“Joko Kendil”
Penulis : Yolanda Citra R.
Pada zaman dahulu, di sebuah desa terpencil yang terletak di Jawa Tengah.
Terdapat seorang janda miskin, yang mempunyai seorang anak laki-laki dengan
bentuk tubuh yang menyerupai periuk untuk menanak nasi atau kendil. Karena
tubuh anak laki-laki tersebut menyerupai kendil, maka anak tersebut dikenal
dengan sebutan Joko Kendil. Meskipun sang anak menyerupai kendil, namun
sang ibu tidak merasa malu atau menyesalinya. Sebaliknya, sang ibu sangat
menyayangi anaknya dengan tulus.
Tahun berganti tahun, Joko Kendil pun tumbuh menjadi dewasa. Namun ada
yang berbeda dari dirinya dengan laki-laki pada umumnya, yaitu bentuk
tubuhnya yang tetap tidak berubah, tetap seperti kendil. Hingga pada suatu
hari, ia menyampaikan keinginannya untuk segera menikah.
Joko Kendil: " Ibu..... umurku sudah dewasa, umur yang sudah cukup untuk
menikah. Jadi, aku ingin segera menikah bu."
Tentu saja sang ibu bingung, siapakah yang ingin menikah dengan anaknya
yang berbentuk seperti kendil ini? .
Ibu Joko Kendil: " Memangnya siapa yang ingin kau nikahi nak?"
Joko Kendil: " Aku ingin menikahi salah satu dari Putri kerajaan bu, dan aku
hanya ingin menikah dengan Putri kerajaan.”
( Ibu Joko Kendil terkejut mendengar pernyataan anaknya )
Ibu Joko Kendil: " Apakah keinginanmu tidak keliru anakku? Engkau anak orang
miskin, mana mungkin seorang Putri kerajaan mau menikah denganmu?" Kata
sang ibu.
Tetapi, Joko Kendil tidak mendengarkan ucapan sang ibu. Ia tetap mendesak
sang ibu untuk melamarkan Putri kerajaan dengannya. Akhirnya pada hari yang
ditentukan, Joko Kendil dan ibunya menghadap kepada sang Ratu dari Kerajaan
tersebut yang mempunyai 3 orang Putri yang cantik jelita.
Ibu Joko Kendil : " Maaf atas kelancangan saya baginda Ratu, saya dan anak
saya yang bernama Joko Kendil datang kesini bemaksud untuk melamar salah
satu Putri anda."
Sang Ratu sangat terkejut dengan pernyataan ibu Joko Kendil, tetapi dengan
bijaksana ia bertanya kepada ketiga Putrinya itu.
Ratu : " Wahai putri-putriku, Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati.
Adakah dari kalian yang bersedia menerima lamaran Joko Kendil?"
Dewi Kantil : " Ibunda, aku tidak sudi menikah dengan anak desa yang miskin
itu." Ucap dengan ketus.
Dewi Mawar : " Akupun tidak sudi menikah dengan pria aneh itu. Aku hanya
ingin menikah dengan Putra Mahkota yang tampan dan kaya raya." Ucapnya
dengan sombong.
Mendengar jawaban Dewi Melati yang mengagetkan itu, sang Ratu tertegun
sejenak. Ia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Dewi Melati sehingga
bersedia menjadi istri Joko Kendil. Namun sebagai Ratu yang bijaksana ia harus
menepati janjinya.
Ratu : “ Salah satu anakku, Dewi Melati bersedia menerima lamaran anakmu
Joko Kendil. “
Dayang 2 : “ Kasihan sekali ya, Dewi Melati menikah dengan laki-laki seperti
itu.
Dayang 3 : “ Jika dibandingkan dengan Dewi Melati, laki-laki itu sangat tidak
pantas bersanding dengannya.”
Akhirnya pernikahan dewi melati dan Joko Kendil pun dilangsungkan dengan
meriah. Joko Kendil resmi menjadi suami Dewi Melati dan mereka hidup
bahagia. Namun, kebahagiaan mereka selalu terganggu dengan ejekan dan
cemoohan kedua kakaknya.
Dewi Kantil : “ Lihatlah, suami Dewi Melati jalannya bagaikan bola yang
menggelinding.” Ucapnya dengan keras agar terdengar oleh adiknya.
Dewi Mawar : “ Bukan hanya badannya saja, tetapi wajahnya pun buruk rupa.”
( Dewi Kantil dan Dewi Mawar tertawa meledek )
Semua ejekan itu diterima dengan tabah dan penuh kesabaran oleh Dewi
Melati.
Dewi Mawar : “ Dewi Melati, dimana suamimu itu? Apakah dia tidak mengikuti
perlombaan ini?” Tanya Dewi Mawar.
Dewi Melati : “ Suamiku sedang sakit, jadi tidak bisa mengikuti perlombaan ini.”
Jawab Dewi Melati.
Dewi Kantil : “ Benarkah suamimu sedang sakit? Atau dia hanya berpura pura
saja, karna tidak bisa berkuda dan menggunakan senjata.” Sahut Dewi Kantil
yang tidak sengaja mendengar percakapan Dewi Mawar dan Dewi Melati.
Dewi kantil dan Dewi Mawar pun juga ikut terpesona hatinya dan berusaha
menarik perhatian pangeran tersebut. Mata mereka melirik Dewi Melati yang
duduk termangu sendirian.
Dewi Kantil : “ Hanya kita yang pantas bersanding dengan pangeran tampan itu,
lihat adik kita sedang termenung memikirkan Kendil pujaannya.” Ejek Dewi
Kantil sambil mencibir kearah Dewi Melati.
Karena tidak tahan dengan ejekan serta cibiran dari kedua kakaknya, lalu tanpa
berlama-lama Dewi melati pun meninggalkan arena perlombaan dan lari ke
kamarnya.
Ketika memasuki kamar, Dewi Melati tidak melihat suaminya berbaring sakit,
melainkan hanya sebuah kendi yang kosong.
Dewi Melati : “ Kendil ini yang membuatku selalu dihina sehingga membuatku
sedih. Lebih baik kuhancurkan saja!” Teriak Dewi Melati sambil
menghempaskan kendil itu ke lantai sampai hancur berkeping - keping.
Seketika itu juga tiba - tiba dihadapannya muncul seorang kesatria yang sangat
tampan dan gagah perkasa persis seperti pangeran berkuda yang diarea lomba
tadi.
Dewi Melati : “ Siapa kamu, mengapa ada di kamarku?” Tanya Dewi Melati.
Sang pangeran pun menceritakan bahwa tubuhnya yang berbentuk kendil itu
adalah kehendak Dewata. Tubuhnya akan kembali seperti semula apabila ada
seorang putri kerajaan yang tulus menikah dengannya. Dewi Melati begitu
takjub mendengar cerita tersebut dan langsung memeluk suaminya dengan
bahagia.
Kejadian itu membuat Dewi Kantil dan Dewi Mawar malu sekaligus iri atas
keberuntungan adiknya.