Anda di halaman 1dari 131

1

MODUL PERKULIAHAN

W182100022 –
KOMUNIKASI
DAN ETIKA
PROFESI
Komunikasi Profesional

Abstrak Sub-CPMK

Review Review

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

08
Yuwan Jumaryadi
Ilmu Komputer Sistem Informasi
Komunikasi Profesional - 01

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu


berhubungan dengan orang lain. Komunikasi merupakan kegiatan manusia untuk dapat
berhubungan satu dengan yang lain secara langsung, maka dapat dikatakan bahwa
ketrampilan untuk berkomunikasi merupakan hasil dari pembelajaran manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sehingga hidup bermasyarakat dan
bersosialisasi dengan orang lain merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia.

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti
sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihakkepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, termasuk
juga dalam hal saling memberikan informasi, pendapat maupun menceritakan suatu hal.
Bentuk dasar komunikasi terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal dilakukan secara lisan maupun tulisan yang dapat dimengerti kedua
belah pihak, memiliki struktur teratur dan terorganisir dengan baik. Contoh : berdiskusi
dengan teman, mempresentasikan proposal bisnis kepada klien.

Bentuk komunikasi verbal dalam organisasi adalah :

- Berbicara dan menulis

- Mendengar dan membaca

Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akanefektif bila pesan


disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti,karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


2 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan suksesbila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

3. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasisuara yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

4. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan(1989), memberikan


catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor
adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

5. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

6. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.

b. Komunikasi Non Verbal

Dilakukan secara bahasa isyarat atau menggunakan gerak-gerik badan yang


menunjukkan sikap tertentu, umumnya kurang terstruktur sehingga sulit dipelajari,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, melipat tangan, mengangkat bahu, dsb.
Bentuk komunikasi non verbal adalah :

➢ Bahasa isyarat

➢ Ekspresi wajah

➢ Sandi

➢ Simbol-simbol

➢ Warna

➢ Intonasi suara

Komunikasi non verbal juga penting diketahui terutama dalam kaitannya dengan
penyampaian perasaan & emosi seseorang. Tujuan komunikasi non verbal adalah :

➢ Memberikan informasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


3 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
➢ Mengatur alur percakapan

➢ Mengekspresikan emosi

➢ Memberi sifat, melengkapi, menentang atau melambangkan pesan- pesan verbal

➢ Mengendalikan atau mempengaruhi seseorang

➢ Mempermudah tugas-tugas khusus

Yang termasuk komunikasi non verbal:

a. Ekspresi wajah, karena wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
maka ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan


mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat


spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan melalui sentuhan.

d. Posturtubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan


isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress

Komunikasi tidak hanya terbatas pada hubungan antar pribadi, namun juga diterapkan
dalam organisasi untuk menyelaraskan kepentingan dan keputusan dalam organisasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


4 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
supaya dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dari
organisasi tersebut. Dalam dunia bisnis, komunikasi non verbal dapat membantu
menentukan kredibilitas, kewibawaan,dan potensi kepemimpinan seseorang. Komunikasi
dalam dunia bisnis harus dibentuk baik secara formal maupun non formal yang diarahkan
untuk kepentingan internal dan eksternal perusahaan dengan lingkungan bisnisnya.

Pengertian komunikasi menurut beberapa ahli, berdasarkan pada beberapa pendekatan


yaitu :

a) Komunikasi dalam organisasi

Menurut Edward Depari, komunikasi adalah penyampaian ide/gagasan, harapan,


pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan
oleh pengirim pesan ditujukan kepada penerima pesan.

b) Manajemen

✓ Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah dimana seseorang berusaha


memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

✓ Menurut William F. Glueck, komunikasi dapat dibagi dalam 2 bagian,yaitu:

1. InterpersonalCommunication

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi dan pemindahan pengertian


antara dua orang atau lebih dalam kelompok kecil manusia.

2. OrganizationCommunications

Suatu pembicaraan secara sistematis yang memberikan informasi dan


memindahkan pengertian kepada orang banyak didalam organisasi dan pribadi
maupun lembaga diluar yang ada hubungannya dengan organisasi.

c) Managing Organizational Behavior

Menurut Jhon R. Schemerhorn, komunikasi adalah sebagai proses antar pribadi


dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

d) Organization Communication

Dikutip dari Sunarja dan Djoenoesih Sunarja: komunikasi bersifat persuasive dan
retorika, terdapat beberapa gambaran definisi komunikasi, yaitu :

1. Charles H.Cooley

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


5 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Komunikasi adalah mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan
mengembangkan semua lambang dari pikiran-pikiran bersama dengan arti yang
menyertainya dan melalui keleluasaan – space – serta menyediakan tepat pada
waktunya.

2. Carl I.Hovland

Komunikasia dalah suatu system yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam


bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat
serta sikap-sikap. Dan komunikasi adalah proses dimana seorang individu
mengoperasikan perangsanguntukmengubah tingkah laku individulainnya.

3. Wilbur Schramm

Komunikasi diartikan sebagai kita berusaha mengadakan persamaan (pengertian)


dengan orang lain.

4. Sir Geral Barry

Berkomunikasi adalah berunding bahwa dengan berkomunikasi orang memperoleh


pengetahuan, informasi dan pengalaman, karena itu maka orang saling mengerti
percakapan, keyakinan, kepercayaan dan control sangat diperlukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian


informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

1. Proses Komunikasi

Menurut Bovee dan Thill dalam buku Business Communications Today, 6e, proses
komunikasi terdiri dari 6 tahap, yaitu :

a. Pengirim memiliki suatu ide atau gagasan

b. Pengirim mengubah ide menjadi pesan

c. Pengirim menyampaikan pesan

d. Penerima menerim apesan

e. Penerima menafsirkan pesan

f. Penerima memberi tanggapan dan umpan balik kepada pengirim pesan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


6 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Arti penting dari komunikasi adalah sebagai sarana atau alat untuk menciptakan
jalinan pengertian yang sama, serasi dan akan menimbulkan dasar bagi tindakan dan
terbentuknya suatu kerja sama. Maka peranan komunikasi adalah:

a. Sebagai alat untuk menciptakan kesamaan dalam pengertian

b. Sebagai alat untuk menggerakkan tindakan atau reaksi pesan – komunikator.

Elemen-elemen dalam komunikasi adalah:

• Pengirim, misalnya : penulis, pembicara, pembuat pesan


• Isi pesan
• Media yang digunakan, misalnya : surat, memo, laporan, peta, dsb
• Penerima pesan, misalnya : pendengar,pengamat Motivasi untuk melakukan
komunikasi adalah:

a) Memecahkan masalah

b) Mengurangi ketidak pastian (konfirmasi)

c) Meningkatkan keyakinan

d) Pengawasan situasi (controlling)

e) Umpan balik (feedback)

2. Hambatan Komunikasi

Beberapa faktor penghambat dalam komunikasi adalah:

a. Masalah dalam pengembangan pesan

Kadangkala dalam proses pengembangan pesan terdapat beberapa masalah,


misalnya : keraguan mengenai isi pesan, merasa asing dengan situasi yang ada,
terjadi pertentangan emosional, terdapat kesulitan dalam mengekspresikan ide /
gagasan.

b. Masalah dalam menyampaikan pesan

Umumnya terjadi karena ada kendala fisik dalam berkomunikasi, misalnya aliran listrik
padam, soundsystem tidak bekerja dengan baik, kurangnya sarana presentasi, pesan
terlalu panjang, dsb.

c. Masalah dalam menerima pesan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


7 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Masalah yang muncul secara umum adalah : tempat duduk kurang nyaman,
penerangan kurang, konsentrasi audiens terganggu, pandangan audiens yang
terhalang pilar, jarak audiens yang terlalu jauh, dsb

d. Masalah dalam menafsirkan pesan

Bisa terjadi karena perbedaan latar belakang usia, tingkat pendidikan, status social,
jenis kelamin, keadaan ekonomi, dsb yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman
suatu masalah pada seseorang atau kelompok.

Selain itu juga bisa terjadi kesalahan dalam penafsiran kata karena memiliki makna ganda
yang disebabkan majemuknya latar belakang budaya. Dalam komunikasi kadangkala
terjadi kesalahpahaman, berikut ini adalah hambatan dalam komunikasi, yaitu :

a) Hambatan dari Proses Komunikasi

• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional.

• Hambatan dalam penyandian/symbol, Hal ini dapat terjadi karena bahasa


yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol
yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.

• Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media


komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat
mendengarkan pesan.

• Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima

• Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat


menerima / mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.

• Hambatan dalam memberikan umpan balik (feedback). Balikan yang diberikan


tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak
tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

b) Hambatan Fisik

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


8 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi
dan sebagainya.

c) Hambatan Semantik.

Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti


mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan
penerima

d) Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;


perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima
pesan.

Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif maka perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini :

a. Membuat pesan secara lebih berhati-hati

Perhatikan maksud dan tujuan berkomunikasi, serta kenali audiens yang dituju.
Gunakanlah bahasa yang jelas, sederhana, mudah dipahami dan tidak bertele-tele.
Berikan penekanan dan pengulangan untuk hal-hal yang penting.

b. Minimalkan gangguan dalam proseskomunikasi

Pilihlah media / saluran komunikasi yang baik, jika perlu diatur sedemikian rupa
supaya bisa menarik perhatian dan konsentrasi audiens (penerima pesan). Jika
komunikasi disampaikan secara lisan usahakan lokasi atau tempat penyampaian
pesan tersebut nyaman, rapi, teratur dan sejuk.

c. Mempermudah upaya umpan balik antara pengirim dan penerima pesan

Jika komunikator atau pengirim pesan menghendaki umpan balik yang cepat maka
pilihlah media komunikasi yang cepat misalnya saluran telepon atau tatap muka.
Namun jika sebaliknya maka dapat dipilih dengan cara disampaikan melalui tulisan
misalnya menggunakan surat, kuesioner, atau email.

Keberhasilan suatu usaha/bisnis tentu tidak lepas dari kelancaran dalam komunikasi baik
secara individu maupun organisasinya, dan perusahaan yang mempunyai keberhasilan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


9 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
komunikasi tentu akan lebih sukses dibandingkan dengan perusahaan yang lemah
komunikasinya.

Arus komunikasi pada organisasi harus menyesuaikan dengan struktur organisasi, etika
profesi serta cenderung bersifat formal dan tertulis untuk menghindari kesalahpahaman
yang mungkin akan menghambat jalannya operasional perusahaan.

Dalam dunia bisnis,komunikas iyang professional juga memegang peranan yang sangat
penting dan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha. Umpan balik
(feedback) dari konsumen juga diharapkan oleh perusahaan, sebagai parameter
kepuasan pelanggan atas layanan yang diberikan perusahaan. Bahkan biasanya
perusahaan-perusahaan besar, misalnya Unilever,akan menyediakan jalur telepon
khusus yang dikenal sebaga iCustomer Care Line yaitu media komunikasi antara
konsumen dan pihak perusahaan jika ada complain atau pertanyaan mengenai produk
dan layanan Unilever. Hal ini maksudnya supaya memudahkan konsumenjika ingin
menghubungi pihak perusahaan.

Komunikasi yang professional tidak hanya meliputi hubungan antar individu namun juga
hubungan antara individu dengan manajemen perusahaan maupun hubungan antar
corporate, secara internal dan eksternal perusahaan. Karena perusahaan juga harus
membina hubungan baik dengan pihak luar perusahaan seperti partner bisnisnya,
supplier, pihak bank, maupun dengan pihak pemerintah.

Komunikasi yang professional tentu akan berpengaruh pada kredibilitas seseorang atau
perusahaan, sehingga akan memudahkan membina hubungan baik dalam jaringan
bisnisnya untuk jangka panjang. Selain itu juga mampu membangun dan meningkatkan
citra baik perusahaan di masyarakat.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


10 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Komunikasi Interpersonal - 02

Tidak asing bagi kita membaca atau mendengar istilah komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi. Istilah ini nampak sederhana. Pemahaman masyarakat luas
mengenai komunikasi, justeru mengesankan pengertian komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain/pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan
dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-
orang yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan
dapat tersampaikan dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin.
Oleh karena itu setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin
kerjasama untuk bisa bertahan hidup.

Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat meluas
jangkauannya. Seorang pengawas/penilik kependidikan sebagai manusia yang makin
modern, akan digerayangi dan dicerca pesan-pesan komunikasi dari berbagai arah, baik
secara terang- terangan ataupun secara sembunyi-sembunyi, baik verbal ataupun non-
verbal. Media massa cetak atau elektronik misalnya, menawarkan produk- produk yang
menggiurkan, bahkan membujuknya untuk membeli barang- barang mewah di luar
jangkauan kemampuan finansialnya. Sebagai seorang ayah, ia dituntut anak-istrinya
untuk mencukupi nafkah keluarganya. Sesungguhnya seorang pengawas/penilik juga
bagian dari anggota keluarga dari pihak istri/suaminya yang tidak sama sekali lepas dari
beberapa urusan keluarganya. Ia-pun adalah tokoh masyarakat yang harus mengabdi
pada lingkungan sekitarnya. Di kantor, ia adalah pegawai yang selalu harus loyal dan
berdedikasi serta tidak mengurangi arti produktivitas kerjanya. Di sisi lain, sangat mungkin
anggota atau bawahannya tidak segan-segan mengkritik pekerjaannya karena tidak
seiring dengan tuntutan perubahan (reformasi) yang sedang berlangsung.

Seorang pengawas/penilik tidak boleh terombang-ambing oleh derasnya pesan-pesan


komunikasi sehingga diri dan cara kerjanya tidak lagi produktif. Sebaliknya, mereka
dituntut memiliki kepercayaan diri, bersikap bijaksana, dan mampu menjadi pendengar
yang baik serta tegas dalam bertindak atas semua cercaan pesan komunikasi secara
tepat. Bersamaan dengan itu seorang pengawas/penilik kependidikan mengolah semua
informasi untuk kemudian tampil bicara secara efektif dengan siapa saja ia berkomunikasi
secara interpersonal. Komunikasi interpersonal menjadi urat nadi untuk denyut kehidupan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


11 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sekaligus merupakan kekuatan utama dalam membentuk pengertian dan pemahaman di
antara orang- orang. Komunikasi interpersonal membina percakapan, koordinasi dan
kerjasama orang-orang agar produktif, dinamis dan inovatif sekaligus menghubungkan
tujuan-tujuan organisasi dengan tingkat partisipasi anggota dan dinamika kemajuan
masyarakat.

Dalam perkembangan hubungan kerjasama yang makin efektif dan meluas, konteks
komunikasi interpersonal seseorang menjadi mikrokosmos bagi semua kelompok yang
lebih besar. Konteks komunikasi interpersonal, khususnya dalam bentuk diad (dua-orang)
selalu melibatkan tingkat intra- personal. Tingkatan dan konteks komunikasi ini mewakili
satuan terkecil interaksi manusia sebelum beranjak ke dalam tingkatan dan jangkauan
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa dan
komunikasi antar budaya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis
hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa, yang
seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan
relatif permanen. Peran seorang pengawas/penilik kependidikan sebagai auditor dalam
penjaminan mutu pendidikan akan bertumpu pada kemampuan komunikasi interpersonal
sebelum konteks dan jangkauan kerjasamanya dibangun secara luas dan bermanfaat.

A. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal diartikan Mulyana (2000: 73) sebagai komunikasi antara orang-
orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Ia menjelaskan
bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan
hanya dua orang, seperti seorang guru dengan murid. Komunikasi demikian
menunjukkan: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan
mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara
simultan dan spontan.

Berikut ini merupakan kosenp dalam komunikasi interpersonal.

1. Konsep yang Mendasarkan Pada Komponen Komunikasi

Pengertian ini menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal dipahami dengan mengamati


komponen-komponen utamanya. Komponen-komponen itu diidentifikasi dari dan dalam
proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan
umpan balik segera.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


12 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada dasarnya setiap proses komunikasi bertujuan menyampaikan suatu pesan atau
informasi hingga pesan tersebut dapat diterima oleh si penerima setepat mungkin;
apapun bentuk dan cara penyampaiannya. Namun demikian, apa yang sering terjadi;
pesan atau informasi itu berubah arti (distorsi) dari pesan yang diharapkan untuk diterima.
Suatu distorsi (penyimpangan/kekeliruan) terjadi akibat gangguan (noise) dalam proses
komunikasi. Distorsi sebenarnya tidak boleh terlalu banyak dan sering terjadi. Kalaupun
tidak bisa dihindari keterjadian distorsi berlangsung secara minimal. Untuk itu hendaknya
dapat ditelusuri dan dipelajari komponen-komponen komunikasi yang terlibat sebagai
potensi terjadinya distorsi tersebut. Dengan cara demikian komunikasi kita akan menjadi
lebih hati-hati dan efektif.

Bagan di atas memperlihatkan 8 (delapan) komponen dari proses komunikasi yang perlu
dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-
penerima, (3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6)
Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.

Pertama: Konteks (lingkungan) merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik,
sosial-psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti
memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta
hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi.
Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis.

Kedua: Komponen sumber-penerima menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam


berkomunikasi bahwa ia adalah sumber yang juga penerima. Sebagai sumber dalam
berkomunikasi menunjukkan bahwa Anda mengirim pesan. Anda mengirim pesan berarti
Anda berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh atau tersenyum. Tetapi ingat, pada
saat Anda mengirim pesan, Andapun menerima pesan. Anda menerima pesan berarti
Anda menerima pesan Anda sendiri dengan mendengar diri sendiri dan merasakan
gerakan atau isyarat tubuh Anda sendiri. Anda menerima pesan orang lain, berati Anda
mendengarkan, melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada
saat Anda berbicara dengan orang lain, Anda berusaha memAndangnya untuk
memperoleh tanggapan: dukungan, pengertian, simpati, dan sebagainya; dan pada saat
Anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal, Anda menjalankan fungsdi penerima dalam
berkomunikasi.

Ketiga: Enkoding-Dekoding. Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang


mengawali proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau suatu ide) yang
dituangkan ke dalam gelombang suara (lembut, berapi-api, tegas, marah dan sebagainya)
atau ke dalam selembar kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


13 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
proses pengkodean (enkoding). Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat tergantung
pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang mempengaruhi.
Artinya, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut memiliki peranan dalam menentukan tingkat
efektivitas sumber komunikasi. Proses kodifikasi (pengkodean) di pihak sumber
komunikasi hingga pesan itu terkode, pada dasarnya mengandung unsur penafsiran
subjektif atas simbol-simbol atau artifak yang dari perspektif sosial budaya bisa
menimbulkan distorsi bahkan makna yang berlainan sama sekali. Distorsi atau erat
dengan istilah ini adalah istilah noise atau gangguan seringkali semakin sulit diatasi
karena terjadi oleh perbedaan persepsi yang dilAndasi motivasi kebudayaan yang
berbeda.

Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita
berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam
ragam kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca.
Inilah pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan
lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh
sipengirim, pengkodean di pihak si-penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut. Suatu distorsi komunikasi akan
terjadi di sini. Karena itu, jika si-pengirim harus terampil berbicara dan menulis, si-
penerima pesan harus terampil mendengarkan dan membaca.

Keempat: Kompetensi Komunikasi; mengacu pada kemampuan Anda berkomunikasi


secara efektif (dari Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup pengetahuan
tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan komunikasi. Suatu
topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu layak dikomunikasikan pada orang
tertentu dalam lingkungan tertentu, tetapi hal itu pula tidak layak untuk orang dan
lingkungan yang lain. Kompetensi komunikasi juga mencakup kemampuan tentang
tatacara perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik, dan suara keras. Masalah
kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa seseorang begitu mudah
menyelesaikan studi, begitu cepat membina karir, begitu menyenangkan dalam berbicara,
sedang yang lainnya tidak. Anda di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi
komunikasi, sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda berperilaku.

Kelima: Pesan dan Saluran. Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses
kodifikasi. Jika seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika
seseorang itu menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan,
maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol
yang digunakan untuk mentransfer makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


14 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
oleh keputusan memilih dan menata kode dan isi tersebut. Menurut Sendjaja (1994)
mengutip pendapat Reardon bahwa kendala utama dalam berkomunikasi seringkali
lambang atau simbol yang sama mempunyai makna yang berbeda. Artinya,
kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan menata kode dan
isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu komunikasi menurut
mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau
ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan
yang terlibat.

Saluran merupakan medium; lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh
sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut
jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal
dalam organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk
meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan
yang disampaikan secara formal. Dalam memilih saluran atau medium untuk
penyampaian pesan inipun tidak pernah luput dari kelemahan dan kekurangan yang ada
yang menimbulkan suatu distorsi dalam komunikasi.

Keenam: Umpan Balik dan Maju. Suatu cara yang dapat dipertimbangkan untuk
menghindari dan mengoreksi terjadinya distorsi disarankan untuk menggunakan
komunikasi interpersonal; dan menghidupkan proses umpan balik secara efektif. Umpan
balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses dicapai dalam mentransfer
makna pesan sebagaiman dimaksudkan semula. Setelah si-penerima pesan
melaksanakan pengkodean kembali, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah
berubah menjadi sumber. Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan
tertentu, yakni untuk memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia harus
melakukan penkodean sebuah pesan dan mengirimkannya melalui saluran tertentu
kepada pihak yang semula bertindak sebagai pengirim. Umpan balik menentukan apakah
suatu pesan telah benar-benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut
dilakukan. Karena itu umpan balik harus dihidupkan!

Ketujuh: Gangguan; merupakan komponen yang mendistorsi pesan. Gangguan


merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima dalam menerima
pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik. Bukankah desingan
suara mobil, pAndangan atau pikiran yang sempit dan penggunaan istilah yang
menimbulkan arti yang berbeda-beda, merupakan contoh dari masing-masing jenis
gangguan yang dapat mendistorsi pesan yang dimaksudkan dalam komunikasi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


15 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kedelapan: Efek Komunikasi. Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai
konsekuensi atau dampak atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa
perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru atau memperoleh cara-cara/gerakan baru
sebagai refleksi psiko-motorik.

Komunikasi (interpersonal) adalah alat yang sebenarnya sangat ampuh untuk


mengefektifkan pelaksanaan pekerjaan, tetapi prosesnya bisa sangat rawan, karena
mudah sekali menimbulkan distorsi dengan akibat- akibat yang kerapkali sangat gawat.
Distorsi menjadi fatal bila tidak ditangani secara serius, lebih-lebih dalam tempo yang
terhitung amat panjang.

2. Konsep yang Mendasarkan Pada Hubungan Dua Orang

Konsep komunikasi interpersonal yang mendasarkan pada hubungan diungkapkan


sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan
yang mantap dan jelas, misalnya komunikasi antara seorang anak dengan ayahnya,
komunikasi di antara dua orang dalam suatu wawancara, dan seterusnya. Dengan definisi
ini hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi
interpersonal. Dari konsep ini lebih lanjut dapat dipelajari masalah hubungan interpersonal
pada bagian lain modul ini.

3. Konsep yang Mendasarkan Pada Perkembangan Komunikasi

Konsep komunikasi interpersonal yang mendasartkan pada perkembangan dilihat sebagai


akhir dari rentang perkembangan komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada
ekstrim yang satu menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.
Perkembangan ini mengisyaratkan perkembangan komunikasi interpersonal yang
dibedakan sedikitnya dari tiga faktor, yaitu:

a. Prediksi Berdasarkan Data Psikologis

Untuk komunikasi interpersonal kita merespon pihak lain berdasarkan data psikologis,
yakni bagaimana seseorang itu berbeda dari yang lain (kelompoknya). Akan tetapi untuk,
suatu perjumpaan impersonal (tak pribadi) kita menanggapi orang lain berdasarkan data
sosiologis, yakni berdasarkan atribut sosialnya seperti kelas, kelompok atau organisasi
tempat yang bersangkutan menjadi anggotanya. Sebagai contoh, Anda berperilaku
terhadap profesor X seperti halnya Anda berperilaku terhadap profesor-profesor lainnya.
Tetapi, pada saat hubungan Anda berkembang menjadi lebih pribadi (interpersonal) baik
profesor ataupun Anda sendiri mulai berinteraksi satu sama lain sebagai pribadi, tidak lagi
sebagai anggota dari kelompoknya masing-masing (guru besar pada perguruan tinggi
versus seorang pengawas/penilik).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


16 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Pengetahuan yang Menjelaskan (explanatory knowledge)

Komunikasi interpersonal mendasarkan pada pengetahuan yang menjelaskan masing-


masing pihak yang berkomunikasi. Saat Anda mengenal seseorang, Anda akan
menduga-duga bagaimana orang itu bertindak dalam beberapa situasi. Untuk situasi
komunikasi interpersonal perilaku Anda tidak hanya menduga-duga bagaimana orang itu
akan bertindak, melainkan Anda dapat menjelaskan tindakan orang itu. Seorang
pengawas secara impersonal akan melihat guru baru itu belum dapat menyesuaikan diri
dalam situasi pekerjaannya. Akan tetapi, untuk komunikasi interpersonal pengawas
tersebut menyatakan bahwa guru itu tidak akan kaku dalam bekerja karena ia tahu bahwa
guru tersebut seorang yang lincah bergaul dan gesit dalam bekerja.

c. Aturan Yang Ditetapkan Secara Pribadi

Setiap masyarakat selalu memiliki dan menetapkan aturan-aturan interaksi secara


impersonal. Hubungan pengawas-kepala sekolah akan menunjukkan perilaku satu
tehadap lainnya menurut aturan atau kultur yang berlaku (birokratik atau bahkan
feodalistik?). Akan tetapi, saat hubungan terjalin secara interpersonal, maka aturan itu
menjadi tidak begitu penting, hubungan peroranganlah yang menetapkan aturan.
Perkembangan ini sering terpeleset, bentuk komunikasi interpersonal berubah menjadi
suatu hubungan kolusi, korupsi dan nepotisme. Perkembangan yang diharapkan adalah
bentuk hubungan profesional yang menunjang budaya kerja produktif, inovatif dan
dinamis.

Keberhasilan komunikasi interpersonal sesungguhnya menjadi tanggungjawab para


peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan
tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon non-verbal mereka, seperti sentuhan,
tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang
dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya bisa
saja komunikasi tersebut didominasi oleh seseorang atau satu pihak. Kesemua indra
adalah potensial sebagai alat sensasi dalam komunikasi interpersonal meskipun nampak
bahwa pendengaran, penglihatan menjadi primer. Komunikasi interpersonal akan selalu
berperan penting sampai kapanpun selama manusia masih memiliki emosi.

Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi


antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.
Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis), komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara
karyawan yang satu dengan karyawan yang lain dengan menggunakan media tertentu

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


17 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Pola komunikasi yang
terbangun dalam komunikasi interpersonal lebih bersifat informal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi secara
langsung baik itu secara verbal atau nonverbal sehingga komunikator dan komunikan
dapat menerima dan memberikan umpan balik secara langsung yang dilakukan sekurang-
kurangnya dua orang atau lebih, dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan
media.

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal


yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka, sikap
percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling
memahami, menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal
perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama
antara berbagai pihak. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Komponen Komunikasi Interpersonal

Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal

Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses penyampaian


dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Komponen komunikasi interpersonal terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu
dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


18 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
penerima, (3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6)
Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.

1. Konteks (lingkungan)

Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik, sosial-
psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti
memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta
hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi.
Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis.

2. Komponen sumber-penerima

Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam berkomunikasi adalah sumber
yang juga penerima. Sebagai sumber dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita
mengirim pesan. Kita mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat
tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita mendengarkan,
melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada saat kita
berbicara dengan orang lain, kita berusaha memandangnya untuk memperoleh
tanggapan: dukungan, pengertian, simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap
isyarat-isyarat non-verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam berkomunikasi.

3. Enkoding-Dekoding

Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang mengawali proses


komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau suatu ide) yang dituangkan ke dalam
gelombang suara (lembut, berapi-api, tegas, marah dan sebagainya) atau ke dalam
selembar kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui proses pengkodean
(enkoding). Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat tergantung pada keterampilan,
sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang mempengaruhi.

Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita
berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam
ragam kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca.
Inilah pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan
lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh
sipengirim, pengkodean di pihak penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut.

4. Kompetensi Komunikasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


19 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif.
Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi
isi dan bentuk pesan komunikasi. Suatu topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu
layak dikomunikasikan pada orang tertentu dalam lingkungan tertentu, tetapi hal itu pula
tidak layak untuk orang dan lingkungan yang lain. Kompetensi komunikasi juga mencakup
kemampuan tentang tatacara perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik, dan
suara keras. Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa
seseorang begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina karir, begitu
menyenangkan dalam berbicara, sedang yang lainnya tidak. Anda di sini dituntut dapat
meningkatkan kompetensi komunikasi, sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda
berperilaku.

5. Pesan dan Saluran

Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi. Jika seseorang itu
berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu menulis, maka tulisan
itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan.
Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer
makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh keputusan memilih dan menata
kode dan isi tersebut.

Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa kendala utama dalam
berkomunikasi seringkali lambang atau simbol yang sama mempunyai makna yang
berbeda. Artinya, kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan
menata kode dan isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu
komunikasi menurut mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak
ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika
diinterpretasikan oleh partisipan yang terlibat.

Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh
sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut
jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal
dalam organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk
meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan
yang disampaikan secara formal.

6. Umpan Balik

Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses dicapai dalam


mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan. Setelah penerima pesan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


20 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
melaksanakan pengkodean kembali, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah
berubah menjadi sumber. Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan
tertentu, yakni untuk memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia harus
melakukan pengkodean sebuah pesan dan mengirimkannya melalui saluran tertentu
kepada pihak yang semula bertindak sebagai pengirim. Umpan balik menentukan apakah
suatu pesan telah benar-benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut
dilakukan.

7. Gangguan

Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan pesan. Gangguan


merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima dalam menerima
pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik.

8. Efek Komunikasi

Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau dampak atas satu
atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru
atau memperoleh cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik

Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:

1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan
mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi
antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku seseorang.

2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi
adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna
dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar.

Fungsi komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha


meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,
mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman
dengan orang lain.

Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-


pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


21 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kemudahan dalam hidupnya karena memiliki pasangan hidup. Melalui komunikasi
interpersonal juga dapat berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari dan
mengatasi terjadinya konflik-konflik yang terjadi.

Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu.
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal adalah: 1)
menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan simpati; 4)
melakukan kerja sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan
motivasi.

Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai berikut:

1. Menemukan diri sendiri

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang


apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan saling membicarakan keadaan diri,
minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenali jati
diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri. Melalui komunikasi interpersonal pula
kita dapat belajar bagaimana kita belajar menghadapi orang lain, apa kekuatan dan
kelemahan kita, dan siapa yang kita sukai atau tidak.

2. Menemukan dunia luar

Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami dunia luar,
dan kita dapat lebih banyak mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan,
sikap dan nilai-nilai kita secara tidak langsung dan tanpa sadar dipengarui lebih banyak
oleh pertemuan interpersonal daipada oleh media atau pendidikan formal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan
orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan membentuk hubungan sosial dengan
orang lain. Hubungan yang demikian dapat membantu mengurangi kesepian dan depresi,
menjadikan kita sanggup saling berbagi, dan pada umumnya membuat kita merasa lebih
positif tentang diri kita.

4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling efektif dan mempunyai


pengaruh yang besar dalam merubah sikap seseorang. Dalam prinsip komunikasi, ketika
pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat
pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


22 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberikan makna pada
situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan
terjadinya perubahan sikap. Misalnya seorang ayah menginginkan anaknya agar ada
perubahan sikap dan perilaku agar anaknya meningkatkan intensitas belajarnya, dan
mengurangi ketergantungan memainkan hand phone dan internet.

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita, berdiskusi, bercerita hal-
hal ringan dan lucu, kegiatan komunikasi semacam itu dapat memberikan keseimbangan
yang penting dalma pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.

6. Untuk membantu (konseling)

Ada beberapa profesi yang memang mengandalkan kemampuan komunikasi


interpersonal untuk menjalankan pekerjaannya, seperti seorang ahli psikologi. Kita semua
juga pada umumnya berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita
sehari-hari. Misalnya seorang remaja curhat kepada sahabatnya mengenai putus cinta.
Tanpa disadari bahwa tujuan melakukan curhat tersebut adalah untuk mendapatkan
bantuan pemikiran sehingga didapat solusi yang terbaik. Contoh lain, seorang mahasiswa
berkonsultasi dengan dosen pembimbing akademik tentang suatu mata kuliah yang
sebaiknya diambil.

7. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk menunjukan adanya


perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi
yang tertutup, dingin dan cuek (Suranto, 2011, p. 19). Misalnya, seorang pemimpin
bertanya kepada karyawannya mengenai kabar karyawannya, sebenarnya mungkin
pemimpin tersebut tidak bermaksud mengorek jawaban dari karyawan mengenai keadaan
diri dan kesehatannya secara, namun hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan
positif kepada karyawan dan tentunya menjaga hubungan yang baik dengan karyawan
tersebut.

Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan
keputusan:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


23 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Fungsi Sosial

a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis

Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan
harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita
seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita
dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang,
keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui
komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan
membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan yang lain.

b) Mengembangkan hubungan timbal balik

Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya


bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau nonverbal,
seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau menggunakan kepala,
kemudian orang pertama beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik
dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai
unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi antar pribadi sehingga harapan-harapan
dalam proses komunikasi menjadi sungguh-sunguh terjadi.

c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan
hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep
diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi
diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya
menyatakan bahwa kita ada.

d) Menangani konflik

Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui situasi dan
kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap
manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi
sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara
yang akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan
dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


24 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian komunikasi antarpribadi
berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik didalam suatu
organisasi atau kelompok masyarakat.

2. Fungsi pengambilan keputusan

a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat memiliki pengaruh
yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini komunikasi dapat mewakili
informasi yang dikehendaki dalam pesan yang dia sampaikan sebagai bahan
perakapan pada kegiatan komunikasi.

b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif dalam arti
pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya
menghiburpun secara tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan
hidup mereka.

Jenis Komunikasi Interpesonal

Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu


yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu;
serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.

Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan diadik merupakan hubungan atara dua
individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik
memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang
berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan pada
hubungan diadik berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik atau
khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diadik yang lain.

Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau kedekatan anatar individu lebih

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


25 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam
hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).

Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh
individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk
menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial).
Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat
makan siang dan sebagianya.

Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan
hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang
saling menyapa ketika bertemu di jalan.

Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena
investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.

Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat
satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat

kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal
atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri
(self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya
penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan
jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada

jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

Proses Komunikasi Interpersonal

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


26 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan
komunikasi. Proses komunikasi interpersonal adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi
pada umumnya).

Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan
ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penginterprestasian

Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul
hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan
rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke
dalam pesan disebut interpreting.

2. Penyandian

Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut
encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah
pesan abstrak menjadi konkret.

3. Pengiriman

Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim


lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat
pengirimpesan.

4. Perjalanan

Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga
pesan diterima oleh komunikan.

5. Penerimaan

Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan


jasmaniah komunikan.

6. Penyandian Balik

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


27 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui
peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil
menguraikannya (decoding).

7. Penginterpretasian

Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan
dalam bentuk pesan.

Gambar 3 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif:

1. Perspektif Psikologis

Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses encoding, kemudian hasil


encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi
interpersonal.

2. Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan


bahasa verbal/non verbal.

Proses Komunikasi ini dibedakan menjadi:

1. Proses komunikasi primer.

2. Proses komunikasi sekunder.

3. Proses komunikasi linier.

4. Proses komunikasi sirkular.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


28 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi Sekunder
merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adlah penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Proses komunikasi sirkular
yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.

Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:

1. Komunikasi bersifat dinamis.

2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.

3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.

4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.

5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.

Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah, 2004) proses
komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:

1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.

3. Pengirim menyampaikan pesan.

4. Penerima menerima pesan

5. Penerima menafsikan pesan.

6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.

Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah
diagram berikut:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


29 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tahap 1 Tahapan 6
pengirim mempunyai
gagasan Penerima mengirim ide
pesan

Tahapan 2 Tahapan 5

Pengirim mengubah ide Penerima menafsirkan


menjadi pesan pesan
SALURAN dan
MEDIA

Tahapan 3 Tahapan 4

Pengirim mengirim pesan Penerima menerima pesan

Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi

a. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengiriman pesan harus


menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingn disampaikn kepada pihak lain atau
audiens.ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas di hadapan kita.
Dunia ini penuh dengn berbagai macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar
dibaui, dikecap, maupun diraba.Ide-ide yang ada dalam benak kita disaring dan disusun
ke dalam suatu memori yang ada alam jaringan otak, yang merupakan gambaran
persepsi kira terdahap kenyataan. Setia orang akan memiliki peta mental yang berbea
karena kita memandang dunia dan menyerap berbagai pengalaman dengan suatu cara
yang unik dan bersifat individual.

Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang mungkin
akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua orang yang memiliki suatu
pengalaman yang sama terhadap suatu hal atau kejaidian, akan memiliki kesan ang tidak
serupa. Sebagai contoh ada dua orang yang sama-sama mengikuti briefing dari pemimpin
perusahaan.Apabla mereka diminta untuk menceritakan pengalaman mereka masing-
masing, tentu ada beberapa hal yang berbeda.Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena
setiap orang akan menyaring informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan
dan mengingat ha-ha yang mereka anggap mnarik atau enting. Seseorang komunikator

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


30 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang baik, harus perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan.Dalam dunia
komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi (abstraction).

b. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau imengerti dengan
sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah
kedalam bentuk pesan-pesan seperti dalam benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan
sejenisnya, untuk kemudian disampaikan kepada orang lain.

Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan) maksud (tujuan),
audiens, gaya personal, dan latar belakang buaya. Seagai contoh sederhana, pada
umumna orang timur cenderung menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa
taklangsung dan bahasa yang halus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang
terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru
kemudan menyatakan sikap penolakan.

c. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah memindahkan
atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran yang ada kepada si penerima
pesan.Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang
relative endek, tetapi ada juga yang cuku panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang
digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan
pesa-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bias jadi
terdistirsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam
menyampaian suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tertulis maupun lisan
dapat digunakan. Leh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan
disampaian.

d. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan

Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila pengirim
(komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan
tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru isa terjalin ba
penerima surat membaca dan memahami isinya.jika seseorang menyampaikan pidatonya
di hadapan umum, para pndengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang
dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan.

e. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


31 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia dapat menafsirkan
pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan
di dalam benak pikiran si penerima pesan.Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditasirkan
secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang
disampaikan oleh pengirim pesan.

f. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim

Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai komunikasi.Umpan
balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk
menilai efektivitas suatu pesan.

Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan
memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan
beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut,
memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara
tertulis. Sebagai contoh, seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat dari
pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima beritaa yang
menyenangkan dari piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh
adanya umpan balik dalam berkomunikasi.

Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya factor-faktor
penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar lbelakang, perbedaan penafsiran kata-
kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.

Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga
menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Hubungan
interpersonal dapat dilakukan di berbagai aktivitas atau kegiatan, baik itu kegiatan
pekerjaan, kesenian, keagamaan, konferensi dan sebagainya.

Teori Hubungan Interpersonal

Adapula teori mengenai hubungan interpersonal yaitu Teori Tembusan Sosial dan Teori
Pengurangan Ketidakpastian.

a. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration Theory)

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


32 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Teori ini diutarakan oleh Altman & Taylor. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration
Theory) mengatakan dalam proses menjalin hubungan, komunikasi berubah daripada
tahap cetek, tidak intim kepada tahap yang lebih mendalam dan pribadi dalam jang masa
tertentu.

Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses tembusan sosial yang
betujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan pasangan masing-masing. Oleh
karena itu kita boleh samakan proses komunikasi interpersonal sebagai proses tembusan
sosial. Menurut Altman dan Taylor, lebih banyak yang kita ketahui tentang pasangan kita,
lebih pribadi sifat komunikasi kita.

Proses pembentukan hubungan di antara dua individu dilihat oleh Altman dan Taylor
sebagai proses menembusi lapisan bawang besar. Kita tentu biasa dengan sebiji bawang
besar, yang kita gunakan untuk memasak. Bawang mengandung lapisan luar atau kuli
yang nipis, diikuti dengan lapisan-lapisan lain yang semakin ke dalam semakin kuat dan
padat. Begitu jugalah dengan lapisan personaliti diri kita. Kalau semua orang tahu kulit
bawang, begitu jugalah semua orang tahu bagian luar kita.

Proses mengetahui seseorang sebenarnya seperti demikian, kita perlu menembus kulit
bawang supaya dapat masuk ke lapisan bawah kulit dan seterusnya ke bagian tengah
bawang. Kita hanya bisa tahu isi bawang selepas menembusnya. Maka kita bisa tahu
tentang diri orang lain jika kita dapat berkomunikasi denganya.

b. Teori Pengurangan Ketidakpastian (uncertainty reduction theory)

Teori ini diutarakan oleh Berger. Teori pengurangan ketidakpastian memberi tumpuan
terhadap komunikasi manusia bagi mendapatkan satu sama lain. Selama kita
berkomukasi, sebenarnya kira mempunyai tujuan untuk mengetahui tentang individu lain.
Darimana asalnya, mengapa dia berjumpa dengan kita, apakah latar belakangnya,
apakah niatnya terhadap kita dan berbagai persoalan yang ditimbul di fikiran kita.
Perkara-perkara ini mempengaruhi kita untuk bertanya, memberi jawaban ataupun
berdiam diri bila kita berjumpa seseorang yang tidak kita kenali buat pertama kali. Teori
Pengurang Ketidakpastian ini mengatakan apabila kita berjumpa seseorang yang kita
tidak kenali sebelumnya, kita merasa tidak pasti (uncertain).

Ciri-ciri Hubungan Interpersonal

Pada hakikatnya, seseorang menjalin huubungan dengan orang lain bukanlah sekedar
ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan interpersonal bukan suatu

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


33 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
keadaan yang pasif melainkan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.

Untuk mengenali lebih jauh tentang karakteristik hubungan interpersonal,


dikemukakan beberapa ciri mengenai hubungan interpersonal sebagaimana diuraikan
berikut ini:

1. Mengenal secara dekat

Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling mengenal
secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal
identitas pokok seperti nama, alamat, status perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari
semua itu, kedua belah pihak saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti:
mengetahui nomor telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya,
teman dekatnya, dan sebagainya.

Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain,
hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan interpersonal.

2. Saling memerlukan

Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling menguntukan secara dua
arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah pihak merasa saling
memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi, bekerjasama, saling memberi
dan menerima. Dengan demikian adanya rasa saling memerlukan dan saling
mendapatkan manfaat ini akan menjadi tali pengikat kelangsungan hubungan
interpersonal. Apabila ada satu pihak merasa tidak lagi memperoleh manfaat, maka
keadaan seperti ini dapat dipakai sebagai alasan terjadinya “putus” hubungan
interpesonal.

3. Pola hubungan antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan


dianatar keduanya.

Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua
belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat
pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk
membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan
dan kekurangan.

4. Kerjasama

Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentuingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


34 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut. Hubungan interpersonal yang dikategorikan memiliki kadar atau
kualitas yang baik, tidak saja menunjukkan adanya interkaksi harmonis yang bertahan
lama, namun juga mengarah tercapainya kerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama:

a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong. Kerjasama ini


dilandasi oleh keikhlasan sosial. Masing-masing pihak menyadari bahwa hubungan
interpersonal itu tujuannya adalah untuk mengukuhkan pertemanan.

b. Bargaining, yaitu pelaksanaaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan


jasa-jasa anatar dua orang atau lebih. Kerjasama semacam ini didahului dengan
kesepakatan dan perjanjian. Tercapaianya kesepakatan itu senditi disebabkan oleh
keyakinan kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan.

c. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam


suatu hubungan interpersonal, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilisasi hubungan interpersonal yang bersangkutan. Misalnya
setelah menempuh waktu yang cukup lama, perjanjian dalam bargaining dilakukan
penyesuaian terhadap buti kesepakatan baru.

d. Koalisi (coalition) yakni kombinasi antara daya organisasi atau lebih mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
strukrur yang tidak sama antara satudengan lainnya.

e. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusaha proyek-proyek tertentu, misalnya


pemboran minyak, pertambngan batu-batuan, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


35 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Etika - 03

Pengertian Etika

Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Biasanya
etika berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk.

Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Pengertian moralitas adalah pedoman yang dimiliki setiap individu atau kelompok
mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dalam
masyarakat.

Disamping itu etika dapat disebut juga sebagai filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan norma-
norma tertentu.

Moralitas dipertanyakan tampak (tangible) dalam perilaku tidak jujur dan tidak tampak
(intangible) dalam pikiran yang bertentangan dengan hati nurani dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Moralitas yang dengan sengaja menentang hati nurani
adalah soal integritas, yaitu keteguhan hati untuk berpendirian tetap mempertahankan
nilai-nilai baku.

Jadi pengertian etika dan moralitas memiliki arti yang sama sebagai sebuah sistem tata
nilai tentang bagaimana manusia harus tetap mempertahankan hidup yang baik, yang
kemudian terwujud dalam pola tingkah laku/perilaku yang konstan dan berulang dalam
kurun waktu, yang berjalan dari waktu kewaktu sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Berbeda lagi antara etika dengan etiket, seperti telah dibahas etika adalah berarti moral
sedangkan etiket berarti sopan santun, walaupun keduanya menyangkut perilaku
manusia secara normatif yaitu memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


36 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
demikian menyatakan apa yang diperbolehkan dilakukan dan apa yang tidakboleh
dilakukan.

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut
terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana
dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket
adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalampergaulan formal.

Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya
memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya
seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan. Istilah etiket
berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang
biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi,
pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.

Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah lake
sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :

1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang


(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.

2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Beberapa perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket :

Etika Etiket

Etika menyangkut cara dilakukannya suatu Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan harus dilakukan manusia. Misal :
perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada
mengambil barang milik orang lain tanpa izin orang lain, saya harus menyerahkannya
karena mengambil barang milik orang lain dengan menggunakan tangan kanan. Jika
tanpa izin sama artinya dengan mencuri. saya menyerahkannya dengan tangan kiri,
“Jangan mencuri” merupakan suatu norma maka saya dianggap melanggar etiket.
etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah
pencuri tersebut mencuri dengan tangan
kanan atau tangan kiri

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


37 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana
atau bersama orang lain. Misal: Larangan kita tidak seorang diri (ada orang lain di
mencuri selalu berlaku, baiksedang sendiri sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di
atau ada orang lain. Ataubarang yang sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang
si empunya barang sudah lupa. makan bersama bersama teman sambil
meletakkan kaki saya di atas meja makan,
maka saya dianggap melanggat etiket.
Tetapi kalau saya sedang makan sendirian
(tidak ada orang lain), maka saya tidak
melanggar etiket jika saya makan dengan
cara demikian.

Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak
“Jangan membunuh” merupakan prinsip- sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja
prinsip etikayang tidak bisa ditawar-tawar. dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Misal : makan dengan tangan atau
bersendawa waktu makan.

Etika memandang manusia dari segi dalam. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah
saja.

Orang yang etis tidak mungkin bersifat Orang yang berpegang pada etiket bisa juga
munafik, sebab orang yang bersikap bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang
etispasti orang yangsungguh-sungguh baik. tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari
luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam
penuh kebusukan

Selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu
secara umumnya sebagai berikut:

1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara,
untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.

2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul darikesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak
dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.

3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik
mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


38 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang dianggap tidak sopan dalam suatukebudayaan daerah tertentu, tetapi belum
tentu di tempat daerah lainnya.

4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.
Etiket hanya berlaku, jikaada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka
etiket itu tidak berlaku.

Macam-macam Etika

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah
manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka
asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani
dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan
etika,terdapat dua macam etika, sebagai berikut:

1. Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya
Etika deskriptif tersebut berbicaramengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai
atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan meng- hindarkan hal-hal yang buruk,
sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


39 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat
kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan
tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.

3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanyamemberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan
dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

Fungsi Etika

Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, itu ajaran moral, melainkan
etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai
moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu
ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan
dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan
karena:

❖ pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya
dan agama yang hidup berdampingan;

❖ modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan


masyarakat yangakibatnya menantang pandangan moral tradisional;

❖ berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing


dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi
lagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial dibagi menjadi:

1) Sikap terhadap sesama;

2) Etika keluarga

3) Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang


informasi

4) Etika politik

5) Etika lingkungan hidup , serta

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


40 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
6) Kritik ideologi Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran moral
sedangka moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban dsb. Etika selalu dikaitkan dengan moral serta harus dipahami
perbedaan antara etika dengan moralitas.

Moral

Pengertian Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara
etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.

Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata
‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya
bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi
bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia.

Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat
yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan
moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


41 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Moralitas

Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup

Supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan
kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai
manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari
satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri, sebagai pustakawan.

Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber
tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.

Etika dan moralitas

Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan
ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar,
sistematik dan normatif. Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada
argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat
ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian
dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang seharusnya. Etika dan agama

Etika tidak dapat menggantikan agama. Orang yang percaya menemukan orientasi dasar
kehidupan dalama gamanya. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar ehidupan dalam agamanya.
Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi,
bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:

1) Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas


mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapu ia juga ingin
mengertimengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapatmembantu menggali
rasionalitas agama.

2) Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


42 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3) Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam
wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.

4) Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan
etika terbuka bagi setiap orang.

Nilai

Pengertian Nilai

Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah
definisi nilai dari beberapa ahli.

“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is


personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state
of existence.” (Rokeach,1973 hal. 5)

“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about
desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)

“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding


principles inthe life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21)

Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan,
(2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi
spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan
kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai,


yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara
bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip
atau standar dalam hidupnya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


43 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu
terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga
tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :

1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis;

2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal;

3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan


hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).

Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai
berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan
organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987).
Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan.

Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari kolektif
(tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual
(power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya
(universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu
atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yangmemiliki nilai tertentu (misalnya
pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi
yang unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973;
Schwartz, 1994).

Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah
laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah
laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih
besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah.


Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja,
1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki
kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu.
Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut
menetap (Danandjaja, 1985).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


44 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tipe Nilai (Value Type)

Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah
apakah nilai-nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe
nilai (value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang
lebih khusus. Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan
memotivasi seseorang dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe
nilai ini sebagai motivational type of value.

Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan adanya 10


tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu :

1. Power. Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang
universal, yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang
diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini
adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap
orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus (spesific values) tipe nilai ini adalah:
social power, authority, wealth, preserving my public image dan social recognition.

2. Achievement. Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan
menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi
kebutuhan bila seseorang merasa perlu untuk mengembangkan dirinya, serta jika
interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini
adalah : succesful, capable, ambitious, influential.

3. Hedonism. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang
diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan
kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini
adalah : pleasure, enjoying life.

4. Stimulation. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan
rangsangan untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal.
Unsur biologis mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh
pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual tentang pentingnya nilai
ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan, tantangan dalam hidup.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life, exciting life.

5. Self-direction. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak
terikat (independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber
dari kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


45 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dari tuntutan otonomi dan ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini
adalah: creativity, curious, freedom, choosing own goals, independent.

6. Universalism. Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial.
Tipe nilai ini mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan
perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah : broad-minded, social justice, equality, wisdom, inner
harmony.

7. Benevolence. Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep
prososial. Bilaprososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi,
tipe nilai benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari.
Tipe ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang
positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik akan afiliasi.
Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang
terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini
adalah : helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship, mature love.

8. Tradition. Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku


yang merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian
besar diambil dari ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan
motivasional dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan
terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama. Nilai khusus yang termasuk
tipe nilai ini adalah : humble, devout, accepting my portion in life, moderate, respect
for tradition.

9. Conformity. Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku,
dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau
norma sosial. Ini diambil dari kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial
saat interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring parents and elders, self
discipline.

10. Security. Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni,
dan stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari
kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua
minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah :
national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family security,
sense of belonging.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


46 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Struktur Hubungan Nilai

Selain adanya 10 tipe nilai ini, Schwartz juga berpendapat bahwa terdapat suatu struktur
yang menggambarkan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Untuk mengidentifikasi
struktur hubungan antar nilai, asumsi yang dipegang adalah bahwa pencapaian suatu tipe
nilai mempunyai konsekuensi psikologis, praktis, dan sosial yang dapat berkonflik atau
sebaliknya berjalan seiring (compatible) dengan pencapaian tipe nilai lain. Misalnya,
pencapaian nilai achievement akan berkonflik dengan pencapaian nilai benevolence,
karena individu yang mengutamakan kesuksesan pribadi dapat merintangi usahanya
meningkatkan kesejahteraan orang lain. Sebaliknya, pencapaian nilai benevolence dapat
berjalan selaras dengan pencapaian nilai conformity karena keduanya berorientasi pada
tingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok sosial.

Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem hubungan
antar nilai sebagai berikut :

1. Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas sosial
dan harga diri

2. Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan yang
terpusat pada diri sendiri

3. Tipe nilai hedonism dan stimulation, keduanya menekankan keinginan untuk


memenuhi kegairahan dalam diri

4. Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik dalam
bidang baru atau menguasai suatu bidang

5. Tipe nilai self-direction dan universalism, keduanya mengekspresikan keyakinan


terhadap keputusan atau penilaian diri dan pengakuan terhadap adanya keragaman
dari hakekat kehidupan

6. Tipe nilai universalism dan benevolence, keduanya menekankan orientasi


kesejahteraan orang lain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi

7. Tipe nilai benevolence dan conformity, keduanya menekankan tingkah laku normatif
yang menunjang interaksi intim antar pribadi

8. Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti suatu
kelompok tempat individu berada

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


47 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
9. Tipe nilai conformity dan tradition, keduanya menekankan pentingnya memenuhi
harapansosial di atas kepentingan diri sendiri

10. Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan
sosial untuk memberi kepastian dalam hidup

11. Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap
aturan dan harmoni dalam hubungan sosial

12. Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi ancaman
ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya
yang ada.

Berdasarkan adanya tipe nilai yang sejalan dan berkonflik, Schwartz menyimpulkan
bahwa tipe nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar, yaitu :

1. Dimensi opennes to change yang mengutamakan pikiran dan tindakan independen


yang berlawanan dengan dimensi conservation yang mengutamakan batasan-batasan
terhadap tingkah laku, ketaatan terhadap aturan tradisional, dan perlindungan
terhadap stabilitas. Dimensi opennes to change berisi tipe nilai stimulation dan self
direction, sedangkan dimensi conservation berisi tipe nilai conformity, tradition, dan
security.

2. Dimensi yang kedua adalah dimensi self-transcendence yang menekankan


penerimaan bahwa manusia pada hakekatnya sama dan memperjuangkan
kesejahteraan sesama yang berlawanan dengan dimensi self-enhancement yang
mengutamakan pencapaian sukses individual dan dominasi terhadap orang lain. Tipe
nilai yang termasuk dalam dimensi self-transcendence adalah universalism dan
benevolence. Sedangkan tipe nilai yang termasuk dalam dimensi self-enhancement
adalah achievement dan power. Tipe nilai hedonism berkaitan baik dengan dimensi
self-enhancement maupun openness to change.

Hubungan Nilai Dan Tingkah Laku

Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah
laku. Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu
bertingkah laku dalam situasi tersebut. Nilai menjadi kriteria yang dipegang oleh individu
dalam memilih dan memutuskan sesuatu. Nilai memberi arah pada sikap, keyakinan dan
tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


48 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
diinginkan pada setiap individu. Karenanya nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai
dampak dari pembentukan sikap dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku sosial.

Mengacu pada BST, nilai merupakan salah satu komponen yang berperan dalam tingkah
laku : perubahannilai dapat mengarahkan terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini telah
dibuktikan dalam sejumlah penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan
cara mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara signifikan
menyebabkan perubahan pula pada sikap dan tingkah laku memilih pekerjaan, merokok,
mencontek, mengikuti aktivitas politik, pemilihan teman, ikut serta dalam aktivitas
penegakan hak asasi manusia, membeli mobil, hadir di gereja, memilih aktivitas di waktu
senggang, berhubungan dengan ras lain, menggunakan media masa, mengantisipasi
penggunaan media, dan orientasi politik (Homer & Kahle, 1988).

Fungsi Nilai

Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:

❖ Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issue tertentu
(Feather, 1994).

❖ Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu disbanding


ideologi politik yang lain.

❖ Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.

❖ Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.

❖ Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain,


memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain
yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.

2. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan
keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994). Situasi tertentu
secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya
nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang
bersangkutan.

3. Fungsi motivasional. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku
individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


49 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi
motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu
(Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan intensitas emosional tertentu
terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan
bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan
keinginan,selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk., 1994).

Nilai Sebagai Keyakinan (Belief)

Dari definisinya, nilai adalah keyakinan (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994; Feather, 1994)
sehingga pembahasan nilai sebagai keyakinan perlu untuk memahami keseluruhan teori
nilai, terutama keterkaitannya dengan tingkah laku. Nilai itu sendiri merupakan keyakinan
yang tergolong preskriptif atau proskriptif, yaitu beberapa cara atau akhir tindakan dinilai
sebagai diinginkan atau tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan definisi dari Allport bahwa
nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan
pilihannya (dalam Rokeach, 1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa
keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema
konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan
terhadap obyek dari keyakinan tersebut.

Dalam Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif, afektif
dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Nilai meliputi kognisi tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini
dan pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.

2. Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa
yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok
terhadap apa yang diinginkan itu.

3. Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang
berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.

Pemahaman nilai sebagai keyakinan, tidak dapat dipisahkan dari model yang
dikembangkan Rokeach pertama kali pada tahun 1968, yang disebut Belief System
Theory (BST). Grube dkk. (1994) menjelaskan bahwa BST adalah organisasi dari teori
yang menjelaskan dan mengerti bagaimana keyakinan dan tingkah laku saling
berhubungan, serta dalam kondisi apa sistem keyakinan dapat dipertahankan atau

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


50 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
diubah. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam BST, tingkah laku merupakan fungsi dari
sikap, nilai dan konsep diri.

Menurut Grube, Mayton, II & Rokeach (1994), BST merupakan suatu kerangka berpikir
yang berupaya menjelaskan adanya organisasi antara sikap (attitude), nilai (value), dan
tingkah laku (behavior). Menurut teori ini, keyakinan dan tingkah laku saling berkaitan.
Keyakinan-keyakinan yang dimiliki individu terorganisasi dalam suatu dimensi sentralitas
atau dimensi derajat kepentingan. Suatu keyakinan yang lebih sentral akan memiliki
implikasi dan konsekuensi yang besar terhadap keyakinan lain. Jadi perubahan suatu
keyakinan yang lebih sentral akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap
tingkah laku dibandingkan pada keyakinan-keyakinan lain yang lebih rendah
sentralitasnya. Urutan keyakinan menurut derajat sentralitasnya adalah self-conceptions,
value, dan attitude.

Sikap (attitude) adalah keyakinan yang menempati posisi periferal/tepi atau paling rendah
sentralitasnya dalam BST. Sikap merupakan suatu organisasi dari keyakinan-keyakinan
sehari-hari tentang obyek atau situasi. Jumlah sikap yang dimiliki individu dapat
berhubungan dengan banyak obyek atau situasi yang berbeda-beda. Karenanya
seseorang dapat memiliki sikap yang ribuan jumlahnya. Mengingat sikap adalah
keyakinan yang periferal, maka perubahan sikap hanya memiliki pengaruh yang terbatas
pada tingkah laku.

Nilai (value) adalah keyakinan berikutnya yang lebih sentral. Nilai melampaui suatu obyek
dan situasi tertentu. Nilai memegang peranan penting karena merupakan representasi
kognitif dari kebutuhan individu di satu sisi dan tuntutan sosial di sisi lain.

Konsep diri (self-conceptions) adalah keyakinan sentral dari BST. Menurut Rokeach
(dalam Grube, Mayton, II & Rokeach, 1994) konsep diri adalah keseluruhan konsepsi
individu tentang dirinya yang meliputi organisasi semua kognisi dan konotasi afektif yang
berupaya menjawab pertanyaan "Siapa diri saya ini?". Semua keyakinan lain dan tingkah
laku terorganisasi di sekeliling konsep diri dan berupaya menjaga konsep diri yang positif.

Jadi, perubahan pada satu komponen BST, akan menyebabkan perubahan pada
komponen lain termasuk tingkah laku. Berbeda dengan sikap, nilai adalah keyakinan
tunggal yang mengatasi obyek maupun situasi. Karenanya, perubahan nilai lebih
dimungkinkan akan menyebabkan perubahan komponen lainnyadibandingkan yang lain.

Pengukuran Nilai

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


51 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Selama ini pengukuran nilai didasarkan kepada hasil evaluasi diri yang dilaporkan oleh
individu ke dalam suatu skala pengukuran (mis. Rokeach value survey, Schwartz value
survey). Evaluasi diri membutuhkan pemahaman kognitif maupun afektif terhadap diri
sendiri, termasuk untuk membedakan antara nilai idealnormatif dan nilai faktual yang ada
saat ini. Sejalan dengan hal ini, Schwartz, Verkasalo, Antonovsky danSagiv (1997)
melihat hubungan antara respon terhadap social desirability dan skala nilai berdasarkan
pelaporan diri. Mereka membuktikan bahwa terjadi bias pada pengukuran nilai yang
mengandung aspeksocial desirability tinggi, yaitu pada tipe nilai hedonism, stimulation,

Self-direction, achievement dan power. Jadi pengukuran nilai yang menggunakan skala
pelaporan diri pada penelitian yang banyakdipengaruhi aspek social desirability seperti
dalam penelitian ini (mis. tingkah laku seksual) kurang baik. Cara lain yang digunakan
untuk mengetahui nilai individu adalah dengan teknik wawancara. Teknik initelah
digunakan oleh Rokeach (1973) untuk menggali nilai-nilai apa saja yang dimiliki
seseorang. Iamelakukan wawancara dengan para responden yang dimintanya untuk
menjawab pertanyaan tentang nilaiapa yang menjadi tujuan akhir mereka.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, nilai-nilai seseorang akan tampak
dalam beberapa indikator :

1) Berkaitan dengan definisi nilai sebagai cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu,
maka indikator pertama adalah pernyataan tentang keinginan- keinginan, prinsip hidup
dan tujuan hidup seseorang.

2) Indikator berikutnya adalah tingkah laku subyek dalam kehidupannya sehari- hari.
Nilai berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bertingkah laku, memberi arah
pada tingkah laku dan memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan.
Jadi tingkah laku seseorang mencerminkan nilai-nilai yang dianutnya. Dari tingkah
laku dapat dilihat apa yang menjadi prioritasnya, apa yang lebih diinginkan oleh
seseorang.

3) Fungsi nilai adalah memotivasi tingkah laku. Seberapa besar seseorang berusaha
mencapai apa yang diinginkannya dan intensitas emosional yang diatribusikan
terhadap usahanya tersebut, dapat menjadi ukuran tentang kekuatan nilai yang
dianutnya.

4) Salah satu fungsi dari nilai adalah dalam memecahkan konflik dan mengambil
keputusan. Dalam keadaan-keadaan dimana seseorang harus mengambil keputusan
dari situasi yang menimbulkan konflik, nilainya yang dominan akan teraktivasi. Jadi,

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


52 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
apa keputusan seseorang dalam situasi konflik tersebut dapat dijadikan indikator
tentang nilai yang dianutnya.

5) Fungsi lain dari nilai adalah membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu
dalam suatu topik sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi apa pendapat seseorang
tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia mengevaluasi topik tersebut, dapat
menggambarkan nilai- nilainya.

Norma

Pengertian Norma

Di dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau kaidah,
yaitu biasanya suatunilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu
bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut
sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau
dipatuhi (Soekanto: 1989:7).

Kehidupan masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam,
masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu
mengharuskan adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk peraturan yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam
masyarakat, yang disebut peraturan hidup.Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
kehidupan dengan aman, tertib dan damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan
suatu tata (orde=ordnung), dan tata itu diwujudkan dalam “aturan main” yang menjadi
pedoman bagi segala pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-
masing anggota masyarakat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat
mengetahui “hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan”, dan
tata itu lazim disebut “kaedah” (bahasa Arab), dan “norma” (bahasa Latin) atau ukuran-
ukuran yang menjadi pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut
isinya, yaitu:

1) Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibatnya dipandang baik.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


53 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2) Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
oleh karena akibatnya dipandang tidak baik.Artinya norma adalah untuk memberikan
petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang hams bertindak dalam masyarakat
serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dihindari (Kansil, 1989:81).

Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman


hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya.

Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut
norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu
norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu
pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut:

❖ Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan
tamu atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena
dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.Seseorang tamu yang
hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di muka pintu rumah atau
kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong
dan tidak menghormati tamunya.

❖ Mengangkat gagang telepon setelah di ujung bunyi ke tiga kalinya serta mengucapkan
salam, dan jika mengangkat telepon sedang berdering dengan kasar, maka sanksinya
dianggap “intrupsi” adalah menunjukkan ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak
menghormati si penelepon atau orang yangada disekitarnya.

❖ Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka
sanksinya cukupberat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman
pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).

Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat empat (4) kaedah atau norma,
yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum . Dalam pelaksanaannya, terbagi
lagi menjadi norma-norma umum (non hukum) dan norma hukum, pemberlakuan norma-
norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah,
sebagai berikut:

1. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi:

❖ Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang
beriman.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


54 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
❖ Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup
pribadi demi tercapainya kesucian hati nu-rani yang berakhlak berbudi luhur
(akhlakul kharimah).

2. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat) meliputi:

➢ Kaidah atau norma-norma sopan-santun, tata krama dan etiketdalam pergaulan


sehari-hari dalam bermasyarakat (pleasantliving together).

➢ Kaidah-kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan


keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan
kepastian atau ketenteraman (peaceful living together).Sedangkan masalah norma
non hukum adalah masalah yang cukup penting dan selanjutnya akan dibahas
secara lebih luas mengenai kode perilaku dan kode profesi Humas/PR, yaitu
seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan sosial atau
bermasyarakat, sebagai nilai aturan yang telah disepakati bersama, dihormati,
wajib dipatuhi dan ditaati.

Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika mengobati
pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap para mahasiswanya,
melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut menjalankan tugas dan
kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, juiur, bermoral, penuh
integritas dan bertanggung jawab.Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jitu
atau tidak dalam memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan
keterampilan dalam memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang
ditekankan adalah sikap atau perilaku mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi
sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan
manusia.

Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi adalah
memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam
memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing- masing. Pengambilan
keputusan etis atau etik, merupakan aspek kompetensi dari perilaku moral sebagai
seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya, secara matang baik-
buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara obyektif, dan sekaligus
memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik profesi dibentuk dan
disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah di- tujukan untuk melindungi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


55 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kepentingan individual (subyektif), tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan yang lebih
luas (obyektif).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


56 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Komunikasi Organisasi - 04

A. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi sering dikaitkan dengan peranan dan status dari setiap
orang dalam organisai karena peranan dan status seseorang menentukan pula cara
bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain, juga cara bagaimana kita
berkomunikasi dengan dia, oleh karena itu kitapun sering menghubungkan peran dan
status dengan pekerjaan.

Dalam masyarakat modern, orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran
dan status yang beragam. Di dalam organisasi, keragaman itu dilihat melalui pembagian
kerja di mana setiap orang akan bekerja menurut bakat dan krmampuan sehingga dia
bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin
banyak, apalagi beragam, maka dibutuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang
berbeda-beda, jalinan antara seorang pemimpin dengan bawahan atau antara kalangan
pemimpin yang pada akhirnya membentuk sebuah kekuatan besar yang sinergis untuk
menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas. Pada tahap ini dibutuhkan komunikasi.

Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku pengorganisasian


(organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses bertransaksi
dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu ketika organisasi
dianggap sekedar sekumpulan orang-orang berinteraksi maka komunikasi hanya
berfungsi sebagai organisasi. Komunikasi tidak sekedar melayani organisasi, tapi dia
adalah organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi organisasi akan berpusat pada symbol-
simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan,
dan konstruk yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan
aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik.

Tulisan atau apapun yang berkaitan dengan komunikasi organisasi selalu


mempertimbangkan dua konsep utama, yakni organisasi dan komunikasi. Suatu
organisasi dapat didekati sebagai suatu obyek yang menyenangkan dan menarik, namun
ada ayng mungkin sekali memandang organisasi sebagai sebuah penindasa. Sikap
menyenangkan atau menindas itu sebenarnya sangat tergantung dari pemahaman dan
praktek interaksi, relasi, dan transaksi yang terjadi antara manusia dalam organisasi,
itulah yang kita sebut komunikasi organisasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


57 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
organisasi itu sebenarnya menekankan pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi
dan dipelihara lewat proses komunikais.

Dengan demikian komunikasi organisasi leboh daripada sekedar apa yang


dilakukan orang-orang melainkan sebuah penjelasan teoritis atas praktek-praktek
komunikasi dalam organisasi yang “melayani” kebersamaan baik dalam organisasi
maupun melayani orang lain yang membutuhkan organisasi.

Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu membuat kita mampu
membedakan dua hal yaitu :

1. Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang organisatoris.


2. Bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan mereka satu sama lain, jadi
bagaimana kedudukan mereka sebagai human actors.

Dalam perspektif seperti ini maka komunikasi itu penting dalam organisasi, yakni
komunikasi adalah sebagai jalan, melalui dia orang-orang mencari informasi dan
mengembnagkan sejumlah kriteria dalam pekerjaan, serta komunikasi merupakan proses
di mana mereka meletakkan mereka yang praktis.

Unsur Komunikasi Organisasi :

1. Komunikator / Pengirim (pihak yang memprakarsai komunikasi)


2. Encode (ing), yaitu aktivitas yang dilakukan seorang pengirim yang memformulasi
pesan sedemikian rupa sehingga dengan menggunakan suatu lambang tertentu
dia dapat mengoperkan pesan itu kepada komunikan.
3. Saluran (media yang dilalui oleh pesan/symbol yang dikirim)
4. Pesan / Simbol , berisi pikiran, idea tau gagasan , perasaan yang dikirim oleh
seorang atasan kepada bawahannya selalu dalam bentuk symbol.
5. Decode (ing), yaitu aktivitas yang dilakukan oleh seorang penerima informasi baik
seorang pemimpin maupun sebaliknya yang memformulasikan sinyal, tanda, dan
symbol yang dia terima ke dalam bentuk pesan yang berstruktur yang dapat dia
pahami sebagai sebuah makna
6. Komunikan / penerima, yaitu pihak yang menerima pesan tertentu.
7. Gangguan (noise-interference), adalah segala seuatu yang menjadi penghambat
laju pesan yang ditukar antara pengirim dan pemerima.

Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi :

1. Sebagai tindakan koordinasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


58 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Membagi informasi (information sharing)
3. Untuk menampilkan perasaan dan emosi

Fungsi Komunikasi Organisasi

Fungsi Umum :

1. To tell (menceritakan informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal


yang berkaitan dengan pekerjaan).

2. To sell (menjual gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap
organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan.

3. To learn (meningkatkan kemampuan karyawan agar mereka bisa belajar tentang


organisasi)

4. To decide (memutuskan dan menentukan)

Fungsi Khusus :

1. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi lalu


menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di sebuah “komando”.
2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesama bagi
peningkatan produk organisasi
3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani keputusan-
keputusan dalam keadaan yang ambigu dan tidak pasti.

B. Teori-Teori Organisasi

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian organisasi


dan hakikatnya. Pada tahap selanjutnya, akan dijelaskan secara rinci mengenai teorinya.
Ada beberapa teori organisasi yang dikenal dan sering diaplikasikan.

Manajemen Ilmiah dan Klassik

Teori-teori ilmiah dan manajemen klasik merupakan teori yang diterapkan pada
upaya awal untuk mengatasi kompleksitas organisasi abad kedua puluh. Tiga dari teori
yang paling berpengaruh pada 1900-an adalah Frederick Taylor, seorang insinyur
Amerika, Henry Fayol, seorang industrialis Perancis, dan Max Weber, seorang profesor
universitas Jerman. Berikut adalah ulasan masing-masing di antaranya:

1. Manajemen Ilmiah Taylor

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


59 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Frederick Taylor prihatin terutama dengan studi ilmiah dan desain proses
kerja. Sebagian besar dari prinsip-prinsipnya ditujukan pada masalah efisiensi kerja,
dan ia juga menawarkan rekomendasi mengenai struktur organisasi dan proses. Pada
dasarnya, Taylor (1947) mengajukan empat ide dasar, yakni sebagai berikut :
a. Ada "satu cara terbaik" untuk mengatasi dalam hal pekerjaan apa pun. Cara
terbaik dapat ditentukan melalui analisis ilmiah. Misalnya, untuk melakukan tugas
secara efisien, hanya dibutuhkan waktu dan gerak yang singkat. Percobaan
dapat menentukan kondisi kerja phisycal di mana produktivitas akan tertinggi.
b. Personil harus dipilih secara ilmiah. Salah satu harus memilih dan menetapkan
orang untuk tugas-tugas sesuai dengan keahlian atau potensi untuk
mengembangkan keterampilan mereka.
c. Para pekerja harus dilunasi secara insentif yang membayar mereka dalam
proporsi langsung dengan pekerjaan yang mereka hasilkan. Pekerja akan
menghasilkan lebih banyak jika mereka menyadari bahwa mereka akan dibayar
sesuai.
d. Buruh harus dibagi sehingga manajer merencanakan pekerjaan dan pekerja
mengikuti rencana. Dalam skema Taylor, setiap aspek dari tugas apapun diawasi
oleh "mandor fungsional" yang berbeda. Seorang pekerja diberikan atau
menerima perintah dari salah satu atau semua mandor ini, tergantung pada
karakteristik tugasnya.

2. Manajemen Umum Fayol


Jika Taylor memfokuskan pada rincian teknis bagian produksinya, berbeda
dengan Henry Fayol. Ia memfokuskan terutama pada prinsip-prinsip dasar struktur
organisasi dan praktek manajemen. Fayol menawarkan empat belas prinsip dasar
yang umumnya merupakan resep atau tips untuk struktur dan desain organisasi :
a. Pembagian kerja (division of work)
b. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
c. Disiplin (discipline)
d. Kesatuan perintah (unity of command)
e. Kesatuan pengarahan (unity of direction)
f. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
(subordination of individual interests to the general interests)
g. Pembayaran upah yang adil (renumeration)
h. Pemusatan (centralization)

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


60 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
i. Hirarki (hierarchy)
j. Tata tertib (order)
k. Keadilan (equity)
l. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
m. Inisiatif (Inisiative)
n. Semangat kesatuan (esprits de corps)

3. Teori Birokrasi Weber


Max Weber meminjam istilah Perancis, “bureuaucracy”, sebagai label untuk
konsep tentang organisasi modern yang ideal. Weber percaya bahwa kompleksitas
organisasi di era industri diperlukan kecepatan, ketepatan, kepastian, dan kontinuitas.
Kondisi ini dapat direalisasikan paling efektif jika desain organisasi adalah semaksimal
mungkin. Menurut Weber (1947), mesin birokrasi harus memiliki enam fitur dasar:
a. Hirarki kewenangan yang jelas
b. Pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi
c. Sebuah sistem yang lengkap dari aturan mengenai hak, tanggung jawab, dan
tugas personil
d. Prosedur lengkap untuk kinerja
e. Impersonalitas dalam hubungan organisasi manusia
f. Seleksi dan promosi personil semata-mata atas dasar kompetensi teknis

4. Teori Transisional

Jika teori-teori ilmiah dan klasik fokus lebih sempit seputar struktur organisasi
dan desain pekerjaan, setidaknya dua teori transisional ditujukan konsentrasi yang
lebih luas, termasuk kekuasaan digunakan, psikologi kepatuhan, variabilitas dalam
perilaku anggota organisasi individu, dan pentingnya komunikasi dalam proses
organisasi. Mary Parker Follet memperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1920.

Chester Barnard mengembangkan kedua pada 1930-an. Teori ini diidentifikasi


sebagai teori transisi karena mereka termasuk ide-ide yang kembali dekade kemudian di
berbagai bidang seperti teori pengembangan sumber daya manusia dan teori system.

1. Teori Administrasi Follett

Dua konsep dasar dari teori Follett, yaitu:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


61 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. Prinsip saling memberikan respon. Interaksi manusia selalu mencakup
pengaruh bersama dan simultan.

b. Tujuan dari integrasi yaitu kondisi yang harmonis dari penggabungan hal-hal
yang berbeda, yang menghasilkan bentuk baru, entitas baru.

2. Fungsi Eksekutif Bernard

Fungsi Eksekutif dari Chester Barnard sebagai mantan Presiden New Jersey
Bell Telephone dan pemimpin National Science Foundation, Barnard merasa bahwa
teori-teori klasik mengenai organisasi telah gagal dalam menjelaskan perilaku
organisasi yang telah ia alami sebelumnya. Barnard kemudian mengajukan tiga area
untuk menutupi kekurangan pada teori-teori klasik, yaitu perilaku individu, pemenuhan
(compliance), dan komunikasi (Daniels, Spiker, dan Papa, 1997). Barnard
mengatakan bahwan organisasi adalah sistem orang, bukan struktur struktur
yang diawasi dengan mesin.

Menurut Barnard, keberadaan sebuah organisasi (sebagai sistem kooperatif)


tergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan mereka
untuk melayani dan berusaha untuk suatu tujuan bersama. Oleh karena itu, fungsi
eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara sistem komunikasi (Pace &
Faules, 1994).

C. Individu Dalam Oranisasi

Perilaku hakikatnya adalah suatu fungsi dari interakasi antara seorang individu
dengan lingkungannya. Dilihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disesbabkan
karena perbedaan kemampuan, kebutuhan, dan cara berpikir dimana hal itu menentukan
pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi setiap orang.

Adapun pendekatan yang digunakan untuk memahami perilaku manusia adalah


pendekatan kognitif, rainforcement, dan psikoanalitis. Setiap pendekatan tersebut
memiliki 6 hal yang menjadi acuan bahasannya yaitu penekanan, penyebab timbulnya
perilauk, prosesnya, kepentingan masa lalu dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan komunikasi


dengan diri sendiri. Persepsi individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih
banyak daripada pertimbangan mengenai lingkungan itu sendiri.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


62 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pendekatan reinforcement menekankan kepada peranan lingkungan dalam perilkau
manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat reaksi – reaksi perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas dalam


menentukan suatu perilaku individu di dalam lingkungan organisasi. Menurut Sigmund
Freud, ingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi
dengannya untuk memuaskan keinginan-keinginan Id.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku


Dalam pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidaksesuaian pada
struktur kognitif yang dapat dihasilkan dari persepsi-persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil suatu perilaku
sebelumnya. Adapun menurut pendejatan psikoanalitis, sebuah perilaku ditimbulkan
oleh tekanan-tekannan yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan-keinginan
yang berasal dari Id.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang menyempurnakan dan disempurnakan struktur kognitif
yang ada. Akibat adanya ketidaksesuaian di dalam struktur sebuah organisasi, akan
menghasilkan sebuah perilaku yang diharapkan dapat mengurangi ketidaksesuasian
tersebut.
Dalam pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam individu
mengundang suatu respon yang dittentukan oleh keturunan dan sejarah masa lalu.
Sifat dan reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan kecenderungan-
kecenderungan perilaku individu di masa mendatang.
Dalam pendekatan Psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan oleh ID,
kemuduan diproses dan dikerjakan oleh Ego dan di bawah pengamatan Superego.
Hasil-hasil perilaku dari keputusan Ego adalah tentang bagaimana memuaskan
keinginan Id dan hambatan dari Superego.
4. Kepentingan Masa Lalu dalam Menentukan Perilaku
Menurut pendekatan Psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadi suatu penentu
yang relatif penting untuk menentukan perilakunya. Sifat Id, Superego, dan kekuatan
Ego akan ditentukan oleh interaksi-interaksi dan pengembangan yang dimiliki individu
di masa lalu.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


63 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu. Pengalaman masa lalu hanya
menentukan struktur kognitif seorang individu saja. Adapun perilaku merupakan suatu
pernyataan dari sistem kognitif seseorang, dengan tanpa memperhatikan bagaimana
pernyataan-pernyataan tersebut bisa masuk ke dalam sistem tersebut.
Pendekatan reinforcement adalah pendekatan yang bersifat historis. Suatu respon
seseorang pada stimulus tertentu merupakan suatu refleksi atas sejarah masa lalu
lingkungannya.
5. Tingkat Kesadaran
Dalam lpendekatan kognitif, memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, akan
tetapi kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir, dan memahami akan
dipertimbangkan dalam pendekatan ini.
Reinforcement tidak membedakan secara spesifik antara keadaan seseorang yang
sadar dan tidak sadar. Dalam kenyataannya, biasanya aktivitas mental
dipertimbangkan menjadi bentuk lainperilaku dan tidak dihubungkan dengan faktor
eksternal lainnya.
Menurut pendekatan Psikoanalitis, hampir sebagian besar aktivitas mental adalah
tidak sadar. Menurutnya, aktivitas tidak sadar Id dan Superegolah yang akan
menentukan terbentuknya perilaku seorang individu.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian, dan
pengharapan seseorang dikumpulkan lewat kegiatan survey. Pendekatan
reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik dan dapat
diamati melalui observasi langsung.
Sedangkan pendekatan Psikoanalits menggunakan data ekspresi dari keinginan-
keinginan, harapan-harapan, dan bukti penekanan dan penghambatnya melalui
analisis mimpi, asosiasi bebas, dan juga hipnotos.

D. Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa memiliki kecenderungan untuk


berinteraksi dengan sesamanya. Membentuk kelompok merupakan perwujudan dari
kebutuhan interkasi setiap individu.

Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai asal usul


terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan kedekatan ruang kerja maupun daerah
tempat tinggal mereka, sampai pada alasan-alasan praktis seperti ekonomi, keamanan,
dan alasan sosial lainnya. Sejumlah pekerja yang berdekatan ruang kerjanya memiliki

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


64 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kemungkinan untuk berkelompok. Kelompok dapat pula ditimbulkan karena adanya
ativitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen di antara beberapa orang.
Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan saling menularkan aktivitas dan interaksi. Dalil ini dikemukakan oleh
George C. Homans dalam bukunya The Human Group.

Alasan-alasan praktis ekonomi membuat sekelompok orang bergabung dalam


suatu serikat buruh untuk menuntut kenaikan upah, juga memacu orang-orang yang tidak
mempunyai penghasilan tetap, bergabung bekerja dalam proyek. Demikian pula banyak
alasan yang mendorong kelompok-kelompok dalam melakukan suatu hal tertentu.

Teori-teori Pembentukan Kelompok

No Teori Keterangan
1 Teori Propinquity Seseorang berhubungan dengan orang lain
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan
daerahnya.
2 Teori Interaksi o Teori ini dikembangkan oleh George Homans.
o Teori ini didasarkan pada interaksi-interaksi dan
sentimen-sentimen (perasaan atau emosi).

3 Teori Keseimbangan Seseorang tertarik kepada yang lain untuk


membentuk kelompok karena didasarkan pada
kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan
yang relevan satu sama lain.
4 Teori Perkembangan Teori ini ada korelasinya dengan teori motivasi
dalam bekerja.
Teori ini didasarkan pada interaksi dan susunan
hadiah – biaya – dan hasil.
5 Teori Alasan Praktis Kelompok terbentuk karena didasarkan pada alasan
praktis.
Alasan praktis tersebut dapat terkait sebagai akibat
untuk merespon sebuah isu tertentu.
Alasan atau isu yang melandasi terbentuknya
kelompok dapat berupa alasan ekonomi, keamanan,
atau alasan sosial lainnya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


65 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Jenis – jenis Kelompok
Kelompok didasarkan atas jenisnya dapat dibagi dua yaitu, kelompok formal dan
kelompok informal.
1. Kelompok Formal
Diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
organisasi tersebut. Tuntutan dan proses organisasi mengarah pada pembentukan
jenis-jenis kelompok yang berbeda. Khususnya, timbul dua jenis kelompok formal,
kelompok pimpinan/komando (command group) dan kelompok tugas (task).
a. Kelompok Komando. Kelompok komando ditetapkan oleh bagan organisasi.
Kelompok tersebut terdiri atas bawahan yang melapor langsung kepada seorang
penyelia tertentu. Hubungan wewenang antara seorang manajer departemen
dengan para penyelia, atau antara seorang perawat senior dengan bawahannya
adalah contoh dari kelompok komando.
b. Kelompok Tugas. Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu tugas atau projek tertentu. Sebagai contoh, aktivitas
para pegawai administrasi dari suatu perusahaan asuransi jika klaim suatu
kecelakaan diajukan, adalah tugas-tugas yang diwajibkan. Aktivitas ini
menciptakan suatu situasi di mana beberapa pegawai administrasi harus
berkomunikasi dan berkoordinasi satu sama lain jika klaim tersebut ingin
ditangani dengan pantas. Tugas-tugas yang diwajibkan dan interaksi tersebut
memudahkan pembentukan suatu kelompok tugas.

2. Kelompok Informal

Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara alamiah dalam


suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan social. Dengan kata
lain kelompok informal tidak muncul sebagai hasil rencana yang disengaja tetapi
berkembang secara agak alamiah. Ada dua jenis khusus kelompok informal :
kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.

Kelompok Kepentingan. Individu-individu yang mungkin tidak menjadi anggota


dari kelompok komando atau kelompok tugas yang sama dapat berafiliasi untuk
mencapai beberapa sasaran bersama. Pengelompokan bersama para karyawan
tersebut merupakan suatu kesatuan barisan menghadapi pimpinan untuk
memperoleh manfaat lebih besar. Contoh dari kelompok kepentingan adalah para
pelayan restoran atau hotel yang menghimpun semua tip yang mereka terima.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


66 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kelompok Persahabatan. Banyak kelompok yang dibentuk karena para
anggotanya mempunyai kebersamaan tentang suatu hal, seperti umur, keyakinan
politik, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini sering memperluas
interaksi dan komunikasi mereka dalam berbagai aktivitas di luar kerja. Perbedaan
yang utama antara kedua kelompok itu adalah bahwa kelompok formal (komando
dan tugas) dirancang oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai
sasaran, sedangkan kelompok informal (kepentingan dan persahabatan) adalah
penting bagi kepentingannya sendiri. Mereka memenuhi kebutuhan dasar manusia
untuk berhimpun.

Tahap Perkembangan Kelompok :

Tahap Pembentukan (forming)

Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan


kepemimpinan kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk
menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika
para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)

Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok


tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan
kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas
siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai,
terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok
tersebut.

Tahap Normalisasi

Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan
kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah
rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


67 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan
kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas
perilaku anggota.

Tahap Performing (Berkinerja)

Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok
telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas
yang ada.

Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)

Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap


terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas
sementara, dan kelompok - kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas
untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap
ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam
persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok
kerja tersebut.

Kebanyakan orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut


berasumsi bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok
tersebut bergerak melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin benar. Di
bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok
yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk menemukan situasi di mana
kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan lebih baik dibandingkan
mereka yang berada pada Tahap III dan IV.

Dengan cara serupa, kelompok – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas
dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya,
beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang
mengalami konflik dan tampilan waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok
terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi, pendukung yang paling kuat dari
model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti
proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap IV selalu yang paling diinginkan.

Masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


68 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pesawat terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling
mengenal yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi
sebuah kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat
yang melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan aturan, definisi,
tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok
tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya,
memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan
model lima tahap.

E. Performance Organisasi

Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian


hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini
berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.

Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja organisasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi
selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam
kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang
tidak mempunyai informasi tentang kinerja organisasinya.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja
merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program
yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau
kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas
tidak akan ada arah yang dapat digunakan dalam untuk menentukan mana yang relatif
lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-
desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan
wewenang yang berbeda (Bryson, 2002). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa
yang digunakan untuk menilai organisasi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


69 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan
pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya, untuk sebuah organisasi
privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang
dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu
memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang
masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input
untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk
meraih keuntungan tersebut.

Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan


tingkat pencapaian sasaran/tujuan ( Bastian 2001 : 33 dalam buku manajemen publik)
yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini :

1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.

3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.

4. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Dalam pembahasan kinerja organisasi selalu dibicarakan dan dibedakan


mengenai organisasi privat dan organisasi publik. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja organisasi antara privat dan publik pun secara khusus juga dapat
dikatakan berbeda. Untuk membedakan suatu organisasi tertentu adalah organisasi privat
atau organisasi publik juga ada indikatornya.

Ada 3 indikator yang umumnya digunakan sebagai ukuran sejauh mana kinerja
organisasi berorientasi keuntungan (profit oriented), (Bastian, 2001 : 335–336 dalam buku
manajemen publik) adalah sebagai berikut :

1. Efektifitas adalah hubungan antara input dan output dimana penggunaan barang dan
jasa dibeli oleh organisasi untuk mencapai output tertentu.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


70 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input, dimana pembelian barang dan
jasa dilakukan pada kualitas yang diinginkan dan harga terbaik yang dimungkinkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun swasta.
Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005 : 180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang
berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas
teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan
kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam
organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja


sesuai dengan standard dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan,


promosi, dan lain-lainnya.

F. Budaya Kerja

Dalam buku Wacana Komunikas Organisasi, Alo Liliweri(2004: 323) menjelaskan


budaya organisasi adalah suatu budaya yang dimiliki oleh organisasi, budaya merupakan
faktor yang memberikan spirit bagi organisasi dan membedakannya dengan organisasi
lain. Beliau juga menyebutkan pentingnya budaya dalam organisasi yaitu (1) kebudayaan
mempengaruhi perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok, (2)
organisasi membentuk sebuah kebudayaan sendirikarena organisasi merupakan wadah
kerjasama dan komunitas yang dibentuk oleh perilaku-perilaku manusia. Jadi budaya
orgnisasi dapat dopandang sebagai budaya yang mengajarkan dan mewariskan perilaku
atau aktivitas tertentu seseorang dalam organisasi, meliputi cara bekerja, menikmati
kebebasan dalam organisasi, cara bekerjasama dan lain-lain.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


71 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berikut ini Allo LiliwerI juga menjelaskan beberapa pengertian budaya organisasi
menurut beberapa ahli. Menurut Carbaught dalam Liliweri (2004:326) budaya organisasi
merupakan metafora enting untuk menggambarkan norma, perasaan, dan pola-pola
aktivitas interaksi dari suatu kelompok.

Deal dan Kenedy dalam Grifin dalam Liliweri (2004:326)mengatakan bahwa


budaya organisasi adalah cara bagaimana kita melakukan sesuatu disekeliling kita.
Sementara itu, dukitup dari buku yang sama, Ivancevich dan Matteson mengemukakan
bahwa budaya organisasi dapat dipandang sebagai :

1. Suatu sistem kepercayaan yang dibagi diantara para anggota organisasi

2. Kekuatan, keluasan, inti nilai yang dibagi

3. Langkah bagikita untuk melakukan sesuatu disekeliling kita.

4. Pemrograman kolektif dari berbagai gagasan.

5. Pemahaman kolektif

6. Seperangkat symbol, upavara dan mitos yang mengkmunikaskan nilai-nila


utama dan keyakinan bagi organisasi (T.J Oeters dan R.H)

7. Menurut Schein budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-
anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk
anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.

Kusdi (2010), dalam bukunya Budaya Organisasi: Teori Peneltian dan Praktik
mengemukakan beberapa pendapat ahli tentang budaya organisasi yaitu:
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391),
budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan
oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263),
budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


72 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-
anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota
yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem
nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya
organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh
anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku
dari para anggota organisasi.

Hal yang disebutkan diatas merupakan budaya kotrol atau budaya merekayasa
karena Para manajer selalu mencari dan membuat perubahan kebudayaan atas
organisasi berdasarkan kehendak mereka sendiri meyangkut bagaimana cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, perasaan orang lain dari dan dengan karyawan dalam
organisasi.
Jadi , budaya organisasi juga berkaitan dengan manifestasi dari perilaku sosial
dan pengalaman atas issu-issu seperti:
1. Cara bekerja yang teorganisir dan berpengalaman.
2. Bagaimana kewenangan dipakai dan didistribusikan
3. Bagaimana orang merasa dia berada dalam organisasi dan merasa mendapat
ganjaran, merasa diorganisasika dan dikontrol.
4. Nilai-nilai kerja dan orientasi kerja dari staf
5. Derajat formalisasi, standarisasi, dan kontrol melalui sistem yang ada dan akan ada.
6. Nilai yang ada dalam perencanaan, analisis, logis, dan adil
7. Bagaimana sedikit inisisatif diajukan, mengambil resiko ruang lingkup individual
mengekspresikan dirinya.
8. Atauran dan harapan tentang segala sesuaatu yang bersifat informal dalam relasi
antar pribadi, tamplan pribadi, dan lain-lain
9. Diferensiasi status
10. Penekanan atas aturan, prosedur
11. Spesifikasi tampilan dan tim kerja.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


73 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Budaya Organisasi, Antara Model Dan Jenis.
1) Memodelkan budaya organisasi
Alo Liliweri (2004:239) menjelaskan bahwa terdapat beberapa Variasi model budaya
organisasi meliputi:
a. Rensis Likert – menurut Likert budaya oranisasi tergantung kepada praktek
kepemimpinan yang ada diatas sebuah skala mulai dari otokratis, otokratis
yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif dalam organisasi.
b. Henry Mitzberg – Menampilkan stuktur sederhana, birokrasi mesian, sistem
devisi, birokrasi, professional dan adhorkrasi
c. Roger Harrison – menampilkan budaya organisasi dalam kekuasaan, peran,
budaya personal, dan tugas dalam organisasi
d. Peddler, dkk, - the Learning Organization

2) Jenis Budaya Organisasi


Menurut Harrison dalam Liliweri (2009: 239) budaya dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Power Culture (Budaya kekuasaan), berhubungan dengan figure sentral yang
ada pada organisasi. Letak kontrol yang besar pada organisasi. Hal-hal yang
menonjol dari budaya ini adalah:
a. Organisasi nampak kuat, luwes, dan dinamis, terlihat dari reaksi yang cepat
terhadap jawaban kebutuhan dari luar
b. Dapat menghasilkan ketidakpuasan dalam karyawan karena organisasi
terlalu berpusat pada kedudukan yang tinggi.
c. Organisasi sangat tergantung pada kemampuan dan keputusan kekuasaan
sentral, ini sangatlemah kalau organisasi memiliki tantangan hebat.
Padahal koordinasi sangat dibutuhkan disaat organisasi bertumbuh makin
besar dan rumit sehingga membutuhkan pembagian kerja yang bersifat
devisional.
2. Role Culture (Budaya Peran)
a) Budaya terpusat pada pembagian kerja berdasarkan kerangka logis,
rasional dan tanggung jawab, sesuai peran/jabatan masing-masing individu
didalam sebuah organisasi. Koordinasi menjadi kunci dalam sistim kerja
budaya peran, berhibungan erat dengan teori jaringan kerja birokras dari
Max Webber. Efisiensi kerja ditentukan oleh alokasi rasionaldan kesadaran
tampilan dari tanggung jawab yang sudah didefinisikan. Hal yang menonjol
dari budaya peran adalah:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


74 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1) Mengutamakan skala ekonomi dari pada fleksiblitas
2) Spesialisasi dianggap penting dari pada inovasi atau keuntungan
sebuah produk
3) Berkembang di lingkungan yang relative stabil

3. Task (Project Team) Culture (budaya tugas, tim proyek)


Asumsi dasar mengenai budaya tugas didasarkan bahwa adanya pandangan
bahwa budaya merupakan sebuah jaringan kerja, yang medeteksi adanya sel-
sel yang berinteraksi satu sama lain. Menurut pandangan modern, Organisasi
juga harus dipandang sebagai:
a. Jaringan kerja organisasi (network organization) → Organisasi terdiri dari
beberapa unit kecil yang bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang
besar
b. Jarngn membentuk maktriks organisasi yang berorientasi pada pengerjaan
proyek yang diliputi dengan peubahan tim kerja berdasarkan jadwal
tertentu,

4. Personal culture (budaya personal)


Pendekatan Budaya Organisasi
Pendekatan Teoritis
Secara teoritis, budaya organisasi merupakan ilmu interdisipliner, gabungan
dari beberapa ilmu seperti sosiologi yang digunakan untuk melihat perlaku
individu dan kelompok, psikologi sosial yang digunakan untuk melihat budaya
organisasi melalui eranan individu dalam orgnisasi, sejauh mana pengaruh
sosial dalam pembentukan keinginan dan kebutuhan, persepsi dan sikap,
perilaku kelompok, dan lain;lain. Sedangkan ekomoni mengajarkan untuk
mengenal budaya organisasi dalam menentukan produktivitas dan kkonsumen
dari organisasi, keuntungan dan kerugian organisasi secara material dan
financial, dan lain sebaginya. Dalam table 1 akan dijelaskan beberapa konribusi
disiplin ilmu dalam budaya organisasi

Tabel 1. Kontribusi Dan Ruang Lingkup Serta Metode Studi Budaya Organisasi

Kontribusi Ruang Lingkup Studi Metode Studi


• Antropologi 1. Kebudayaan 1. Dekripsi ringkas
manusia 2. Wawancara dan
2. Nilai dan pengamatan
kepercayaan dalam
masyarakat

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


75 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Sosiologi 1. Kategorisasi struktur 1. Wawancara sistematik
sistem sosial 2. Pertanyaan
3. Statistic
• Psikologi sosial 1. Menciptakan dan 1. Survey
memanipulasi 2. Pengamatan
symbol 3. Statistic
2. Penggunaan
sejarah
• Ekonomi 1. Kondisi ekonomi 1. Statistic
suatu perusahaan 2. Pemodelan matematis

Model AGIL dari Talcot Parsons

Model ini dikenalkan oleh Talcot Parsons dalam salah satu teori fungsional. Dalam
pandangan nya Parsons menilai bahwa:

1. Setiap masyarakat hanya bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila ada


keteraturan sosial (social ordres) yang bisa dipertahankan.
2. Setiap masyarakat, agar bisa bertahan, harus menjalankan empat fungsi, dijalankan
oleh empat subsistem yang berbeda.
a. Fungsi menyesuaikan diri dengan ling yangkungan disebut dengan fungsi
adaptasi. Fungsi ini dijalankan oleh subsistem ekonomi.
b. Fungsi mencapai tujuan. Tujuan bersama yang telah dirumusakan menjadi arah
segala kegiatan. Dijalankan oleh subsistem politik.
c. Fungsi integrasi, yaitu setiap unsur dalam masyarakat harus terjalin dan tidak
berlawanan. Dijalankan oleh subsistem hukum dan politik.
d. Fungsi mempertahankan pola. Hubungan sosial yang dijalankan untuk mencapai
tujuan harus dijalankan melalui hubungan sosial dengan cara menaati aturan dan
nilai. Dijalankan oleh subsistem keluarga dan pendidikan.

Selanjutnya, berikut ini adalah sumbangan pandangan Talcot diatas yang diaplikasikan
dalam studi budaya organisasi:
1) setiap organisasi hanya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila ada
keteraturan sosial yang bisa diertahankan, termasuk keteraturan sosial yang diperani
oleh setiap unit dan satuan kerja dalam organisasi.
2) Agar dapat bertahan, organisasi harus mampu menjalankan empat fungsi yang
dijalankan oleh empat subsistem yang berbeda.
a. Fungsi menyesuaikan diri (adaptasi)
b. Fungsi mencapai tujuan
c. Fungsi integrasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


76 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
d. Fungsi mempertahankan pola.

Berikut ini dibuat tabel untuk menunjukan pemikiran Parsons tersebut

Table 2 Table Pendekatan Budaya Organisasi Oleh Parsons

Adaptation (adaptasi) Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri


dengan lingkungan.

Goal Attainment (pencapaian tujuan) Kemampuan organisasi untuk mengartikulasikan


dan mencapai tujuan sistem secara objektif

Integration (integrasi) Kemampuan organisasi untuk mengintergrasikan


bagian-bagian yang berbeda dalam suatu sistem

Legitimacy Kemampuan organisasi untuk mempertahankan


organisasi agar dapat bertahan, dapat diterima,
dan terus hidup.

Model Jaringan Dari Ouchi


Tabel 3.
Model Jaringan Dari Ouchi

Nilai budaya Gambaran tentang Gambaran dalam Gambaran dalam


perusahaan Jepang Tipe Z dari tipikal perusahaan
perusahaan Amerika Amerika

Komitmen terhadap Bekerja seumur Menjadi pekerja Menjadi pekerja


pekerja hidup dalam jangka dalam jangka
panjang pendek

Evaluasi Lamban dan Lamban dan Cepat dan kuantutati


kualitatiff kualitatiff

Karier Sangat luas Rata-rata luas Sempit

Pengawasan Implicit dan informal Implicit dan informal Eksplisit dan formal

Pengambilan Kelompok dan Kelompok dan Individual


keputusan konsesus konsesus

Tanggung jawab Kelompok Individual Individual

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


77 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Peduli terhadap Menyeluruh Menyeluruh Sempit
orang lain

G. KEPEMIMPINAN

Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan seseorang


dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau
tingkah laku orang lain. Kepemimpinan adalah kegiatan si pemimpin untuk mengarahkan
tingkah laku orang lain menuju suatu tujuan tertentu.
Dalam kepemimpinan tidak ada azas-azas yang universal, yang nampak adalah
bahwa proses-proses kepemimpinan dan pola-pola hubungan antar pemimpin dan yang
dipimpin mempunyai ciri-ciri khas dalam setiap jenis kelompoknya.
Berikut ini merupakan beberapa fungsi penting dalam kepemimpinan organisasi:
1. Pengembangan Imajinasi
Memiliki suatu visi yang dapat meneropong apa yang akan terjadi dan kemampuan
melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi merupakan hal-hal yang
penting jika seorang pemimpin hendak membawa pengikutnya ke arah yang dituju.
2. Pengembangan Kepatuhan
Fungsi kedua dari kepemimpinan ialah tanggung jawab terhadap pengembangan
kepatuhan kepada pemimpin dan kepada organisasi. Seorang pemimpin harus
mampu menciptakan rasa cinta, hormat, kepercayaan dan kesetiaan di hati para
pengikut serta pengembangannya senantiasa, sehingga kekuatan kepemimpinan
akan tumbuh pula. Seorang pemimpin yang bijaksana akan menunjukkan kepada
kelompoknya bahwa ia selalu tenang setiap saat dan di setiap tempat. Penciptaan
dan pengembangan kepatuhan anggota kelompok kepada pemimpin dan kepada
organisasi merupakan fungsi yang jelas dari seorang yang konstruktif.
3. Pemrakarsaan, Penggiatan, dan Pengawasan Rencana
Tugas pemimpin yang berada di puncak piramida organisasi ialah meprakarsai dan
selanjutnya bertanggungjawab atas kemajuan rencana bagi realisasi tujuan tertentu.
Kepemimpinan mengarahkan suatu kegiatan yang berencana dan selanjutnya
bersiap-siap untuk melakukan rencana berikutnya. Melakukan perencanaan dan
menciptakan teori sehubungan dengan perencanaan tersebut merupakan tahap-
tahap kegiatan yang perlu dianjurkan oleh seorang pemimpin kepada anggota
kelompoknya.
4. Pelaksanaan Keputusan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


78 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Fungsi berikutnya adalah melaksanakan keputusan dengan bijaksana dan tepat.
Suatu keputusan yang dianggap paling bijaksanan bisa menjadi beku sama sekali
kalau waktu pelaksanaannya salah, sebaliknya keputusan yang kadarnya sedang-
sedang saja bisa menimbulkan hasil yang menguntungkan bila timingnya tepat.
5. Pengawasan
Fungsi selanjutnya setelah pelaksanaan keputusan adalah pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan. Perintah-perintah yang jelas dan tenang harus diikuti
pengawasan yang seksama. Jika terjadi kegagalan, pemimpin harus cepat dan
tanggap untuk mengadakan perubahan yang memadai. Pada akhirnya jika tujuannya
memang praktis, dan bila rencananya memang baik, tujuan akan dapat mudah
tercapai dan keuntunganpun akan dapat diperoleh.
6. Penganugerahan Tanda Penghargaan
Pemimpin yang bijaksana tidak akan menganggap pekerjaannya selesai sebelum ia
mengucapkan terima kasih kepada anak buahnya yang setia yang telah membantu
merealisasikan tujuan organisasinya. Untuk melaksanakan hal itu dengan sukses,
diperlukan daftar nama-nama yang harus menerima pengakuan dari sang pemimpin.
Fungsi dari penganugerahan tanda jasa ini adalah diterimanya kepercayaan oleh
pimpinan dalam rangka merealisasikan tujuan.

Meskipun tidak mudah untuk menentukan sifat-sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, Dr.
WA gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial telah menampilkan ciri-ciri yang dimiliki
oleh seorang pemimpin yang baik, yang terdiri ada 3 hal di bawah ini:
1. Persepsi Sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah kecakapan dalam melihat dan
memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota lainnya dalam suatu
organisasi. Kecakapan ini sangat dibuthkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini terutama dibutuhkan pemimpin untuk dapat melaksanakan
tugasnya sebagai penyambung lidahdari anggota-anggota kelompoknya dan juga
untuk melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokan yang
menyeluruh dari keadaan-keadaan di dalam dan di luar kelompok.
2. Kemampuan Berfikir Abstrak
Ini berarti pemimpin haruslah memiliki kecerdasan yang tinggi. Berbagai penelitian
yang dilakukan dalam bidang kemiliteran dan industri menunjukkan bahwa para
pemimpin kelompok memiliki kecakapan untuk berfikir secara abstrak yang lebih tinggi
daripada rata-rata anggota kelompok yang mereka pimpin. Kecerdasan ini dibutuhkan
oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungang-kecenderungan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


79 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kegiatan di dalam organisasi dan keadaan umum di luar organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan kelompok.
3. Keseimbangan Emosional
Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang
berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan
cita-cita dan alam perasaan serta penginte-grasian kesemuanya itu ke dalam suatu
kepribadian yang harmonis. Kematangan emosional ini diperlukan oleh pemimpin
untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota organisasi dalam rangka
melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan sukses.

H. ALUR KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan kegiatan intern di dalam


organisasi, akan tetapi perlu diketahui bahwa alam prakteknya kegiatan komunikasi
dalam organisasi itu dapat melampaui batas organisasi itu sendiri.
Pemimpin organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat, oleh karena
itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. untuk
mencapai tujuan organisasi, seorang manajer harus mampu berkomunikasi dengan
karyawan di semua bidang dan tingkat. Seberapa pentingnya komunikasi dalam suatu
organisasi akan terlihat dari daftar di bawah ini:
1. Menimbulkan rasa loyalitas dan kesetiakawanan dalam organisasi
2. Meningkatkan motivasi kerja pegawai
3. Semua informasi yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan cepat dan tepat
diperoleh
4. Meningkatkan rasa tanggungjawab semua pegawai
5. Menimbulkan saling pengertian, semangat korp dan team work di antara pegawai

Komunikasi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam


tergantung dari segi peninjauannya.
1. Dari segi sifatnya dapat dibedakan menjadi:
a. Komunikasi Lisan
adalah komunikasi yang melalui ucapan kata-kata atau kalimat, melalui apa yang
dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Komunikasi lisan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung (face to face) dan
komunikasi lisan secara tidak langsung (melalui telepon, intercom, interpon).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


80 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Komunikasi Tertulis
adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat,
kode-kode (yang mengandung arti) yang tertulis atau tercetak yang dapat
dimengerti oleh pihak lain. Media yang dipergunakan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu media tertulis intern (surat dinas,nota dinas, surat keputusan) dan
media tertulis ekstern (surat kawat, selebaran, spanduk, majalah, surat kabar).
2. Menurut arahnya, dibedakan menjadi:
a. Komunikasi ke atas, adalah komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke
atasan, atau dari suatu organisasi yang lebih rendah dengan satuan organisasi
yang lebih tinggi. Jadi komunikasi ke atas dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari
segi personifikasi dan dari segi ketatalembagaan.
b. Komunikasi ke bawah. Dilihat dari personifikasinya, komunikasi ke bawah
dalah komunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan. Dilihat
dari segi ketatalembagaan, komunikasi ke bawah dalah komunikasi yang
berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi kepada satuan organisasi
yang ada di bawahnya. Jadi komunikasi ke bawah mengalir dari pimpinan
kepada bawahan, dari tingkat manajemen puncak ke manajemen menengah,
ke manajemen tingkat bawah terus megalir kepada para pekerja, melalui
saluran hierarki.
c. Komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara
pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi. Sedangkan
secara ketatalembagaan, komunikasi horizontal adalah komunikasi antar
satuan organisasi yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya Biro
Hukum dengan Biro Kepegawaian, dsb.
d. Komunikasi satu arah adalh komunikasi yang tidak mendapat respon dari
pihak penerima informasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak member
tanggapan karena suatu hal, atau komunikator memang sengaja tidka member
kesempatan kepada komunikan untuk memberikan tanggapan. Contohnya
dalam organisasi adalah komando atau perintah dari pimpinan yang
pelaksanaannya dilakukan oleh pekerja. Komunikasi satu arah ini bersifat top
down, cepat dan efisien, tetapi tidak memberikan kepuasan bagi komunikan,
karena ada kesan otoriter dalam komunikasi ini.
e. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang berlangsung secara timbal balik,
dimana komunikator mendapat respon dari pihak komunikan sehingga muncul
saling pengertian di antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah meskipun
berlangsung lambat namun dapat mengindari terjadinya kesalahpahaman

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


81 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sehingga dapat menciptakan situasi kerja yang akrab, penuh kekeluargaan
dan demokratis.
3. Menurut lawannya dapat dibedakan menjadi:
a. Komunikasi satu lawan satu adalah komunikasi antar-pribadi. Komunikasi ini
dapat terjadi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara seorang
pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, dsb.
b. Komunikasi satu lawan banyak adalah komunikasi antara seseorang dengan
beberapa orang dalam suatu kelompok.
c. Komunikasi banyak lawan satu adalah komunikasi kelompok dengan
seseorang dalam suatu organisasi.
d. Komunikasi kelompok lawan kelompok adalah komunikasi antara sekelompok
pegawai atau karyawan dengan sekelompok pegawai atau karyawan yang
lain. Komunikasi ini biasanya dalam rangka mendapatkan koordinasi, integrasi,
dan sinkronisasi kerja antar unit, antar stuan kerja dalam organisasi. Saluran
media komunikasi yang dipergunakan bisa dalam bentuk rapat, lokakarya,dsb.
4. Menurut keresmiannya, dibedakan menjadi:
a. Komuniaksi formal adalah komunikasi yang terjadi di antara para anggota
organisasi yang secara tegas diatur dan telah ditentukan dalam struktur
organisasi. Komunikasi formal berkaitan erat dengan proses penyelenggaraan
kerja dan bersumber dari perintah-perintah resmi, sehingga komunikasi formal
mempunyai sanksi resmi. saluran media komunikasi yang dipergunakan
bermacam-macam, yaitu perintah (lisan maupun tertulis), laporan, rapat,
konferensi, saran, keluhan, surat tugas, dsb.
b. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organsasi
tetapi tidak direncanakan dan tidak ditemukan dalam struktur organsasi.
Komunikasi informasi bersifat tidak resmi dan terjaid melalui informasi dari
mulut ke mulut sehingga di dalamnya terdapat keterangan-keterangan yang
tidak resmi dan kurang obyektif kebenarannya. Saluran media komuniaksi
yang dipergunakan biasanya melalui rantai kerumunan (cluster chain).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


82 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Komunikasi Bisnis - 05

Memahami Komunikasi Manusia

Komunikasi dapat kita pandang sebagai proses dan interaksi untuk membangun
makna. Kita mempelajari komunikasi sebagai proses. Salah satu ahli komunikasi yang
melihat komunikasi sebagai proses adalah Harold D. Lasswell, yang terkenal dengna
formula atau model komunikasi yang menjelaskan komunikasi dengan pertanyaan seperti
berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect.

Ada beberapa model komunikasi yang menjelaskan proses komunikasi manusia.


Model Hannonn dan Weaver merupakan salah satu model awal yang menjelaskan
fenomena komunikasi. Ada model Berlo yang menjelaskan situasi dan kondisi
komunikator dan komunikan. Ada model Gudykunst dan Kim yang menjelaskan pengaruh
kultural dalam kegiatan komunikasi manusia.

Sedangkan tujuan komunikasi manusia menurut Dimbleby dan Burton adalah (a)
informasi, (b) hubungan (relasi), (c) persuasi, (d) kekuasaan, (e) pengambilan keputusan,
dan (f) ekspresi diri. Gordon I. Zimmerman mengkategorikan tujuan komunikasi manusia
menjadi: (a) untuk penyelesaian tugas-tugas penting bagi kebutuhan kita, dan (b) untuk
membangun dan memupuk hubungan dengan orang lain. Kedua kategori tujuan tersebut,
menunjukkan bahwa komunikasi memiliki fungsi isi yang melibatkan pertukaran informasi
yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi hubungan yang melibatkan
pertukaran informasi tentang bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Ada juga yang
merumuskan tujuan komunikasi sebagai: (a) menginformasikan, (b) mendidik, (c)
menghibur, dan (d) mempengaruhi. Tindakan komunikasi manusia pun tidak bisa
dilepaskan dari nilai-nilai dan etika. Tindak komunikasi merupakan tindakan yang terikat
nilai-nilai dan etika tempat komunikasi berlangsung. Komunikasi yang etis dan
menghargai nilai-nilai merupakan salah satu karakteristik komunikasi manusia.

Memahami Komunikasi Bisnis

Komunikasi bisa dapat didefinisikan sebagai “pertukaran gagasan, pendapat,


informasi, instruksi dan sebagainya yang memiliki tujuan tertentu yang disajikan secara
personal atau impersonal melalui simbol-simbol atau sinyal-sinyal untuk mencapai tujuan
organisasi”. Dalam definisi tersebut, terkandung 6 unsur pokok komunikasi bisnis, yaitu:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


83 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(1) tujuan; (2) pertukaran; (3) gagasan, opini, informasi, instruksi; (4) saluran personal
atau impersonal; (5) simbol atau sinyal; (6) pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan ruang lingkup komunikasi bisnis pada dasarnya merumuskan pihak-


pihak yang terlibat dalam kegiatan atau proses komunikasi. Pada umumnya, ruang
lingkup ini menunjuk pada (a) lingkungan internal atau stakeholder internal organisasi
yaitu pemilik saham, karyawan dan manajer, dan (b) lingkungan eksternal atau
stakeholder eksternal organisasi yang mencakup lingkungan pemberi pengaruh langsung
atau lingkungan tugas seperti pemasok dan regulator dan lingkungan pemberi pengaruh
tidak langsung seperti perkembangan teknologi dan situasi sosial-ekonomi-politik.

Adapun variabel-variabel yang perlu dicermati dalam komunikasi bisnis mencakup

1. variabel komunikator,

2. variabel pesan,

3. variabel saluran/media,

4. variabel penerima/komunikan,

5. variabel konteks, dan

6. variabel efek. Sedangkan prinsip komunikasi bisnis yang penting diperhatikan dikenal
dengan akronim 7C yang mencakup: (a) completness; (b) conciseness; (c)
concretness; (d) consideration; (e) clarity; (f) courtesy; dan (g) correctness.

Pesan Komunikasi Bisnis

Tipe Komunikasi Bisnis

Pertama, komunikasi bisnis adalah “interaksi sosial melalui pesan bisnis” dan
kedua, “interaksi bisnis melalui pesan”. Mengingat pada dasarnya komunikasi bisnis dan
komunikasi pada umumnya sama, maka bentuk-bentuk komunikasi bisnis pun sama saja
dengan bentuk-bentuk komunikasi pada umumnya, yaitu: (a) komunikasi verbal, (b)
komunikasi nonverbal, (c) komunikasi visual, dan (d) komunikasi audio-visual.
Keempatnya biasa dinamakan juga sebagai tipe komunikasi. Pada dasarnya keempat
tipologi itu memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaan itu terletak pada tujuannya,
yaitu sama-sama digunakan untuk mencapai tujuan bisnis atau bila dibuat lebih spesifik

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


84 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
lagi untuk mencapai tujuan organisasi bisnis. Sedangkan perbedaan yang paling jelas
adalah pada proses penyampaian pesan, kendati pesannya boleh jadi sama, karena ada
yang menggunakan pesan yang didominasi pesan verbal untuk komunikasi verbal, dan
pesan nonverbal untuk komunikasi nonverbal.

Jenis-jenis komunikasi yang berlangsung dalam komunikasi bisnis mencakup: (a)


komunikasi verbal, yaitu komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan, tertulis
atau keduanya untuk menyampaikan pesan; (b) komunikasi nonverbal, yaitu komunikasi
yang menggunakan simbol-simbol nonverbal seperti warna pakaian, model rambut,
penataan ruang kerja, dan seterusnya untuk menyampaikan pesan tertentu; dan (c)
komunikasi visual yang merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan citra
visual seperti rambu lalu-lintas, papan peringatan di pabrik atau logo lembaga pelayanan
umum semacam gambar handset telepon untuk simbol layanan telepon dan gambar
amplop untuk layanan SMS.

Apapun jenis komunikasi bisnis yang akan kita langsungkan, salah satu prinsip
penting yang harus diperhatikan adalah mempertimbangkan khalayak sasaran
komunikasi. Karena dengan mengenali siapa lawan komunikasi kita, maka akan
memudahkan kita untuk menyusun pesan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
khalayak. Keberhasilan komunikasi bisnis yang kita lakukan akan sangat bergantung
pada sejauhmana kita mengenali khalayak komunikasi kita.

Teknik Penyusunan Pesan Komunikasi Bisnis

Organisasi pesan merupakan bagian penting dalam kegiatan komunikasi manusia,


termasuk komunikasi bisnis. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa pesan yang
diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan pesan yang
tidak tersusun dengan baik. Disamping itu, pesan yang terorganisasi terbukti lebih efektif
dibandingkan degnan pesan yang tidak terorganisasi.

Dalam mengorganisasikan pesan, ada satu akronim terkenal yakni AIDDA


(attention, interest, desire, decision, dan action). Disamping itu ada juga ANSVA
(attention, need, satisfaction, visualization, dan action). Dengan dua pendekatan itu –
AIDDA dan ANSVA- pesan diorganisasikan dengan diawali menyajikan sesuatu yang
menarik perhatian, diikuti dengan pembangkitan kebutuhan dan diakhiri dengan ajakan
bertindak.

Ada enam macam organisasi pesan, yaitu (a) deduktif, yang menyatakan lebih
dulu gagasan utama lalu diperjelas dengan pernyataan pendukung atau bukti; (b) induktif,

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


85 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang dimulai dengan rincian-rincian dan data pendukung lalu menarik kesimpulan; (c)
kronologis, yang menyusun pesan dengan urutan waktu terjadinya satu peristiwa; (d)
logis, yang menyusun pesan dengan menggunakan hubungan sebab akibat sehingga
kitabisa menjelaskan lebih dulu akibat baru sebab atau sebab dulu baru akibat; (e)
spasial, yang menyusun pesan dengan urut-urutan berdasarkan tempat; dan (f) topikal,
yang menggunakan topik tertentu mulai dari yang kurang penting hingga yang terpenting
dan sebaliknya.

Sedangkan imbauan pesan yang dapat dipergunakan dalam menyusun pesan


adalah (a) imbauan rasional, yang berarti kita meyakinkan orang lain dengan pendekatan
logis atau penyajian bukti-bukti; (b) imbauan emosional, yang berarti kita meyakinkan
orang lain dengan pendekatan yang menyentuh sisi emosi orang lain; (c) imbauan takut,
yang berarti kita meyakinkan orang lain dengan menunjukkan sisi-sisi menyeramkan dari
satu fakta untuk mendorong orang lain mengikuti apa yang kita inginkan; (d) imbauan
ganjaran, yang berarti kita mengubah sikap, pendapat dan perilaku orang lain dengan
memberikan imbalan tertentu seperti pujian, penghargaan atau hadiah; (e) imbauan
motivasional, yang merupakan kegiatan komunikasi untuk mengubah sikap, pendapat dan
perilaku dengan menggunakan pesan-pesan yagn membangkitkan semangat lawan
komunikasi kita.

Komunikasi Lintas Budaya Dalam Bisnis

Komunikasi Lintas Budaya

Secara sederhana, komunikasi antarbudaya bisa dinyatakan sebagai proses


komunikasi yagn berlangsung diantara orang-orang yang berbeda budayanya. L.A.
Samovar dan R.E. Porter (1972) merumuskan komunikasi antar budaya sebagai
komunikasi yang terjadi ketika orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut
melibatkan latar belakang pengalaman budaya yang berbeda yang menunjukkan nilai-
nilai yang dianut oleh kelompoknya yang berupa pengalaman, pengetahuan dan nilai-
nilai.

Pearse (1988: 1-2) mengutip hasil penelitian Albert Mehrabian tentang dampak
komunikasi. Komunikasi verbal hanya 7%, suara termasuk nada suara dan bunyi-bunyi
38%, dan pesan nonverbal 55%. Sedangkan penelitian lain menunjukkan, pada saat
orang berbicara 35% pesan disampaikan secara verbal dan 65% disampaikan secara

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


86 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
nonverbal. Kedua hasil penelitian itu menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal
sesungguhnya merupakan bagian terbesar dalam kegiatan komunikasi manusia. Karena
itu, bahasa tubuh menjadi bagian sangat penting untuk kita pelajari manakala kita
mempelajari komunikasi, termasuk komunikasi bisnis.

Lee menunjukkan beberapa saran agar kita bisa menjadi komunikator antar
budaya yang berhasil. Kita perhatikan saran-saran berikut ini:

1. Hendaknya ingat bahwa budaya kita sendiri sebenarnya memberikan kerangka


perilaku dan keyakinan yang bisa diterima.
2. Hendaknya menyadari bahwa perilaku dan preferensi kita didasarkan pada budaya
dan bukanlah “yang paling benar” dan hanya satu-satunya.
3. Hendaknya peka terhadap rentang perilaku verbal dan nonverbal.
4. Hendaknya berjiwa terbuka terhadap pandangan dna cara orang lain berperilaku.
5. Hendaknya ingat bahwa tidak ada bahasa tubuh yang universal.

Melakukan Komunikasi Bisnis Antar Budaya

Untuk bisa melaksanakan komunikasi lintas budaya atau komunikasi antarbudaya


yang efektif, McNab (2006) memberikan beberapa saran seperti berikut ini: (a)
mengembangkan pengertian yang mendasar tentang keragaman budaya; (b) keterbukaan
terhadap perspektif yang berbeda; (c) bisa menerima dan menyesuaikan dengan
berbagai komunikasi; dan (d) memiliki keterampilan menyimak dan bertanya yang efektif.
Sedangkan Schuler (2003) menunjukkan apa yang kita alami saat pertama kali
melakukan komunikasi antarbudaya, yaitu:

a) pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk memulai belajar budaya apapun;

b) pada mulanya, perbedaan bisa dirasakan sebagai semacam ancaman;

c) kita cenderung berlebihan melihat kesamaan dan tak banyak memperhatikan


perbedaan saat kita pertama kali melakukan interaksi dengan orang lain dari budaya
yang berbeda;

d) stereotip yang muncul akibat dari generalisasi yang tergesa-gesa sering kali terjadi,
khususnya diantara orang yang jarang mengadakan kontak dengan budaya lain;

e) selalu ada lebih banyak variasi di dalam kelompok-kelompok dibandingkan dengan


variasi diantar kelompok-kelompok dalam satu budaya;

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


87 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
f) sebenarnya kita sendiri belum bisa merupakan dengan baik atau melihat dengan jelas
identitas budaya kita sampai kita mulai berinteraksi dengan orang yang berbeda latar
belakangnya, dan

g) budaya itu selalu berubah, khususnya akibat dari interaksi antara satu budaya dengan
budaya lainnya.

McNab (2006) menyebutkan ada 7 keterampilan yang diperlukan untuk menjadi


anggota tim lintas budaya yakni (a) mencoba untuk menjadi orang yang mampu
melakukan refleksi diri sehingga bisa menyadari kesulitan-kesulitan komunikasi yang
dirasakan sendiri; (b) memiliki kepekaan terhadap kenyataan bahwa bahasa tertentu
merupakan bahasa asing bagi orang lain; (c) berupaya agar komunikasi yang kita lakukan
itu bisa menyampaikan pesan yang jelas, sederhana dan tidak bermakna ganda; (d)
mencoba bersikap inklusif sehingga kita membangkitkan suasana yang dirasakan
anggota tim yang berbeda budayanya itu merasa sebagai orang yang dihargai
perspektifnya; (e) mendorong adanya pengungkapan sudut pandang yang berbeda dan
perdebatan mengenai sesuatu; (f) menyadari adanya perbedaan waktu dan cara kerja
guna menjaga perasaan setiap orang bahwa dirinya dilibatkan dan ada penghargaan
terhadap berbagai perbedaan yang ada; dan (g) menyediakan waktu untuk memahami
ketersediaan, kemudahan penggunaan dan dampak media komunikasi dalam memilih
anggota tim.

Sedangkan untuk negosiasai antarbudaya ada 3 hal yang penting diperhatikan


yaitu (a) landasan hubungan atau basis relasi; (b) soal informasi saat negosiasi, dan (c)
gaya negosiasi. Disamping itu beberapa jebakan komunikasi yaitu (a) etnosentrisme; (b)
diskriminasi; (c) stereotip; (d) buta budaya, dan (e) pemaksaan budaya.

Korespondensi
Merencanakan Korespondensi Bisnis

Sebelum berkomunikasi melalui kegiatan korespondensi, perlu bagi kita untuk


membuat perencanaan komunikasi. Perencanaan komunikasi tersebut pada dasarnya
menjawab 6 (enam) pertanyaan sebagi berikut: (a) bagaimana infrastruktur komunikasi
bisnis yang dimiliki? (b) apa tujuan yang hendak dicapai melalui komunikasi bisnis? (c)
siapa sasaran komunikasi bisnis kita? (d) siapa khalayak komunikasi bisnis kita? (e) apa
kerangka komunikasi bisnis kita? (f) apa pesan komunikasi bisnis kita?

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


88 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sedangkan dalam melakukan korespondensi ada dua prinsip yang perlu kita
perhatikan. Pertama, empati dan kedua pengorganisasian pesan. Empati memiliki dua
dimensi yaitu (a) mencoba memahami situasi dari titik pandang pembaca, dan (b) melihat
situasi atau permasalahan dari perspektif pembaca surat, yang tak hanya memungkinkan
kita menyesuaikan diri dengan kebutuhan.

Sedangkan dalam mengorganisasikan pesan, kita melakukannya dengna


menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (a) apa ide utama/pokok dari pesan
yang kita buat? (b) reaksi apa yang mungkin muncul terhadap pesan tersebut? (c) dengan
memperhatikan reaksi yang mungkin muncul pada pembaca, haruskan ide utama
ditempatkan pada bagian awal atau bagian akhir surat?

Teknik Penyusunan Pesan Komunikasi Bisnis

Bentuk surat dapat dikelompokkan menjadi surat rutin dan surat khusus.
Disamping itu kita juga mempelajarai penulisan surat penawaran. Bentuk-bentuk surat
yang kita pelajari disini sebenarnya mengacu pada dua tujuan penulisan surat. Pertama,
menyampaikan informasi. Kedua, menjalin relasi atau hubungan manusiawi.

Dalam penulisan surat, secara teknis kita sebaiknya mengacu pada pedoman
penulisan surat. Pedoman tersebut mencakup (a) koherensi/keterkaitan yang berarti
antarbagian atau antar paragaraf surat menunjukkan keterkaitan; (b) kesatu-paduan, yang
berarti secara keseluruhan isi surat itu menyampaikan satu pesan untuk mencapai tujuan
tertentu, dan (c) penonjolan, yang berarti ada bagian tertentu dalam surat yang dianggap
penting dan harus ditonjolkan.

Akan halnya pembuatan surat untuk siaran pers, ada beberapa pedoman yang
harus diperhatikan, yaitu (a) surat menggunakan kop surat perusahaan; (b) menyatakan
permohonan tanggal pemuatan berita yang diinginkan; (c) mencantumkan nama
penanggung jawab resmi siaran pers tersebut; (d) memberikan informasi yang selengkap-
lengkapnya; (e) menulis secara deduktif dengan memperhatikan kepadatan dan kejelasan
informasi.

Dalam penulisan surat penjualan, ada empat hal yang harus kita perhatikan.
Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut: (a) pengetahuan tentang produk yagn
ditawarkan untuk menunjukkan manfaat produk dan keunggulan produk dibandingkan
produk seurpa; (b) mengetahui siapa pembaca surat penjualan, misalnya berdasarkan
faktor-faktor demografis dan psikografis; (c) identifikasi tindakan yang diinginkan untuk

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


89 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
melihat respon apa yang diharapkan dari pembaca surat itu, dan (d) respons yang
diharapkan dari penerima surat.

Dengan mengingat surat sebagai bentuk komunikasi verbal, maka penggunaan


bahasa menjadi penting. Oleh sebab itu kita sebaiknya memperhatikan prinsip
penggunaan bahasa sebagai berikut: (a) mempergunakan kata kerja aktif; (b)
mempergunakan bahasa yang spesifik; (c) membawa pembaca pada bagian yang
penting; (d) menonjolkan pada bagian yang menyatakan penjualan, dan (e) menggunakan
kerangka tertentu.

Menulis Proposal dan Laporan

Menulis Laporan

Laporan adalan “pesan yang disampaikan secara sistematis dan objektif yang
digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu bagian organisasi kepada bagian lain
atau lembaga lain guna membantu pengambilan keputusan atau memecahkan
persoalan”. Berdasarkan jenisnya, pada dasarnya laporan dibagi menjadi dua yaitu
laporan formal dan laporan informal. Namun kita bisa melihat laporan berdasarkan waktu,
yakni laporan berkala yang dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu seperti harian,
mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan. Bisa juga dilihat dari sifatnya,
yaitu laporan rutin dan laporan khusus.

Organisasi penulisan laporan formal umumnya terdiri atas (a) pembukaan, (b) isi,
(c) penutup, dan (d) lampiran. Sedangkan untuk laporan informal mengikuti format yagn
ditetapkan organisasi masing-masing, dan tidak mengikuti struktur organisasi laporan
yang baku dan berlaku universal berdasarkan konvensi.

Menulis Proposal

Proposal adalah “dokumen pengajuan kegiatan dari pihak luar kepada satu
organisasi atau dari seseorang yang secara hierarkis lebih rendah kepada orang yang
lebih tinggi kewenangannya”. Dengan demikian, di dalam proposal tersebut akan ada (a)
usulan kegiatan, (b) bentuk kegiatan, (c) pengusul kegiatan dan (d) penerima usul
kegiatan. Sedangkan jenis-jenis prosposal adalah (a) proposal program, (b) proposal
kegiatan, (c) proposal kompetitif, dan (d) proposal teknis.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


90 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Secara umum, sebuah proposal akan memiliki bagian-bagian sebagai berikut: (a)
masalah, (b) tujuan, (c) ruang lingkup, (d) metode/prosedur, (e) material/perlengkapan, (f)
personalia, (g) tindak lanjut/evaluasi, (h) biaya/anggaran, (i) rangkuman, dan (j) lampiran-
lampirna. Kita akan mendalami satu per satu bagian-bagian proposal tersebut.

Sedangkan tahap-tahap dalam menulis proposal adalah (a) memilih format


prpoposal dan memperhitungkan jumlah halaman; (b) menyiapkan sampul/jilid untuk
proposal; (c) menyiapkan segala sesuatu yang akan masuk ke dalam bagian isi proposal;
(d) membuat rangkuman proposal, dan (e) menulis dengan mengikuti kaidah-kaidah
bahasa.

Teknik Presentasi

Presentasi Bisnis (1)

Pada dasarnya presentasi adalah mengomunikasikan informasi/ konsep/ pikiran/


gagasan pada orang lain dalam suasana komunikasi yang –biasanya, meski tidak selalu-
relatif normal. Meki tidak selalu, biasanya informasi/konsep/pikiran/gagasan yang
dikomunikasikan itu relatif baru. Presentasi sendiri dapat didefinisikan sebagai
“mengupayakan agar khalayak memahami apa yang ingin dinyatakan atau diusulkan
penyaji melalui media seperti huruf, kalimat, angka, gambar, suar dan sebagainya.
Sedangkan tujuan presentasi adalah tercapainya kepuasan dan kesepakatan dengan
khalayak.

Sedangkan ciri-ciri presentasi yang membedakannya dari jenis-jenis pembicaraan


lain seperti pidato atau pemaparan publik (public expose) adalah (a) biasanya dilakukan
secara formal; (b) biasanya disusun secara matang dan terencana; (c) biasanya sudah
ditentukan waktu, tempat dan materinya; (d) biasanya dibantu oleh alat-alat peraga atau
alat-alat bantu presentasi; (e) biasanya dipandu oleh seorang pemandu atau moderator;
(f) biasanya menghendaki adanya pihak lain sebagai sasaran presentasi; (g) biasanya
diikuti dengan sesi tanya jawab, dan (h) biasanya memiliki tujuan dan target tertentu.

Sedangkan sistematika umum dalam menyusun pesan untuk presentasi adalah


sebagai berikut

a) pendahuluan;

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


91 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b) isi; dan

c) penutup.

Adapun tujuan presentasi adalah

a) menjual;

b) menghibur;

c) memotivasi dan mengarahkan;

d) menginformasikan;

e) menerangkan atau memaparkan; dan

f) mengusulkan ide atau gagasan. Sekaitan dengan tujuan presentasi ini, kita
mempelajari fungsi presentasi sebagai berikut (a) untuk menyajikan komunikasi yang
lebih baik antara penyaji dan khalayaknya; (b) untuk mencapai pemahaman dan
kesepakatan dengan khalayak, dan (c) untuk melahirkan dampak dan kesan pada
khalayak dalam waktu yang singkat dengan teknik-teknik multimedia.

Sedangkan umpan-balik yang kita terima dari presentasi dapat dikategorikan


menjadi (a) positif, yakni umpan-balik yang menunjukkan penerimaan pada apa yang kita
sampaikan; (b) netral, yakni umpan-balik yang menunjukkan keadaan tidak menolak dan
tidak pula menerima apa yang kita sampaikan; dan (c) negatif, yakni umpan-balik yang
menunjukkan penolakan atas apa yang kita sampaikan.

Saran yang perlu kita perhatikan agar presentasi yang kita lakukan berhasil adalah
sebagai berikut: (a) pikirkan konsep besar dari presentasi anda; (b) siapkan butir-butir
penting yang hendak dibicarakan dalam secarik kertas untuk contekan anda saat
presentasi; (c) lakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat atau jogging di tempat
sebelum berbicara di depan umum akan mengurangi rasa grogi yang muncul jika hendak
tampil di muka umum; (d) lakukan latihan berbicara di depan cermin sebelum melakukan
presentasi di depan umum; (e) kenali audiens anda; (f) persiapkan dengan baik peralatan
presentasi anda; (g) aturlah nafas anda saat berbicara; (h) jangan terlalu banyak memberi
gagasan pada satu presentasi; (i) perhatikan lamanya waktu yang tersedia dalam
menyampaikan presentasi, dan (j) akhiri presentasi anda dengan mengulas kembali butir-
butir penting yang dipresentasikan.

Presentasi Bisnis (2)

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


92 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Secara umum, prinsip persipaan komunikasi bisnis bisa diterapkan untuk kegiatan
presentasi bisnis. Prinsip tersebut mencakup (a) mengumpulkan data/fakta yang relevan
yagn kita perlukan untuk mempersiapkan materi presentasi; (b) menyusun fakta/data itu
menjadi informasi; (c) memilih cara yang paling bak untuk menyajikan informasi yang
mengandung fakta dan data, dan (d) menentukan bentuk sajian seperti apa yang paling
tepat. Apakah dalam bentuk tabel atau grafis. Pertimbangannya adalah membuat orang
memahami data yang kita sajikan.

Salah satu kegiatan penting dalam perencanaan komunikasi bisnis, termasuk


presentasi bisnis adalah mengidentifikasi khalayak yang selanjutnya diikuti dengan
analisis khalayak. Aspek-aspek yang penting diperhatikan dalam melakukan analisis
khalayak adalah (a) komposisi dan ukuran khalayak; (b) reaksi khalayak yang mungkin
timbul; (c) tingkat pemahaman khalayak; dan (d) hubungan khalayak dengan pembicara.

Meski kini biasanya presentasi pada umumnya menggunakan LCD Projection,


namun sesungguhnya ada banyak alat bantu presentasi yang bisa kita gunakan. Alat
bantu presentasi tersebut adalah (a) handout; (b) papan tulis; (c) overheda projector
(OHO); (d) slide, dan (e) alat bantu lain. Sedangkan pada saat menyampaikan presentasi
ada empat metode yang bisa kita pergunakan yaitu (a) memori; (b) membaca; (c)
berbicara dengan memegang catatan, dan (d) berbicara impromtu.

Adapun saat menjawab pertanyaan, beberapa hal yang perlu kita perhatikan
adalah: (a) jawab pertanyaan dengan singkat, dan sikap manis; (b) jangan biarkan
khalayak memonopoli perhatian kita, dan (c) menjawab tanpa emosional pertanyaan
keras. Namun sebagai penyaji kita harus menjaga kredibilitas kita dengan cara (a)
menunjukkan kompetensi. Pendengar akan terpengaruh oleh orang yang dipercaya
memiliki kualifikasi dalam bidang tertentu. Karena itu harus (1) memiliki pengetahuan
mengenai pokok bahasan, (2) memperkenalkan kredensial seperti gelar akademik dan
pengalaman profesional, dan (3) memperlihatkan kemampuan; (b) raih kepercayaan
khalayak; (c) menekankan kesamaan dengan khalayak; (d) meningkatkan imbauan anda
pada khalayak dengan memperhatikan penampilan, dan (e) memperlihatkan ketulusan.

Menyelenggarakan Rapat Bisnis

Menyelenggarakan Rapat Bisnis (1)

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


93 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Langkah-langkah penyelenggaraan rapat adalah (a) perencanaan dan logistik
rapat; (b) mengkaji-ulang dan perencanaan rapat yang pada dasarnya merupakan
penjabaran dari maksud dan tujuan rapat; (c) penetapan model rapat, yang pada
dasarnya sudah kita susun pada pembuatan skenario rapat pada tahap perencanaan
operasional; (d) pengumpulan fakta dan informasi, yang juga bisa kita lakukan dalam
penyelenggaraan rapat sesuai dengan maksud dan tujuan rapat; dan (e) pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Dalam pada itu, kita pun harus memperhatikan apa
yang dinamakan dengan sense of meeting. Apa yang dimaksud dengan sense of meeting
adalah kondisi dimana peserta rapat merasakan pentingnya pertemuan yang
diselenggarakan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan setelah rapat selesai
diselenggarakan.

Ada pun langkah-langkah praktis untuk penyelenggaraan rapat adalah (a)


memastikan apakah rapat memang perlu diselenggarakan; (b) menentukan orang-orang
yang akan diundang; (c) menetapkan waktu penyelenggaraan; (d) menyusun agenda
rapat dan jika ada sejumlah tujuan, sangat penting untuk menyusun prioritas bahasan
rapat; (e) menyebarkan agenda rapat terlebih dahulu pada orang yang akan diundang
rapat sehingga mereka bisa mempersiapkan diri dengan baik; (f) mempersiapkan sarana
audivisual (rupa-rungu); (g) rapat hendaknya dimulai tepat waktu meski beberapa orang
belum hadir; (h) hendaknya rapat dibuka dengan langsung menjelaskan agenda
pertemuan atau pokok masalah dan membahas permasalahan yang lebih mudah
dipecahkan baru kemudian masalah yang lebih berat; (i) menyediakan waktu yang cukup
untuk pembahasan setiap isu yang dibahas; (j) menunda diskusi sampai akhir rapat bila
dalam rapat itu terjadi perdebatan yang memakan waktu; dan (k) menyebarluaskan
notulasi rapat untuk mengingatkan setiap orang atas kesimpulan dan rencana aksi yang
disepakati melalui rapat.

Disamping itu, penting bagi kita memperhatikan beberapa permasalahan umum


yang biasa ditemui dalam penyelenggaraan rapat. Permasalahan tersebut adalah (a)
tidak ada tujuan atau pokok agenda; (b) tidak ada orientasi sebelum rapat; (c) lambat
memulai rapat; (d) persiapan yang buruk atau tidak memadai; (e) melepaskan masalah;
(f) rapat terlalu lama; (g) tidak terorganisasi; (h) tidak meyakinkan; (i) kepemimpinan tidak
efektif; (j) informasi yang didiskusikan tidak berhubungan; (k) membuang-buang waktu; (l)
interupsi; (m) tidak efektif dalam membuat keputusan; (n) diskusi bertele-tele, berlebihan,
dan menyimpang; (o) diskusi didominasi beberapa individu; dan (p) tidak ada hasil atau
tindak lanjut yang dihasilkan.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


94 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menyelenggarakan Rapat Bisnis (2)

Tujuan merupakan pedoman sekaligus panduan yang menetapkan arah


perjalanan rapat yang kita selenggarakan. Tujuan ini menjad acuan bagi kita misalnya
dalam menyusun jadwal atau agenda rapat. Tujuan ini pula yang bisa menjadi panduan
bagi pimpinan rapat untuk mengarahkan kemana pembicaraan dalam rapat ini kita bawa.
Dalam menetapkan tujuan, kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut
ini (a) apa yang ingin diperoleh dari rapat?; (b) untuk apa rapat kita selenggarakan?; dan
(c) mengapa rapat kita selenggarakan? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut kita
dapat merumuskan tujuan penyelenggaraan rapat. Tujuan tersebut, biasanya dirumuskan
dalam bentuk kata kerja aktif, yang berarti diawali dengan kata kerja yang diberi awalah
me-. Bila tujuan telah ditetapkan, maka dengan mudah kita dapat menetapkan (a) agenda
rapat; (b) peserta rapat; (c) waktu dan tempat penyelenggaraan rapat; (d) susunan
acara/skenario rapat; dan (e) perlengkapan yang diperlukan.

Agar rapat yang kita selenggarakan bisa bermanfaat bagi kehidupan organisasi
maka penting untuk memperhatikan hal-hal seperti berikut ini yaitu (a) menyebarkan
agenda rapat; (b) memiliki tema tertentu; (c) menetapkan dan menghargai waktu untuk
memulai, beristirahat dan mengakhiri rapat; (d) tidak ada gangguan barang elektronik; (e)
memastikan siapa yang diundang; (f) menjadi wasit dan mengangkat asisten pengatur
waktu; (g) tetap mengarah pada sasaran; (h) tindak lanjut; dan (i) konsisten.

Dalam pada itu, penting untuk menyimak apa yang dikemukakan dalam Harvard
Business Communication yang berjudul 10 Commandment of Meeting yang meliputi (1)
hendaklah tahu waktu; (2) hendaknya jangan lupa pada alasan utama penyelenggaraan
rapat yaitu (a) berkomunikasi, (b) melaksanakan sesuatu dan (c) mengambil keputusan;
(3) hendaknya diingat golden rule dalam rapat: memuji secara terbuka dan mengkritik
secara tertutup; (4) hendaknya tidak menyelenggarakan rapat di luar jam kerja; (5)
hendaknya tidak menggunakan tekanan kelompok untuk mencapai kesimpulan; (6)
hendaknya tidak menggunakan rapat sebagai sarana untuk menghancurkan karir orang
lain; (7) hendaknya menjaga jarak antara kepentingan pribadi dan perusahaan; (8)
hendaknya diingat bahwa model terbaik penyelenggaraan rapat adalah demokrasi bukan
monarki; (9) hendaknya selalu mempersiapkan agenda rapat yang jelas dan
mengedarkan agenda itu sebelum rapat dilangsungkan; dan (10) hendaknya
menghentikan jadwal rapat berkala bila tak ada lagi yang hendak dicapai melalui rapat
berkala tersebut.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


95 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Teknik Lobi & Negosiasi

Teknik Lobi

Pada dasarnya lobi merupakan upaya pemberian informasi untuk bisa


mempengaruhi pengambilan keputusan. Berdasarkan jenisnya, maka lobi dapat
dikategorikan menjadi (a) Lobi Tradisional; (b) Lobi Akar Rumput (Grass-root lobbying);
(c) Lobi Political Action Commitee yaitu komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan
besar dengan maksud menempatkan calonnya di lembaga legislatif atau di eksekutif
sehingga keputusan yang diambilnya tidak merugikan perusahaan yang tergabung dalam
komite tersebut. Adapun fungsi lobi adalah (a) mempengaruhi pengambil keputusan agar
keputusannya tidak merugikan para pelobi dari organisasi/lembaga bisnis; (b)
menafsirkan opini pejabat pemerintah yang kemudian diterjemahkan dalam kebijakan
perusahaan; (c) memperkirakan apa yang akan terjadi secara hukum dan menyampaikan
rekomendasi pada perusahaan agar dapat menyesuaikan diri dengan peraturan baru dan
memanfaatkan peraturan baru tersebut; (d) menyampaikan informasi tentang bagaimana
pandangan perusahaan, organisasi atau kelompok masyarakat tertentu tentang satu
peraturan; dan (e) meyakinkan para pembuat keputusan bahwa pelaksanaan peraturan
akan membutuhkan waktu sebelum menjadi kebiasaan.

Sedangkan organisasi lobi dapat berbentuk: (1) perhimpunan, (2) perusahaan


perorangan, (3) yayasan, dan (4) koperasi. Masing-masing memiliki kekurangan dan
kelebihan. Namun di Indonesia, kegiatan lobi belum terorganisasikan secara profesional,
melainkan masih dilakukan oleh orang per orang. Adapun tahapan lobi adalah (1)
pengumpulan fakta, (2) interpretasi terhadap langkah pemerintah, (3) interpretasi
terhadap perusahaan, (4) membangun posisi, (5) melemparkan berita nasional, dan (6)
mendukung kegiatan pemasaran. Dari dimensi hubungan manusiawi, teknik lobi tersebut
adalah (1) menanalisa iklim, (2) menentukan lawan dan kawan, (3) mengidentifikasi
kelompok kecil yang akan menentukan iklim opini, (4) membentuk koalisi, (5) menetapkan
tujuan, (6) menganalisis dan mendefinisikan penyebab kasus, (7) menganalisa berbagai
macam segmen khalayak, (8) memperhitungkan media, (9) mengembangkan kasus, dan
(10) menjaga fleksibilitas. Secara lebih teknis langkah-langkah lobi dilakukan dengan (1)
mengetahui motif-motif orang yang terlibat dalam lobi; (2) mewaspadai jebakan, (3)
menetralisir sikap lawan, (4) memperbesar situasi media dan menyusun rancangan
pendekatan media.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


96 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Teknik Negosiasi

Dalam menjalankan teknik negosiasi kita mengenal 4 pendekatan yakni (1)


bargaining, (2) kompromi, (3) “kalah-menang”, dan (4) “menang-menang”. Namun yang
paling ideal dalam kegiatan bisnis adalah negosiasi yang berorientasi pada situasi
“menang-menang”. Karena selain berorientasi terhadap pemecahan masalah, juga
berorientasi pada terpenuhinya kepuasan kedua belah pihak dan tercipta dan terpelihara
hubungan jangka panjang yang harmonis. Dalam “menang-menang” pihak lain tidak
dipandang sebagai lawan melainkan sebagai mitra bisnis.

Tapi tidak setiap situasi memungkinkan kita untuk melakukan negosiasi yang
berorientasi pada situasi “menang-menang”. Ini terjadi manakala terjadi konflik
kepentingan dengan pihak lain, dan pihak lain berupaya menggunakan pendekatan
negosiasi “kalah-menang”. Selain itu, hubungan harmonis jangka panjang tidak
diperhitungkan dan jika kita merasa cukup kuat untuk melakukan bargaining.

Pilihan terhadap pendekatan dan gaya negosiasi bergantung pada situasi yang
dapat dikelompokkan dalam 4 kategori: (1) kerja sama vs keterbukaan, (2) kekuasaan vs
kepercayaan, (3) distorsi komunikasi vs keterbukaan, (4) egois vs kepentingan bersama.
Sedangkan untuk negosiasi “menang-menang” ada lima langkah yang dapat kita tempuh
yaitu (a) mengidentifikasi kebutuhan kedua belah pihak; (b) urun-rembuk menyusun
kemungkinan penyelesaian; (c) evaluasi alternatif penyelesaian; (d) implementasi
penyelesaian; dan (e) tindak-lanjut penyelesaian.

Teknologi Informasi & Komunikasi Bisnis

Mengenal Teknologi Komunikasi dan Informasi

Istilah teknologi dan komunikasi merupakan paduan dari dua istilah yaitu teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang kita
pergunakan untuk mengolah data dan kata, atau bisa kita sederhanakan sebagai
komputer. Sedangkan teknologi komunikasi merupakan teknologi yang dipergunakan
untuk menyebarluaskan informasi. Namun teknologi informasi dan komunikasi merupakan
perangkat yang dipergunakan untuk mengolah data dan kata yang kemudian
disebarluaskan melalui perangkat komunikasi yang tersedia. Teknologi informasi dan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


97 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
komunikasi merupakan integrasi dari berbagai teknologi yang tadinya terpisah seperti
teknologi komputer, teknologi telekomunikasi dan teknologi media. Integrasi dari
teknologi-teknologi itu melahirkan kekuatan baru teknologi informasi dan komunikasi
sehingga kita mengenal apa yang dinamakan internet dengan berbagai fasilitasnya
seperti fasilitas e-commerce, e-banking, e-shopping, dan pembelajaran jarak jauh (e-
learning).

Munculnya teknologi informasi dan komunikasi mengubah pula kebutuhan pada


tenaga kerja. Ada tiga kriteria untuk pekerja karena perkembangan teknologi ini, yaitu: (a)
pengetahuan tentang lanskap teknologi; (b) kreativitas; dan (c) analitis. Teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan bisnis bisa menjalankan proses bisnis yang
petanya adalah sebagai berikut: (a) otomatisasi; (b) informasi dan analisis; (c)
penelusuran (tracking); (d) menghilangkan kendala geografis; (e) disintermediasi; (f)
sekuensial dan paralel; dan (g) aset intelektual.

Dari sisi khalayak, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut


mendorong kita untuk memberikan keterampilan atau kompetensi baru terhadap
khalayak. Kompetensi baru tersebut dinamakan melek-informasi. Apa yang dimaksud
dengan melek informasi? Ada beberapa definisi tentang ini. Ada yang menyebut melek
informasi sebagai (a) pemahaman dan serangkaian kemampuan yang memampukan
individu untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kapsasitas untuk
mendapatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan itu secara
efektif; (b) kemampuan untuk “mengetahui kapan informasi diperlukan dan kemampuan
untuk mendapatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang diperlukan secara
efektif.

Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Komunikasi Bisnis

Keunggulan saluran komunikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi


dibandingkan dengan saluran komunikasi konvensional adalah (a) memfasilitasi
pengumpulan informasi tentang sejumlah besar kustomer (kepentingannya, perilaku
pembelian secara online, kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi); (b) memberikan
peluang bagi perubahan yang cepat dan memutakhirkan isi dan sajian yang secara cepat
menanggapi peluang dan tantangan baru; (c) memungkinkan untuk bisa tampil secara
global dengan berlandaskan lokalitasnya; (d) menawarkan peluang penciptaan dinamis
format isi dan sajian untuk sasaran khalayak yang kecil dan/atau penyampaian informasi
yang dipersonalisasikan. Kegiatan komunikasi bisnis yang memanfaatkan teknologi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


98 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
informasi dan komunikasi itu bisa dibagi dua menjadi (a) komunikasi internal dan (b)
komunikasi eksternal.

Sedangkan dalam negosiasi yang menggunakan fasilitas teknologi informasi dan


komunikasi, ada 5 (lima) unsur pokok dalam proses negosiasi yaitu (a) kesepakatan yang
bisa dicapai dalam berbagai tingkatannya seperti masih diperbincangkan lebih jauh,
tawaran akhir dari pembeli atau penjual, atau sepakat berjual-beli; (b) pesertanya, yaitu
penjual, pembeli, juru lelang, pialang dan semacamnya; (c) pesan yang dikirimkan kepada
para peserta untuk diubah menjadi kesepakatan. Misalnya pesan tawaran untuk membeli
atau menjual, dan perubahan harga; (d) alur proses yang menggambarkan bagaimana
perubahan kesepakatan sebagai akibat pesan yang dikirimkan kepada para peserta; dan
(e) pesan yang dikirimkan kepada para peserta sebagai perubahan kesepakatan.

Pada sisi lain kita menyaksikan berkembangnya apa yang dinamakan komunitas
online (online community). Menurut Antikainnen yang mengutip Cothrel menyebutkan
komunitas online sebagai kelompok-kelompok bisnis, kustomer, dan karyawan yang
memiliki kepentingan yang sama yang berinteraksi melalui internet. Sedangkan Andrews
menyatakan bahwa komunitas online tersebut terbentuk dari tiga komponen yaitu (a)
kepercayaan (trust) dan watak komunikasi bermediakan komputer, (b) implementasi
komunitas online, dan (c) dampak ekomominya. Sedangkan istilah komunitas online
perusahaan/organisasi bisnis adalah komunitas yang dijaga oleh satu perusahaan
dengan berbagi kepentingan bersama dan berinteraksi melalui teknologi informasi dan
komunikasi.

Apa yang dilakukan kutukutubuku.com misalnya merupakan bentuk pelaku usaha


kecil yang merintis usahanya dari hobi dan kecintaan pada buku akhirnya menjadi
pedagang buku online. Fasilitas blog yang tersedia memungkinkan mereka
mempromosikan kehadirannya. Apalagi dengan adanya fasilitas mesin pencari seperti
Yahoo! dan Google memudahkan pengguna internet untuk menelusuri informasi yang
diperlukan hanya dengan memasukkan kata kunci dari informasi yang dicari. Mesin
pencari itulah yang akan menuntun dan mengarahkan pencarian informasi. Sekalipun kita
tidak tahu alamat situs satu organisasi bisnis, namun kita bisa tetap mengakses situs
organisasi bisnis tersebut dengan menggunakan apa yang ditampilkan oleh mesin pencari
tersebut.

Adanya situs blog yang isinya bisa kita rancang sendiri sangat membantu usaha
kecil dan menengah untuk mempromosikan diri di dunia maya. Hal ini turut mendorong
berkembangnya ekonomi baru di Indonesia yang bergerak dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Kini orang bisa berjualan barang hanya dengan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


99 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
menyediakan stok dagangannya di rumah sementara “etalase”-nya ada dimana-mana
yang berupa layar komputer yang mengakses alamat situs usaha tersebut.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


100 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Profesionalisme Kerja - 06

Konsep Profesionalisme

Istilah profesionalisme berasal dari kata professio, dalam Bahasa Inggris professio
memiliki arti sebagai berikut:

A vocation or occupation requiring advanced training in some liberal art or science and
usually involving mental rather than manual work, as teaching, engineering, writing, etc.
(Webster dictionary, 1960:1163) (suatu pekerjaan atau jabatan yang membutuhkan
pelatihan yang mendalam baik di bidang seni atauilmu pengetahuan dan biasanya lebih
mengutamakan kemampuan mental daripada kemampuan fisik, seperti mengajar, ilmu
mesin, penulisan, dll ). Dari kata profesional tersebut melahirkan arti profesional quality,
status, etc yang secara komprehensif memilki arti lapangan kerja tertentu yang diduduki
oleh orang orang yang memilki kemampuan tertentu pula (Pamudji,1985).

Demikian juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981) dalam
Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “kecocokan
(fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence)
dengan kebutuhan tugas (task-requirement), antara lain :

a. Merencanakan adalah suatu usaha untuk mepengaruhi fungsi, struktur, atau


penyerapan satu tujuan organisasi atau lembaga pemerintahan.

b. Mengkoordinasikan melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur


administrasi

c. Melaksanakan fungsi secara efisien mengambil langkah-langkah yang perlu dengan


mengacu kepada misi yang ingin dicapai.

d. Etos kerja tinggi adalah giat, rajin dan serius tunduk terhadap otoritas yang lebihtinggi,
Kreatif, Mandiri dan Siap Bekerja Sama dalam manghadapi tantangan

Menurut pendapat tersebut, kemampuan aparatur lebih diartikan sebagai kemampuan


melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk
mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai
dan kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh kembang
dengan kekuatan sendiri secara efisien, melakukan inovasi yang tidak terikat kepada
prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja tinggi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


101 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pandangan lain seperti Siagian (2000:163) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
profesionalisme adalah “keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana
dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah
dipahami dan diikuti oleh pelanggan”.

Terbentuknya aparatur profesional menurut pendapat diatas memerlukan pengetahuan


dan keterampilan khusus yang dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan sebagai
instrumen pemutakhiran. Dengan pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki
oleh aparatur memungkinkan terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur
dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional.
Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai
oleh sebuah organisasi. Apabila suatu organisasi berupaya untuk memberikan pelayanan
publik secara prima maka organisasi tersebut mendasarkan profesionalisme terhadap
tujuan yang ingin dicapai.

Dalam pandangan Tjokrowinoto (1996:191) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan


profesionalisme adalah kemampuan untuk untuk menjalankan tugas dan
menyelenggarakan pelayanan publik dengan mutu tinggi, tepat waktu, dan prosedur yang
sederhana. Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan
iklim dalam dunia birokrasi yang cenderung bersifat kaku dan tidak fleksibel.

Secara fleksikal, kata profesi berasal dari kata profession (Inggris), profesus (Latin), yang
berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan. Di dalam Kamus Webster
ditemukan pengertian bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi dalam liberal art’s atau science dan biasanya meliputi pekerjaan mental
yang ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang
khusus bertujuan untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis terhadap yang
lain dengan bayaran atau upah. Lebih jauh, profesi adalah suatu keterampilan yang
dalam praktiknya didasarkan atas suatu struktur teoretik tertentu dari beberapa bagian
pelajaran atau ilmu pengetahuan.

Beberapa definisi di atas menyiratkan makna bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat
dikategorikan sebagai profesi. Dari sifatnya, profesi adalah sesuatu yang memiliki
serangkaian elemen inti (a set of core elements) yang membedakannya dari jenis
pekerjaan lain. Beberapa sifat profesi dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Lebih mementingkan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


102 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jaman.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap, serta cara kerja.

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi, dan kesejahteraan anggotanya.

g. Memberi kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.

h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup dan menjadi anggota permanen.

Ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut: (1) Berbeda dengan pekerjaan lain karena memiliki
sejumlah pengetahuan yang unik yang dikuasai dan dipraktikkan oleh para anggotanya;
(2) Memiliki suatu ikatan yang kuat dari para anggotanya dan aktif mengatur syarat-syarat
memasuki profesi; (3) Memiliki kode etik yang memaksa; (4) Memiliki literatur meskipun ia
mungkin menimba dari banyak disiplin akademik untuk isinya; (5) Biasanya memberikan
jasa-jasa kepada masyarakat dan digunakan oleh cita-cita yang mengatasi tujuan-tujuan
untuk mementingkan diri sendiri semata-mata; dan (6) Tidak hanya personal tetapi juga
dilihat sedmikian rupa oleh masyarakat.

Suatu profesi juga dicirikan oleh : (1) payment (bersifat bayaran); (2) knowledge and
skill(memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas); (3) responsibility purpose
(memiliki tanggung jawab sebagai agen, pribadi, sosial, dan tanggung jawab sebagai
pengembang misi untuk mencapai tujuan); (4) the professional ideal services (memberi
pelayanan yang tepat); (5) Unity (memiliki suatu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan);
(6) recognition(memperoleh pengakuan dari masyarakat). Liberman melengkapi ciri
profesi dengan penjelasan sebagai berikut:

1. A unique, definite and essential. Suatu pelayanan yang khas, tertentu, dan mendasar.
Pelayanan yang dalam pelaksanaannya jelas dapat diidentifikasi daripada pelayanan
lain;

2. An emphasis upon intellectual techniques in performing its service. Sesuatu yang


menekankan kepada teknik-teknik intelektual dalam pelayanannya;

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


103 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. A long period of spesialized training. Profesi ditempuh melalui latihan tertentu dalam
tenggang masa yang panjang;

4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and occupation group
as a whole. Suatu lapangan otonomi yang luas baik bagi para individu praktisi maupun
bagi kelompok kerja sebagai suatu keseluruhan;

5. As acceptance by practitioners of road personal responsibility for judgements made


and acts performed within the scope of professional autonomy. Sebagai penerimaan
oleh praktisi atas tanggung jawab personal yang luas terhadap keputusan yang dibuat
dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam ruang lingkup otonomi profesional);

6. As emphasis upon the services to be rendered rather than the economic gain to the
practitioners as the basic for organization and performance of the social service
delegated to the occupational group. Suatu penekanan atas pelayanan yang diberikan
daripada ganjaran ekonomis bagi para praktisi, sebagai dasar bagi organisasi dan
penampilan pelayanan sosial terhadap kelompok kerja;

7. A comprehensive self governing organizations of practitioners. Suatu organisasi


praktisi yang menyeluruh dalam mengelola organisasi secara mandiri;

8. A code of ethics, which has been classified and interpreted without ambiguous and
doubtfull points. Suatu kode etik yang telah diklasifikasi dan ditafsirkan tanpa
pengertian yang kabur.

Dari berbagai pandangan yang dikutip di atas dapat diringkaskan bahwa suatu profesi
dicirikan oleh hal-hal berikut : (1) memiliki kualifikasi ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang khusus; (2) memberikan jasa intelektual yang khas kepada masyarakat; (3) memiliki
kewenangan intelektual kepada masyarakat umum; (4) memiliki kode etik yang bersifat
khsusus; dan (5) memiliki sosialisasi yang kuat terhadap profesi.

Istilah profesional merupakan lawan kata amatir yang juga merujuk kepada dua
hal.Pertama, orang yang menyandang suatu profesi atau pekerjaan yang merupakan
suatu model bagi konsepsi suatu pekerjaan yang sangat diinginkan atau dicita-citakan.
Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.

Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional guru terkait erat dengan kemampuan-kemampuan sosial dan


personal. Kemampuan sosial meliputi kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


104 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tujuan kerja dan lingkungan sekitar sewaktu menjalankan tugasnya sebagai pengajar.
Kemampuan personal meliputi penampilan sikap positif atas situasi kerja sebagai
pengajar dan situasi pendidikan, pemahaman atas nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh
seorang pengajar dan penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan anak didiknya.

Kemampuan profesional meliputi penguasaan materi bahan ajar, konsep-konsep


keilmuan bahan ajar tersebut, landasan kependidikan, proses-proses pendidikan dan
pembelajaran siswa. Dalam proses belajar mengajar, konsep kemampuan profesional
guru direfleksi dalam pelaksanaan pekerjaan yang terdiri atas tiga tahapan : (1) tahap
kesiapan guru untuk melakukan tugas yang ditunjukkan dengan perencanaan pengajaran;
(2) tahap pelaksanaan prosedur pengajaran berdasarkan perencanaan yang telah
dipersiapkan; dan (3) tahap ketiga berkaitan dengan kemampuan guru dalam membina
hubungan antarpribadi.

Tahap perencanaan pengajaran meliput aspek-aspek: (1) rencana pengorganisasian


bahan pengajaran; (2) pengelolaan pengajaran; (3) rencana pengelolaan kelas; (4)
penggunaan media dan sumber belajar; dan (5) rencana penilaian prestasi. Tahap
pelaksanaan prosedurterdiri atas aspek-aspek: (1) penggunaan metode, media, dan
bahan pengajaran; (2) berkomunikasi dengan siswa; (3) mendemonstrasikan metode; (4)
mendorong keterlibatan siswa; (6) mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan
pengajaran; (7) melakukan evaluasi.

Tahap pembinaan hubungan antarpribadi dapat diamati dari aspek-aspek: (1)


pengembangan sikap positif terhadap siswa dengan; (2) sikap terbuka dan fleksibel; (3)
kesungguhan dan kegairahan mengajar; (4) mengelola interaksi perilaku di dalam kelas.

Ada enam karakteristik mengajar yang efektif, yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah
penjabaran kemampuan profesional. Pertama, ogranisasi yang baik dari pokok bahasan
dan mata pelajaran. Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-
tujuan, materi pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian. Tahapan penyiapan kelas
dan efektivitas penggunaan waktu di dalam kelas, juga merupakan indikator dari
organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Riset menunjukkan bahwa
pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan dengan cara siswa belajar.
Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan dapat membantu mengembangkan
kemampuan belajar siswa, maka dapat dinyatakan bahwa organisasi bahan pengajaran
yang baik memberikan kontribusi terhadap efektivitas mengajar.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


105 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kedua, komunikasi yang efektif. Kemampuan guru termasuk penggunaan audiovisual
atau teknik-teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan karakteristik mengajar
yang penting untuk dievaluasi. Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan-kemampuan
menjelaskan presentasi, kelancaran verbal, interpretasi gagasan-gagasan abstrak,
kemampuan berbicara yang baik dan kemampuan mendengarkan. Dapat berkomunikasi
dengan baik merupakan karakteristik penting bagi mengajar yang efektif. Karena,
komunikasi yang efektif sangat penting untuk kelas-kelas yang besar, seminar,
laboratorium, grup-grup diskusi kecil, sebaik dalam percakapan orang perorang.

Ketiga, pengetahuan dari —dan perhatian pada— bahan pelajaran serta pengajaran.
Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar mereka dapat
mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya secara
tepat pula. Seorang pengajar penting untuk memberikan perhatian dan mencurahkan
pemikirannya terhadap disiplin ilmunya, termasuk yang didapatkannya dari penelitian.
Pengetahuan pengajar terhadap materi pelajaran direfleksikan juga dalam
kemampuannya memilih buku teks, bahan bacaan dan daftar referensi, isi pelajaran serta
silabus pelajaran.

Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di antaranya
ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa mengalami
kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan mengajukan
pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian terhadap hal-hal yang
dipelajari siswa. Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan
kepercayaan diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-
harapan yang tepat, pembimbingan dan dorongan kepada siswa.

Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus diberitahu
mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuis-kuis, yang akan
dijumlahkan pada akhir pembelajaran. Keterkaitan masing-masing materi yang tercakup
dalam pelajaran merupakan aspek penting dari keadilan. Konsistensi penting bagi tujuan
pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan penilaian. Batas waktu dan manfaat umpan
balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan elemen penting dari keadilan sebagaimana
kesesuaian antara beban kerja dengan kredit yang diterima. Umpan balik dalam bentuk
peringkat dan komentar tidak hanya dapat menjadi indikator pencapaian pengetahuan
relatif siswa terhadap rekan sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator
pertumbuhan pribadi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


106 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi,
juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan


mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.

2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.

3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan


yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada


persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.

5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti


pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis


mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


107 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa
dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang
yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis
yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup
pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut
DE GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu
atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara
orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
untuk mengisi waktu luang. Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN /
PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI :

➢ Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.

➢ Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).

➢ Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.

➢ Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


108 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa
setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam
bidangnya atau profesinya. Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme
menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall, kata
tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional
memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep
profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau
prinsip, yaitu:

Pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi


sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega
informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi.

Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan


bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap
adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan
terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang
memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi
secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang
terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud


bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama
profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan
pekerjaan mereka.

Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini
merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


109 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah
itu baru materi.

kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya


profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena
adanya pekerjaan tersebut.

Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat
sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah
konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil
memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna.

Profesional :

➢ Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.

➢ Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

➢ Hidup dari situ.

➢ Bangga akan pekerjaannya.

Ciri-Ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus


meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Dengan melihat ciri-
ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah
orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


110 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu
kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat.
Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu
estándar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas
masyarakat yang semakin baik.

Kriteria Pekerjaan menjadi sebuah profesi

Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui adanya sepuluh
macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam
studi tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria:

1. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip keilmuan


yang dapat diterima masyarakat.

2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya.

3. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.

4. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang dibutuhkan di mana


masyarakat umum tidak memilikinya.

5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.

6. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.

7. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan tugas.

8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu
mendorong dan membina anggotanya.

9. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.

10. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta


anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.

Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjan
dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:

1. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan dan
keahlian).

2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan dalam organisasi


profesi, memiliki kode etik dan pengabdian masyrakat).

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


111 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai status profesional
(memperoleh dukungan masyarakat, perlindungan hukum dan mempunyai
persyaratan kerja dan jaminan hidup yang layak).

Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka pekerjaan
guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:

1. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.

2. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang permasalahan perkembangan


anak (Shaleh, 2005:278-280).

Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan profesional:

a. Mengandung unsur pengabdian

Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu kepada


masyarakat. Setiap orang yang mengaku menjadi pengembang dari suatu profesi
tertentu harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
tersebut.

b. Mengandung unsur idealisme

Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian
pengabdian pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya
keadilan, kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.

c. Mengandung unsur pengembangan

Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja


yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus. Secara teknis profesi tidak
boleh berhenti atau mandek. Kalau kemandekan teknik ini terjadi profesi itu dianggap
sedang mengalami proses kelayuan atau sudah mati. Dengan demikian, profesipun
manjadi punah dari kehidupan masyarakat (Nata, 2001:139).

Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar
dapat disebut sebagai profesi yaitu:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


112 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.

2. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian .

3. Kebakuan yang universal.

4. Pengabdian

5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif

6. Otonomi

7. Kode etik

8. Klien.

Wolmer dan Mills dalam Sardiman mengatakan pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang yang luas.

2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris.

3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional. (Sardiman,


2007:164).

Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:

1. Ada standar kerja yang baku dan jelas.

2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program


pendidikan yang baik.

3. Ada organisasi yang memadai pelakunya untuk mempertahankan dan


memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.

4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam memperlakukan
kliennya.

5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .

6. Ada pengakuan masyarakat (profesional penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu
sebagai suatu profesi.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


113 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Komunikasi Profesionalisme - 07

Pengertian profesional dan ciri-cirinya lengkap – Apa itu yang dimaksud dengan
profesional? apa saja ciri-ciri dari profesional? jika kamu belum mengetahui arti dari
profesional dan ingin mengetahuinya secara lebih lengkap, kamu dapat membaca dan
memahami artikel dibawah ini.

Penjelasan Tentang Profesional

Pengertian profesional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan
dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang
mengarahkan serta mendasari perbuatan. Atau definisi dari profesional adalah orang
yang hidup dengan cara mempraktekan suatu keterampilan atau keahlian tertentu yang
terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya. Jadi dapat disimpulkan profesional
yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya.

Seorang profesional tentunya harus mempunyai keahlian yang di dapatkan melalui suatu
proses pendidikan dan disamping itu terdapat unsur semangat pengambilan dalam
melaksanakan suatu kegiatan kerja. Dalam melakukan tugas profesi, seorang profesional
harus dapat bertindak objektif, yang artinya bebas dari rasa sentimen, benci, malu
maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil keputusan.

3 Hal Pokok Yang Ada Pada Seorang Profesional

Profesional adalah seorang yang memiliki tiga hal pokok yang ada didalam dirinya, yang
diantaranya meliputi:

• Skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli di bidangnya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


114 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai, minimalnya
berwawasan mengenai ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya.

• Attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika yang
diterapkan didalam bidangnya.

Ciri-Ciri Profesional

Adapun ciri ciri dari profesional yang diantaranya sebagaimana di bagian bawah ini:

1. Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.

2. Memiliki kode etik.

3. Memiliki tanggung jawab profesi serta integritas yang tinggi.

4. Memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat.

5. Memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program kerja.

6. Menjadi anggota organisasi dari profesinya.

Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisasi, Profesionalisme, Profesionalitas

Pernah mendengar apa itu profesi, profesional akan tetapi belum paham betul
sebenarnya dari maksud kata tersebut. Untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
timbul di dalam hati ini saya akan sedikit menjelaskan melalui artikel saya di situs
pendidikan ini tentang pengertian profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas,
profesionalisasi.

Mungkin bagi beberapa orang merasa ini tidak penting namun perlu kita ketahui bahwa
kata tersebut dapat menjadi acuan tingkat kinerja kita. Sebagaiman kita menyikapi
pekerjaan kita terlebih dalam tanggung jawab yang akan kita terima sesuai dengan
pekerjaan yang kita jalani. Baiklah langsung saja kita kita bahas tema kita hari ini.

Profesi

Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi:

❖ SCHEIN, E.H (1962)

Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma
yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


115 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
❖ HUGHES, E.C (1963)

Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang
diderita atau terjadi pada kliennya

❖ DANIEL BELL (1973)

Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang


diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat

❖ PAUL F. COMENISCH (1983)

Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama

❖ KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,


kejuruan, dan sebagainya) tertentu

❖ K. BERTENS

Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama

❖ SITI NAFSIAH

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah
hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain
(orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan,
profesionalisme, dan tanggung jawab

❖ DONI KOESOEMA A

Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk
jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat

#Dapat disimpulkan:

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


116 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya.
Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak
dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui
pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan
yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak
memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat,
karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

Profesional

Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesional

❖ KUSNANTO

Profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dala suatu pekerjaan tertentu

❖ KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Profesional bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk


menjalankannya

❖ DARYL KOEHN

Profesional adalah orang yang memberikan pelayanan kepada klien

❖ AHOLIAB WATLOLY

Profesional adalah orang yang berdisiplin dan menjadi "kerasan" dalam pekerjaannya

❖ OERIP S. POERWOPOESPITO

Profesional merupakan sikap yang mengacu pada peningkatan kualitas profesi

❖ LISA ANGGRAENY

Profesional merupakan suatu tuntutan bagi seseorang yang sedang mengemban


amanahnya agar mendapatkan proses dan hasil yang optimal

❖ BUDY PURNAWANTO

Profesional merupakan bagian dari proses, fokus kepada output, dan berorientasi ke
customer

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


117 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
❖ HARY SUWANDA

Profesional adalah seorang yang benar-benar ahli di bidangnya dan mengandalkan


keahliannya tersebut sebagai mata pencahariannya

❖ PRASETYANTOKO

Profesional adalah elemen individuao yang meletak dalam rangkaian besar mesin
kapitalisme

❖ TANRI ABENG (2002)

Seorang profesional harus mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara


mendalam, mampu melakukan kerativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya
serta harus selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi

#Dapat Disimpulkan:

Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional.
Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus
bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tersebut. Seorang
profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu,
seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta mengembangkan
kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di
bidangnya.

Profesionalisme

Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesionalisme:

❖ KIKI SYAHNARKI

Profesionalisme merupakan "roh" yang menggerakkan, mendorong, mendinamisasi


dan membentengi TNO dari tendensi penyimpangan serta penyalahgunaannya baik
secara internal maupun eksternal

❖ DONI KOESOEMA A

Profesionalisme merupakan salah satu cara bagi guru untuk merealisasikan


keberadaan dirinya sebagai pendidik karakter

❖ ONNY S. PRIJONO

Profesionalisme merupakan kemampuan untuk memasuki ajang kompetisi sebagai


antisipasi menghadapi globalisasi

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


118 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
❖ PAMUDJI, 1985

Profesionalisme memiliki arti lapangan kerja tertentu yang diduduki oleh orang - orang
yang memiliki kemampuan tertentu pula

❖ KORTEN & ALFONSO, 1981

Yang dimaksud dengan profesionalisme adalah kecocokan (fitness) antara


kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan
tugas (ask - requirement)

❖ AHMAD BAHAR

Profesionalisme merupakan usaha suatu kelompok masyarakat untuk memperoleh


pengawasan atas sumber daya yang berhubungan dengan suatu bidang pekerjaan

❖ AHOLIAB WATLOLY

Profesionalisme adalah sikap seorang "profesional" atau "profi"

❖ ABD. RAHIM ABD. RASHID

Profesionalisme merupakan satu aspek penting dalam meningkatkan integriti sumber


daya manusia

❖ AHMAN SUTARDI & ENDANG BUDIASIH

Profesionalisme adalah wujud dari upaya optimal yang dilakukan untuk memenuhi
apa-apa yang telah diucapkan, dengan cara yang tidak merugikan pihak-pihak lain,
sehingga tindakannya bisa diterima oleh semua unsur yang terkait

#Dapat disimpulkan:

Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan


kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu
kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.

Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di
dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah
strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga
bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab moral.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


119 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Profesionalitas

Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2 menguasai, sungguh2


kepada profesinya. “Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya

Profesionalisasi

Beberapa Pengertian profesionalisasi:

Dari segi bahasa: Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti
kemampuan profesional.

Dedi Supriadi (1998) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan


dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.

Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : …..the
improvement of status and the improvement of practice”. Peningkatan status dan
peningkatan pelatihan.

#Dapat disimpulkan:

“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi
dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau
kelompok orang menjadi profesional.

Hambatan Komunikasi

Hambatan umum antar pribadi yang terjadi dalam komunikasi meliputi Hambatan Internal,
dan Hambatan Eksternal dalam artian :

1. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait
kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan
(depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


120 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi
tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat
menyebabkan salah pengertian.
3. Hambatan komunikasi secara interaksi
Dalam pengenalan komunikan tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi inilah
biasanya terjadi hambatan – hambatan yang dapat menyebabkan suatu komunikasi
tidak berhasil dengan baik. Hambatan - hambatan yang biasa terjadi disebabkan
karena adanya ketidaksiapan mental, waktu, dan psykologis seseorang. Selain itu
factor kurang percaya terhadap cerita atau pesan yang disampaikan oleh komunikator
juga menjadi penghambat dalam interaksi berkomunikasi, dan pada akhirnya proses
penyampaian pesan tidak berhasil dengan baik.
4. Hambatan komunikasi secara situasional
Dalam berkomunikasi, seorang komunikator hendaknya memperhatikan situasi.
Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh factor situasi. Yaitu apabila komunikan
sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin mendengarkan sebuah informasi
atau pesan. Selain itu seorang komunikator harus memperhatikan situasi yang
berhubungan dengan kondisi seorang komunikan. Misalnya saja seorang komunikator
hendaknya tidak menyampaikan sebuah pesan yang bersifat mengecewakan apabila
situasi komunikannya sedang tidak sehat atau sakit.

Hambatan Menurut Para Ahli

Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam


Stoner james, A.F dan Charles Wankel

Kita sering melihat dua orang sahabat bertengkar hebat hanya karena masalah
sepele. Banyak suami istri yang bercerai, padahal mereka saling mencintai, hanya karena
ego dan tidak mau saling memahami. Organisasi bisa hancur dan pecah karena
anggotanya tidak kompak. Dua pihak berseteru karena merasa yang paling benar.
Semuanya itu berpangkal dari masalah komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan dengan
orang lain. Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini sebenarnya adalah karena faktor
komunikasi. Perang dan perdamaian ada juga karena faktor komunikasi. Semuanya
berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi ibarat poros yang menjadi inti dari semua
kegiatan yang ada di bumi.
Seperti yang sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada
faktor-faktor yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


121 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tersebut dinamakan hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan
komunikasilah yang menyebabkan dua pihak berseteru. Hambatan-hambatan komunikasi
juga menyebabkan perang dunia . Berikut ini merupakan hambatan-hambatan komunikasi
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel.

1. Perbedaan Persepsi
Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah
pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai
sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut
sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang
menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama
bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa
mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera , namun orang yang lainnya
bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-
sama garis lurus.
2. Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih
bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun
demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena
bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari
kebudayaan masing-masing.
3. Karakter Dasar
Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis,
dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah
karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter
yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah
karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan
dalam sebuah komunitas, apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang
memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.
4. Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab
kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi,
pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak
enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga
terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada
komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


122 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton

Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran
komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan
sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat
menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh:
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang
sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama
dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan
bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di
tiap suku. Seperti contoh: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh,
tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


123 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan,
suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan
telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang
kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi
tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi
tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah
komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan
suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan
tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain
tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

Faktor-faktor Hambatan

Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahan,


ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang efektif:
1. Perbedaan latar Belakang:
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang berbeda,
berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk
mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan
dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran
komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar
persamaan orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan
tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan
kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
a) Perbedaan persepsi
b) Perbedaan pengalaman dan latar belakang
c) Sikap praduga/stereotip
2. Factor bahasa:
Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh) ikut
berpengaruh dalam proses komunikasi antara lain:

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


124 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a) Perbedaan arti kata
b) Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
c) Komunikasi nonverbal
3. Sikap pada waktu berkomunikasi:
Hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi factor utama, sikap-sikap seseorang
yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara lain:
a) Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
b) Mengadakan penilaian terhadap pembaca
c) Sibuk mempersiapkan jawaban
d) Bukan pendengar yang baik
e) Pengaruh factor emosi
f) Kurang percaya diri
g) Gaya/cara bicara dan nada suara
4. Faktor lingkungan:
Lingkungan dan kondisi tempat kita berkomunikasi juga ikut menentukan proses
maupun hasil komunikasi tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
a) Factor tempat
b) Factor situasi/ waktu

Menurut Wahyu Ilaihi, MA dalam bukunya Komunikasi Dakwah. Faktor penghambat


komunikasi, yaitu :
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Konteks komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator harus
memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi mata
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan
dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
a. Hambatan sosiologis
Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu gemeinschaft dan
gesellschaft. Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan
karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam
berkomunikasi.
b. Hambatan antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam postur,
warna kulit, dan kebudayaan.
c. Hambatan psikologis

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


125 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan komunikasi tidak mengkaji
dulu diri dari komunikan.
2. Hambatan semantic
Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya pada komunikan.
3. Hambatan mekanik
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi.

Beberapa faktor penghambat komunikasi interpersonal, antara lain:

1. Sikap tidak percaya


• Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua perilaku orang lain, menilai
pribadi orang lain berdasarkan perilakunya yang tidak disenangi
• Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain
• Tidak jujur artinya sering menyembunyikan pikiran dan pendapat
2. Sikap tidak suportif
• Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain seperti mengecam
• Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan perilakunya,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya
• Strategi artinya penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain
• Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai personal meainkan
sebagai objek
• Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain karena
status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, kecantikan atau
ketampanan.
• Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai
kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat

Strategis Mengatasi Hambatan

1. Mengatasi Hambatan-hambatan Internal


Untuk mencapai suatu tujuan, entah itu sukses dalam karir atau pekerjaan, studi, atau
apapun itu, tidak tertutup kemungkinan kita akan menghadapi berbagai hambatan
atau kesulitan, yang berasal dari eksternal maupun internal (psikologis). Hambatan
yang kedua inilah yang terkadang justru lebih sulit diatasi, atau bahkan sulit dikenali.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


126 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kita sering konflik dengan diri sendiri. Atau muncul keraguan bahkan pikiran-pikiran
negatif yang membuat kita tidak berani melangkah. Karena itu, agar langkah kita
semakin mantap dalam mencapai cita-cita ataupun tujuan kita, terlebih dahulu atasi
hambatan-hambatan internal seperti berikut ini:

a. Rasa takut

Rasa takut bisa bermacam-macam. Takut ditolak, takut gagal, atau rasa takut
yang tidak jelas, hanya sekedar takut. Jika Anda percaya bahwa Anda harus
melakukan sesuatu secara sempurna atau tidak melakukan sama sekali, Anda
akan memberikan tekanan yang besar pada diri Anda. Dengan kata lain, ketika
Anda tidak merasa yakin Anda mampu mendapatkan yang terbaik dalam hal yang
Anda lakukan, lebih baik Anda tidak melakukannya. Pemikiran seperti ini yang
akan membuat Anda tidak bisa mencapai kesuksesan, karena Anda tidak
memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk sukses.

Untuk mengatasi rasa takut, mulailah dengan mengakui, ada rasa takut dalam diri
Anda. Selama rasa takut itu ada di dalam alam bawah sadar Anda, rasa takut itu
mempunyai kekuatan untuk melumpuhkan Anda. Kenali sumber-sumber
keresahan Anda secara sadar, dengan begitu kekuatannya akan berkurang.
Cobalah untuk berbicara dari hati ke hati dengan seorang teman, keluarga,
ataupun terapis yang mengetahui bagaimana cara mengatasi hambatan
emosionalnya sendiri.

b. Pikiran negative

Pikiran Anda sendiri yang menyakitk an bisa menghambat Anda. Kita sering
mengirimkan begitu banyak pesan negatif pada diri sendiri, seperti "Saya kurang
pandai", "S aya tidak pernah bisa membuat keputusan yang baik" dan sebagainya.
Nah, mulailah amati pikiran-pikiran negatif Anda dan tulis di buku catatan. Mintalah
teman-teman dan kolega Anda untuk membahas setiap komentar kritis yang Anda
buat tentang diri Anda sendiri untuk membantu Anda menjadi lebih sadar terhadap
hal itu. Lalu analisa pesan-pesan tersebut. Apakah pesan itu benar adanya.
Dengan memahami pesan-pesan tersebut, Anda akan mulai mengubah cara Anda
berpikir dan bertindak. Berikutnya, ketika Anda gagal, jangan mencaci maki diri
Anda sendiri. Lebih baik pikirkan penjelasan lain. Yang terpenting, ingatkan diri
Anda bahwa untuk berubah diperlukan keberanian dan kegigihan. Dan bahwa
Anda berani sekalipun hanya mencoba.

c. Rasa kewalahan

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


127 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Atasi setiap tugas besar selangkah demi selangkah. Jangan biarkan kesulitan atau
kebesaran itu mengintimidasi Anda. Dengan membagi tugas besar tersebut
menjadi bagian-bagian kecil yang bisa diselesaikan, akan mendatangkan
beberapa kesuksesan. Dan Anda akan tergerak untuk bergerak maju.

d. Kebiasaan menunda

Menunda pekerjaan atau tugas adalah hambatan sukses terbesar dalam bidang
apa saja. Dan Anda mungkin harus membayar mahal untuk akibat yang
ditimbulkannya. Rasa takut mengerjakan suatu tugas menghabiskan lebih banyak
waktu dan energi dibandingkan yang digunakan untuk menyelesaikan tugas itu.

Cobalah atur waktu Anda, dan cobalah untuk mengerjakannya secara nonstop
untuk menyelesaikannya. Di akhir jam yang ditentukan Anda sudah melakukan
kemajuan. Gunakan energi Anda untuk membakar hasrat dan keinginan untuk
terus bergerak maju untuk memenuhi impian.

e. Kurang focus

Kita mudah tergelincir jika tujuan yang akan dicapai adalah beberapa bulan atau
tahun yang akan datang. Oleh karena itu, ingatkan diri Anda akan tujuan Anda
setiap hari. Dan lakukan setiap hari, bila tidak memungkinkan lakukan setiap
minggu. Dengan cara ini, Anda akan tetap termotivasi dan membantu Anda
mengatasi masalah atau kesulitan yang Anda hadapi sepanjang jalan yang Anda
lalui. Saat Anda mencoba untuk mempelajari sesuatu hal baru, coba duduk dan
bayangkan bagaimana kehidupan Anda pada tahun-tahun mendatang.

Penting juga untuk mengevaluasi ulang tujuan-tujuan Anda secara periodik.


Adakalanya perjuangan keras Anda untuk bisa mencapai tujuan Anda
kemungkinan tidak sesuai dengan rencana yang sudah Anda susun. Jika Anda
ingin mengubahnya, jangan anggap itu sebagai menyerah kalah. Tapi sebagai
bukti pertumbuhan pribadi Anda. Lalu persiapkan diri untuk mencapai tujuan baru
yang lebih tepat atau cocok untuk Anda.

Adapun cara lain dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi, antara lain:

1. Gunakan umpan balik (feedback), Setiap orang yang berbicara memperhatikan


umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal,
kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


128 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang
dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.

3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung dapat


mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat
memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang selektif
dapat pula digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga
meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.

4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang
sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena
kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


129 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993. Teori Komunikasi, Jakarta, Univ.Terbuka


2. Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication. Wadsworth
Publising Company Inc.Belmont.
3. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja
Rosdakarya,Bandung.
4. Joseph A. Devito, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books.
5. Effendi, Onong Uhyana, 2009, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
6. Kasali Rhenald, 2007, Sukses Melakukan Presentasi, Gramedia,Jakarta
7. Komala, Lukiati, 2009, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses & Konteks,
DianRakyat
8. Daryl Koehn., Landasan Etika Profesi. Pustaka Filsafat, Kanisius,
Yogyakarta,2000.
9. Baumer, David, Poindexter, J.C (2002), Cyberlaw and e-commerce, McGraw-
Hill, ISBN 0-07- 244120-8.
10. Edi Purwono, 2002, Apa Yang Harus Diketahui Oleh Sistem Analis, Penerbit
Andi Yogyakarta, ISBN979-533-812-9
11. Franz Magnis-Suseno,1987, Etika Dasar, Penerbit Kanisius, ISBN979-413-
199-7.
12. Steven Covey, 7 Habits of Highly Effective People
13. Bernard Kutner. Elements and Problems of Democratic Leadership dalam Alvin
W.Gouldner, Studies in Leadership. Russel & Russel, Inc. New York. 1965.
14. Drs. Ig. Wursanto. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Andi Offset. Yogyakarta. 2001
15. Franklin S.Haiman, Ph.D. Group Leadership and Democratic Action, Houghton Miftin
Company, Cambridge Massachusetts, 1951.
16. Kondalkar, V.G. 2007. “Organizational Behaviour”. New Delhi: New Age Internationa
17. Kusdi. 2010. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian, dan Praktik. Jakarta: Salemba
Empat
18. Liliweri, A. (2004). Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


130 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
19. Pace, R. Wayne, Faulers, Don F. 1994. Organizational Communication 3rd Ed.
NewJersey: Prentice-Hall, Inc.
20. Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
21. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. 2007. Jakarta :
Rajawali Press.
22. Tom D.Daniels, et.al (1997). Perspective on Organizational Communication. Boston:
McGraw Hill.

Referensi Jurnal:
1. Furqon, Chairul. 2013. “Hakikat Komunikasi Organisasi”
2. Mukherjee, Sumitava. 2013. “What Is An Organization?”

Refernsi Online:
1. Anonim, “Prinsip manajemen”, Diakses melalui situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen pada pukul 20.05, Rabu, 25 Desember.
2. Achmadi, Indra. 2012. Kinerja Organisasi. Diakses melalui situs
http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/kinerja-organisasi.html, pada tanggal 24
Desember 2013 pukul 15.15 WIB.

2021 Komunikasi dan Etika Profesi


131 Yuwan Jumaryadi
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai