Anda di halaman 1dari 12

PROSES BERPIKIR, MERASA, BERSIKAP, BERTINDAK DAN BERTANGGUNG

JAWAB SAMPAI TUNTAS (BMB3) DALAM KONSELING

Di susun oleh : kelompok 14

Nama anggota kelompok:


 Hengki Salman Waruwu
 Idarnia Lawolo
 Edry saputra gulo

Dosen Pengampu :
dr. Famahato Lase M.Pd., kons.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NIAS
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah
mengijinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis
makalah BERPIKIR, MERASA, BERSIKAP, BERTINDAK DAN
BERTANGGUNG JAWAB SAMPAI TUNTAS (BMB3) DALAM KONSELING
Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah pengantar konseling, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat
perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih yang tak
terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baikAndai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Syalom.

Gunungsitoli, 20 desember 2023

Kelompok 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kini dunia konseling telah berkembang pesat dan telah memperlihatkan
eksistensinya dalam proses pembelajaran. Konseling telah menjadi bagian penting dunia
pendidikan yang menempatkan Konselor sebagai unsur utama pendidikan di samping
kepala sekolah, guru dan pengawas. Sekarang dibutuhkan program penambahan jumlah
konselor yang idealnya ada pada setiap sekolah di semua tingkatan. Berkat upayanya,
Prayitno juga berhasil menempatkan konselor sebagai tenaga utama kependidikan
sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada pasal 1 nomor (6). Kemudian keberadaan konselor juga telah dapat
ditingkatkan menjadi tenaga profesi setelah mendapatkan program Pendidikan Profesi
Konselor (PPK) dengan gelar Kons, sama halnya dengan profesi dokter (dr), psikolog
(Psi) serta akuntan (Akt).
Banyak strategi pembelajaran yang telah dilahirkan Prof. Prayitno guna
meningkatkan kualitas proses mengajar yang juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Pendidikan tidak hanya transaksional atau sekedar memindahkan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik, tetapi harus bersifat transformatif, yaitu merubah pola fikir, pola
sikap, pola tindak, motivasi, komunikasi, tanggungjawab dan sebagainya.Dengan begitu
diharapkan hasil pendidikan akan lebih baik dan memberi arti (meningful learning) dalam
membentuk peserta didik. Salah satu hasil karya Prayitno dalam memberikan arti proses
pembelajaran adalah melahirkan strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan
bertanggung jawab). Strategi ini hendaknya dapat dipahami dan dipraktekkan dalam
proses pembelajaran oleh seluruh tenaga kependidikan yang terdiri atas guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator.
Strategi BMB3 tidak hanya dipakai pada dunia pendidikan, tetapi juga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan yang telah dimulai dari dunia kependidikan. Apabila
peserta didik telah dibiasakan belajar dengan strategi BMB3 maka akan terbentuk pola
apikir yang holistik memikirkan semua kepentingan dan semua unsur yang ada.
Apabila BMB3 telah dimiliki maka tentu kehidupan ini akan terasa lebih nyaman
karena kepintaran dan kecerdasan digunakan untuk kebaikan mengangkat harkat dan
martabat manusia. Untuk itu tenaga kependidikan hendaknya memahami dan
mempraktikkan BMB3. Terutama guru, dosen dan konselor.

B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian BMB3
b) Bagaimana Strategi BMB3 dalam layanan konseling
c) Apa tujuan BMB3 dalam layanan konseling

C. Tujuan Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini bertujuan supaya kita bisa lebih mudah untuk memahami
materi yang di bahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian BMB3
BMB3 ialah singkatan dari ( berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan
bertanggung jawab sampai tuntas).
Berpikir adalah proses kerja otak memikirkan materi pelajaran guna menambah ilmu,
pengetahuan dan wawasan untuk membentuk intelektual peserta didik. Aktifitas ini
berlangsung setiap saat, tetapi biasanya hanya transaksional atau hanya sekedar
pemindahan materi dari tenaga kependidikan kepada peserta didik dan belum
transformatif dalam rangka perubahan diri peserta didik.
Selanjutnya dalam strategi BMB3 proses ditingkatkan pada tahap merasa, yaitu
dapat merasakan apa yang terkandung dalam materi pelajaran dan merasakan pentingnya
materi tersebut dalam kehidupan. Proses bersikap adalah menentukan sikap yang dapat
dilakukan peserta didik yang terinspirasi dari materi pelajarannya. Kemudian dapat pula
bertindak sesuai dengan hasil proses berfikir, merasa, dan bersikap yang telah dilaluinya
dan akan dilaksanakan.
Akhirnya peserta didik atau klien juga diajak bertanggung jawab sampai
tuntas terhadap materi yang telah dikuasainya agar dapat digunakan untuk kebaikan,
mengangkat harkat dan martabat manusia. Jadi strategi BMB3 ini bersifat komprehensif
dalam membentuk manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran.
BMB3 adalah dinamika yang ada pada diri manusia yang di karuniakan tuhan
pada kita, bahkan perlu di kembangkan agar energy karakter cerdas dapat terwujud. Dari
kajian kehidupan manusia sehari-hari dapat kita kenal lima dinamika yaitu : berpikir,
merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab.
. Salah satu hasil karya Prayitno dalam memberikan arti proses pembelajaran adalah
melahirkan strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab).
Strategi ini hendaknya dapat dipahami dan dipraktekkan dalam proses pembelajaran oleh
seluruh tenaga kependidikan yang terdiri atas guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator.
Dengan strategi ini pemberian materi pembelajaran akan meresap lebih dalam,
bukan hanya sekedar menyentuh pikiran (kognitif), tetapi juga membentuk sikap (afektif)
dan tindakan (psikomotor). Hal yang positif adalah juga meningkatkan nilai rasa, serta
tanggung jawab. Maka lengkaplah pendidikan itu dalam membentuk manusia seutuhnya
yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Selanjutnya dalam strategi BMB3
proses ditingkatkan pada tahap merasa, yaitu dapat merasakan apa yang terkandung dalam
materi pelajaran dan merasakan pentingnya materi tersebut dalam kehidupan.

B. Strategi BMB3 Dalam Layanan Konseling


Layanan konseling profesional menyeluruh, strategi BMB3, dan pengembangan
perilaku positif terstruktur dapat berkontribusi terhadap pengentasan masalah dan
pencegahan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh
variabel independen (X1-X3) terhadap variabel dependen (Y), menggunakan metode
penelitian kuantitatif.
Pada proses kegiatannya, konseling professional ini ada lima wilayahnya
(Budiono, 2021), yakni: 1). klien atau sasaran layanan yaitu individu atau kelompok yang
perlu mendapat pelayanan dengan data dan identifikasi masalahnya, 2). diagnosis dan
prognosis terhadap masalah yang dialami, 3). konsep perpostur yaitu arah mana dan
bagaimana klien atau sasaran layanan perlu dilayani agar Kehidupan Efektif Sehari-
harinya (KES, selanjutnya di tulis ‘kes’) terkembangkan dan/ atau KES Terganggu (KES-
T, selanjutnya ditulis kes-t)/ bermasalah tertangani dengan baik, 4). implementasi praktik
layanan/ kegiatan pendukung untuk merealisasikan konsep perpostur, dan 5) hasil
layanan, yaitu terealisasikannya perpostur lengkap secara konkret dengan unsur-unsur
AKURS (Acuan, Kompetensi, Usaha, Rasa, dan Sungguh-sungguh, selanjutnya ditulis
akurs). Kondisi kes dapat di lihat dari lima kriteria dasarnya, yaitu (1). tujuannya, (2).
kualitas penyelenggaraannya, (3). hasilnya, (4). kaitannya dengan nilai dan moral yang
berlaku, dan (5). kontekstualisasi apa yang menjadi isi dengan berbagai hal terkait. Kes
menghendaki kualitas tinggi dan positif dari semua kriteria, dan lebih konkret lagi,
kondisi kes dan kriteria yang ada di dalamnya secara langsung terkait dengan akurs.
Perpostur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terentaskannya masalah keluarga
pernikahan dini, yang diperoleh melalui: (1) Layanan Konseling Profesional Menyeluruh;
(2) Strategi BMB3; dan (3) Pengembangan Perilaku Positif Terstruktur (Dinamika et al.,
2022; Lase, 2022).
Wilayah Kegiatan I merupakan pengumpulan data dan penetapan sasaran
layanan atau klien. Data-data dimaksud ada yang bersifat mendadak atau yang baru
terungkap ketika klien telah berhadapan langsung dengan konselor dalam proses
konseling, dan ada data-data informasi atau faktual lainnya tentang individu klien yang
diperoleh melalui instrumentasi, baik tes maupun non tes. Masalah ini merupakan objek
spesifik dikaitkan dengan kondisi kehidupan efektif sehari-hari klien, yang akan ditangani
oleh konselor secara individual (Lase et al., 2022). Wilayah Kegiatan II adalah diagnosis
dan prognosis. Kajian diagnosis dalam layanan konseling merupakan analisis tentang latar
belakang dan sebabsebab terjadinya masalah atau hal-hal yang dipermasalahkan dan
menjadi masalah yang ditangani dalam layanan konseling. Data yang sifatnya insidental
langsung, juga secara langsung ditangani oleh konselor. Sedangkan kajian prognosis
merupakan perkiraan yang akan terjadi jika masalah yang telah didiagnosis tidak
ditangani dengan layanan konseling yang tepat. Hasil diagnosis dan prognosis ini
merupakan landasan sekaligus pertimbangan mendasar, titik tolak yang aktual dan
objektif untuk melaksanakan konseling profesional (Habiba et al., 2020; Lase & Nirwana,
2018). Wilayah Kegiatan III adalah penyusunan konsep perpostur dengan unsur-unsur
akurs, didasarkan pada hal-hal baru sebagai hasil belajar yang perlu diperoleh/dikuasai
oleh klien, terkait
Wilayah Kegiatan II adalah diagnosis dan prognosis. Kajian diagnosis dalam
layanan konseling merupakan analisis tentang latar belakang dan sebabsebab terjadinya
masalah atau hal-hal yang dipermasalahkan dan menjadi masalah yang ditangani dalam
layanan konseling. Data yang sifatnya insidental langsung, juga secara langsung ditangani
oleh konselor. Sedangkan kajian prognosis merupakan perkiraan yang akan terjadi jika
masalah yang telah didiagnosis tidak ditangani dengan layanan konseling yang tepat.
Hasil diagnosis dan prognosis ini merupakan landasan sekaligus pertimbangan mendasar,
titik tolak yang aktual dan objektif untuk melaksanakan konseling profesional (Habiba et
al., 2020; Lase & Nirwana, 2018).
Wilayah Kegiatan III adalah penyusunan konsep perpostur dengan unsur-unsur
akurs, didasarkan pada hal-hal baru sebagai hasil belajar yang perlu diperoleh/dikuasai
oleh klien, terkait dengan kondisi kes dan kes-t, sebagai hasil layanan konseling
profesional. Perpostur ini merupakan target khusus spesifik dan aktual/faktual yang
menjadi tujuan dan capaian dalam layanan konseling profesional di maksud (Oktofya,
Kiswantoro & Sumarwiyah, 2022; Lase et al., 2020).
Wilayah Kegiatan IV adalah kegiatan layanan pembinaan perilaku positif
terstruktur (perpostur). Layanan konseling profesional dilakukan untuk membina
perpostur yang telah terkonsep dengan unsur-unsur akurs-nya. Konsep dimaksud telah
dirumuskan sebagai konsep awal tujuan dan arah yang akan segera dilaksanakan oleh
konselor. Pembinaan ini dicapai melalui kegiatan pembelajaran/ konseling profesional
dalam interaksi langsung antara konselor dengan klien dalam proses konseling (Sulastri et
al., 2022; Halawa & Lase, 2022a).
Wilayah Kegiatan V adalah penilaian hasil layanan konseling profesional.
Penilaian ini dilaksanakan dengan tiga jenis penilaian, yakni: penilaian segera (laiseg),
jangka pendek (laijapen), dan penilaian jangka panjang atau laijapang. Semuanya terarah
pada terbinanya perpostur yang akurs dan kes. Laiseg dilakukan dalam bentuk refleksi
BMB3 (Berpikir, Merasa, Bersikap, Bertindak, dan Bertanggung jawab sampai tuntas)
dalam kondisi tatap muka antara klien dan konselor. Klien diminta mengemukakan apa
pikirannya, perasaannya, sikapnya, yang akan dilakukannya, dan bagaimana tanggung
jawabnya berkenaan dengan pengentasan masalahnya setelah menjalani konseling
profesional. Pada penilaian ini dinilai dengan cermat aspek akurs pada diri klien dan
hasilnya digunakan sebagai pertimbangan utama untuk tindak lanjut (Helen, Marjohan, &
Alizamar, 2019; Lase, 2022).
Strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab)
merupakan proses dalam konseling profesional, yang dipraktikan oleh konselor dalam
menyelenggarakan layanan (Susanti, 2021). Melalui strategi ini layanan konseling/
pembelajaran akan lebih meresap dan mendalam, tidak hanya menyentuh pikiran
(kognitif) atau memberi pengetahuan kepada peserta didik/ klien tetapi membentuk
karakter atau sikap yang baik (afektif) dan membangun keterampilan atau tindakan yang
tangkas/ psikomotor (Lase et al., 2020). Selain itu strategi ini juga meningkatkan
kepekaan nilai rasa dan sikap tanggung jawab kepada peserta didik. Sehingga
penyelenggaraan layanan konseling atau pembelajaran melalui strategi ini diharapkan
membentuk manusia seutuhnya yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya
(Rahmadani & Karneli, 2021; Lase et al., 2022)

C. Tujuan BMB3 Dalam konseling


BMB3 memiliki tujuan dan maksud dalam layanan konsling, sebagai strategi
konselor untuk mewujudkan perpostur bagi diri klien.
tujuan BMB3 ialah sebagai berikut :
a) Berpikir : Membantu individu memahami dan merespons situasi dengan pemikiran yang
jernih dan rasional. Meningkatkan pemikiran kritis klien terhadap isu-isu budaya dan
personal, memungkinkan mereka memahami lebih baik bagaimana budaya memengaruhi
pemikiran mereka dan bagaimana itu dapat berdampak pada keadaan psikologis.
b) Merasa : Menjelajahi dan memahami perasaan individu terkait pengalaman atau
tantangan yang dihadapi. Memberikan dukungan untuk pengakuan dan pengelolaan emosi
yang berkaitan dengan keberagaman budaya. Mendorong pemahaman dan penerimaan
terhadap perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain.
c) Bersikap : Mendukung individu dalam mengembangkan sikap atau perilaku yang lebih
positif dan adaptif. Mengembangkan kesadaran terhadap perilaku dan sikap terkait
budaya, serta membimbing klien dalam menggali cara-cara baru dan lebih adaptif untuk
bersikap terhadap masalah atau tantangan.
d) Bertindak ; Membantu individu merencanakan dan melibatkan diri dalam tindakan
konkret untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan. Mendorong klien untuk
mengambil tindakan positif dan proaktif dalam menanggapi isu-isu budaya dan personal.
Menyediakan dukungan untuk pengembangan keterampilan dan strategi yang
mempromosikan perubahan positif.
e) Bertanggung Jawab : Mendorong individu untuk mengambil tanggung jawab atas
keputusan dan tindakan mereka, mempromosikan pertumbuhan pribadi dan pembelajaran.
Mendorong individu untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan dan tindakan
mereka, mempromosikan pertumbuhan pribadi dan pembelajaran.
BAB III
PENUTIP

KESIMPULAN
BMB3 adalah dinamika yang ada pada diri manusia yang di karuniakan tuhan pada
kita, bahkan perlu di kembangkan agar energy karakter cerdas dapat terwujud. Dari kajian
kehidupan manusia sehari-hari dapat kita kenal lima dinamika yaitu : berpikir, merasa,
bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab.
Strategi BMB3 tidak hanya dipakai pada dunia pendidikan, tetapi juga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan yang telah dimulai dari dunia kependidikan. Apabila
peserta didik telah dibiasakan belajar dengan strategi BMB3 maka akan terbentuk pola
apikir yang holistik memikirkan semua kepentingan dan semua unsur yang ada.
Apabila BMB3 telah dimiliki maka tentu kehidupan ini akan terasa lebih nyaman
karena kepintaran dan kecerdasan digunakan untuk kebaikan mengangkat harkat dan
martabat manusia. Untuk itu tenaga kependidikan hendaknya memahami dan
mempraktikkan BMB3. Terutama guru, dosen dan konselor.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.prayitnoinstitute.org/read/6/bmb3-dalam-pembelajaran

https://www.researchgate.net/publication/
321216049_Penerapan_Model_Pembelajaran_dengan_Strategi_Merasa_BMB3_pada_Pro
ses_Pembelajaran/fulltext/5a64cd80a6fdccb61c57f404/Penerapan-Model-Pembelajaran-
dengan-Strategi-Merasa-BMB3-pada-Proses-Pembelajaran.pdf

https://id.scribd.com/document/460760903/Format-bmb3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Pengertian BMB3..................................................................................................
B. Strategi BMB3 dalam layanan Konseling.............................................................
C. Tujuan BMB3 Dalam Konseling..........................................................................
Bab III PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai