MODUL PERKULIAHAN
W182100022 –
KOMUNIKASI
DAN ETIKA
PROFESI
Komunikasi Profesional
Abstrak Sub-CPMK
Review Review
08
Yuwan Jumaryadi
Ilmu Komputer Sistem Informasi
Komunikasi Profesional - 01
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti
sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihakkepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, termasuk
juga dalam hal saling memberikan informasi, pendapat maupun menceritakan suatu hal.
Bentuk dasar komunikasi terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dilakukan secara lisan maupun tulisan yang dapat dimengerti kedua
belah pihak, memiliki struktur teratur dan terorganisir dengan baik. Contoh : berdiskusi
dengan teman, mempresentasikan proposal bisnis kepada klien.
3. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasisuara yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
5. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
6. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
➢ Bahasa isyarat
➢ Ekspresi wajah
➢ Sandi
➢ Simbol-simbol
➢ Warna
➢ Intonasi suara
Komunikasi non verbal juga penting diketahui terutama dalam kaitannya dengan
penyampaian perasaan & emosi seseorang. Tujuan komunikasi non verbal adalah :
➢ Memberikan informasi
➢ Mengekspresikan emosi
a. Ekspresi wajah, karena wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
maka ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
d. Posturtubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
Komunikasi tidak hanya terbatas pada hubungan antar pribadi, namun juga diterapkan
dalam organisasi untuk menyelaraskan kepentingan dan keputusan dalam organisasi
b) Manajemen
1. InterpersonalCommunication
2. OrganizationCommunications
d) Organization Communication
Dikutip dari Sunarja dan Djoenoesih Sunarja: komunikasi bersifat persuasive dan
retorika, terdapat beberapa gambaran definisi komunikasi, yaitu :
1. Charles H.Cooley
2. Carl I.Hovland
3. Wilbur Schramm
1. Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam buku Business Communications Today, 6e, proses
komunikasi terdiri dari 6 tahap, yaitu :
a) Memecahkan masalah
c) Meningkatkan keyakinan
2. Hambatan Komunikasi
Umumnya terjadi karena ada kendala fisik dalam berkomunikasi, misalnya aliran listrik
padam, soundsystem tidak bekerja dengan baik, kurangnya sarana presentasi, pesan
terlalu panjang, dsb.
Bisa terjadi karena perbedaan latar belakang usia, tingkat pendidikan, status social,
jenis kelamin, keadaan ekonomi, dsb yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman
suatu masalah pada seseorang atau kelompok.
Selain itu juga bisa terjadi kesalahan dalam penafsiran kata karena memiliki makna ganda
yang disebabkan majemuknya latar belakang budaya. Dalam komunikasi kadangkala
terjadi kesalahpahaman, berikut ini adalah hambatan dalam komunikasi, yaitu :
• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional.
• Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima
b) Hambatan Fisik
c) Hambatan Semantik.
d) Hambatan Psikologis
Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif maka perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini :
Perhatikan maksud dan tujuan berkomunikasi, serta kenali audiens yang dituju.
Gunakanlah bahasa yang jelas, sederhana, mudah dipahami dan tidak bertele-tele.
Berikan penekanan dan pengulangan untuk hal-hal yang penting.
Pilihlah media / saluran komunikasi yang baik, jika perlu diatur sedemikian rupa
supaya bisa menarik perhatian dan konsentrasi audiens (penerima pesan). Jika
komunikasi disampaikan secara lisan usahakan lokasi atau tempat penyampaian
pesan tersebut nyaman, rapi, teratur dan sejuk.
Jika komunikator atau pengirim pesan menghendaki umpan balik yang cepat maka
pilihlah media komunikasi yang cepat misalnya saluran telepon atau tatap muka.
Namun jika sebaliknya maka dapat dipilih dengan cara disampaikan melalui tulisan
misalnya menggunakan surat, kuesioner, atau email.
Keberhasilan suatu usaha/bisnis tentu tidak lepas dari kelancaran dalam komunikasi baik
secara individu maupun organisasinya, dan perusahaan yang mempunyai keberhasilan
Arus komunikasi pada organisasi harus menyesuaikan dengan struktur organisasi, etika
profesi serta cenderung bersifat formal dan tertulis untuk menghindari kesalahpahaman
yang mungkin akan menghambat jalannya operasional perusahaan.
Dalam dunia bisnis,komunikas iyang professional juga memegang peranan yang sangat
penting dan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha. Umpan balik
(feedback) dari konsumen juga diharapkan oleh perusahaan, sebagai parameter
kepuasan pelanggan atas layanan yang diberikan perusahaan. Bahkan biasanya
perusahaan-perusahaan besar, misalnya Unilever,akan menyediakan jalur telepon
khusus yang dikenal sebaga iCustomer Care Line yaitu media komunikasi antara
konsumen dan pihak perusahaan jika ada complain atau pertanyaan mengenai produk
dan layanan Unilever. Hal ini maksudnya supaya memudahkan konsumenjika ingin
menghubungi pihak perusahaan.
Komunikasi yang professional tidak hanya meliputi hubungan antar individu namun juga
hubungan antara individu dengan manajemen perusahaan maupun hubungan antar
corporate, secara internal dan eksternal perusahaan. Karena perusahaan juga harus
membina hubungan baik dengan pihak luar perusahaan seperti partner bisnisnya,
supplier, pihak bank, maupun dengan pihak pemerintah.
Komunikasi yang professional tentu akan berpengaruh pada kredibilitas seseorang atau
perusahaan, sehingga akan memudahkan membina hubungan baik dalam jaringan
bisnisnya untuk jangka panjang. Selain itu juga mampu membangun dan meningkatkan
citra baik perusahaan di masyarakat.
Tidak asing bagi kita membaca atau mendengar istilah komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi. Istilah ini nampak sederhana. Pemahaman masyarakat luas
mengenai komunikasi, justeru mengesankan pengertian komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain/pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan
dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-
orang yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan
dapat tersampaikan dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin.
Oleh karena itu setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin
kerjasama untuk bisa bertahan hidup.
Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat meluas
jangkauannya. Seorang pengawas/penilik kependidikan sebagai manusia yang makin
modern, akan digerayangi dan dicerca pesan-pesan komunikasi dari berbagai arah, baik
secara terang- terangan ataupun secara sembunyi-sembunyi, baik verbal ataupun non-
verbal. Media massa cetak atau elektronik misalnya, menawarkan produk- produk yang
menggiurkan, bahkan membujuknya untuk membeli barang- barang mewah di luar
jangkauan kemampuan finansialnya. Sebagai seorang ayah, ia dituntut anak-istrinya
untuk mencukupi nafkah keluarganya. Sesungguhnya seorang pengawas/penilik juga
bagian dari anggota keluarga dari pihak istri/suaminya yang tidak sama sekali lepas dari
beberapa urusan keluarganya. Ia-pun adalah tokoh masyarakat yang harus mengabdi
pada lingkungan sekitarnya. Di kantor, ia adalah pegawai yang selalu harus loyal dan
berdedikasi serta tidak mengurangi arti produktivitas kerjanya. Di sisi lain, sangat mungkin
anggota atau bawahannya tidak segan-segan mengkritik pekerjaannya karena tidak
seiring dengan tuntutan perubahan (reformasi) yang sedang berlangsung.
Dalam perkembangan hubungan kerjasama yang makin efektif dan meluas, konteks
komunikasi interpersonal seseorang menjadi mikrokosmos bagi semua kelompok yang
lebih besar. Konteks komunikasi interpersonal, khususnya dalam bentuk diad (dua-orang)
selalu melibatkan tingkat intra- personal. Tingkatan dan konteks komunikasi ini mewakili
satuan terkecil interaksi manusia sebelum beranjak ke dalam tingkatan dan jangkauan
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa dan
komunikasi antar budaya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis
hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa, yang
seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan
relatif permanen. Peran seorang pengawas/penilik kependidikan sebagai auditor dalam
penjaminan mutu pendidikan akan bertumpu pada kemampuan komunikasi interpersonal
sebelum konteks dan jangkauan kerjasamanya dibangun secara luas dan bermanfaat.
Komunikasi interpersonal diartikan Mulyana (2000: 73) sebagai komunikasi antara orang-
orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Ia menjelaskan
bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan
hanya dua orang, seperti seorang guru dengan murid. Komunikasi demikian
menunjukkan: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan
mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara
simultan dan spontan.
Bagan di atas memperlihatkan 8 (delapan) komponen dari proses komunikasi yang perlu
dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-
penerima, (3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6)
Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.
Pertama: Konteks (lingkungan) merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik,
sosial-psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti
memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta
hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi.
Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis.
Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita
berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam
ragam kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca.
Inilah pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan
lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh
sipengirim, pengkodean di pihak si-penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut. Suatu distorsi komunikasi akan
terjadi di sini. Karena itu, jika si-pengirim harus terampil berbicara dan menulis, si-
penerima pesan harus terampil mendengarkan dan membaca.
Kelima: Pesan dan Saluran. Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses
kodifikasi. Jika seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika
seseorang itu menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan,
maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol
yang digunakan untuk mentransfer makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi
Saluran merupakan medium; lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh
sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut
jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal
dalam organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk
meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan
yang disampaikan secara formal. Dalam memilih saluran atau medium untuk
penyampaian pesan inipun tidak pernah luput dari kelemahan dan kekurangan yang ada
yang menimbulkan suatu distorsi dalam komunikasi.
Keenam: Umpan Balik dan Maju. Suatu cara yang dapat dipertimbangkan untuk
menghindari dan mengoreksi terjadinya distorsi disarankan untuk menggunakan
komunikasi interpersonal; dan menghidupkan proses umpan balik secara efektif. Umpan
balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses dicapai dalam mentransfer
makna pesan sebagaiman dimaksudkan semula. Setelah si-penerima pesan
melaksanakan pengkodean kembali, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah
berubah menjadi sumber. Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan
tertentu, yakni untuk memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia harus
melakukan penkodean sebuah pesan dan mengirimkannya melalui saluran tertentu
kepada pihak yang semula bertindak sebagai pengirim. Umpan balik menentukan apakah
suatu pesan telah benar-benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut
dilakukan. Karena itu umpan balik harus dihidupkan!
Untuk komunikasi interpersonal kita merespon pihak lain berdasarkan data psikologis,
yakni bagaimana seseorang itu berbeda dari yang lain (kelompoknya). Akan tetapi untuk,
suatu perjumpaan impersonal (tak pribadi) kita menanggapi orang lain berdasarkan data
sosiologis, yakni berdasarkan atribut sosialnya seperti kelas, kelompok atau organisasi
tempat yang bersangkutan menjadi anggotanya. Sebagai contoh, Anda berperilaku
terhadap profesor X seperti halnya Anda berperilaku terhadap profesor-profesor lainnya.
Tetapi, pada saat hubungan Anda berkembang menjadi lebih pribadi (interpersonal) baik
profesor ataupun Anda sendiri mulai berinteraksi satu sama lain sebagai pribadi, tidak lagi
sebagai anggota dari kelompoknya masing-masing (guru besar pada perguruan tinggi
versus seorang pengawas/penilik).
1. Konteks (lingkungan)
Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik, sosial-
psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti
memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta
hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi.
Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis.
2. Komponen sumber-penerima
Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam berkomunikasi adalah sumber
yang juga penerima. Sebagai sumber dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita
mengirim pesan. Kita mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat
tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita mendengarkan,
melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada saat kita
berbicara dengan orang lain, kita berusaha memandangnya untuk memperoleh
tanggapan: dukungan, pengertian, simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap
isyarat-isyarat non-verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam berkomunikasi.
3. Enkoding-Dekoding
Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita
berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam
ragam kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca.
Inilah pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan
lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh
sipengirim, pengkodean di pihak penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut.
4. Kompetensi Komunikasi
Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi. Jika seseorang itu
berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu menulis, maka tulisan
itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan.
Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer
makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh keputusan memilih dan menata
kode dan isi tersebut.
Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa kendala utama dalam
berkomunikasi seringkali lambang atau simbol yang sama mempunyai makna yang
berbeda. Artinya, kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan
menata kode dan isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu
komunikasi menurut mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak
ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika
diinterpretasikan oleh partisipan yang terlibat.
Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh
sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut
jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal
dalam organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk
meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan
yang disampaikan secara formal.
6. Umpan Balik
7. Gangguan
8. Efek Komunikasi
Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau dampak atas satu
atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru
atau memperoleh cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik
Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:
1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan
mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi
antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku seseorang.
2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi
adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna
dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar.
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu.
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal adalah: 1)
menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan simpati; 4)
melakukan kerja sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan
motivasi.
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami dunia luar,
dan kita dapat lebih banyak mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan,
sikap dan nilai-nilai kita secara tidak langsung dan tanpa sadar dipengarui lebih banyak
oleh pertemuan interpersonal daipada oleh media atau pendidikan formal.
Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan
orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan membentuk hubungan sosial dengan
orang lain. Hubungan yang demikian dapat membantu mengurangi kesepian dan depresi,
menjadikan kita sanggup saling berbagi, dan pada umumnya membuat kita merasa lebih
positif tentang diri kita.
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita, berdiskusi, bercerita hal-
hal ringan dan lucu, kegiatan komunikasi semacam itu dapat memberikan keseimbangan
yang penting dalma pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan
keputusan:
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan
harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita
seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita
dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang,
keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui
komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan
membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan yang lain.
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan
hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep
diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi
diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya
menyatakan bahwa kita ada.
d) Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui situasi dan
kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap
manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi
sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara
yang akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan
dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat memiliki pengaruh
yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini komunikasi dapat mewakili
informasi yang dikehendaki dalam pesan yang dia sampaikan sebagai bahan
perakapan pada kegiatan komunikasi.
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif dalam arti
pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya
menghiburpun secara tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan
hidup mereka.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan diadik merupakan hubungan atara dua
individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik
memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang
berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan pada
hubungan diadik berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik atau
khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diadik yang lain.
Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau kedekatan anatar individu lebih
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh
individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk
menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial).
Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat
makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan
hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang
saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena
investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat
satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal
atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri
(self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya
penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan
jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.
Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan
ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul
hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan
rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke
dalam pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut
encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah
pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga
pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
6. Penyandian Balik
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan
dalam bentuk pesan.
1. Perspektif Psikologis
2. Perspektif Mekanis
Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah, 2004) proses
komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah
diagram berikut:
Tahapan 2 Tahapan 5
Tahapan 3 Tahapan 4
Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang mungkin
akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua orang yang memiliki suatu
pengalaman yang sama terhadap suatu hal atau kejaidian, akan memiliki kesan ang tidak
serupa. Sebagai contoh ada dua orang yang sama-sama mengikuti briefing dari pemimpin
perusahaan.Apabla mereka diminta untuk menceritakan pengalaman mereka masing-
masing, tentu ada beberapa hal yang berbeda.Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena
setiap orang akan menyaring informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan
dan mengingat ha-ha yang mereka anggap mnarik atau enting. Seseorang komunikator
Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau imengerti dengan
sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah
kedalam bentuk pesan-pesan seperti dalam benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan
sejenisnya, untuk kemudian disampaikan kepada orang lain.
Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan) maksud (tujuan),
audiens, gaya personal, dan latar belakang buaya. Seagai contoh sederhana, pada
umumna orang timur cenderung menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa
taklangsung dan bahasa yang halus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang
terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru
kemudan menyatakan sikap penolakan.
Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah memindahkan
atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran yang ada kepada si penerima
pesan.Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang
relative endek, tetapi ada juga yang cuku panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang
digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan
pesa-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bias jadi
terdistirsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam
menyampaian suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tertulis maupun lisan
dapat digunakan. Leh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan
disampaian.
Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila pengirim
(komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan
tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru isa terjalin ba
penerima surat membaca dan memahami isinya.jika seseorang menyampaikan pidatonya
di hadapan umum, para pndengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang
dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai komunikasi.Umpan
balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk
menilai efektivitas suatu pesan.
Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan
memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan
beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut,
memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara
tertulis. Sebagai contoh, seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat dari
pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima beritaa yang
menyenangkan dari piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh
adanya umpan balik dalam berkomunikasi.
Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya factor-faktor
penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar lbelakang, perbedaan penafsiran kata-
kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga
menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Hubungan
interpersonal dapat dilakukan di berbagai aktivitas atau kegiatan, baik itu kegiatan
pekerjaan, kesenian, keagamaan, konferensi dan sebagainya.
Adapula teori mengenai hubungan interpersonal yaitu Teori Tembusan Sosial dan Teori
Pengurangan Ketidakpastian.
Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses tembusan sosial yang
betujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan pasangan masing-masing. Oleh
karena itu kita boleh samakan proses komunikasi interpersonal sebagai proses tembusan
sosial. Menurut Altman dan Taylor, lebih banyak yang kita ketahui tentang pasangan kita,
lebih pribadi sifat komunikasi kita.
Proses pembentukan hubungan di antara dua individu dilihat oleh Altman dan Taylor
sebagai proses menembusi lapisan bawang besar. Kita tentu biasa dengan sebiji bawang
besar, yang kita gunakan untuk memasak. Bawang mengandung lapisan luar atau kuli
yang nipis, diikuti dengan lapisan-lapisan lain yang semakin ke dalam semakin kuat dan
padat. Begitu jugalah dengan lapisan personaliti diri kita. Kalau semua orang tahu kulit
bawang, begitu jugalah semua orang tahu bagian luar kita.
Proses mengetahui seseorang sebenarnya seperti demikian, kita perlu menembus kulit
bawang supaya dapat masuk ke lapisan bawah kulit dan seterusnya ke bagian tengah
bawang. Kita hanya bisa tahu isi bawang selepas menembusnya. Maka kita bisa tahu
tentang diri orang lain jika kita dapat berkomunikasi denganya.
Teori ini diutarakan oleh Berger. Teori pengurangan ketidakpastian memberi tumpuan
terhadap komunikasi manusia bagi mendapatkan satu sama lain. Selama kita
berkomukasi, sebenarnya kira mempunyai tujuan untuk mengetahui tentang individu lain.
Darimana asalnya, mengapa dia berjumpa dengan kita, apakah latar belakangnya,
apakah niatnya terhadap kita dan berbagai persoalan yang ditimbul di fikiran kita.
Perkara-perkara ini mempengaruhi kita untuk bertanya, memberi jawaban ataupun
berdiam diri bila kita berjumpa seseorang yang tidak kita kenali buat pertama kali. Teori
Pengurang Ketidakpastian ini mengatakan apabila kita berjumpa seseorang yang kita
tidak kenali sebelumnya, kita merasa tidak pasti (uncertain).
Pada hakikatnya, seseorang menjalin huubungan dengan orang lain bukanlah sekedar
ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan interpersonal bukan suatu
Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling mengenal
secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal
identitas pokok seperti nama, alamat, status perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari
semua itu, kedua belah pihak saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti:
mengetahui nomor telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya,
teman dekatnya, dan sebagainya.
Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain,
hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan interpersonal.
2. Saling memerlukan
Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling menguntukan secara dua
arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah pihak merasa saling
memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi, bekerjasama, saling memberi
dan menerima. Dengan demikian adanya rasa saling memerlukan dan saling
mendapatkan manfaat ini akan menjadi tali pengikat kelangsungan hubungan
interpersonal. Apabila ada satu pihak merasa tidak lagi memperoleh manfaat, maka
keadaan seperti ini dapat dipakai sebagai alasan terjadinya “putus” hubungan
interpesonal.
Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua
belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat
pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk
membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan
dan kekurangan.
4. Kerjasama
Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentuingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
d. Koalisi (coalition) yakni kombinasi antara daya organisasi atau lebih mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
strukrur yang tidak sama antara satudengan lainnya.
Pengertian Etika
Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Biasanya
etika berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Pengertian moralitas adalah pedoman yang dimiliki setiap individu atau kelompok
mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dalam
masyarakat.
Disamping itu etika dapat disebut juga sebagai filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan norma-
norma tertentu.
Moralitas dipertanyakan tampak (tangible) dalam perilaku tidak jujur dan tidak tampak
(intangible) dalam pikiran yang bertentangan dengan hati nurani dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Moralitas yang dengan sengaja menentang hati nurani
adalah soal integritas, yaitu keteguhan hati untuk berpendirian tetap mempertahankan
nilai-nilai baku.
Jadi pengertian etika dan moralitas memiliki arti yang sama sebagai sebuah sistem tata
nilai tentang bagaimana manusia harus tetap mempertahankan hidup yang baik, yang
kemudian terwujud dalam pola tingkah laku/perilaku yang konstan dan berulang dalam
kurun waktu, yang berjalan dari waktu kewaktu sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Berbeda lagi antara etika dengan etiket, seperti telah dibahas etika adalah berarti moral
sedangkan etiket berarti sopan santun, walaupun keduanya menyangkut perilaku
manusia secara normatif yaitu memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut
terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana
dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket
adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalampergaulan formal.
Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya
memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya
seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan. Istilah etiket
berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang
biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi,
pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah lake
sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
Etika Etiket
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan harus dilakukan manusia. Misal :
perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada
mengambil barang milik orang lain tanpa izin orang lain, saya harus menyerahkannya
karena mengambil barang milik orang lain dengan menggunakan tangan kanan. Jika
tanpa izin sama artinya dengan mencuri. saya menyerahkannya dengan tangan kiri,
“Jangan mencuri” merupakan suatu norma maka saya dianggap melanggar etiket.
etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah
pencuri tersebut mencuri dengan tangan
kanan atau tangan kiri
Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak
“Jangan membunuh” merupakan prinsip- sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja
prinsip etikayang tidak bisa ditawar-tawar. dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Misal : makan dengan tangan atau
bersendawa waktu makan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah
saja.
Orang yang etis tidak mungkin bersifat Orang yang berpegang pada etiket bisa juga
munafik, sebab orang yang bersikap bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang
etispasti orang yangsungguh-sungguh baik. tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari
luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam
penuh kebusukan
Selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu
secara umumnya sebagai berikut:
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara,
untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul darikesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak
dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik
mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu
4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.
Etiket hanya berlaku, jikaada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka
etiket itu tidak berlaku.
Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah
manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka
asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani
dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan
etika,terdapat dua macam etika, sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya
Etika deskriptif tersebut berbicaramengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai
atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan meng- hindarkan hal-hal yang buruk,
sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanyamemberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan
dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Fungsi Etika
Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, itu ajaran moral, melainkan
etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai
moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu
ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan
dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan
karena:
❖ pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya
dan agama yang hidup berdampingan;
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi
lagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial dibagi menjadi:
2) Etika keluarga
4) Etika politik
Moral
Pengertian Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara
etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata
‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya
bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi
bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat
yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan
moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup
Supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan
kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai
manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari
satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri, sebagai pustakawan.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber
tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan
ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar,
sistematik dan normatif. Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada
argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat
ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian
dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang seharusnya. Etika dan agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Orang yang percaya menemukan orientasi dasar
kehidupan dalama gamanya. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar ehidupan dalam agamanya.
Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi,
bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:
2) Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.
4) Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan
etika terbuka bagi setiap orang.
Nilai
Pengertian Nilai
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah
definisi nilai dari beberapa ahli.
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about
desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)
Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan,
(2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi
spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan
kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai
berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan
organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987).
Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan.
Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari kolektif
(tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual
(power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya
(universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu
atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yangmemiliki nilai tertentu (misalnya
pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi
yang unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973;
Schwartz, 1994).
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah
laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah
laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih
besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah
apakah nilai-nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe
nilai (value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang
lebih khusus. Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan
memotivasi seseorang dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe
nilai ini sebagai motivational type of value.
1. Power. Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang
universal, yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang
diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini
adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap
orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus (spesific values) tipe nilai ini adalah:
social power, authority, wealth, preserving my public image dan social recognition.
2. Achievement. Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan
menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi
kebutuhan bila seseorang merasa perlu untuk mengembangkan dirinya, serta jika
interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini
adalah : succesful, capable, ambitious, influential.
3. Hedonism. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang
diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan
kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini
adalah : pleasure, enjoying life.
4. Stimulation. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan
rangsangan untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal.
Unsur biologis mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh
pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual tentang pentingnya nilai
ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan, tantangan dalam hidup.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life, exciting life.
5. Self-direction. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak
terikat (independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber
dari kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi
6. Universalism. Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial.
Tipe nilai ini mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan
perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah : broad-minded, social justice, equality, wisdom, inner
harmony.
7. Benevolence. Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep
prososial. Bilaprososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi,
tipe nilai benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari.
Tipe ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang
positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik akan afiliasi.
Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang
terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini
adalah : helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship, mature love.
9. Conformity. Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku,
dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau
norma sosial. Ini diambil dari kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial
saat interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring parents and elders, self
discipline.
10. Security. Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni,
dan stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari
kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua
minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah :
national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family security,
sense of belonging.
Selain adanya 10 tipe nilai ini, Schwartz juga berpendapat bahwa terdapat suatu struktur
yang menggambarkan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Untuk mengidentifikasi
struktur hubungan antar nilai, asumsi yang dipegang adalah bahwa pencapaian suatu tipe
nilai mempunyai konsekuensi psikologis, praktis, dan sosial yang dapat berkonflik atau
sebaliknya berjalan seiring (compatible) dengan pencapaian tipe nilai lain. Misalnya,
pencapaian nilai achievement akan berkonflik dengan pencapaian nilai benevolence,
karena individu yang mengutamakan kesuksesan pribadi dapat merintangi usahanya
meningkatkan kesejahteraan orang lain. Sebaliknya, pencapaian nilai benevolence dapat
berjalan selaras dengan pencapaian nilai conformity karena keduanya berorientasi pada
tingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok sosial.
Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem hubungan
antar nilai sebagai berikut :
1. Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas sosial
dan harga diri
2. Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan yang
terpusat pada diri sendiri
4. Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik dalam
bidang baru atau menguasai suatu bidang
7. Tipe nilai benevolence dan conformity, keduanya menekankan tingkah laku normatif
yang menunjang interaksi intim antar pribadi
8. Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti suatu
kelompok tempat individu berada
10. Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan
sosial untuk memberi kepastian dalam hidup
11. Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap
aturan dan harmoni dalam hubungan sosial
12. Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi ancaman
ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya
yang ada.
Berdasarkan adanya tipe nilai yang sejalan dan berkonflik, Schwartz menyimpulkan
bahwa tipe nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar, yaitu :
Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah
laku. Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu
bertingkah laku dalam situasi tersebut. Nilai menjadi kriteria yang dipegang oleh individu
dalam memilih dan memutuskan sesuatu. Nilai memberi arah pada sikap, keyakinan dan
tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang
Mengacu pada BST, nilai merupakan salah satu komponen yang berperan dalam tingkah
laku : perubahannilai dapat mengarahkan terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini telah
dibuktikan dalam sejumlah penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan
cara mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara signifikan
menyebabkan perubahan pula pada sikap dan tingkah laku memilih pekerjaan, merokok,
mencontek, mengikuti aktivitas politik, pemilihan teman, ikut serta dalam aktivitas
penegakan hak asasi manusia, membeli mobil, hadir di gereja, memilih aktivitas di waktu
senggang, berhubungan dengan ras lain, menggunakan media masa, mengantisipasi
penggunaan media, dan orientasi politik (Homer & Kahle, 1988).
Fungsi Nilai
1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:
❖ Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issue tertentu
(Feather, 1994).
2. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan
keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994). Situasi tertentu
secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya
nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang
bersangkutan.
3. Fungsi motivasional. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku
individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
Dari definisinya, nilai adalah keyakinan (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994; Feather, 1994)
sehingga pembahasan nilai sebagai keyakinan perlu untuk memahami keseluruhan teori
nilai, terutama keterkaitannya dengan tingkah laku. Nilai itu sendiri merupakan keyakinan
yang tergolong preskriptif atau proskriptif, yaitu beberapa cara atau akhir tindakan dinilai
sebagai diinginkan atau tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan definisi dari Allport bahwa
nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan
pilihannya (dalam Rokeach, 1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa
keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema
konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan
terhadap obyek dari keyakinan tersebut.
Dalam Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif, afektif
dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Nilai meliputi kognisi tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini
dan pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.
2. Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa
yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok
terhadap apa yang diinginkan itu.
3. Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang
berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.
Pemahaman nilai sebagai keyakinan, tidak dapat dipisahkan dari model yang
dikembangkan Rokeach pertama kali pada tahun 1968, yang disebut Belief System
Theory (BST). Grube dkk. (1994) menjelaskan bahwa BST adalah organisasi dari teori
yang menjelaskan dan mengerti bagaimana keyakinan dan tingkah laku saling
berhubungan, serta dalam kondisi apa sistem keyakinan dapat dipertahankan atau
Menurut Grube, Mayton, II & Rokeach (1994), BST merupakan suatu kerangka berpikir
yang berupaya menjelaskan adanya organisasi antara sikap (attitude), nilai (value), dan
tingkah laku (behavior). Menurut teori ini, keyakinan dan tingkah laku saling berkaitan.
Keyakinan-keyakinan yang dimiliki individu terorganisasi dalam suatu dimensi sentralitas
atau dimensi derajat kepentingan. Suatu keyakinan yang lebih sentral akan memiliki
implikasi dan konsekuensi yang besar terhadap keyakinan lain. Jadi perubahan suatu
keyakinan yang lebih sentral akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap
tingkah laku dibandingkan pada keyakinan-keyakinan lain yang lebih rendah
sentralitasnya. Urutan keyakinan menurut derajat sentralitasnya adalah self-conceptions,
value, dan attitude.
Sikap (attitude) adalah keyakinan yang menempati posisi periferal/tepi atau paling rendah
sentralitasnya dalam BST. Sikap merupakan suatu organisasi dari keyakinan-keyakinan
sehari-hari tentang obyek atau situasi. Jumlah sikap yang dimiliki individu dapat
berhubungan dengan banyak obyek atau situasi yang berbeda-beda. Karenanya
seseorang dapat memiliki sikap yang ribuan jumlahnya. Mengingat sikap adalah
keyakinan yang periferal, maka perubahan sikap hanya memiliki pengaruh yang terbatas
pada tingkah laku.
Nilai (value) adalah keyakinan berikutnya yang lebih sentral. Nilai melampaui suatu obyek
dan situasi tertentu. Nilai memegang peranan penting karena merupakan representasi
kognitif dari kebutuhan individu di satu sisi dan tuntutan sosial di sisi lain.
Konsep diri (self-conceptions) adalah keyakinan sentral dari BST. Menurut Rokeach
(dalam Grube, Mayton, II & Rokeach, 1994) konsep diri adalah keseluruhan konsepsi
individu tentang dirinya yang meliputi organisasi semua kognisi dan konotasi afektif yang
berupaya menjawab pertanyaan "Siapa diri saya ini?". Semua keyakinan lain dan tingkah
laku terorganisasi di sekeliling konsep diri dan berupaya menjaga konsep diri yang positif.
Jadi, perubahan pada satu komponen BST, akan menyebabkan perubahan pada
komponen lain termasuk tingkah laku. Berbeda dengan sikap, nilai adalah keyakinan
tunggal yang mengatasi obyek maupun situasi. Karenanya, perubahan nilai lebih
dimungkinkan akan menyebabkan perubahan komponen lainnyadibandingkan yang lain.
Pengukuran Nilai
Self-direction, achievement dan power. Jadi pengukuran nilai yang menggunakan skala
pelaporan diri pada penelitian yang banyakdipengaruhi aspek social desirability seperti
dalam penelitian ini (mis. tingkah laku seksual) kurang baik. Cara lain yang digunakan
untuk mengetahui nilai individu adalah dengan teknik wawancara. Teknik initelah
digunakan oleh Rokeach (1973) untuk menggali nilai-nilai apa saja yang dimiliki
seseorang. Iamelakukan wawancara dengan para responden yang dimintanya untuk
menjawab pertanyaan tentang nilaiapa yang menjadi tujuan akhir mereka.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, nilai-nilai seseorang akan tampak
dalam beberapa indikator :
1) Berkaitan dengan definisi nilai sebagai cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu,
maka indikator pertama adalah pernyataan tentang keinginan- keinginan, prinsip hidup
dan tujuan hidup seseorang.
2) Indikator berikutnya adalah tingkah laku subyek dalam kehidupannya sehari- hari.
Nilai berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bertingkah laku, memberi arah
pada tingkah laku dan memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan.
Jadi tingkah laku seseorang mencerminkan nilai-nilai yang dianutnya. Dari tingkah
laku dapat dilihat apa yang menjadi prioritasnya, apa yang lebih diinginkan oleh
seseorang.
3) Fungsi nilai adalah memotivasi tingkah laku. Seberapa besar seseorang berusaha
mencapai apa yang diinginkannya dan intensitas emosional yang diatribusikan
terhadap usahanya tersebut, dapat menjadi ukuran tentang kekuatan nilai yang
dianutnya.
4) Salah satu fungsi dari nilai adalah dalam memecahkan konflik dan mengambil
keputusan. Dalam keadaan-keadaan dimana seseorang harus mengambil keputusan
dari situasi yang menimbulkan konflik, nilainya yang dominan akan teraktivasi. Jadi,
5) Fungsi lain dari nilai adalah membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu
dalam suatu topik sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi apa pendapat seseorang
tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia mengevaluasi topik tersebut, dapat
menggambarkan nilai- nilainya.
Norma
Pengertian Norma
Di dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau kaidah,
yaitu biasanya suatunilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu
bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut
sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau
dipatuhi (Soekanto: 1989:7).
Kehidupan masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam,
masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu
mengharuskan adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk peraturan yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam
masyarakat, yang disebut peraturan hidup.Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
kehidupan dengan aman, tertib dan damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan
suatu tata (orde=ordnung), dan tata itu diwujudkan dalam “aturan main” yang menjadi
pedoman bagi segala pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-
masing anggota masyarakat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat
mengetahui “hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan”, dan
tata itu lazim disebut “kaedah” (bahasa Arab), dan “norma” (bahasa Latin) atau ukuran-
ukuran yang menjadi pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut
isinya, yaitu:
1) Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibatnya dipandang baik.
Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut
norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu
norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu
pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut:
❖ Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan
tamu atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena
dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.Seseorang tamu yang
hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di muka pintu rumah atau
kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong
dan tidak menghormati tamunya.
❖ Mengangkat gagang telepon setelah di ujung bunyi ke tiga kalinya serta mengucapkan
salam, dan jika mengangkat telepon sedang berdering dengan kasar, maka sanksinya
dianggap “intrupsi” adalah menunjukkan ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak
menghormati si penelepon atau orang yangada disekitarnya.
❖ Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka
sanksinya cukupberat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman
pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).
Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat empat (4) kaedah atau norma,
yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum . Dalam pelaksanaannya, terbagi
lagi menjadi norma-norma umum (non hukum) dan norma hukum, pemberlakuan norma-
norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah,
sebagai berikut:
❖ Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang
beriman.
Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika mengobati
pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap para mahasiswanya,
melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut menjalankan tugas dan
kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, juiur, bermoral, penuh
integritas dan bertanggung jawab.Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jitu
atau tidak dalam memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan
keterampilan dalam memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang
ditekankan adalah sikap atau perilaku mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi
sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan
manusia.
Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi adalah
memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam
memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing- masing. Pengambilan
keputusan etis atau etik, merupakan aspek kompetensi dari perilaku moral sebagai
seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya, secara matang baik-
buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara obyektif, dan sekaligus
memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik profesi dibentuk dan
disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah di- tujukan untuk melindungi
Komunikasi organisasi sering dikaitkan dengan peranan dan status dari setiap
orang dalam organisai karena peranan dan status seseorang menentukan pula cara
bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain, juga cara bagaimana kita
berkomunikasi dengan dia, oleh karena itu kitapun sering menghubungkan peran dan
status dengan pekerjaan.
Dalam masyarakat modern, orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran
dan status yang beragam. Di dalam organisasi, keragaman itu dilihat melalui pembagian
kerja di mana setiap orang akan bekerja menurut bakat dan krmampuan sehingga dia
bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin
banyak, apalagi beragam, maka dibutuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang
berbeda-beda, jalinan antara seorang pemimpin dengan bawahan atau antara kalangan
pemimpin yang pada akhirnya membentuk sebuah kekuatan besar yang sinergis untuk
menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas. Pada tahap ini dibutuhkan komunikasi.
Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu membuat kita mampu
membedakan dua hal yaitu :
Dalam perspektif seperti ini maka komunikasi itu penting dalam organisasi, yakni
komunikasi adalah sebagai jalan, melalui dia orang-orang mencari informasi dan
mengembnagkan sejumlah kriteria dalam pekerjaan, serta komunikasi merupakan proses
di mana mereka meletakkan mereka yang praktis.
Fungsi Umum :
2. To sell (menjual gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap
organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan.
Fungsi Khusus :
B. Teori-Teori Organisasi
Teori-teori ilmiah dan manajemen klasik merupakan teori yang diterapkan pada
upaya awal untuk mengatasi kompleksitas organisasi abad kedua puluh. Tiga dari teori
yang paling berpengaruh pada 1900-an adalah Frederick Taylor, seorang insinyur
Amerika, Henry Fayol, seorang industrialis Perancis, dan Max Weber, seorang profesor
universitas Jerman. Berikut adalah ulasan masing-masing di antaranya:
4. Teori Transisional
Jika teori-teori ilmiah dan klasik fokus lebih sempit seputar struktur organisasi
dan desain pekerjaan, setidaknya dua teori transisional ditujukan konsentrasi yang
lebih luas, termasuk kekuasaan digunakan, psikologi kepatuhan, variabilitas dalam
perilaku anggota organisasi individu, dan pentingnya komunikasi dalam proses
organisasi. Mary Parker Follet memperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1920.
b. Tujuan dari integrasi yaitu kondisi yang harmonis dari penggabungan hal-hal
yang berbeda, yang menghasilkan bentuk baru, entitas baru.
Fungsi Eksekutif dari Chester Barnard sebagai mantan Presiden New Jersey
Bell Telephone dan pemimpin National Science Foundation, Barnard merasa bahwa
teori-teori klasik mengenai organisasi telah gagal dalam menjelaskan perilaku
organisasi yang telah ia alami sebelumnya. Barnard kemudian mengajukan tiga area
untuk menutupi kekurangan pada teori-teori klasik, yaitu perilaku individu, pemenuhan
(compliance), dan komunikasi (Daniels, Spiker, dan Papa, 1997). Barnard
mengatakan bahwan organisasi adalah sistem orang, bukan struktur struktur
yang diawasi dengan mesin.
Perilaku hakikatnya adalah suatu fungsi dari interakasi antara seorang individu
dengan lingkungannya. Dilihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disesbabkan
karena perbedaan kemampuan, kebutuhan, dan cara berpikir dimana hal itu menentukan
pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi setiap orang.
1. Penekanan
No Teori Keterangan
1 Teori Propinquity Seseorang berhubungan dengan orang lain
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan
daerahnya.
2 Teori Interaksi o Teori ini dikembangkan oleh George Homans.
o Teori ini didasarkan pada interaksi-interaksi dan
sentimen-sentimen (perasaan atau emosi).
2. Kelompok Informal
Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan
kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah
rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok
telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas
yang ada.
Dengan cara serupa, kelompok – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas
dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya,
beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang
mengalami konflik dan tampilan waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok
terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi, pendukung yang paling kuat dari
model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti
proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap IV selalu yang paling diinginkan.
Masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah
E. Performance Organisasi
Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja organisasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi
selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam
kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang
tidak mempunyai informasi tentang kinerja organisasinya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja
merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program
yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau
kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas
tidak akan ada arah yang dapat digunakan dalam untuk menentukan mana yang relatif
lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-
desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan
wewenang yang berbeda (Bryson, 2002). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa
yang digunakan untuk menilai organisasi.
1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.
4. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
Ada 3 indikator yang umumnya digunakan sebagai ukuran sejauh mana kinerja
organisasi berorientasi keuntungan (profit oriented), (Bastian, 2001 : 335–336 dalam buku
manajemen publik) adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas adalah hubungan antara input dan output dimana penggunaan barang dan
jasa dibeli oleh organisasi untuk mencapai output tertentu.
3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input, dimana pembelian barang dan
jasa dilakukan pada kualitas yang diinginkan dan harga terbaik yang dimungkinkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun swasta.
Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005 : 180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang
berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:
a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas
teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut.
c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan
kebersihan.
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam
organisasi yang bersangkutan.
F. Budaya Kerja
5. Pemahaman kolektif
7. Menurut Schein budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-
anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk
anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.
Kusdi (2010), dalam bukunya Budaya Organisasi: Teori Peneltian dan Praktik
mengemukakan beberapa pendapat ahli tentang budaya organisasi yaitu:
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391),
budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan
oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263),
budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi.
Hal yang disebutkan diatas merupakan budaya kotrol atau budaya merekayasa
karena Para manajer selalu mencari dan membuat perubahan kebudayaan atas
organisasi berdasarkan kehendak mereka sendiri meyangkut bagaimana cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, perasaan orang lain dari dan dengan karyawan dalam
organisasi.
Jadi , budaya organisasi juga berkaitan dengan manifestasi dari perilaku sosial
dan pengalaman atas issu-issu seperti:
1. Cara bekerja yang teorganisir dan berpengalaman.
2. Bagaimana kewenangan dipakai dan didistribusikan
3. Bagaimana orang merasa dia berada dalam organisasi dan merasa mendapat
ganjaran, merasa diorganisasika dan dikontrol.
4. Nilai-nilai kerja dan orientasi kerja dari staf
5. Derajat formalisasi, standarisasi, dan kontrol melalui sistem yang ada dan akan ada.
6. Nilai yang ada dalam perencanaan, analisis, logis, dan adil
7. Bagaimana sedikit inisisatif diajukan, mengambil resiko ruang lingkup individual
mengekspresikan dirinya.
8. Atauran dan harapan tentang segala sesuaatu yang bersifat informal dalam relasi
antar pribadi, tamplan pribadi, dan lain-lain
9. Diferensiasi status
10. Penekanan atas aturan, prosedur
11. Spesifikasi tampilan dan tim kerja.
Tabel 1. Kontribusi Dan Ruang Lingkup Serta Metode Studi Budaya Organisasi
Model ini dikenalkan oleh Talcot Parsons dalam salah satu teori fungsional. Dalam
pandangan nya Parsons menilai bahwa:
Selanjutnya, berikut ini adalah sumbangan pandangan Talcot diatas yang diaplikasikan
dalam studi budaya organisasi:
1) setiap organisasi hanya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila ada
keteraturan sosial yang bisa diertahankan, termasuk keteraturan sosial yang diperani
oleh setiap unit dan satuan kerja dalam organisasi.
2) Agar dapat bertahan, organisasi harus mampu menjalankan empat fungsi yang
dijalankan oleh empat subsistem yang berbeda.
a. Fungsi menyesuaikan diri (adaptasi)
b. Fungsi mencapai tujuan
c. Fungsi integrasi
Pengawasan Implicit dan informal Implicit dan informal Eksplisit dan formal
G. KEPEMIMPINAN
Meskipun tidak mudah untuk menentukan sifat-sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, Dr.
WA gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial telah menampilkan ciri-ciri yang dimiliki
oleh seorang pemimpin yang baik, yang terdiri ada 3 hal di bawah ini:
1. Persepsi Sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah kecakapan dalam melihat dan
memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota lainnya dalam suatu
organisasi. Kecakapan ini sangat dibuthkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini terutama dibutuhkan pemimpin untuk dapat melaksanakan
tugasnya sebagai penyambung lidahdari anggota-anggota kelompoknya dan juga
untuk melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokan yang
menyeluruh dari keadaan-keadaan di dalam dan di luar kelompok.
2. Kemampuan Berfikir Abstrak
Ini berarti pemimpin haruslah memiliki kecerdasan yang tinggi. Berbagai penelitian
yang dilakukan dalam bidang kemiliteran dan industri menunjukkan bahwa para
pemimpin kelompok memiliki kecakapan untuk berfikir secara abstrak yang lebih tinggi
daripada rata-rata anggota kelompok yang mereka pimpin. Kecerdasan ini dibutuhkan
oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungang-kecenderungan
Komunikasi dapat kita pandang sebagai proses dan interaksi untuk membangun
makna. Kita mempelajari komunikasi sebagai proses. Salah satu ahli komunikasi yang
melihat komunikasi sebagai proses adalah Harold D. Lasswell, yang terkenal dengna
formula atau model komunikasi yang menjelaskan komunikasi dengan pertanyaan seperti
berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect.
Sedangkan tujuan komunikasi manusia menurut Dimbleby dan Burton adalah (a)
informasi, (b) hubungan (relasi), (c) persuasi, (d) kekuasaan, (e) pengambilan keputusan,
dan (f) ekspresi diri. Gordon I. Zimmerman mengkategorikan tujuan komunikasi manusia
menjadi: (a) untuk penyelesaian tugas-tugas penting bagi kebutuhan kita, dan (b) untuk
membangun dan memupuk hubungan dengan orang lain. Kedua kategori tujuan tersebut,
menunjukkan bahwa komunikasi memiliki fungsi isi yang melibatkan pertukaran informasi
yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi hubungan yang melibatkan
pertukaran informasi tentang bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Ada juga yang
merumuskan tujuan komunikasi sebagai: (a) menginformasikan, (b) mendidik, (c)
menghibur, dan (d) mempengaruhi. Tindakan komunikasi manusia pun tidak bisa
dilepaskan dari nilai-nilai dan etika. Tindak komunikasi merupakan tindakan yang terikat
nilai-nilai dan etika tempat komunikasi berlangsung. Komunikasi yang etis dan
menghargai nilai-nilai merupakan salah satu karakteristik komunikasi manusia.
1. variabel komunikator,
2. variabel pesan,
3. variabel saluran/media,
4. variabel penerima/komunikan,
6. variabel efek. Sedangkan prinsip komunikasi bisnis yang penting diperhatikan dikenal
dengan akronim 7C yang mencakup: (a) completness; (b) conciseness; (c)
concretness; (d) consideration; (e) clarity; (f) courtesy; dan (g) correctness.
Pertama, komunikasi bisnis adalah “interaksi sosial melalui pesan bisnis” dan
kedua, “interaksi bisnis melalui pesan”. Mengingat pada dasarnya komunikasi bisnis dan
komunikasi pada umumnya sama, maka bentuk-bentuk komunikasi bisnis pun sama saja
dengan bentuk-bentuk komunikasi pada umumnya, yaitu: (a) komunikasi verbal, (b)
komunikasi nonverbal, (c) komunikasi visual, dan (d) komunikasi audio-visual.
Keempatnya biasa dinamakan juga sebagai tipe komunikasi. Pada dasarnya keempat
tipologi itu memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaan itu terletak pada tujuannya,
yaitu sama-sama digunakan untuk mencapai tujuan bisnis atau bila dibuat lebih spesifik
Apapun jenis komunikasi bisnis yang akan kita langsungkan, salah satu prinsip
penting yang harus diperhatikan adalah mempertimbangkan khalayak sasaran
komunikasi. Karena dengan mengenali siapa lawan komunikasi kita, maka akan
memudahkan kita untuk menyusun pesan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
khalayak. Keberhasilan komunikasi bisnis yang kita lakukan akan sangat bergantung
pada sejauhmana kita mengenali khalayak komunikasi kita.
Ada enam macam organisasi pesan, yaitu (a) deduktif, yang menyatakan lebih
dulu gagasan utama lalu diperjelas dengan pernyataan pendukung atau bukti; (b) induktif,
Pearse (1988: 1-2) mengutip hasil penelitian Albert Mehrabian tentang dampak
komunikasi. Komunikasi verbal hanya 7%, suara termasuk nada suara dan bunyi-bunyi
38%, dan pesan nonverbal 55%. Sedangkan penelitian lain menunjukkan, pada saat
orang berbicara 35% pesan disampaikan secara verbal dan 65% disampaikan secara
Lee menunjukkan beberapa saran agar kita bisa menjadi komunikator antar
budaya yang berhasil. Kita perhatikan saran-saran berikut ini:
a) pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk memulai belajar budaya apapun;
d) stereotip yang muncul akibat dari generalisasi yang tergesa-gesa sering kali terjadi,
khususnya diantara orang yang jarang mengadakan kontak dengan budaya lain;
g) budaya itu selalu berubah, khususnya akibat dari interaksi antara satu budaya dengan
budaya lainnya.
Korespondensi
Merencanakan Korespondensi Bisnis
Bentuk surat dapat dikelompokkan menjadi surat rutin dan surat khusus.
Disamping itu kita juga mempelajarai penulisan surat penawaran. Bentuk-bentuk surat
yang kita pelajari disini sebenarnya mengacu pada dua tujuan penulisan surat. Pertama,
menyampaikan informasi. Kedua, menjalin relasi atau hubungan manusiawi.
Dalam penulisan surat, secara teknis kita sebaiknya mengacu pada pedoman
penulisan surat. Pedoman tersebut mencakup (a) koherensi/keterkaitan yang berarti
antarbagian atau antar paragaraf surat menunjukkan keterkaitan; (b) kesatu-paduan, yang
berarti secara keseluruhan isi surat itu menyampaikan satu pesan untuk mencapai tujuan
tertentu, dan (c) penonjolan, yang berarti ada bagian tertentu dalam surat yang dianggap
penting dan harus ditonjolkan.
Akan halnya pembuatan surat untuk siaran pers, ada beberapa pedoman yang
harus diperhatikan, yaitu (a) surat menggunakan kop surat perusahaan; (b) menyatakan
permohonan tanggal pemuatan berita yang diinginkan; (c) mencantumkan nama
penanggung jawab resmi siaran pers tersebut; (d) memberikan informasi yang selengkap-
lengkapnya; (e) menulis secara deduktif dengan memperhatikan kepadatan dan kejelasan
informasi.
Dalam penulisan surat penjualan, ada empat hal yang harus kita perhatikan.
Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut: (a) pengetahuan tentang produk yagn
ditawarkan untuk menunjukkan manfaat produk dan keunggulan produk dibandingkan
produk seurpa; (b) mengetahui siapa pembaca surat penjualan, misalnya berdasarkan
faktor-faktor demografis dan psikografis; (c) identifikasi tindakan yang diinginkan untuk
Menulis Laporan
Laporan adalan “pesan yang disampaikan secara sistematis dan objektif yang
digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu bagian organisasi kepada bagian lain
atau lembaga lain guna membantu pengambilan keputusan atau memecahkan
persoalan”. Berdasarkan jenisnya, pada dasarnya laporan dibagi menjadi dua yaitu
laporan formal dan laporan informal. Namun kita bisa melihat laporan berdasarkan waktu,
yakni laporan berkala yang dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu seperti harian,
mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan. Bisa juga dilihat dari sifatnya,
yaitu laporan rutin dan laporan khusus.
Organisasi penulisan laporan formal umumnya terdiri atas (a) pembukaan, (b) isi,
(c) penutup, dan (d) lampiran. Sedangkan untuk laporan informal mengikuti format yagn
ditetapkan organisasi masing-masing, dan tidak mengikuti struktur organisasi laporan
yang baku dan berlaku universal berdasarkan konvensi.
Menulis Proposal
Proposal adalah “dokumen pengajuan kegiatan dari pihak luar kepada satu
organisasi atau dari seseorang yang secara hierarkis lebih rendah kepada orang yang
lebih tinggi kewenangannya”. Dengan demikian, di dalam proposal tersebut akan ada (a)
usulan kegiatan, (b) bentuk kegiatan, (c) pengusul kegiatan dan (d) penerima usul
kegiatan. Sedangkan jenis-jenis prosposal adalah (a) proposal program, (b) proposal
kegiatan, (c) proposal kompetitif, dan (d) proposal teknis.
Teknik Presentasi
a) pendahuluan;
c) penutup.
a) menjual;
b) menghibur;
d) menginformasikan;
f) mengusulkan ide atau gagasan. Sekaitan dengan tujuan presentasi ini, kita
mempelajari fungsi presentasi sebagai berikut (a) untuk menyajikan komunikasi yang
lebih baik antara penyaji dan khalayaknya; (b) untuk mencapai pemahaman dan
kesepakatan dengan khalayak, dan (c) untuk melahirkan dampak dan kesan pada
khalayak dalam waktu yang singkat dengan teknik-teknik multimedia.
Saran yang perlu kita perhatikan agar presentasi yang kita lakukan berhasil adalah
sebagai berikut: (a) pikirkan konsep besar dari presentasi anda; (b) siapkan butir-butir
penting yang hendak dibicarakan dalam secarik kertas untuk contekan anda saat
presentasi; (c) lakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat atau jogging di tempat
sebelum berbicara di depan umum akan mengurangi rasa grogi yang muncul jika hendak
tampil di muka umum; (d) lakukan latihan berbicara di depan cermin sebelum melakukan
presentasi di depan umum; (e) kenali audiens anda; (f) persiapkan dengan baik peralatan
presentasi anda; (g) aturlah nafas anda saat berbicara; (h) jangan terlalu banyak memberi
gagasan pada satu presentasi; (i) perhatikan lamanya waktu yang tersedia dalam
menyampaikan presentasi, dan (j) akhiri presentasi anda dengan mengulas kembali butir-
butir penting yang dipresentasikan.
Adapun saat menjawab pertanyaan, beberapa hal yang perlu kita perhatikan
adalah: (a) jawab pertanyaan dengan singkat, dan sikap manis; (b) jangan biarkan
khalayak memonopoli perhatian kita, dan (c) menjawab tanpa emosional pertanyaan
keras. Namun sebagai penyaji kita harus menjaga kredibilitas kita dengan cara (a)
menunjukkan kompetensi. Pendengar akan terpengaruh oleh orang yang dipercaya
memiliki kualifikasi dalam bidang tertentu. Karena itu harus (1) memiliki pengetahuan
mengenai pokok bahasan, (2) memperkenalkan kredensial seperti gelar akademik dan
pengalaman profesional, dan (3) memperlihatkan kemampuan; (b) raih kepercayaan
khalayak; (c) menekankan kesamaan dengan khalayak; (d) meningkatkan imbauan anda
pada khalayak dengan memperhatikan penampilan, dan (e) memperlihatkan ketulusan.
Agar rapat yang kita selenggarakan bisa bermanfaat bagi kehidupan organisasi
maka penting untuk memperhatikan hal-hal seperti berikut ini yaitu (a) menyebarkan
agenda rapat; (b) memiliki tema tertentu; (c) menetapkan dan menghargai waktu untuk
memulai, beristirahat dan mengakhiri rapat; (d) tidak ada gangguan barang elektronik; (e)
memastikan siapa yang diundang; (f) menjadi wasit dan mengangkat asisten pengatur
waktu; (g) tetap mengarah pada sasaran; (h) tindak lanjut; dan (i) konsisten.
Dalam pada itu, penting untuk menyimak apa yang dikemukakan dalam Harvard
Business Communication yang berjudul 10 Commandment of Meeting yang meliputi (1)
hendaklah tahu waktu; (2) hendaknya jangan lupa pada alasan utama penyelenggaraan
rapat yaitu (a) berkomunikasi, (b) melaksanakan sesuatu dan (c) mengambil keputusan;
(3) hendaknya diingat golden rule dalam rapat: memuji secara terbuka dan mengkritik
secara tertutup; (4) hendaknya tidak menyelenggarakan rapat di luar jam kerja; (5)
hendaknya tidak menggunakan tekanan kelompok untuk mencapai kesimpulan; (6)
hendaknya tidak menggunakan rapat sebagai sarana untuk menghancurkan karir orang
lain; (7) hendaknya menjaga jarak antara kepentingan pribadi dan perusahaan; (8)
hendaknya diingat bahwa model terbaik penyelenggaraan rapat adalah demokrasi bukan
monarki; (9) hendaknya selalu mempersiapkan agenda rapat yang jelas dan
mengedarkan agenda itu sebelum rapat dilangsungkan; dan (10) hendaknya
menghentikan jadwal rapat berkala bila tak ada lagi yang hendak dicapai melalui rapat
berkala tersebut.
Teknik Lobi
Tapi tidak setiap situasi memungkinkan kita untuk melakukan negosiasi yang
berorientasi pada situasi “menang-menang”. Ini terjadi manakala terjadi konflik
kepentingan dengan pihak lain, dan pihak lain berupaya menggunakan pendekatan
negosiasi “kalah-menang”. Selain itu, hubungan harmonis jangka panjang tidak
diperhitungkan dan jika kita merasa cukup kuat untuk melakukan bargaining.
Pilihan terhadap pendekatan dan gaya negosiasi bergantung pada situasi yang
dapat dikelompokkan dalam 4 kategori: (1) kerja sama vs keterbukaan, (2) kekuasaan vs
kepercayaan, (3) distorsi komunikasi vs keterbukaan, (4) egois vs kepentingan bersama.
Sedangkan untuk negosiasi “menang-menang” ada lima langkah yang dapat kita tempuh
yaitu (a) mengidentifikasi kebutuhan kedua belah pihak; (b) urun-rembuk menyusun
kemungkinan penyelesaian; (c) evaluasi alternatif penyelesaian; (d) implementasi
penyelesaian; dan (e) tindak-lanjut penyelesaian.
Istilah teknologi dan komunikasi merupakan paduan dari dua istilah yaitu teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang kita
pergunakan untuk mengolah data dan kata, atau bisa kita sederhanakan sebagai
komputer. Sedangkan teknologi komunikasi merupakan teknologi yang dipergunakan
untuk menyebarluaskan informasi. Namun teknologi informasi dan komunikasi merupakan
perangkat yang dipergunakan untuk mengolah data dan kata yang kemudian
disebarluaskan melalui perangkat komunikasi yang tersedia. Teknologi informasi dan
Pada sisi lain kita menyaksikan berkembangnya apa yang dinamakan komunitas
online (online community). Menurut Antikainnen yang mengutip Cothrel menyebutkan
komunitas online sebagai kelompok-kelompok bisnis, kustomer, dan karyawan yang
memiliki kepentingan yang sama yang berinteraksi melalui internet. Sedangkan Andrews
menyatakan bahwa komunitas online tersebut terbentuk dari tiga komponen yaitu (a)
kepercayaan (trust) dan watak komunikasi bermediakan komputer, (b) implementasi
komunitas online, dan (c) dampak ekomominya. Sedangkan istilah komunitas online
perusahaan/organisasi bisnis adalah komunitas yang dijaga oleh satu perusahaan
dengan berbagi kepentingan bersama dan berinteraksi melalui teknologi informasi dan
komunikasi.
Adanya situs blog yang isinya bisa kita rancang sendiri sangat membantu usaha
kecil dan menengah untuk mempromosikan diri di dunia maya. Hal ini turut mendorong
berkembangnya ekonomi baru di Indonesia yang bergerak dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Kini orang bisa berjualan barang hanya dengan
Konsep Profesionalisme
Istilah profesionalisme berasal dari kata professio, dalam Bahasa Inggris professio
memiliki arti sebagai berikut:
A vocation or occupation requiring advanced training in some liberal art or science and
usually involving mental rather than manual work, as teaching, engineering, writing, etc.
(Webster dictionary, 1960:1163) (suatu pekerjaan atau jabatan yang membutuhkan
pelatihan yang mendalam baik di bidang seni atauilmu pengetahuan dan biasanya lebih
mengutamakan kemampuan mental daripada kemampuan fisik, seperti mengajar, ilmu
mesin, penulisan, dll ). Dari kata profesional tersebut melahirkan arti profesional quality,
status, etc yang secara komprehensif memilki arti lapangan kerja tertentu yang diduduki
oleh orang orang yang memilki kemampuan tertentu pula (Pamudji,1985).
Demikian juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981) dalam
Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “kecocokan
(fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence)
dengan kebutuhan tugas (task-requirement), antara lain :
d. Etos kerja tinggi adalah giat, rajin dan serius tunduk terhadap otoritas yang lebihtinggi,
Kreatif, Mandiri dan Siap Bekerja Sama dalam manghadapi tantangan
Secara fleksikal, kata profesi berasal dari kata profession (Inggris), profesus (Latin), yang
berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan. Di dalam Kamus Webster
ditemukan pengertian bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi dalam liberal art’s atau science dan biasanya meliputi pekerjaan mental
yang ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang
khusus bertujuan untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis terhadap yang
lain dengan bayaran atau upah. Lebih jauh, profesi adalah suatu keterampilan yang
dalam praktiknya didasarkan atas suatu struktur teoretik tertentu dari beberapa bagian
pelajaran atau ilmu pengetahuan.
Beberapa definisi di atas menyiratkan makna bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat
dikategorikan sebagai profesi. Dari sifatnya, profesi adalah sesuatu yang memiliki
serangkaian elemen inti (a set of core elements) yang membedakannya dari jenis
pekerjaan lain. Beberapa sifat profesi dapat dikemukakan sebagai berikut :
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jaman.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap, serta cara kerja.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi, dan kesejahteraan anggotanya.
h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup dan menjadi anggota permanen.
Ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut: (1) Berbeda dengan pekerjaan lain karena memiliki
sejumlah pengetahuan yang unik yang dikuasai dan dipraktikkan oleh para anggotanya;
(2) Memiliki suatu ikatan yang kuat dari para anggotanya dan aktif mengatur syarat-syarat
memasuki profesi; (3) Memiliki kode etik yang memaksa; (4) Memiliki literatur meskipun ia
mungkin menimba dari banyak disiplin akademik untuk isinya; (5) Biasanya memberikan
jasa-jasa kepada masyarakat dan digunakan oleh cita-cita yang mengatasi tujuan-tujuan
untuk mementingkan diri sendiri semata-mata; dan (6) Tidak hanya personal tetapi juga
dilihat sedmikian rupa oleh masyarakat.
Suatu profesi juga dicirikan oleh : (1) payment (bersifat bayaran); (2) knowledge and
skill(memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas); (3) responsibility purpose
(memiliki tanggung jawab sebagai agen, pribadi, sosial, dan tanggung jawab sebagai
pengembang misi untuk mencapai tujuan); (4) the professional ideal services (memberi
pelayanan yang tepat); (5) Unity (memiliki suatu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan);
(6) recognition(memperoleh pengakuan dari masyarakat). Liberman melengkapi ciri
profesi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. A unique, definite and essential. Suatu pelayanan yang khas, tertentu, dan mendasar.
Pelayanan yang dalam pelaksanaannya jelas dapat diidentifikasi daripada pelayanan
lain;
4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and occupation group
as a whole. Suatu lapangan otonomi yang luas baik bagi para individu praktisi maupun
bagi kelompok kerja sebagai suatu keseluruhan;
6. As emphasis upon the services to be rendered rather than the economic gain to the
practitioners as the basic for organization and performance of the social service
delegated to the occupational group. Suatu penekanan atas pelayanan yang diberikan
daripada ganjaran ekonomis bagi para praktisi, sebagai dasar bagi organisasi dan
penampilan pelayanan sosial terhadap kelompok kerja;
8. A code of ethics, which has been classified and interpreted without ambiguous and
doubtfull points. Suatu kode etik yang telah diklasifikasi dan ditafsirkan tanpa
pengertian yang kabur.
Dari berbagai pandangan yang dikutip di atas dapat diringkaskan bahwa suatu profesi
dicirikan oleh hal-hal berikut : (1) memiliki kualifikasi ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang khusus; (2) memberikan jasa intelektual yang khas kepada masyarakat; (3) memiliki
kewenangan intelektual kepada masyarakat umum; (4) memiliki kode etik yang bersifat
khsusus; dan (5) memiliki sosialisasi yang kuat terhadap profesi.
Istilah profesional merupakan lawan kata amatir yang juga merujuk kepada dua
hal.Pertama, orang yang menyandang suatu profesi atau pekerjaan yang merupakan
suatu model bagi konsepsi suatu pekerjaan yang sangat diinginkan atau dicita-citakan.
Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
Kemampuan Profesional
Ada enam karakteristik mengajar yang efektif, yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah
penjabaran kemampuan profesional. Pertama, ogranisasi yang baik dari pokok bahasan
dan mata pelajaran. Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-
tujuan, materi pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian. Tahapan penyiapan kelas
dan efektivitas penggunaan waktu di dalam kelas, juga merupakan indikator dari
organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Riset menunjukkan bahwa
pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan dengan cara siswa belajar.
Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan dapat membantu mengembangkan
kemampuan belajar siswa, maka dapat dinyatakan bahwa organisasi bahan pengajaran
yang baik memberikan kontribusi terhadap efektivitas mengajar.
Ketiga, pengetahuan dari —dan perhatian pada— bahan pelajaran serta pengajaran.
Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar mereka dapat
mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya secara
tepat pula. Seorang pengajar penting untuk memberikan perhatian dan mencurahkan
pemikirannya terhadap disiplin ilmunya, termasuk yang didapatkannya dari penelitian.
Pengetahuan pengajar terhadap materi pelajaran direfleksikan juga dalam
kemampuannya memilih buku teks, bahan bacaan dan daftar referensi, isi pelajaran serta
silabus pelajaran.
Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di antaranya
ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa mengalami
kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan mengajukan
pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian terhadap hal-hal yang
dipelajari siswa. Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan
kepercayaan diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-
harapan yang tepat, pembimbingan dan dorongan kepada siswa.
Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus diberitahu
mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuis-kuis, yang akan
dijumlahkan pada akhir pembelajaran. Keterkaitan masing-masing materi yang tercakup
dalam pelajaran merupakan aspek penting dari keadilan. Konsistensi penting bagi tujuan
pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan penilaian. Batas waktu dan manfaat umpan
balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan elemen penting dari keadilan sebagaimana
kesesuaian antara beban kerja dengan kredit yang diterima. Umpan balik dalam bentuk
peringkat dan komentar tidak hanya dapat menjadi indikator pencapaian pengetahuan
relatif siswa terhadap rekan sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator
pertumbuhan pribadi.
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi,
juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang
yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis
yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup
pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut
DE GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu
atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara
orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
untuk mengisi waktu luang. Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN /
PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI :
Pengertian Profesionalisme
Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme
Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall, kata
tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional
memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep
profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau
prinsip, yaitu:
Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini
merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga
Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat
sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah
konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil
memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna.
Profesional :
Ciri-Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Dengan melihat ciri-
ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah
orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu
Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui adanya sepuluh
macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam
studi tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria:
2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya.
5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.
8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu
mendorong dan membina anggotanya.
Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjan
dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:
1. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan dan
keahlian).
Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka pekerjaan
guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:
Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian
pengabdian pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya
keadilan, kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.
Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar
dapat disebut sebagai profesi yaitu:
4. Pengabdian
6. Otonomi
7. Kode etik
8. Klien.
Wolmer dan Mills dalam Sardiman mengatakan pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam memperlakukan
kliennya.
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .
6. Ada pengakuan masyarakat (profesional penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu
sebagai suatu profesi.
Pengertian profesional dan ciri-cirinya lengkap – Apa itu yang dimaksud dengan
profesional? apa saja ciri-ciri dari profesional? jika kamu belum mengetahui arti dari
profesional dan ingin mengetahuinya secara lebih lengkap, kamu dapat membaca dan
memahami artikel dibawah ini.
Pengertian profesional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan
dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang
mengarahkan serta mendasari perbuatan. Atau definisi dari profesional adalah orang
yang hidup dengan cara mempraktekan suatu keterampilan atau keahlian tertentu yang
terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya. Jadi dapat disimpulkan profesional
yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya.
Seorang profesional tentunya harus mempunyai keahlian yang di dapatkan melalui suatu
proses pendidikan dan disamping itu terdapat unsur semangat pengambilan dalam
melaksanakan suatu kegiatan kerja. Dalam melakukan tugas profesi, seorang profesional
harus dapat bertindak objektif, yang artinya bebas dari rasa sentimen, benci, malu
maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil keputusan.
Profesional adalah seorang yang memiliki tiga hal pokok yang ada didalam dirinya, yang
diantaranya meliputi:
• Attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika yang
diterapkan didalam bidangnya.
Ciri-Ciri Profesional
Adapun ciri ciri dari profesional yang diantaranya sebagaimana di bagian bawah ini:
Pernah mendengar apa itu profesi, profesional akan tetapi belum paham betul
sebenarnya dari maksud kata tersebut. Untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
timbul di dalam hati ini saya akan sedikit menjelaskan melalui artikel saya di situs
pendidikan ini tentang pengertian profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas,
profesionalisasi.
Mungkin bagi beberapa orang merasa ini tidak penting namun perlu kita ketahui bahwa
kata tersebut dapat menjadi acuan tingkat kinerja kita. Sebagaiman kita menyikapi
pekerjaan kita terlebih dalam tanggung jawab yang akan kita terima sesuai dengan
pekerjaan yang kita jalani. Baiklah langsung saja kita kita bahas tema kita hari ini.
Profesi
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma
yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat
Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang
diderita atau terjadi pada kliennya
Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama
❖ K. BERTENS
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama
❖ SITI NAFSIAH
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah
hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain
(orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan,
profesionalisme, dan tanggung jawab
❖ DONI KOESOEMA A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk
jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat
#Dapat disimpulkan:
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan
yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak
memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat,
karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
Profesional
❖ KUSNANTO
Profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dala suatu pekerjaan tertentu
❖ DARYL KOEHN
❖ AHOLIAB WATLOLY
Profesional adalah orang yang berdisiplin dan menjadi "kerasan" dalam pekerjaannya
❖ OERIP S. POERWOPOESPITO
❖ LISA ANGGRAENY
❖ BUDY PURNAWANTO
Profesional merupakan bagian dari proses, fokus kepada output, dan berorientasi ke
customer
❖ PRASETYANTOKO
Profesional adalah elemen individuao yang meletak dalam rangkaian besar mesin
kapitalisme
#Dapat Disimpulkan:
Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional.
Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus
bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tersebut. Seorang
profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu,
seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta mengembangkan
kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di
bidangnya.
Profesionalisme
❖ KIKI SYAHNARKI
❖ DONI KOESOEMA A
❖ ONNY S. PRIJONO
Profesionalisme memiliki arti lapangan kerja tertentu yang diduduki oleh orang - orang
yang memiliki kemampuan tertentu pula
❖ AHMAD BAHAR
❖ AHOLIAB WATLOLY
Profesionalisme adalah wujud dari upaya optimal yang dilakukan untuk memenuhi
apa-apa yang telah diucapkan, dengan cara yang tidak merugikan pihak-pihak lain,
sehingga tindakannya bisa diterima oleh semua unsur yang terkait
#Dapat disimpulkan:
Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di
dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah
strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga
bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab moral.
Profesionalisasi
Dari segi bahasa: Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti
kemampuan profesional.
Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : …..the
improvement of status and the improvement of practice”. Peningkatan status dan
peningkatan pelatihan.
#Dapat disimpulkan:
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi
dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau
kelompok orang menjadi profesional.
Hambatan Komunikasi
Hambatan umum antar pribadi yang terjadi dalam komunikasi meliputi Hambatan Internal,
dan Hambatan Eksternal dalam artian :
1. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait
kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan
(depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Kita sering melihat dua orang sahabat bertengkar hebat hanya karena masalah
sepele. Banyak suami istri yang bercerai, padahal mereka saling mencintai, hanya karena
ego dan tidak mau saling memahami. Organisasi bisa hancur dan pecah karena
anggotanya tidak kompak. Dua pihak berseteru karena merasa yang paling benar.
Semuanya itu berpangkal dari masalah komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan dengan
orang lain. Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini sebenarnya adalah karena faktor
komunikasi. Perang dan perdamaian ada juga karena faktor komunikasi. Semuanya
berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi ibarat poros yang menjadi inti dari semua
kegiatan yang ada di bumi.
Seperti yang sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada
faktor-faktor yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor
1. Perbedaan Persepsi
Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah
pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai
sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut
sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang
menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama
bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa
mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera , namun orang yang lainnya
bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-
sama garis lurus.
2. Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih
bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun
demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena
bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari
kebudayaan masing-masing.
3. Karakter Dasar
Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis,
dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah
karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter
yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah
karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan
dalam sebuah komunitas, apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang
memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.
4. Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab
kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi,
pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak
enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga
terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada
komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran
komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan
sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat
menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh:
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang
sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama
dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan
bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di
tiap suku. Seperti contoh: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh,
tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Faktor-faktor Hambatan
a. Rasa takut
Rasa takut bisa bermacam-macam. Takut ditolak, takut gagal, atau rasa takut
yang tidak jelas, hanya sekedar takut. Jika Anda percaya bahwa Anda harus
melakukan sesuatu secara sempurna atau tidak melakukan sama sekali, Anda
akan memberikan tekanan yang besar pada diri Anda. Dengan kata lain, ketika
Anda tidak merasa yakin Anda mampu mendapatkan yang terbaik dalam hal yang
Anda lakukan, lebih baik Anda tidak melakukannya. Pemikiran seperti ini yang
akan membuat Anda tidak bisa mencapai kesuksesan, karena Anda tidak
memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk sukses.
Untuk mengatasi rasa takut, mulailah dengan mengakui, ada rasa takut dalam diri
Anda. Selama rasa takut itu ada di dalam alam bawah sadar Anda, rasa takut itu
mempunyai kekuatan untuk melumpuhkan Anda. Kenali sumber-sumber
keresahan Anda secara sadar, dengan begitu kekuatannya akan berkurang.
Cobalah untuk berbicara dari hati ke hati dengan seorang teman, keluarga,
ataupun terapis yang mengetahui bagaimana cara mengatasi hambatan
emosionalnya sendiri.
b. Pikiran negative
Pikiran Anda sendiri yang menyakitk an bisa menghambat Anda. Kita sering
mengirimkan begitu banyak pesan negatif pada diri sendiri, seperti "Saya kurang
pandai", "S aya tidak pernah bisa membuat keputusan yang baik" dan sebagainya.
Nah, mulailah amati pikiran-pikiran negatif Anda dan tulis di buku catatan. Mintalah
teman-teman dan kolega Anda untuk membahas setiap komentar kritis yang Anda
buat tentang diri Anda sendiri untuk membantu Anda menjadi lebih sadar terhadap
hal itu. Lalu analisa pesan-pesan tersebut. Apakah pesan itu benar adanya.
Dengan memahami pesan-pesan tersebut, Anda akan mulai mengubah cara Anda
berpikir dan bertindak. Berikutnya, ketika Anda gagal, jangan mencaci maki diri
Anda sendiri. Lebih baik pikirkan penjelasan lain. Yang terpenting, ingatkan diri
Anda bahwa untuk berubah diperlukan keberanian dan kegigihan. Dan bahwa
Anda berani sekalipun hanya mencoba.
c. Rasa kewalahan
d. Kebiasaan menunda
Menunda pekerjaan atau tugas adalah hambatan sukses terbesar dalam bidang
apa saja. Dan Anda mungkin harus membayar mahal untuk akibat yang
ditimbulkannya. Rasa takut mengerjakan suatu tugas menghabiskan lebih banyak
waktu dan energi dibandingkan yang digunakan untuk menyelesaikan tugas itu.
Cobalah atur waktu Anda, dan cobalah untuk mengerjakannya secara nonstop
untuk menyelesaikannya. Di akhir jam yang ditentukan Anda sudah melakukan
kemajuan. Gunakan energi Anda untuk membakar hasrat dan keinginan untuk
terus bergerak maju untuk memenuhi impian.
e. Kurang focus
Kita mudah tergelincir jika tujuan yang akan dicapai adalah beberapa bulan atau
tahun yang akan datang. Oleh karena itu, ingatkan diri Anda akan tujuan Anda
setiap hari. Dan lakukan setiap hari, bila tidak memungkinkan lakukan setiap
minggu. Dengan cara ini, Anda akan tetap termotivasi dan membantu Anda
mengatasi masalah atau kesulitan yang Anda hadapi sepanjang jalan yang Anda
lalui. Saat Anda mencoba untuk mempelajari sesuatu hal baru, coba duduk dan
bayangkan bagaimana kehidupan Anda pada tahun-tahun mendatang.
Adapun cara lain dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi, antara lain:
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang
sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena
kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
Referensi Jurnal:
1. Furqon, Chairul. 2013. “Hakikat Komunikasi Organisasi”
2. Mukherjee, Sumitava. 2013. “What Is An Organization?”
Refernsi Online:
1. Anonim, “Prinsip manajemen”, Diakses melalui situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen pada pukul 20.05, Rabu, 25 Desember.
2. Achmadi, Indra. 2012. Kinerja Organisasi. Diakses melalui situs
http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/kinerja-organisasi.html, pada tanggal 24
Desember 2013 pukul 15.15 WIB.