Pada hari ini, Selasa, 5 Desember 2023 ( lima Desember dua ribu dua tiga ) pukul 12.00
WIB ( dua belas Waktu Indonesia bagian Barat ) menandatangani perjanjian jual-beli antara :
Nama : Jungkook
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 1 Januari 1990
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Dimana No. 100
No. KTP : 123456789
Dalam hal ini sudah mendapat persetujuan dengan sang istri yang bernama :
Nama : Devi Yustisia
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 1 Januari 1990
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Dimana No. 100
No. KTP : 123456789
Dalam hal ini sebagai penjual ruko yang selanjutnya disebut dengan PIHAK PERTAMA.
DAN
Nama : Jimin
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 25 Febuari 1966
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Raya Dsn Purwokerto
No. KTP : 987654321
Dalam hal ini sebagai pembeli yang selanjutnya disebut dengan PIHAK KEDUA.
PASAL 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
(1) Bahwa PIHAK PERTAMA memiliki Hak yaitu:
a. Menerima informasi yang lengkap dari PIHAK KEDUA mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan;
b. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;
c. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
d. Memerintahkan PIHAK KEDUA untuk melakukan perubahan, perbaikan atau
penyempurnaan hasil Pekerjaan apabila di temukan kekurangan, kesalahan atau
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan Pekerjaan yang telah atau sedang dilakukan;
e. Menerima hasil pekerjaan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dalam
perjanjian ini.
(2) Bahwa PIHAK PERTAMA memiliki Kewajiban yaitu:
a. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh PIHAK
KEDUA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan;
b. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang telah disepakati dalam Perjanjian
ini kepada PIHAK KEDUA;
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
(1) Bahwa PIHAK KEDUA memiliki Hak yaitu:
a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang
telah ditentukan dalam Kontrak;
b. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari PIHAK
PERTAMA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Perjanjian;
PASAL 8
FORCE MAJEURE
(1) Yang dimaksud keadaan Force Majeure adalah berbagai keadaan yang mengganggu
kelancaran pelaksanaan proyek seperti:
a. Bencana alam (gempa, tanah longsor, badai, dan banjir);
b. Perang, revolusi, makar, huru hara, pemberontakan, kerusuhan dan kekacauan,
kebakaran; dan
c. Keadaan memaksa yang dinyatakan oleh pemerintah.
(2) Apabila terjadi force majeure maka:
a. Pihak Kedua memberitahukan kepada Pihak Pertama atau sebaliknya bahwa
telah terjadi keadaan memaksa;
b. Pihak Kedua menyatakan secara tertulis kepada Pihak Pertama bahwa telah
terjadi keadaan memaksa;
c. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak terjadinya keadaan memaksa Pihak
Kedua tidak membuat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka
Pihak Pertama berhak mengajukan keadaan memaksa kepada Pihak Kedua
untuk mendapatkan persetujuan tertulis;
d. Jika dalam waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya
pemberitahuan PIHAK Pertama kepada PIHAK Kedua tentang keadaan
memaksa tersebut, PIHAK Kedua tidak memberikan jawaban, maka PIHAK
Kedua dianggap menyetujui terjadinya keadaan memaksa tersebut;
e. Pihak Pertama segera melaporkan kemajuan pekerjaan pada saat keadaan
memaksa, setelah diperiksa oleh Pihak Kedua; dan
f. Pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dilakukan perhitungan
setelah Pihak Kedua menyelesaikan kewajibannya.
PASAL 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
PARA PIHAK telah sepakat melakukan penyelesaian perselisihan sebagai berikut :
1) Melalui jalur musyawarah untuk mufakat.
2) Melalui Panitia Arbitrase apabila perselisihan tersebut tidak bisa dilakukan melalui
jalur musyawarah untuk mufakat. Panitia Arbitrase tersebut terdiri dari:
a. Seorang wakil yang ditunjuk PIHAK PERTAMA
b. Seorang wakil yang ditunjuk PIHAK KEDUA, dan
c. Seorang wakil yang ditunjuk PARA PIHAK.
3) Apabila perselisihan tersebut tidak bisa dilakukan melalui jalur musyawarah untuk
mufakat dan juga melalui Panitia Arbitrase. Kedua belah pihak sepakat menyelesaikan
perselisihannya menurut hukum yang berlaku dengan memilih tempat pada Pengadilan
Negeri Denpasar.
Demikian Surat Perjanjian Pemborongan Bangunan ini dibuat berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta tanpa adanya pengaruh pihak
manapun juga, ditandatangani oleh kedua belah pihak diatas meterai bernilai Rp. 10.000,-
(Sepuluh Ribu Rupiah), masing-masing pihak mendapatkan 1 (satu) rangkap dan memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang nantinya dapat dipergunakan
sabagaimana mestinya.
Para Pihak