Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi
DISUSUN OLEH :
Alhamdulilllahi robbil ‘alamiin, Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang diberikan kepada kami.
Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar kita
Muhammad S.A.W , semoga kita,orang tua kita,dosen-dosen kita dan orang terdekat kita
mendapatkan syafaat beliau di Yaumil Mahsyar kelak.
Aamiin ya rabbal ‘alamin
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah ( MK ) Aspek Hukum dalam ekonomi semester Genap. Dengan Judul makalah
“Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum” Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Mutia
Mulyawati ...... Selaku dosen Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi yang sudah berbagi
wawasannya kepada kami.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata yang ada pada makalah
kami. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para audiens untuk bahan pertimbangan
memperbaiki makalah yang kami buat.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pembentukan hukum tidak dapat dilepaskan dari sumber hukum tidak tertulis
seperti landasan idiil, teori hukum dan filsafat hukum yang merupakan pokok-
pokok fikiran dari lahirnya suatu ketentuan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Pokok-pokok fikiran tersebut dapat berada pada bagian
konsiderans maupun pada bagian pasal-pasal dalam setiap undang-undang.
Menurut teori hukum, pokok-pokok fikiran tersebut berhubungan dengan
asas-asas hukum yang melahirkan politik hukum, kenapa suatu ketentuan
peraturan perundangan-undangan lahir. Aapakah memang sudah sesuai
dengan aspek hukum kebiasaan, kesusilaan, bahkan norma-norma kehidupan
beragama dan norma sosial masyarakat.
Banyak pembentukan hukum yang dilahirkan, baik oleh lembaga legislatif
dalam bentuk undang-undang, maupun oleh pemerintah berbentuk peraturan
pemerintah dan peringkat di bawahnya tidak memiliki usia yang panjang, ini
disebabkan adanya hak masyarakat mengajukan uji materil dari setiap
peraturan perundangan-undangan. Khususnya terhadap kaedah-kaedah yang
diatur apakah telah sesuai dengan kenyataan dalam masyarakat seperti asas-
asas hukum yang hidup dan berlaku serta dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Tidak heran jika satu pasal dari suatu undang-undang belum sempat
diluncurkan sudah harus masuk ke Mahkamah Konstitusi sebagai obyek
perkara konstitusi. Misalnya Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi, belum sempat dijalankan sudah mendapat sanggahan dan
bantahan dari berbagai elemen masyarakat. Tidak heran jika undang-undang
tersebut justru menimbulkan persoalan hukum dalam masyarakat. Lihatlah
masyarakat Bali dengan Gubernur Propinsi Bali (I Made Mangku Pastika)
mengancam akan melakukan pembangkangan sosial jika undang-undang
pornografi tersebut diberlakukan. Apakah memang benar kontroversi tersebut
disebabkan adanya pertentangan hukum antara kebutuhan nasional dengan
kebutuhan lokal, seberapa besar pengaruh kearifan lokal jika dihadapkan
dengan rumusan pasal-pasal dalam undang-undang tersebut. Contoh lain
adalah Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan (BHP). Pemerintah sebagai pemrakarsa pembentukan Undang-
Undang BHP mendapat serangan justru dari mahasiswa dan kalangan
pengelola pendidikan seperti yayasan atau lembaga pengelola pendidikan
seperti organisasi sosial lainnya. Maksud pembentukan Undang-Undang BHP
untuk menata ulang pengelolaan kegiatan kependidikan di segala tingkatan
agar mencerdaskan bangsa sebagai salah satu tujuan pembentukan negara
Republik Indonesia lebih cepat terwujud, apalagai dengan amanat UUD 1945
(hasil amandemen) tentang kewajiban menyiapkan anggaran yaitu sebesar 20
% (duapuluh persen) dari APBN. Kenyataan yang terjadi adalah begitu Undang-
Undang BHP disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di sana sini
timbul protes, baik berbentuk demonstrasi maupun pernyataan publik bahkan
protes itu berujung kepada uji materil Undang-Undang BHP di Mahkamah
Konstitusi.
Kedua contoh tersebut diatas adalah kenyataan yang ironi, dengan
pembahasan RUU masing-masing, baik pornografi maupun badan hukum
pendidikan yang demikian memakan waktu dan biaya yang tidak kecil, justru
niat pembentuk undang-undang ingin menata kedua substansi hukum dari
kedua undang-undang tersebut, pertanyaannya adalah, kenapa kedua
undang-undang tersebut bermuara ke Mahkamah Konstitusi ? Sebuah
pertanyaan yang harus diteliti lebih dalam oleh para pemikir hukum, pembuat
undang-undang, kalangan legislatif dan eksekutif, sebagai pihak yang
diberikan kewenangan oleh konstitusi negara yaitu UUD 1945.
Mochtar Kusumaatmadja,4 menyebutkan bahwa ada dua hal yang perlu
diperhatian dalam pembangunan hukum, yaitu persoalan hukum sebagai alat
perubahan (pembangunan) serta pembinaan atau perkembangan hukum itu
sendiri. Mengenai hal yang pertama menurut beliau bahwa masalah-masalah
yang dihadapi sehubungan upaya mengembangkan hukum sebagai suatu alat
pembaharuan (a tool of social engineering). Dari sini lahir pemikirannya yang
ingin memberikan peran bagi hukum sebagai sarana pembaharuan dan
pembangunan, maksudnya dengan pendekatan teori dan/atau filasafat hukum
pengembangan faham Sosiological Jurisprudence yang dikemukakan oleh
Roscoe Pound di Amerika Serikat (yang dikenal di negara asalnya dengan
semboyan Law as a tool of social engineering) menjadi salah satu tonggak
pembaharuan dan pembangunan hukum di Indonesia dengan memasukkan
konsep-konsep pembangunan hukum pada Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Pemikiran ini menjadi berkembang di berbagai universitas, khususnya
Universitas Padjajaran, kemudian mempengaruhi kegiatan kenegaraan,
lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif serta yudikatif. Kemudian dalam
kenyataannya tidak begitu gampang melakukan perubahan paradigma dalam
pembangunan hukum itu.
Kesukaran-kesukaran yang dihadapi dalam memperkembangankan hukum5
sebagai suatu alat pembaharuan masyarakat dapat digolongklan dalam tiga
sebab kesulitan yaitu :
1. Sukarnya menentukan tujuan dari perkembangan hukum;
2. Sedikitnya data empiris yang dapat digunakan untuk mengadakan suatu
analisis deskriptif dan predikitif.
3. Sukarnya mengadakan ukuran yang objektif untuk mengukur
berhasil/tidaknya usaha pembaharuan hukum.
Menurut A. Hamid Attamimi,6 Pembentukan hukum terutama yang berbentuk peraturan
perundang-undangan bukanlah sekedar teknik menyusun secara sistematik bahan-bahan yang
terkumpul dalam rumusan normatif. Pembentuk hukum yang baik, harus memiliki berbagai
syarat pembentukan hukum yang baik pula, seperti asas tujuan, asas kewenangan, asas
keperluan mengadakan peraturan, asas bahwa peraturan tersebut dapat dilaksanakan
Pengertian persekutuan perdata
Maatshap atau persekutuan perdata adalah suatu persetujuan dari dua orang atau lebih
yang memiliki profesi yang sama untuk menghimpun sesuatu dalam sebuah persekutuan
untuk memperoleh keuntungan dan manfaat bagi mereka. Sesuatu yang dihimpun dapat
dapat berupa barang,uang ataupun keahlian
Dasar hukum
3. pasal 1628 – 1631 KUHP mengenai asas yang mengatur persekutuan perdata
Terdapat beberapa jenis dari maatschap yang perlu diketahui, diantaranya adalah :
Ini merupakan pengecualian dari maatschap umum dimana tidak diperkenankan adanya
persekutuan perdata keuali jika pemasukan para sekutu seluruhnya berupa tenaga kerja dan
dapat dibagi rata
Jenis ini tidak mengadakan perincian atas harta kekayaan tertentu yang dimasukan para
sekutu, baik seluruhnya maupun sebagian
Ini merupakan jenis yang mengadakan secara rinci dari harta kekayaan yang dimasukkan
oleh para sekutu, baik seluruh maupun sebagiannya
Asas yang mengatur tentang persekutuan perdata terdapat dalam pasal 1628 – 1631 dari
KUHP. Inti dari pasal tersebut adalah :
Prosedur pendirian
1.1 Pengertian CV
CV adalah salah satu bentuk badan usaha yang dibentuk oleh dua orang atau lebih yang
kemudian mempercayakan modal yang dimiliki kepada dua orang atau lebih. Hal itu
dilakukan ntuk menjalankan perusahaan tersebut sekaligus dipercaya untuk memimpin
perusahaan. Tujuannya agar tercapainya cita-cita bersama dengan tingkat keterlibatan
masing-masing anggotanya berbeda. Oleh karena itu, di dalam CV terdapat dua sekutu
yang berbeda. Sementara itu ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa CV terdiri dari sekutu
komanditer dan sekutu komplementer. Sekutu komanditer (sekutu pasif) memiliki tanggung jawab
untuk memberikan modal CV kepada sekutu komplementer (sekutu aktif) yang bertanggung jawab
untuk menjalankan kegiatan CV. Besarnya bagi hasil usaha disesuaikan dengan kesepakatan bersama.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa menengok pasal 20 KUHD atau Kitab Undang-undang Hukum Dagang
yang membahas tentang sekutu pasif (komanditer) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. CV Bersaham
CV jenis ini memiliki karakter yang khas karena CV ini mengeluarkan saham yang bisa
diambil oleh sekutu aktif maupun pasif. Masing-masing dapat mengambil satu saham atau
lebih. Namun demikian, saham tersebut tidak dapat diperjualbelikan karena tidak mudah
untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan. Tujuan adanya saham untuk menghindari adanya
modal beku.
2. CV Murni
CV jenis ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama kali ada dan paling sederhana. Di
dalam CV ini hanya terdapat satu sekutu komplementer sedangkan pihak-pihak lainnya berperan
sebagai sekutu komanditer.
3. CV Campuran
CV campuran biasanya berasal dari firma sebagai bentuk awal. Namun dalam operasionalnya, firma
tersebut memerlukan tambahan suntikan modal. Pihak yang berkenan memberikan tambahan modal
berperan sebagai sekutu komanditer, sehingga firma yang menerima modal dan menjalankan usaha
disebut sebagai sekutu komplementer.
CV dibentuk agar sebuah badan usaha dapat menjalankan aktivitas bisnisnya dengan resmi dan legal
sesuai hukum. Karena CV pada umumnya didirikan dengan akta dan didaftarkan melalui notaris
sehingga mempunyai payung hukum. Dalam perjalanan bisnis, seringkali kerja sama dengan pihak
lain, terutama perusahaan atau instansi besar dan resmi, mensyaratkan adanya badan usaha yang legal
menurut hukum. Misalkan untuk mengikuti tender dari instansi pemerintah atau perusahaan swasta,
perusahaan-perusahaan yang diperbolehkan mengikuti tender tersebut adalah perusahaan yang
berbentuk CV atau PT.
Hal ini bukan tanpa sebab. Bekerja sama dengan perusahaan yang legal dan resmi sesuai hukum
memberikan jaminan keamanan yang lebih tinggi dibanding bekerja sama dengan usaha yang belum
terdaftar secara hukum. Terlebih di dalam kerja sama tersebut ada transaksi yang nilainya besar.
1.4 Ciri-ciri CV
CV dapat dikenali dengan ciri-ciri yang dimilikinya. Di antara ciri-ciri sebuah CV adalah sebagai
berikut:
Karena sifatnya merupakan badan usaha yang diakui legal secara hukum, CV mempunyai
dasar hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Dasar hukum keberadaan CV disebutkan
dalam beberapa sumber hukum sebagai berikut banner-promo-gramedia :
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 19, 20, dan 21 yang membahas tentang
pendirian, permodalan CV, dan pembahasan mengenai sekutu komplementer maupun komanditer.
2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 17 Tahun 2018 yang membahas
pendaftaran persekutuan komanditer, persekutuan firma, dan persekutuan perdata.
3. KUHD pasal 31 yang membahas tentang pembubaran CV.
4. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 1647 dan 1649 yang membahas tentang
pembubaran CV.
5. KUHP pasal 1651 yang membahas tentang pewarisan sekutu.
kelebihan CV adalah adanya pilihan badan usaha CV yang disediakan hukum dan banyaknya
perusahaan yang memilih CV sebagai badan usahanya tentu mengisyaratkan CV memiliki kelebihan.
Dibawah ini merupakan kelebihan dari CV, yakni:
1. Proses pendirian relatif mudah. Tidak seperti perseroan terbatas (PT), pendirian CV cenderung
lebih mudah untuk dilakukan.
2. Lebih mudah untuk mendapatkan bantuan modal dari eksternal baik dari investor,perbankan, atau
koperasi. Karena adanya legalitas dari hukum, CV mendapatkan kepercayaan yang lebih besar
dibanding tidak berbadan usaha.
3. Lebih mudah mendapatkan modal dari internal. Kemudahan ini karena CV didirikan oleh orang-
orang yang terlibat dalam persekutuan.
CV memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak berbadan
usaha.
Memiliki kepastian hukum sebagai badan usaha. Karena memiliki akta perusahaan yang
didaftarkan di notaris. CV juga memiliki dasar hukum yang diakui oleh negara.
Meskipun modal dapat dikumpulkan dengan mudah, tidak ada batasan minimal berapa modal
yang harus dimiliki oleh CV. Tidak seperti PT yang mensyaratkan modal awal 50 juta,CV
tidak ada batasan minimal modal. Oleh karena itu, CV seringkali menjadi pilihan bagi pelaku
usaha yang masih berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tetap bisa
beroperasi dan berkompetisi.
Lebih mudah berkembang karena dapat dikelola oleh siapapun yang dikehendaki, pada
umumnya dikelola oleh seseorang yang dianggap memiliki kemampuan manajerial yang
paling baik.
Risiko dan kendala menjadi tanggung jawab bersama semua sekutu.
Pengambilan keputusan yang lebih cepat. Tidak seperti PT, keputusan besar harus diambil
sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS). CV dapat menentukan keputusan
besar tanpa melakukan rapat dan dapat melakukan tindakan eksekusi demi kebaikan
perusahaan.
Perubahan akta yang lebih mudah. Pemilik dapat melakukan perubahan akta tanpa harus
mengadakan rapat terlabih dahulu dengan pengurus.
Sistem pajak yang lebih mudah. CV bukan termasuk bentuk badan usaha yang disertai badan
hukum. Di satu sisi, hal ini tampak sebagai kekurangan, namun dari sudut pandang pengenaan
pajak, hal ini merupakan keuntungan. Laba yang diterima CV saat akhir tahun hanya dibebani
satu kali pajak, yakni pajak perusahaan. Pemilik yang menerima bagian laba CV tidak dikenai
pajak dan termasuk dalam non objek PPh.
Nama perusahaan bisa sesuai keinginan. Nama perusahaan mencerminkan identitas
perusahaan baik dari brand, berbisnis apa, asal daerah, pemilik, atau lainnya. Perusahaan yang
berbentuk PT tidak bisa memakai sembarang nama karena adanya kemungkinan perusahaan
lain telah menggunakannya. Hal ini tidak berlaku untuk CV, nama perusahaan tidak dibatasi.
1.7 Kekurangan CV
Kekurangan CV
Walaupun demikian, bukan berarti badan usaha yang berbentuk CV tidak memiliki kekurangan.
Badan usaha berbentuk CV juga memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan
yang dihadapi jika Anda memilih badan usaha Anda berbentuk CV adalah sebagai berikut:
1. Riskan terjadi konflik dan gesekan di antara anggota sekutu.
2. Sebagian sekutu memiliki tanggung jawab yang lebih besar, yakni sekutu aktif atau
komplementer yang berperan sebagai pelaku aktivitas perusahaan CV, dibandingkan
sekutu lainnya.
3. Kemajuan atau kemunduran CV bergantung pada sekutu aktif atau komplementer sehingga
kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu. Jika sekutu aktif merupakan orang-orang yang
kompeten hal ini tentu menjadi nilai plus. Namun yang dikhawatirkan adalah perusahaan dijalankan
oleh orang-orang yang tidak kompeten, tentu hal ini memberikan resiko yang besar terhadap
keberlangsungan jalannya perusahaan.
4. Kerugian ditanggung secara bersama-sama. Hal ini bisa menjadi kelebihan, bisa juga menjadi
kekurangan CV. Bagi persekutuan pasif, hal ini tentu menjadi kerugian karena dia harus merelakan
modal yang ditanamkan pada CV berkurang akibat kerugian yang ditanggung.
5. Tidak dapat dinyatakan pailit, sehingga apabila terjadi kerugian dan harta perusahaan tidak cukup
untuk menanggung kerugian, maka sekutu aktif memiliki kewajiban untuk menanggung kerugian
tersebut walaupun harus menggunakan harta pribadinya. Sementara sekutu pasif hanya bertanggung
jawab sebesar modal yang ditanam di dalam CV.
6. Modal susah ditarik kembali.
7. Modal yang telah disetorkan kepada CV sangat susah untuk ditarik kembali,
sehingga hal ini menjadi salah satu kekurangan CV.
8. Pengawasan dan kekuasaan CV sangat kompleks.
9. Tanggung jawab sekutu komanditer (pasif) yang terbatas bisa mengendorkan semangat mereka
dalam memajukan perusahaan. Hal ini jika dibandingkan dengan sekutu-sekutu yang terdapat pada
firma.
Pengisian ini biasanya dapat Anda lakukan di kantor notaris. Hal-hal yang perlu diisi adalah
sebagai berikut:
Dokumen-dokumen yang telah disebutkan menjadi persyaratan pendirian CV.
Nama yang akan digunakan di CV.
Mengisi resume Anda untuk melengkapi tujuan dan sasaran Anda.
Nama sekutu yang nantinya akan berkuasa.
Pendaftaran tanggal akta (biasanya diisi oleh notaris). Dan lain-lain.
2. Wery
Sementara, Wery berpendapat bahwa firma adalah perusahaan yang beroperasi di bawah
nama bersama, tetapi tidak sebagai perusahaan komanditer.
3. Slagter
Selanjutnya, Slagter mengungkapkan bahwa firman adalah perjanjian kerjasama antara dua
orang atau lebih dengan nama bersama untuk menjalankan aktivitas suatu perusahaan, dengan tujuan
mendapatkan keuntungan atas hak kebendaan bersama. Hal itu dilakukan
agar perusahaan dapat mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka yang mengharuskan
mengikatkan diri dengan memasukkan uang, barang, nama baik, hak-hak atau kombinasi
daripadanya ke dalam perkumpulan.
Berikut contoh beserta penjelasan terkait firma non dagang yang ada di Indonesia yaitu
antara lain firma hukum, firma akuntansi, konsultasi manajemen, dan juga masih banyak
lagi.
a. Firma Hukum
Seperti yang sering kita lihat, kantor-kantor pengacara maupun kantor konsultan hukum
biasa disebut firma hukum. Firma hukum termasuk dalam kategori firma yang kegiatannya
non dagang karena kegiatannya terkait dengan lembaga hukum. Firma hukum menjadi contoh, satu
dari banyak firma yang ada di Indonesia karena didirikan dan dijalankan oleh sekumpulan orang.
Firma hukum berdiri dari sekutu aktif dan pasif dengan tujuan memberikan pelayanan hukum pada
masyarakat.
b. Firma Akuntansi
Tidak hanya firma hukum, ada juga firma akuntansi yang merupakan salah satu jenis firma non
dagang yang ada di Indonesia. Dibentuknya firma akuntansi ini bertujuan untuk menyediakan jasa
akuntansi di luar lembaga akuntansi dari suatu perusahaan. Firma akuntansi ini dikoordinasikan oleh
sekumpulan kecil orang yang bertujuan memberikan jasa akuntansi baik jasa yang dibutuhkan oleh
individu, badan hukum, maupun perusahaan.
Kelebihan Firma
1. Sistem pengelolaan badan usaha firma terbukti lebih profesional dikarenakan adanya
koordinasi yang jelas mengenai pembagian tugas untuk setiap struktur
organisasinya.
2. Modal awal untuk membangun firma terhitung besar dikarenakan sumber dana
berasal dari hasil kerja sama setiap anggota yang tergabung dalam firma.
3. Pemimpin dipilih berdasarkan keahlian, kecakapan, kemampuannya dan
keterampilan yang dimiliki, sehingga meminimalisasi adanya pemilihan pemimpin
karena kelebihan kekuasaan. Selain itu, ada banyak firma yang memiliki lebih dari
satu pemimpin pada badan usaha firmanya.
4. Pembagian hasil keuntungan menjadi adil dikarenakan berdasarkan modal awal
yang disetor sehingga sistemnya menyerupai penanaman saham. Perbedaannya,
semua anggota yang memberikan modal di firma berhak aktif untuk mengelola
jalannya perusahaan.
5. Adanya akta notaris dapat memudahkan firma untuk mendapatkan pinjaman modal
jika memang membutuhkan tambahan modal yang sangat besar.
6. Keputusan firma berangkat dari pertimbangan dan keputusan seluruh anggota.
Kekurangan Firma
1. Ketika perusahaan mengalami kebangkrutan, alhasil kekayaan dan aset pribadi dari
pemilik perusahaan dapat dijadikan barang sitaan sebagai jaminan untuk mengganti
kerugian perusahaan.
2. Anggota firma tidak hanya bertanggung jawab terkait modal saja. Anggota firma
sebagai pemilik perusahaan bertanggung jawab juga pada kekayaan atau harta
pribadi yang dimiliki.
3. Apabila ada satu anggota firma yang mengalami kerugian, semua anggota yang
tergabung dalam firma berkewajiban untuk ikut menanggung kerugiannya.
SIngkatnya, kerugian firma ditanggung bersama oleh semua pemilik perusahaan,
termasuk jika memerlukan penggunaan kekayaan pribadi untuk menutupi kerugian.
4. Firma tidak mengenal istilah pemisahan antara kekayaan pribadi dan aset
perusahaan.
5. Ancaman perselisihan biasanya akan muncul apabila ada pembagian
keuntungannya yang kurang adil.
Perbedaan Firma dan Perusahaan
Mendaftarkan bisnis Anda sebagai
perusahaan atau firma lebih penting daripada mengembangkan produk yang tepat untuk
dapat memenuhi kebutuhan bisnis dan memberikan pertumbuhan di tahun-tahun
mendatang.
Dalam dunia bisnis, istilah perusahaan dan firma sangat sering digunakan secara
bergantian, tetapi secara konsep memiliki arti, sifat, dan karakteristik yang berbeda.
Perbedaan yang paling menonjol antara perusahaan dengan firma sebagai sebagai berikut:
1. Jumlah Anggota
Perbedaan yang paling utama antara perusahaan dengan firma yakni jumlah anggota. Firma
sendiri minimal harus memiliki dua orang di perusahaan dan maksimal memiliki 20 orang
yang diperlukan untuk mendaftarkan firma. Sedangkan, perusahaan hanya memiliki jumlah
maksimum orang atau karyawan saat ia mendaftar sendiri.
2. Pertanggungjawaban
Perbedaan yang lain antara perusahaan dan firma adalah tanggung jawab. Setiap anggota
firma memiliki kewajiban yang tidak terbatas dan mungkin secara pribadi bertanggung jawab
atas perusahaan dan kekayaan pribadinya. Alhasil, jika perusahaan gagal membayar
hutang, maka anggota perusahaan wajib melunasi hutang dari firma. Hal ini merupakan
salah satu kelemahan utama dari firma, namun semua bisa diatasi apabila berasaskan
keadilan dan profesional.
Berbeda dengan perusahaan, dalam badan usaha berbentuk perusahaan, pendiri atau mitra
hanya memiliki kewajiban yang terbatas. Hal itu berarti mereka terbatas hanya pada bagian
saham dikarenakan penanaman saham mereka di perusahaan, namun tidak memiliki
kewajiban secara pribadi untuk urusan-urusan debitur. Singkatnya, mereka tidak memiliki
tanggung jawab jika perusahaan bangkrut atau korup.
3. Kepemilikan Saham
Perusahaan terdaftar adalah pemegang saham berada di perusahaan, hal itu tidak termasuk
karyawan perusahaan. Sebaliknya, firma merupakan kepemilikan banyak anggota bersifat
kemitraan. Hal itu dapat membedakan terkait yang mungkin sedikit berbeda dari pemangku
kepentingan dan pemegang saham
Di dalam keanggotaan firma, anggota yang memiliki jumlah individu yang lebih rendah, mitra
memiliki kekuatan lebih besar untuk mempengaruhi pengambilan keputusan di perusahaan
jika dibandingkan dengan operasi perusahaan.
4. Laporan Tahunan dan Keuangan
Pelaku usaha yang sudah mendaftar sebagai perseroan terbatas publik diharuskan untuk
mengikuti kebijakan perusahaan terbuka dan diharuskan untuk mengungkapkan hasil dan
menerbitkan laporan tahunan untuk investor dan pemegang saham publik.
Sedangkan, badan usaha yang terdaftar sebagai firma tidak memiliki kewajiban untuk untuk
melaporkan informasi keuangan mereka kepada pihak eksternal atau pihak ketiga dan
mereka tidak diwajibkan untuk mempublikasikan laporan apapun atau mempertahankan
bisnis mereka atas kebijaksanaan.
Prosedur Mendirikan Firma
banner-promo-gramedia
Prosedur mendirikan sebuah badan usaha firma bersama kelompok, maka hal yang perlu
Anda lakukan adalah memahami proses pendirian firma dengan baik dan cermat. Peraturan
dan prosedur tentang badan usaha firma sudah tercantum dalam pasal 22 KUHD. Pasal 22
KUHD menerangkan bahwasannya pendirian firma harus berlandaskan akta otentik tanpa
ada kemungkinan untuk disangkalkan pihak ketiga.
Sesuai pasal 23 dan 28 KUHD juga menjelaskan bahwa akta harus didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri. Hal itu berarti akta tersebut dibuat dan selanjutnya akta
wajib untuk diumumkan dalam Berita NKRI.
Akta dapat mengandung segala hal tentang firma seperti perjanjian usaha, jenis usahanya,
kapan usaha didirikan, beserta kapan usaha tersebut akan berakhir. Alhasil, dalam
mendirikan sebuah badan usaha firma erat kaitannya dengan proses pengadilan hukum
untuk mendaftarkan akta firma. Jika Anda mendirikan firma namun belum memiliki akta
otentik dari pengadilan, maka firma Anda dianggap telah menjalankan berbagai usaha dan
dalam jangka waktu tidak terbatas.