeri tekan.
i) Ekstremitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill time memanjang.
Ekstremitas atas dan bawah yang dikaji yaitu
kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada
tidaknya edema.
j) Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien. Kulit dan area pubis, adanya lesi,
eritema, visura, leukoplakia dan eksoria labia mayora,
20

minora, klitoris, meatus uretra terhadap perkembangan ulkus,


keluaran dan nodul.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan
diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons pasien
individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (DPP PPNI, 2017).
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis
diagnosis keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis
keperawatan yaitu :
a. Penulisan tiga bagian (Three part)
Metode penulisan ini terdiri atas Masalah, Penyebab dan
Tanda/ggejala. Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis
aktual.
b. Penulisan dua bagian (Two part)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan
diagnosis promosi kesehatan (DPP PPNI, 2017).
Berdasarkan patofisiologi tentang dismenorea terdapat beberapa
masalah keperawatan yang muncul dan dapat ditegakkan diantaranya
nyeri akut, ansietas, nausea dan gangguan mobilitas fisik.
Meninjau diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada
dismenorea ini yang pertama yaitu nyeri akut (D.0077). Menurut Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) nyeri akut merupakan
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Nyeri akut ini dapat disebabkan oleh agen pencedera
fisiologis, agen pencedera kimiawi dan agen pencedera fisik. Diagnosa ini
dapat ditegakkan dengan gejala mayor yaitu secara subjektif klien
mengeluh nyeri, objektifnya klien tampak meringis, bersikap protektif,
21

gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur. Sedangkan gejala minor
hanya secara objektif yaitu dapat diukur bahwa tekanan darah meningkat,
pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan diaforesis (DPP PPNI, 2017).
Diagnosa yang kedua adalah ansietas (D.0080). Menurut SDKI
(2017) ansietas merupakan kondisi emosional dan pengalaman subjektif
individu terhadap objek yang tidak jekas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. Ansietas ini dapat disebabkan oleh krisis situasional, kebutuhan
tidak terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian, dan yang lainnya. Diagnosa ini dapat
ditegakkan dengan gejala mayor yaitu secara subjektif klien merasa
bingung, merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi dan sulit
berkonsentrasi, secara objektif klien tampak gelisah, tampak tegang dan
sulit tidur. Sedangkan gejala minor secara subjektif klien mengeluh
pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, secara objektif yaitu
dapat diukur bahwa tekanan darah, frekuensi nadi dan napas meningkat,
diaforesis, tremor, pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering
berkemih dan berorientasi pada masa lalu (DPP PPNI, 2017).
Diagnosa yang ketiga adalah nausea (D.0076). Menurut SDKI
(2017) nausea merupakan perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Nausea ini
dapat disebabkan oleh gangguan biokimia, gangguan esofagus, distensi
lambung, iritasi lambung, mabuk perjalanan, dan yang lainnya Diagnosa
ini dapat ditegakkan dengan gejala mayor yaitu secara subjektif klien
mengeluh mual, merasa ingin muntah dan tidak berminat makan.
Sedangkan gejala minor secara subjektif klien merasa asam di mulut,
senasi panas/dingin dan sering menelan, secara objektif yaitu dapat diukur
bahwa saliva meningkat, pucat, diaforesis, takikardi dan pupil dilatasi
(DPP PPNI, 2017).
22

Diagnosa yang keempat adalah gangguan mobilitass fisik (D.0054).


Menurut SDKI (2017) gangguan mobilitass fisik merupakan keterbatasan
dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Diagnosa ini dapat disebabkan oleh kerusakan integritas struktur tulang,
perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kekuatan otot,
nyeri dan sebagainya. Diagnosa ini dapat ditegakkan dengan gejala mayor
yaitu secara subjektif klien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
secara objektif klien kekuatan otot menurun dan rentang gerak menurun.
Sedangkan gejala minor secara subjektif klien mengatakan nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergeraka dan merasa cemas saat bergerak,
secara objektif sendi klien kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas dan fisik lemah (DPP PPNI, 2017).
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcomes) yang diharapkan. Setiap intervensi
keperawatan pada standar SIKI terdiri atas tiga komponen yaitu label,
definisi dan tindakan berdasarkan OTEK (observasi, terapeutik, edukasi
dan kolaborasi) (DPP PPNI, 2018). Luaran (outcomes) keperawatan
merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi
kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga atau komunitas
sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Luaran (outcomes)
keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu label, ekspektasi dan
kriteria hasil (DPP PPNI, 2018).
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) pada klien yang
mengalami nyeri akut yaitu dengan luaran utama tingkat nyeri (L.08066),
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, gelisah, sulit
tidur dan frekuensi nadi menurun. Intervensi utama yang dapat dilakukan
yaitu dengan manajemen nyeri (I.08238). Adapun tindakan keperawatan
23

yang dapat dilakukan yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri, berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri salah satunya dengan terapi
kompres hangat, fasilitasi istirahat dan tidur, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri dan ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti kompres
hangat dan berkolaborasi untuk pemeberian analgetik, jika diperlukan
(DPP PPNI, 2018).
Berdasarkan SIKI dan SLKI pada klien yang mengalami ansietas
yaitu dengan luaran utama tingkat ansietas (L.09093), diharapkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan tingkat ansietas menurun dengan kriteria
hasil verbalisasi kebingungan, verbalisasi khawatir, gelisah, tegang dapat
menurun dan pola tidur membaik. Intervensi utama yang dapat dilakukan
yaitu dengan terapi relaksasi (I.09326). Adapun tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan yaitu identifikasi penurunan tingkat energi, teknik
relaksasi yang pernah efektif digunakan, kemudian ciptakan lingkungan
tenang dan nyaman, gunakan pakaian longgar, gunakan nada suara
lembut, gunakan relaksasi, jelaskan tujuan, manfaat dan jenis relaksasi,
anjurkan ambil posisi nyaman, anjurkan sering mengulangi teknik yang
dipilih dan demonstrasikan serta latih teknik relaksasi misalnya napas
dalam (DPP PPNI, 2018).
Berdasarkan SIKI dan SLKI pada klien yang mengalami nausea
yaitu dengan luaran utama tingkat nausea (L.08065), diharapkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan tingkat nausea menurun dengan kriteria
hasil perasaan ingin muntah, asam di mulut, takikardi dapat menurun dan
pucat, dilatasi pupil membaik. Intervensi utama yang dapat dilakukan
yaitu dengan manajemen muntah (I.03118). Adapun tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu identifikasi karakteristik muntah,
faktor penyebab muntah, periksa volume darah, monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit kontrol lingkungan penyebab muntah, atur posisi
mencegah aspirasi, pertahankan kepatenan jalan napas berikan
24

kenyamanan selama muntah, anjurkan membawa kantong plastik untuk


menampung muntah, anjurkan memperbanyak istirahat, ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah dan
kolaborasi pemberian antiemetik (DPP PPNI, 2018).
Berdasarkan SIKI dan SLKI pada klien yang mengalami gangguan
mobilitas fisik yaitu dengan luaran utama mobilitas fisik (L.05042),
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan mobilitas
fisik meningkat dengan kriteria hasil pergerakan ekstremitas, kekuatan
otot, rentang gerak meningkat dan nyeri menurun. Intervensi utama yang
dapat dilakukan yaitu dengan dukungan mobilisasi (I.05173). Adapun
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu identifikasi adanya
nyeri, toleransi fisik melakukan pergerakan, monitor frekuensi dan
tekanan darah sebeljum memulai mobilisasi, fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu, fasilitasi melakukan pergerakan, libatkan keluarga,
jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, dan ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (DPP PPNI, 2018).
4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut PPNI (2018), untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan maka tindakan implementasi terdiri atas tindakan observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuannya yaitu mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan.
Selama tahap ini perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien
(Nursalam, 2015).
25

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan
cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan (Nursalam, 2015). Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses
keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera
setelah mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan
perawat untuk segera memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan
pada interval tertentu menunjukan tingkat kemajuan untuk mencapai 39
tujuan dan memungkinkan perawat untuk memperbaiki kekurangan dan
memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan (Kozier, 2010).
6. Dokumentasi Keperawatan
Dalam penerapan proses keperawatan evaluasi didokumentasikan
dalam teknik SOAP (subjektif, objektif, analisis, planning). Data subjektif
yaitu respon verbal yang disampaikan klien di akhir pemberian asuhan
keperawatan. Data objektif yaitu menggambarkan respon non verbal klien
pada akhir pemberian asuhan keperawatan. Analisis yaitu
menggambarkan apakah masalah keperawatan dapat teratasi atau tidak
dapat teratasi. Untuk mengetahui keberhasilannya, maka dilakukan
perbandingan antara informasi yang didapat dari data subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian dapat ditarik
kesimpulan apakah masalah sudah teratasi, teratasi sebagaian atau tidak
teratasi. Planning merupakan rencana keperawatan lanjutan berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan. Rencana lanjutan tersebut berkaitan
dengan rencana keperawatan yang telah dirancang sebelumnya dan
difokuskan pada point berapa yang akan dilanjutkan sesuai kebutuhan
klien oleh perawat (Kozier, 2010).
26

D. Konsep Dasar Kompres Hangat


1. Definisi Kompres Hangat
Kompres hangat merupakan metode memberikan rasa hangat pada
klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat
pada bagian tubuh yang memerlukan (Mahua, 2018). Terapi kompres
hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat yang
bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot,
dan memberikan rasa hangat (Sultoni, 2018).
2. Manfaat Kompres Hangat
Manfaat terapi kompres hangat antara lain:
a. Meningkatkan relaksasi otot-otot,
b. Mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa
hangat lokal (Susanti & Putri, 2016).
c. Efek hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada
pembuluh darah yang nantinya akan meningkatkan aliran darah ke
jaringan (Mahua, 2018).
d. Memberikan ketenangan pada klien (Miftahul & Khairiyatul, 2018).
3. Prinsip Kompres Hangat
Prinsip fisiologi pemberian kompres hangat akan terjadi pelebaran
pembuluh darah, sehingga akan memperbaiki peredaran darah di dalam
jaringan tersebut. Cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke
sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan
diperbaiki, jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik maka
akan terjadi peningkatan aktivitas sel sehingga akan menyebabkan
penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan
memberikan signal hypothalamus dirangsang, sistem efektor
mengeluarkan signal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi
oksigenasi mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat
membuat otot tubuh lebih rileks dan menurunkan rasa nyeri. Kompres
27

hangat dapat dilakukan dengan menempelkan ke daerah tubuh yang nyeri


di perut bagian bawah atau pinggang bagian belakang (Dhirah & Utami,
2019).
4. Prosedur Kompres Hangat
Teknik kompres hangat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menyiapkan buli-buli dan air hangat yang sudah diukur menggunakan
termometer air sekitar 40-450C,
b. Mengisi buli-buli dengan air hangat,
c. Membalut buli-buli dengan kain, lalu ditempelkan pada bagian yang
nyeri seperti perut bagian bawah dan punggung bagian belakang,
d. Kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan selang 10 menit
pergantian air hangat untuk mempertahankan suhunya (Hayati, 2018).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Klien adalah seorang wanita dengan nama Nn. A berusia 19 tahun
yang tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya, klien belum bekerja atau
masih sebagai pelajar/mahasiswa. Klien beragama islam, berasal dari
suku sunda, klien tinggal di Kelurahan Cipedes, Kec. Cipedes,
Tasikmalaya.
2. Keluhan Utama
Hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengeluh nyeri haid.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pukul 20:00 WIB hari sabtu tanggal
25 Juni 2022 didapatkan klien mengeluh nyeri haid, dirasakan seperti
diremas-remas, menjalar dari perut bagian bawah sampai ke pinggang,
berdasarkan respon yang dirasakan klien tampak meringis memegang
area yang nyeri yaitu perut dan pinggang, pengukuran skala nyeri
dilakukan dengan menggunakan lembar gambar skala nyeri rentang 0-10
dan klien memilih skala nyeri yang dirasakan. Klien mengatakan skala
nyeri berada pada nilai 6 yaitu nyeri sedang, nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri bertambah jika melakukan aktivitas.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit, sebelumnya klien
pernah mengalami nyeri haid, namun nyeri dapat hilang dengan
sendirinya tanpa melakukan pengobatan atau terapi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak memiliki penyakit kronik,
seperti hipertensi, TBC, asma, dan diabetes melitus.

28
29

6. Riwayat Obstetri
Pengkajian didapatkan keadaan haid klien saat ini Menarche sejak
usia 11 tahun, siklus haid 25 hari, hari pertama haid terakhir tanggal 24
Mei 2022, kemudian konsistensi darah yang keluar saat ini merah cair
banyak keluar dengan deras, sekitar 1 pembalut penuh, lamanya nyeri
haid hilang timbul, berbau khas, dan pada saat pengkajian tanggal 25 Juni
2022 adalah hari haid ke dua.
7. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson
Pengkajian dilakukan pada Nn. A didapatkan frekuensi napas
22x/menit, nafsu makan tetap baik pada saat menstruasi, frekuensi makan
3x sehari, klien tidak memiliki masalah dalam menelan, turgor kulit
elastis, mukosa bibir lembab dan konjungtiva tidak anemis. Klien
mengatakan BAK 5x sehari, warna kuning jernih, terdapat bau khas,
klien tidak memiliki riwayat kelainan kandung kemih, BAB 1x sehari.
Pola tidur didapatkan bahwa klien mengatakan tidur malam pada
jam 22:00 WIB sampai pukul 04:30 WIB. Klien kadang dapat tidur siang
jika tidak ada kuliah atau kegiatan lain, rata-rata jika tidur siang sekitar
30 menit. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh
36, 8 0C dan akral hangat dengan kebersihan diri klien tampak bersih,
klien mengatakan mandi 2x sehari, pakaian rapi dan kuku tampak
terawat. Aktivitas klien sehari-hari dilakukan secara mandiri, aktivitas
klien saat menstruasi berkurang dan klien lebih banyak berbaring untuk
mengurangi rasa nyeri menstruasi. Klien dapat bergerak bebas dan dapat
mempertahankan keseimbangan tubuh, namun saat menstruasi kurang
melakukan aktivitas gerak.
Klien tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakaian, klien mampu berpakaian sesuai yang klien suka. Kemudian
klien mengatakan merasa tidak nyaman saat merasakan nyeri menstruasi,
Ketika bergerak atau beraktivitas nyeri bertambah. Saat pengkajian
orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat baik. Klien merupakan
mahasiswa semester 4 jurusan Fisika di Universitas Mercu Buana
30

Yogyakarta, bahasa yang digunakan sehari-hari klien adalah bahasa


Indonesia dan bahasa sunda, klien tidak memiliki kesulitan saat
berkomunikasi.
Meninjau kebutuhan spiritual klien beragama islam, mendapat
dukungan penuh dari keluarga, dan selalu berdo’a untuk kesehatan diri
dan keluarganya. Kebutuhan rerkreasi klien mengatakan saat menstruasi,
menjadi lebih banyak tidur karena rasa nyeri yang membuat tidak
nyaman bila beraktivitas. Sama seperti halnya kebutuhan belajar, klien
mengatakan tidak dapat fokus belajar jika sedang mengalami nyeri haid.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak bersih, orientasi baik.
b. Kesadaran
Dilakukan pengkajian menggunakan GCS, kesadaran klien
terdapat Compos Mentis dengan penilaian Eyes=4, Verbal=5,
Motorik=6.
c. Tanda-tanda vital
Pemriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, Nadi 91x/menit, Suhu 36, 8 0C, Respirasi 22x/menit.
d. Pemeriksaan head to toe
Pemeriksaan kepala dan rambut didapatkan tidak ada lesi,
rambut berwarna hitam dan putih, tidak ada ketombe, tidak teraba
benjolan, tidak ada nodul. Pemeriksaan wajah bentuk simetris, tidak
ada lesi. Pemeriksaan mata didapatkan mata simetris, sklera unikterik,
konjungtiva merah muda, pupil isokor. Pemeriksaan telinga
didapatkan daun telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi,
pendengaran normal. Pemeriksaan hidung dan sinus didapatkan
bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan leher didapatkan
tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan JPV, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan KGB.
31

Pemeriksaan dada didapatkan tampak simetris, tidak ada


retraksi dinding dada saat bernapas, suara napas vesikuler tidak ada
suara tambahan seperti wheezing, ronchi. Pemeriksaan payudara
dibantu rekan perempuan didapatkan payudara simetris, tidak ada lesi,
puting susu menonjol, areola kecoklatan, tidak ada massa, tidak ada
nyeri tekan. Pemeriksaan jantung didapatkan nadi teraba 91x/menit,
tidak ada sianosis, CRT < 3 detik, bunyi jantung S1 S2 normal.
Pemeriksaan abdomen dibantu dengan rekan perempuan
didapatkan tidak ada lesi, tidak ada pelebaran pembuluh darah, bising
usus 8x/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada hepatomegali,
splenomegali, perkusi timpani. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah nilainya 5 yaitu dapat menahan gaya gravitasi dengan
tahanan penuh. Pemeriksaan genetalia tidak dilakukan, klien
mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan. Pemeriksaan
integumen didapatkan kulit lembab, warna kuning langsat, kuku
terawat.
9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Iskemia Nyeri akut
- Klien mengeluh (agen pencedera
nyeri haid fisiologis)
- Klien mengatakan
nyeri haid terasa
seperti diremas-
remas, nyeri
menjalar dari perut
bagain bawah ke
pinggang, nyeri
dirasakan hilang
timbul, nyeri
bertambah jika
beraktivitas
Do :
- Skala nyeri 6
(nyeri sedang)
Tampak meringis dan
memegang area yang
nyeri yaitu perut dan
32

pinggang.
2 Ds : Nyeri menstruasi Gangguan
- Klien mengatakan (Dismenorea) mobilitas fisik
nyeri menstruasi
bertambah saat
bergerak
Do :
- Tampak
membatasi
Gerakan dengan
sering berbaring
saat nyeri
menstruasi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien berdasarkan hasil
anamnesis adalah nyeri akut dan gangguan mobilitas fisik. Dari dua diagnosa
yang ditemukan maka dalam karya ilmiah ini penulis memfokuskan pada satu
diagnosa yaitu nyeri akut untuk membantu klien dalam mengurangi rasa nyeri
menstruasi.

C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa data di
atas cukup dengan melakukan rencana pada diagnosa nyeri akut. Pada karya
ilmiah akhir ners ini melakukan asuhan keperawatan dengan diagnosa nyeri
akut dengan tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil meringis menurun,
keluhan nyeri menurun. Intervensi yang diberikan untuk menurunkan tingkat
nyeri diantaranya identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas dan skala nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri salah satunya dengan terapi kompres hangat, fasilitasi istirahat dan
tidur, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, jelaskan strategi
meredakan nyeri dan ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri seperti kompres hangat.
33

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dilakukan selama 3 hari
dan evaluasi dilakukan setiap harinya setelah implementasi. Pertemuan terkait
intervensi dilakukan setiap hari pada saat klien sedang merasakan nyeri
menstruasi selama 20 menit. Total pertemuan dengan klien adalah 3 hari
dimulai dari kontrak waktu sampai dengan pemantauan catatan
perkembangan.
Pertemuan pertama penulis melakukan pengkajian terhadap kebutuhan
dasar klien, riwayat kesehatan sekarang, pemeriksaan fisik, kemudian
menganalisa hasil data pengkajian yang telah dikumpulkan, didapatkan
bahwa diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu nyeri akut dan gangguan
mobilitas fisik. Pelaksanaan implementasi keperawatan cukup dengan
intervensi yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut karena pada diagnosa
gangguan mobilitis fisik hanya disebabkan dengan nyeri yang dirasakan saat
menstruasi kemudian tidak ada penurunan kekuatan otot dan rentang gerak,
hanya sulit beraktivitas karena saat beraktivitas nyeri menstruasi semakin
bertambah. Intervensi dilakukan pada hari pertama setelah menegakkan
diagnosa sampai hari ke tiga. Adapun intervensi yang telah dilakukan yaitu
memberikan dan mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri dengan kompres hangat, serta memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah dilakukan setiap harinya.

E. Evaluasi Keperawatan
Penulis menguraikan diagnosa utama yaitu nyeri akut, dievaluasi
dengan analisis SOAP. Evaluasi dilihat untuk menilai tingkat keberhasilan
dari tindakan yang telah dilakukan.
Pada awal pertemuan klien menerima dengan kooperatif dan bersedia
untuk dilakukan asuhan keperawatan diagnosa nyeri akut, intervensi yang
telah dilakukan selama tiga hari berturut turut yaitu memberikan dan
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan
kompres hangat, serta memonitor keberhasilan terapi komplementer yang
34

sudah dilakukan. Setelah hari pertama mengajarkan teknik nonfarmakologis


dilakukan evaluasi bahwa klien mengerti dan paham bagaimana caranya
melakukan kompres hangat, kemudian dipraktikan langsung hari pertama
dibantu dengan rekan perempuan. Setelah dilakukan kompres hangat selama
20 menit, dilakukan evaluasi didapatkan bahwa klien tampak nyaman dan
rileks, klien mengatakan nyeri masih terasa seperti diremas-remas, menjalar
dari perut ke pinggang, klien mengatakan nyeri berkurang saat dilakukan
kompres hangat dari skala 6 menjadi skala 5, nyeri dirasakan hilang timbul.
Selanjutnya setelah dilakukan kompres hangat pada hari kedua dievaluasi
dapat menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri menstruasi dari skala 5
menjadi skala 4 yang masih dalam kategori sedang. Kemudian pada hari
ketiga setelah dilakukan kompres hangat selama 20 menit dapat menunjukkan
adanya penurunan rasa nyeri menstruasi dari skala 5 menjadi skala 3, yaitu
kategori skala nyeri ringan, dibuktikan dengan ekspresi wajah cukup ceria
atau meringis menurun.

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan pada halaman lampiran 3.
BAB IV
CRITICAL EVIDENCE BASED PRACTICE

Proses kehidupan manusia terdapat beberapa fase atau masa, salah satunya
masa pubertas atau masa tumbuh dan berkembangnya fisik mental, emosional dan
sosial. Pada masa ini perubahan yang sangat terlihat yaitu pada fisik seseorang.
Meninjau pada wanita terjadi kematangan organ seksual, kemampuan
bereproduksi, dan tanda-tanda seksua sekunder yang tumbuh, salah satunya
diitandai dengan menstruasi. Adapun masalah yang paling umum dan banyak
dialami oleh wanita saat menstruasi adalah dismenorea. Meskipun dismenorea
merupakan gejala yang normal, akan tetapi bisa terjadi dismenorea berat pada
beberapa kasus bila tidak ditangani. Dampak yang sering dialami wanita dengan
dismenorea diantaranya, rasa letih, nyeri perut bagian bawah, sakit di daerah
bawah pinggang, perasaan cemas, mual muntah, serta terhambatnya aktivitas fisik
(Lima and Kota, 2018). Kasus yang terjadi pada Nn. A didapatkan klien memiliki
gejala seperti nyeri perut bagian bawah dan menjalar ke pinggang serta aktivitas
fisik terhambat karena nyeri.
Klien mengalami kondisi yang membuat aktivitasnya terhambat, klien
menghabiskan waktunya untuk berbaring dan tidur saat nyeri menstruasi. Pada
wanita yang menderita dismenorea perlu diberikan intervensi yang membantu
dalam mengurangi rasa nyeri pada dismenorea. Upaya yang dilakukan yaitu
dengan terapi nonfarmakologis menggunakan terapi kompres hangat yang mampu
menurunkan tingkat rasa nyeri.
Meninjau dari beberapa peneliti sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh
Isnainy, Sari dan Keswara (2021) melakukan intervensi terapi nonfarmakologis
kompres hangat pada seorang klien dengan studi kasus sebanyak 2 kali dalam hari
selama 15-20 menit dengan suhu berkisar 37-400C. Didapatkan penurunan nyeri
setelah melakukan kompres hangat pada Penderita Nyeri Dismenorea di Desa
Padang Tambak Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat. Dengan

35
36

demikian, pemberian Kompres Hangat sangat efektif dalam menurunkan nyeri


dismenorea.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Istantia (2021) melakukan
intervensi terapi nonfarmakologis kompres hangat pada seorang klien dengan
studi kasus selama 3 hari dalam waktu 20 menit, terdapat penurunan skala nyeri
dari 6 sampai 0 yang artinya penurunan dari nyeri sedang menjadi tidak terasa
nyeri.
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihat, Patimah dan Sundari (2021).
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literature dari 5 artikel dengan
pembahasan yang sama yaitu kompres air hangat untuk penurunan nyeri
dismenorea, didapatkan hasil telaah pustaka dari 5 jurnal menyatakan bahwa
kompres air hangat dapat menurunkan nyeri dismenorea.
Terapi nonfarmakologis merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan
secara mandiri dan tidak ada efek samping yang berbahaya. Kompres hangat
merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat menurunkan intensitas
nyeri saat menstruasi. Penggunaan kompres hangat merupakan cara yang paling
mudah untuk menghilangkan atau menurunkan rasa nyeri tanpa memberikan efek
samping. Pada kasus ini sejalan dengan peneliti sebelumnya bahwa kompres
hangat mampu untuk menurunkan intensitas rasa nyeri terhadap Nn. A.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Nn. A didapatkan bahwa
penyebab nyeri haid merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling
umum dialami wanita. Gangguan ini terjadi akibat kontraksi uterus yang kuat
akibat adanya peningkatan produksi hormon prostaglandin. Prostaglandin
dapat meningkatkan kontraktilitas miometrium dan memiliki efek
vasokontriksi yang dapat menyebabkan iskemi pada miometrium. Hal
tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri (Amalia,
2020). Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami menstruasi
yaitu cemas, mual muntah, nyeri menstruasi terjadi terutama di perut dan
pinggang bagian bawah, serta terhambatnya aktivitas fisik (Lima and Kota,
2018). Pada kasus yang ditemukan klien memiliki gejala seperti nyeri perut
bagian bawah menjalar hingga pinggang dengan skala nyeri 6 sehingga
aktivitas klien terhambat.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan dua diagnosa
yaitu nyeri akut dan gangguan mobilitas fisik, namun yang menjadi prioritas
utama pada masalah ini adalah diagnosa nyeri akut. Menurut Amalia (2020)
Nyeri haid atau dismenorea terjadi akibat kontraksi uterus yang kuat akibat
adanya peningkatan produksi hormon prostaglandin. Prostaglandin dapat
meningkatkan kontraktilitas miometrium dan memiliki efek vasokontriksi
yang dapat menyebabkan iskemia pada miometrium. Hal tersebut dapat
terjadinya rasa nyeri, dan nyeri haid tersebut dapat mengganggu aktivitas
karena pada saat bergerak nyeri dapat bertambah. Tak jarang dapat timbul
rasa cemas pada wanita yang menderita dismenorea (Amalia, 2020).

37
38

Pada kasus yang didapatkan dari klien memiliki gejala nyeri haid,
berdasarkan respon yang dirasakan klien tampak meringis memegang area
yang nyeri yaitu perut dan pinggang, pengukuran skala nyeri dilakukan
dengan menggunakan lembar gambar skala nyeri rentang 0-10 dan klien
memilih skala nyeri yang dirasakan. Klien mengatakan skala nyeri berada
pada nilai 6 yaitu nyeri sedang, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
bertambah jika melakukan aktivitas. Data subjektif dan objektif tersebut
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI). Karena pada kasus nyeri haid atau
dismenorea disebabkan adanya cedera fisiologis yaitu iskemia pada
miometrium sehingga diagnosa yang tepat adalah nyeri akut.
Kemudian diagnosa yang kedua yaitu gangguan mobilitas fisik.
Aktivitas klien terganggu karena adanya nyeri haid yang jika bergerak nyeri
haid bertambah, sehingga aktivitas klien terbatas. Namun pada karya ilmiah
akhir ners ini penulis memfokuskan pada satu diagnosa yaitu nyeri akut untuk
membantu klien dalam mengurangi rasa nyeri menstruasi, karena aktivitas
fisik akan menjadi tidak terganggu jika tidak adanya nyeri haid tersebut.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada wanita yang memiliki masalah gangguan menstruasi salah satunya
nyeri haid atau dismenorea, diberikan intervensi yang membantu mengurangi
nyeri menstruasi. Intervensi yang diberikan penulis berupa penatalaksanaan
nonfarmakologi dengan kompres hangat.
Kompres hangat merupakan metode memberikan rasa hangat pada klien
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan (Mahua, 2018). Terapi kompres hangat merupakan
tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Sultoni,
2018).
39

Kompres air hangat merupakan salah satu cara yang sangat efektif
untuk mengurangi rasa nyeri, hal ini disebabkan saat memberikan kompres
hangat membuat pelebaran pembuluh darah sehingga akan memperbaiki
peredaran darah di dalam jaringan tersebut, kemudian penyaluran zat asam
dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang
dibuang akan diperbaiki jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih
baik maka akan terjadi peningkatan aktivitas sel sehingga akan menyebabkan
penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat pada area tubuh tertentu
akan memberikan signal ke hipotalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor
yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor
mengeluarkan signal yang mulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi oksigenasi,
mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot
tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri (Dhirah & Utami, 2019).
Pemberian kompres hangat dilakukan selama tiga kali pertemuan
dengan waktu 20 menit, Dengan dilakukannya pemberian kompres hangat
diharapkan klien mengalami penurunan skala nyeri saat menstruasi.
.
D. Implementasi Keperawatan
Pemberian kompres hangat merupakan salah satu terapi yang dapat
mengatasi gangguan nyeri akut, selama tiga hari klien dibimbing dalam
melakukan kompres hangat pada area tubuh yang dirasakan nyeri untuk
membantu menurunkan intensitas nyeri menstruasi secara perlahan. Dimulai
dengan perkenalkan diri kepada pasien dan menjelaskan tujuan serta
persetujuan (informed consent).
Adapun tindakan yang telah dilakukan, cuci tangan, atur posisi pasien
senyaman mungkin, ukur skala nyeri pasien sebelum diberikan kompres
hangat saat menstruasi,kemudian dilakukan kompres hangat yang diawali
dengan menyiapkan buli-buli dan air hangat yang sudah diukur menggunakan
termometer air sekitar 40-450C, mengisi buli-buli dengan air hangat,
membalut buli-buli dengan kain, lalu ditempelkan pada bagian yang nyeri
40

yaitu perut bagian bawah dan pinggang, kompres hangat dilakukan selama 20
menit dengan selang 10 menit pergantian air hangat untuk mempertahankan
suhunya (Hayati, 2018), setelah itu bereskan alat, lakukan evaluasi dengan
mengkaji respon klien dan penilaian skala nyeri setelah dilakukan kompres
hangat, terapi nonfarmakologis ini berguna untuk menurunkan skala nyeri,
selama pelaksanaan dapat dipahami dan diikuti dengan mudah oleh klien,
dibuktikan dengan hari kedua dan ketiga, klien dapat melakukan kompres
hangat secara mandiri.

E. Evaluasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai dari
pengkajian sampai dengan catatan perkembangan. Pelaksanaan implementasi
keperawatan dilakukan sebanyak 3 kali dalam 3 hari berturut-turut kemudian
dilakukan pengukuran skala nyeri menggunakan lembar skala nyeri dengan
didapatkan hasil nilai akhir skala 3 pada hari ketiga, yang artinya terdapat
perubahan sebelum dan setelah dilakukan intervensi.
Penulis memberikan intervensi berupa terapi nonfarmakologi kompres
hangat untuk menurunkan intensitas nyeri. Kompres hangat sebagai
peningkatan relaksasi otot-otot, sebagai penurunan nyeri akibat spasme atau
kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal (Susanti & Putri, 2016), dan
efek hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh
darah yang nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan (Mahua,
2018) serta sebagai pemberian ketenangan pada klien (Miftahul &
Khairiyatul, 2018).
Pelaksanaan pemberian kompres hangat dilakukan selama tiga hari
berturut-turut dan dievaluasi pada hari ke 3, terdapat perubahan yang berarti
setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri klien menurun dari mulai skala
nyeri 6 menjadi skala nyeri 3 dengan kategori ringan, ditandai dengan
ekspresi wajah tampak sedikit ceria atau meringis menurun. Sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
41

Terlepas dari hal tersebut, ada faktor pendukung dalam melakukan


kompres hangat ini yaitu penerimaan klien terhadap intervensi kompres
hangat sangat baik dan klien merasa nyaman saat dilakukan kompres hangat,
diharapkan pemberian kompres hangat ini dapat dipraktikkan oleh klien jika
sewaktu-waktu klien mengalami nyeri haid kembali dilain waktu. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah penulis tidak dapat melakukan kompres hangat
secara langsung kepada klien, sehingga tindakan kompres hangat ini dibantu
oleh rekan seorang perempuan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil karya ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa dismenorea merupakan
salah satu masalah ginekologi yang paling umum dan banyak dialami oleh
wanita. Pengkajian pada Nn. A didapatkan dua diagnosa yaitu nyeri akut dan
gangguan mobilitas fisik, namun yang menjadi fokus utama dalam karya
ilmiah ini adalah diagnosa nyeri akut.
Asuhan keperawatan yang diberikan dengan diagnosa nyeri akut ini
diantaranya pemberian terapi nonfarmakologis dengan terapi kompres hangat.
Setelah dilakukan kompres hangat selama tiga hari berturut-turut, hasilnya
dapat terjadi perubahan pada intensitas nyeri haid pada Nn. A, dari skala
nyeri 6 (nyeri sedang), menjadi skala nyeri 3 (nyeri ringan) ditandai dengan
respon klien yang merasa nyaman saat dilakukan kompres hangat dan
ekspresi wajah tampak sedikit ceria atau meringis menurun.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan Karya Ilmiah Akhir Ners diatas maka saran
yang dapat penulis sampaikan yaitu :
1. Bagi Klien
Hasil penelitian ini disarankan bagi klien sebagai informasi dan
penanganan kepada klien untuk membantu dalam mengontrol dan
menurunkan rasa nyeri dismenorea.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan bagi Institusi Pendidikasn sebagai bahan acuan dalam
kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang tindakan keperawatan
berupa kompres hangat untuk mengontrol dan menurunkan rasa nyeri
dismenorea.

42
43

3. Bagi Penulis Selanjutnya


Hasil penulisan ini disarankan bagi peneliti selanjutnya sebagai
rujukan untuk meneliti masalah keperawatan dan praktik keperawatan
pada klien dengan dismenorea. Kemudian penulis menyarankan bagi
peneliti selanjutnya untuk meneliti terapi nonfarmakologis lainnya untuk
menurunkan intensitas nyeri menstruasi atau dismenorea.
DAFTAR PUSTAKA

Alrahal, F. A. et al. (2020) ‘Dysmenorrhea among high-school students and its associated
factors in Kuwait’, Arab Gulf Journal of Scientific Research, 38(Special Issue), p.
26.

American College of Obstetricians and Gynecologists (2022). Dysmenorrhea: Painful


Periods

Amalia, R. (2020). Dismenore Primer The Role Of Curcumin In Pgf2α And Pain Intensity
Primary Dysmenrorrhea

Anjasmara, S. (2018). Penerapan senam dismenore untuk pemenuhan kebutuhan aman


nyaman pada remaja yang mengalami dismenore di wilayah kerja puskesmas
sewon.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC. Jakarta: Trans Info Media

Desmawati. (2021). Upaya Integrasi Penanganan Nyeri Haid dengan Abdominal


Stretching pada Remaja Puteri di Pesantren Baitul Ulum El-Musawwa, Serang,
Banten. Jurnal Abdimas Kesehatan, 3(2), 142–147

Dewi, S. W. R., & Septiani, D. A. H. (2011). Efektifitas Teknik Effleurage Massage Dan
Slow Deep Breathing Dengan Teknik Endorphin Massage Terhadap Disminore

Dhirah, U. H., & Sutami, A. N. (2019). Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Intensitas Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMAS Inshafuddin
Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 5(2), 270-278.

Fatmawati, D. S., & Rejeki, S. (2021). Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Dismenore
Menggunakan Terapi Murottal. Ners Muda, 2(1), 24-29

Fira, H., & Kusumawati, N. (2021). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Desa Pulau Jambu
Wilayah Kerja Puskesmas Kuok. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(April), 400–407

Harich, J. (2002). Comparative Pain Scale,


https://www.thwink.org/personal/ComparativePainScale.htm

Hayati. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri


Dismenore pada Remaja di Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 156– 164

Heni Setyowati, E. R., & Kp, S. (2018). Akupresur untuk kesehatan wanita berbasis hasil
penelitian. Unimma press.

Isnainy, U. C. A. S., Sari, Y., & Keswara, U. R. (2021). Kompres Hangat Untuk
Menurunkan Disminore Di Desa Padang Tambak Kecamatan Way Tenong
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), 4(3), 509-514

Istantia Putri Werdani, I. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tahap


Perkembangan Keluarga Anak Remaja (Doctoral dissertation, Universitas
Kusuma Husada Surakarta)

Kozier. E., & Berman. S,. (2010). Buku Ajar Fondamenal Keperawatan : Konsep, Proses
& Praktik,Volume : 1, Edisi : 7. Jakarata: EGC

Lima, K. and Kota, P. (2018). ‘1 , 2 , 3’, pp. 468–476

Lina, M. (2017). The Effectiviness of Dysmenorrhea Gymnastics as an Alternative


Therapy in Reducing Menstrual Pain Efektivitas Senam Dismenore Sebagai
Terapi Alternatif Menurunkan Tingkat Nyeri Haid Tinjauan Sistematis Penelitian
Tahun 2011-2016 The Effectiviness of Dysme. 1(April), 1–6.
https://doi.org/10.29080/jhsp.v1i1.12

Luvita. (2015). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri pada Penanganan Dismenore Primer
dengan Kompres Hangat. Jurnal Ilmu Kebidanan, III, 55–62

Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P. (2018). Pengaruh Pemberian


Kompres Air Hangat Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri Di SMK
Penerbangan Angkasa Singosari Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1)

Mau, R. A., Kurniawan, H., & Dewajanti, A. M. (2020). Hubungan Siklus dan Lama
Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida dengan Nyeri
Menstruasi. Jurnal Kedokteran Meditek, 26(3), 139–145

Miftahul & Khairiyatul. (2018). Perbedaan Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam
dan Kompres Hangat Dalam Penurunan Nyeri Dismenore. Jurnal Keperawatan
Silampari, 2(1)

Nagy H, Khan MAB. Dysmenorrhea. [Updated 2021 Sep 1]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560834/#_NBK560834_pubdet_

Ningrum, N. P. (2017). Efektifitas Senam Dismenore Dan Yoga Untuk Mengurangi


Dismenore. Global Health Science, 2(4), 325–331

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika

Nur, N., Adlin, A., & Ahmad, B. (2020). Intensitas Dismenore Dan Pengobatan
Analgetik Yang Digunakan Dalam Kalangan Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. November

Oktarini, F. (2019). Pengaruh Efektivitas Senam Dismenore Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Smk Ypib Majalengka
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Purwaningsih, P. (2019). Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Dismenore


Pada Remaja Putri Di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati, 1(2), 118–123

Saputra, Y. A. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Upaya Remaja untuk


Menurunkan Nyeri Saat Menstruasi (Dismenore Primer). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(3), 177–182. https://doi.org/10.22146/jkr.55433

Sari, I. M. A. P. (2019). Aplikasi Senam Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Remaja Putri.
88, 2086320

Sholihat, I., Patimah, M., & Sundari, S. W. (2021). Efektivitas Pemberian Kompres Air
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer. In Proceeding Book
Seminar Nasional Interaktif dan Publikasi Ilmiah (Vol. 1, No. 2, pp. 153-159).

Solehati, T., Trisyani, M., & Kosasih, C. E. (2018). Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan
Keluhan Tentang Menstruasi Diantara Remaja Puteri. Jurnal Keperawatan
Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal), 4(2), 86–91.
https://doi.org/10.33755/jkk.v4i2.110

Sultoni, A. M. (2018). Efektivitas Kompres Hangat Jahe Merahdalam Mengurangi


Intensitas Nyeri Sendi Penderita Hiperurisemia Di Posyandu Lansia Kidul
Dalam Rw 06, Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang)

Susanti & Putri. (2016). Kompres Hangat terhadap Tingkat Nyeri Dismenore. Jurnal
Keperawatan, 2, 1–6

Trimayasari, D., & Kuswandi, K. (2015). Hubungan usia menarche dan status gizi siswi
SMP kelas 2 dengan kejadian dismenore. Jurnal Obstretika Scienta, 2(2), 195-
216

WHO. https://www.who.int/southeastasia/health-topics/adolescent-health

Wong Baker Face Foundation. https://wongbakerfaces.org/

Wulanda, C. (2020). Efektifitas Senam Dismenore Pada Pagi Dan Sore Hari
Terhadap Penanganan Nyeri Haid Pada Remaja Putri Saat Haid Di Smpn 2 Bangkinang
Kota Tahun 2019. 1(1), 1–11.
Lampiran 1 Pathways Dismenorea

MK: Nyeri akut

MK: Gangguan Mobilitas MK: Ansietas


Fisik

MK: Nausea
Lampiran 2 Catatan Bimbingan
Lampiran 3 Dokumentasi

Melakukan kompres hangat kepada klien selama 20 menit

Mengganti air, selang 10 menit untuk mempertahankan suhu

Anda mungkin juga menyukai