الَحْم ُد ِهلل اَّلِذ ْي َخ َلَق الّز َم اَن َو َفَّض َل َبْع َض ُه َع َلى َبْع ٍض َفَخَّص َبْعُض الُّش ُهْو ِر َو اَألَّياِم َو اَللَياِلي ِبَم َز اَيا َو َفَض اِئَل ُيَع َّظُم ِفْيَها اَألْج ُر
والَحَس َناُت.
َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ي ِبَقْو ِلِه َوِفْع ِلِه ِإَلى الَّرَش اِد.
فَيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َهللا، أَّم ا بْعُد. الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم عَلى َع ْبِد َك َو َر ُسْو ِلَك ُمَحّمٍد َو َع َلى آِله وأْص َح اِبِه ُهَداِة اَألَناِم في َأْنَح اِء الِبَالِد
َتَع اَلى ِبِفْع ِل الَّطاَعاِت
َلِٕىْن َشَك ْر ُتْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َكَفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِدْي ٌد
Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim: 7)
Sebelum mengawali pemaparan materi khutbah ini, khatib
mengajak kepada seluruh jamaah Jumat untuk senantiasa
meningkatkan, menguatkan, dan mengimplementasikan ketakwaan
kepada Allah swt dalam setiap detik kehidupan ini.Wasiat takwa ini
menjadi kewajiban untuk disampaikan oleh khatib kepada jamaah dan
menjadi salah satu rukun khutbah yang jika tidak disampaikan, maka
tidak sempurnalah khutbah Jumat yang dilakukan dan berdampak pada
ketidakabsahannya rangkaian ibadah shalat Jumat. Adapun tolok ukur,
apakah kita termasuk orang yang bertakwa atau tidak, adalah
kemampuan kita untuk menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan ini bukan hanya ada di lisan saja
namun terukur dari kesesuaian mulut dan perbuatan. Bisa saja kita
tahu sesuatu itu dilarang olah Allah. Bisa saja kita fasih mengatakan hal
itu tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun jika ternyata lain di
mulut lain, lain di hati, dan lain di kenyataan, maka ketakwaan kita
patut diragukan.
Jamaah jum’at rahimakumullah
Hari ini kita berada di ujung bulan Muharram. Dalam hitungan
hari ke depan, umat islam sudah memasuki bulan Shafar yang juga
tentu saja tidak kalah istimewanya. Oleh sebab itu marilah berada di
akhir Muharram ini kita manfaatkan untuk meningkatkan
takwallah.,Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Semoga semakin hari takwa kita kian berkualitas. Amin ya rabbal
alamin.
Jamaah jum’at rahimakumullah
Tahun hijriah seperti juga tahun masehi merupakan bagian dari
fenomena alam biasa. Secara ringkas, bila kalender masehi
mendasarkan penghitungan pada peredaran bumi mengelilingi
matahari, kalender hijriah mengacu pada peredaran bulan mengelilingi
bumi. Karena itulah kita sering mendengar kalender hijriah disebut
pula kalender qamariyah (qamar artinya bulan), sedangkan kalender
masehi dikenal dengan sebutan kalender syamsiyah (syams artinya
matahari). demikian, di balik posisinya sebagai gejala alam tersebut,
terdapat aneka keistimewaan karena agama memang menjadikannya
demikian. Islam mengajarkan bahwa ada kelebihan-kelebihan tertentu
antara satu bulan dengan bulan yang lain dalam kalender hijriah. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 36:
ِإَّن ِع َّدَة الُّش ُهوِر ِع نَد ِهَّللا اْثَنا َع َش َر َش ْهًرا ِفي ِكَتاِب ِهَّللا َيْو َم َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِم ْنَها َأْر َبَع ٌة ُحُر ٌم ۚ َٰذ ِلَك الِّديُن
اْلَقِّيُم
Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas
bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah
(ketetapan) agama yang lurus."
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan
berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar
Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena
kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk
memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak
ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk
memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama.
Jamaah jum’at rahimakumullah
Dalam kitab Ihya’ Ulûmid-Dîn, Imam al-Ghazali mengenalkan
istilah al-ayyâm al-fâdhilah atau hari-hari utama. Menurutnya, hari-hari
utama selalu dijumpai dalam tiap pekan dan bulan. Bulan-bulan utama
ini juga selalu dijumpai di tiap tahun. Dan waktu adalah salah satu dari
makhluk Allah, seperti juga manusia, jin, dan binatang. Namun,
sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Multazam, Masjid
Nabawi, Masjidil Haram, dan lainnya, waktu pun demikian. Dalam tiap
rentang waktu tertentu (hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu
terkandung bagian waktu yang diistimewakan, misalnya waktu antara
maghrib dan isya, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, bulan
Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu
spesial itulah pahala bisa dilipatgandakan, dosa-dosa bisa dihapus, dan
doa-doa kemungkinan besar dikabulkan.
Jamaah jum’at rahimakumullah
Allah memang telah menganugerahi kita kesempatan-
kesempatan emas yang demikian banyak.
Allah mengutamakan waktu-waktu tertentu karena hendak memberi
keutamaan pada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana keterangan Ibnu
‘Asyur saat menafsirkan surat at-Taubah ayat 36 tadi:
، َفَتْفِض ْيُل الَّناِس ِبَم ا َيْص ُد ُر َع ْنُهْم ِم َن ْاَألْع َم اِل الَّصاِلَح ِة،َو اْع َلْم َأَّن َتْفِض ْيَل ْاَألْو َقاِت َو اْلِبَقاِع ُيَش ِّبُه َتْفِض ْيَل الَّناِس
َو ْاَألْخ اَل ِق ْالَك ِر ْيَم ِة
Artinya: "Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu dan tempat
tertentu merupakan kehendak dimuliakannya manusia, melalui
perbuatan-perbuatan baik dan akhlak mulia yang mereka
lakukan." (Muhammad Ibnu ‘Asyur dalam At-Tharîr wat Tanwîr)
Pernyataan Ibnu ‘Asyur mengandung pengertian bahwa kemuliaan
bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara
otomatis.Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika
mereka mau mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal salih
dan akhlakul karimah. Keutamaan bulan-bulan khusus adalah satu hal,
dan keutamaan pribadi orang-orang Islam adalah hal yang lain.
Keistimewaan bulan Muharram adalah satu soal, sementara
keistimewaan individu-individu kaum muslimin adalah soal lain. Hal
tersebut sangat tergantung bagaimana kita umat Islam merespons
keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu kepada kita: Apakah
mengisinya dengan baik atau tidak.
Jamaah jum’at rahimakumullah
Dalam mengarungi kehidupan melalui ikhtiar ini, kita juga harus
menyadari bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kita
diperintahkan untuk melakukan ikhtiar dan setelah itu kita diingatkan
untuk bertawakal, berserah diri kepada Allah. Dalam surat Luqman
ayat 34 disebutkan:
ِاَّن ِع ْن َد ٗه ِع ْلُم الَّساَع ِۚة َو ُيَن ِّز ُل اْلَغْي َۚث َو َي ْع َلُم َم ا ِفى اَاْلْر َح اِۗم َو َم ا َتْد ْي َن ْف ٌس َّماَذ ا َت ْك ِس ُب َغًد ۗا َو َم ا َتْد ْي َن ْف ٌۢس
ِر ِر َهّٰللا
ِبَاِّي َاْر ٍض َت ُمْو ُۗت ِاَّن َهّٰللا َع ِلْي ٌم َخ ِبْير
ِبْس ِم ِهَّللا اَّلِذ ي اَل َيُضُّر َم َع اْس ِمِه َش ْي ٌء ِفي اَأْلْر ِض َو اَل ِفي الَّس َم اِء َو ُهَو الَّس ِم يُع اْلَعِليُم
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak
akan ada sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup mendatangkan
mudarat. Dialah Maha-mendengar lagi Maha-mengetahui."
Barang siapa yang membaca doa tersebut pagi dan sore hari, maka
ia tidak akan menerima akibat buruk dari malapetaka. Keterangan
tentang doa ini bisa ditemukan dalam hadits riwayat Abu Dawud, at-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
Dengan demikian, semoga kita akan dapat memaksimalkan akhir
bulan Muharram dan bersiap memasuki bulan Shafar dengan penuh
optimisme.
َباَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفى ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم َ ،و َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم اِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ِذ ْك ِر اْلَحِكْيِم َو َتَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه
َو ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع الَعِلْيُم َ ،و َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفأْسَتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُهَو الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم
KHUTBAH KEDUA
َاْلَحْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ْي َأَم َر َنا ِبْاِال ْع ِتَص اِم ِبَح ْبِل ِهللاَ ،أْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن
ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َال َنِبَّي َبْع َد ُهَ .الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى سّيِد نا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهَداُه.
َأَّم ا َبْعُد ؛أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم .بسم هللا الرحمن الرحيم .إَّن َهللا ومالئكَتُه يصُّلوَن على
النِبِّي َيا أُّيَها الذيَن ءاَم نوا َص ُّلوا عليِه وَس ّلموا َتْسليًم االّلـُهَّم َص ّل على سّيِد نا محَّمٍد وعلى ءاِل
سّيِد نا محَّمٍد كَم ا صّليَت على سّيِد نا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِد نا إبراهيم وباِر ْك على سّيِد نا محَّمٍد
وعلى ءاِل سّيِد نا محَّمٍد كَم ا باَر ْك َت على سّيِد نا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِد نا إبراهيَم إّنَك حميٌد
مجيٌد َ.الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِتَ ،و اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت ْاَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو ْاَألْم َو اِتِ ،إَّنَك
َسِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الّد َع َو اِت.الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلَنا ُذ ُنْو َبَنا َو ُذ ُنْو َب َو اِلَدْيَنا َو اْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياَنا ِص َغاًرا