Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANDIRI

Kelompok A3

BRONKITIS

ANGGOTA:
Arina Mardhotika (1102021041)
Arizal Efwan Y. (1102021042)
Aryadita Ramadhani M. (1102021043)
Astrella Intanaida N. (1102021044)
Athaillah Jasmine A. (1102021045)
Athallah Rafif D. A. (1102021046)
Athiyah Fauzana I. (1102021047)
Atikah Salsabila S. (1102021048)
Atiyyah Rahmadita (1102021049)
Aulia Rahma P. A. (1102021050)
Avriolando Lyendraputra R. (1102021051)
Ayuna Mardiya G. A. (1102021052)
Ayunda Puspita J. (1102021053)
Azwa Auziah S. (1102021054)
Azzahra Syadza N. P. (1102021055)
Bandaneira Mozza J. (1102021056)
Bobby Prakoso W. (1102021059)
Cathlya Hayati M. (1102021060)
Cindy Ratu P. (1102021061)
Clarisa Berliana (1102021062)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


JAKARTA
2022-2023

0
DAFTAR ISI

1. Definisi (2)

2. Etiologi (2)

3. Patofisiologi (3)

4. Manifestasi Klinis (4)

5. Diagnosis (4)

6. Diagnosis Banding (5)

7. Tatalaksana (5)

8. Pencegahan (7)

9. Komplikasi (8)

10. Prognosis (8)

Daftar Pustaka (9)

1
1. Definisi
Bronkitis kronis adalah peradangan pada saluran bronkus yang umumnya berlangsung
selama 3 bulan atau terjadi beberapa kali dalam 2 tahun. Bronkitis kronis merupakan
salah satu jenis penyakit paru yang termasuk ke dalam penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK).
Bronkitis akut merupakan kondisi inflamasi dari percabangan trakeobronkial, biasanya
disebabkan oleh infeksi

2. Etiologi
1. Bronkitis Akut
→ Penyebab:
● Virus yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan bagian bawah:
a. Influenza A dan B
b. Parainfluenza
c. Respiratory syncytial virus
d. Human metapneumovirus
● Virus yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas:
a. Rhinovirus
b. Coronavirus
c. Adenovirus
→ Penyebab paling umum: influenza
→ Penyebab lain: infeksi bakteri (persentase kasus lebih kecil)
● Chlamydia pneumoniae
→ Terutama pada orang dewasa muda
● Bordetella pertussis
→ Menyebabkan gejala atipikal yang mengakibatkan kasus bronkitis akut
yang berkepanjangan pada orang dewasa yang sebelumnya diimunisasi
● Mycoplasma pneumoniae
→ Agen etiologi tambahan
● Streptococcus pneumoniae
→ Spesies bakteri yang merupakan karakteristik dari infeksi pneumonia
2. Bronkitis Kronis
Penyebab utama bronkitis kronis adalah paparan asap rokok dalam jangka
panjang. Selain paparan asap rokok, beberapa kondisi lain yang menyebabkan
seseorang lebih berisiko terkena bronkitis kronis adalah :
1. Tinggal atau bekerja di sekitar perokok aktif.
2. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit paru-paru.
3. Sering terpapar debu atau asap pembakaran zat kimia.
4. Tinggal di lingkungan dengan kualitas udara buruk.
5. Menderita penyakit genetik berupa defisiensi alfa-1 antitripsin.

2
3. Patofisiologi

Terjadinya bronkitis itu bisa diakibatkan oleh paparan infeksi maupun non infeksi.
Apabila terjadi iritasi maka timbullah inflamasi yang mengakibatkan vasodilatasi,
kongesti, edema mukosa dan bronkospasme. Hal ini dapat menyebabkan aliran udara
menjadi tersumbat, oleh sebab itu mucocilliary defence pada paru mengalami
peningkatan serta kerusakan, dan cenderung lebih mudah terjangkit infeksi, pada saat
timbulnya infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi hipertrofi serta hyperplasia sehingga
meningkatnya produksi secret dan dinding bronkial akan menjadi tebal sehingga aliran
udara akan terganggu. Sekret yang mengental dan berlebih akan mengganggu dan aliran
udara menjadi terhambat baik itu aliran udara kecil maupun aliran udara yang besar.

Pembengkakan bronkus serta sekret yang kental akan mengakibatkan rusaknya


jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada alveolus terutama pada saat
ekspirasi. Saluran pernapasan akan terperangkap di distal paru dan akan mengalami
kolaps. Rusaknya hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan ventilasi alveolar,
asidosis, dan hipoksia.

Apabila penderita oksigennya kurang maka akan terjadinya resiko ventilasi yang
tidak normal, maka penurunan PaO2 akan terjadi dan apabila sampai ventilasi rusak
maka akan mengalami peningkatan PaCO2, hal itu dilihat dari sinopsisnya. Apabila
penyakit mulai memburuk, maka produksi sekret akan berwarna kehitaman disebabkan
oleh infeksi pulmonal (Somantri,2009).

3
4. Manifestasi Klinis
Pada pasien dengan bronkitis kronik, batuk yang menonjol dan produksi sputum
dapat menetap dalam jangka waktu lama tanpa menyebabkan disfungsi ventilasi. Namun,
sebagaimana telah dibahas sebelumnya, beberapa pasien mengalami PPOK yang
signifikan disertai obstruksi jalur keluar. Sindrom klinis ini disertai hiperkapnea,
hipoksemia, dan (pada kasus yang parah) sianosis (maka disebut "blue bloaters").
Diferensiasi bentuk PPOK ini dari kasus yang disebabkan oleh emfisema dapat terjadi
pada kasus klasik, namun banyak pasien menderita kedua kondisi tersebut. Dengan
progresivitas penyakit, bronkitis kronik dipersulit oleh hipertensi pulmonal dan gagal
jantung. Infeksi rekuren dan kegagalan respirasi merupakan ancaman terus-menerus.

Pada bronkitis akut yang diakibatkan dari infeksi virus, gambaran klinis diketahui
dengan baik yakni, hidung tersumbat disertai keluarnya cairan, bersin, gatal, nyeri
tenggorokan kering, dan suhu tubuh yang sedikit meningkat yang lebih tinggi pada
anak-anak.

5. Diagnosis
● Anamnesa
Gejala utama dari infeksi saluran nafas bawah adalah batuk. Pada bronkitis, batuk
kering menandakan adanya peradangan awal pada saluran udara bagian atas,
sering berkembang menjadi batuk yang produktif dalam jumlah sedang dengan
sputum mukopurulen dimana onset biasanya didahului oleh prodromal minimal
24 jam dengan gejala coryza dan faringitis.

● Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Tidak ada tanda yang
khas pada pemeriksaan fisik pada bronkitis akut maupun kronis dan biasanya
pasien jarang terlihat sakit kecuali terdapat komplikasi pneumonia. Pada
bronkitis, auskultasi dapat terdengar ronchi dan mengi tetapi tidak didapatkan
konsolidasi.

● Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi paru
Bertujuan untuk melihat batas normal kapasitas paru dan volume, apabila ada
kelebihan atau kekurang itu menunjukkan malfungsi pada sistem paru.
Normalnya yaitu 12-16x / menit, yang dapat mengangkat udara sekitar lima
liter pada usia dewasa, dan pada usia anak normalnya adalah 24x / menit.

4
Nama alatnya yaitu spirometer.
- Rontgen thorax
Jika melihat konsolidasi di bagian paru itu menunjukan kapasitas paru
menurun.

- Analisa gas darah


Untuk mengetahui ukuran oksigenasi, saturasi O2, kadar pada CO2,
pH/keseimbangan asam basa, kadar bikarbonat, dan kurang lebihnya basa.
Analisa pengukuran pada gas darah:
○ Saturasi O2 lebih dari 90%.
○ PaCO2 normal 35-45 mmHg,
○ PH normal 7,35-7,45,
○ Nilai normal PaO2 adalah 80-100 mmHg,
○ Total nilai normal CO2 yang terdapat pada plasma yaitu 24-31
mEq

- Pemeriksaan laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium agar dapat melihat perubahan terhadap
peningkatan eosinophil sputum

6.Diagnosis Banding
● Tuberculosis paru (Penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa bronkitis)
● Abses paru (Terutama bila lelah ada hubungan dengan bronkus besar)
● Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya karsinoma
Paru, adenoma paru
● Fistula broncopleural dengan emfisema

7. Tatalaksana
Tujuan utama pengobatan untuk bronkitis kronis adalah untuk meredakan gejala,
mencegah komplikasi, dan memperlambat perkembangan penyakit. Tujuan utama terapi
ditujukan untuk mengurangi produksi lendir yang berlebihan, mengendalikan peradangan
dan menurunkan batuk.

Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi farmakologis serta nonfarmakologis


(Widysanto and Mathew, 2021)
1. Intervensi farmakologis
Penggunaan beberapa agen farmakologis dapat memberikan manfaat pada pasien
dengan bronchitis kronis, antara lain:

5
a. Bronkodilator: B-Adrenergic receptor Agonists short ataupun long acting
serta antikolinergik membantu meningkatkan lumen saluran napas,
meningkatkan fungsi silia, dan meningkatkan hidrasi lendir (Widysanto
and Mathew, 2021).
b. Glukokortikoid: mengurangi peradangan dan produksi lendir (Widysanto
and Mathew, 2021).
c. Kortikosteroid inhalasi: mengurangi eksaserbasi dan meningkatkan
kualitas hidup. Namun, agen ini harus diberikan di bawah pengawasan
medis dan tidak untuk jangka panjang karena dapat menyebabkan
osteoporosis, diabetes, dan hipertensi(Widysanto and Mathew, 2021).
d. Terapi antibiotik: tidak diindikasikan dalam pengobatan bronkitis kronis
namun terapi makrolida telah terbukti memiliki sifat anti-inflamasi dan
karenanya mungkin memiliki peran dalam pengobatan bronkitis kronis
(Widysanto and Mathew, 2021).
e. Inhibitor fosfodiesterase-4: mengurangi peradangan dan meningkatkan
relaksasi otot polos saluran napas dengan mencegah hidrolisis zat siklik
adenosin monofosfat ketika terdegradasi, menyebabkan pelepasan
mediator inflamasi (Widysanto and Mathew, 2021).
f. Vaksin untuk flu dan pneumonia pneumokokus, karena orang dengan
bronkitis kronis berisiko lebih tinggi mengalami masalah serius akibat
penyakit ini (MedlinePlus, 2021).

2. Intervensi Non Farmakologis


a. Berhenti Merokok
Intervensi non farmakologis yang paling kritis pada penderita bronchitis
kronis adalah berhenti merokok. Berhenti merokok meningkatkan fungsi
mukosiliar dan menurunkan hiperplasia sel goblet. Berhenti merokok juga
telah terbukti mengurangi cedera saluran napas yang mengakibatkan
tingkat lendir yang terkelupas lebih rendah di sel trakeobronkial
(Widysanto and Mathew, 2021).
b. Menghindari lingkungan berasap
Menghindari asap rokok dan tempat-tempat di mana penderita mungkin
menghirup iritan paru-paru lainnya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2018; Medline Plus, 2021)
c. Rehabilitasi paru
Rehabilitasi paru merupakan bagian penting dari pengobatan bronkitis
kronis. Rehabilitasi paru merupakan program yang terdiri dari pendidikan,
modifikasi gaya hidup, aktivitas fisik secara teratur, dan menghindari
paparan polutan yang diketahui baik di tempat kerja atau lingkungan
tempat tinggal (Widysanto and Mathew, 2021).

6
d. Perbaikan nutrisi
Mengonsumsi makanan sehat sehingga tubuh memiliki daya tahan untuk
membantu mencegah infeksi paru-paru dan seluruh sistem saluran
pernapasan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2018).
e. Aktivitas fisik
Olahraga ringan dan teratur agar berat badan stabil dan sistem pernapasan
terlatih. Kelebihan berat badan membuat tubuh menanggung beban pada
sistem pernapasan yang membuat bernafas pun lebih sulit. Olahraga akan
melatih paru-paru dan jantung untuk bekerja lebih efisien dan
optimal(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2018).
f. Terapi oksigen
Terapi oksigen disarankan untuk pasien bronkitis kronis yang parah dan
memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah. Terapi oksigen dapat
membantu penderita bernapas lebih baik karena dapat digunakan sewaktu
waktu sat penderita oksigen ekstra (MedlinePlus, 2021).
g. Transplantasi paru
Transplantasi paru-paru merupakan upaya terakhir untuk orang yang
memiliki gejala parah dan tidak sembuh dengan obat-obatan (Medline
Plus, 2021)

8. Pencegahan
● Hindari kontak dekat dengan orang sakit, terutama jika sakit bronkitis.
● Hindari meminjam atau berbagi peralatan dengan seseorang yang mengidap
bronkitis, flu atau sekedar pilek.
● Jangan menyentuh jaringan bekas, karena virus yang menyebabkan bronkitis
dapat menyebar melalui lendir.
● Dapatkan vaksinasi flu setiap tahun.
● Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
● Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut ketika tangan masih kotor.
● Jangan merokok.
● Jauhi hal-hal yang mungkin dapat mengiritasi saluran napas. Iritan dapat
mencakup debu, jamur, bulu hewan peliharaan, polusi udara, asap, dan pembersih.
● Jika merasa masuk angin, sebaiknya banyak istirahat.
● Minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter.
● Makan makanan yang sehat.

7
9. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis, bronchitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian ata. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
b. Pleuritis.
c. Efusi pleura atau emfisema
d. Abses metastasis di otak, akibat septikemia oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
e. Hematoma terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomosis pembuluh darah.
Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan bedah
gawat darurat.
f. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
g. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arteriovenous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmonal
kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
h. Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronchitis yang
berat dan luas
i. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinuria.

10. Prognosis
Prognosis adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau perkiraan keadaan akhir
yang mungkin terjadi dari serangan penyakit (Dorland, 2002). Prognosis ini dapat
meliputi beberapa aspek, yaitu :

a. Quo ad vitam
Quo ad vitam merupakan ramalan mengenai hidup matinya penderita. Pada kasus
bronkhitis yang berat dan tidak diobati,prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan
lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, emfisema, gagal
jantung kanan, hemoptoe dan lainnya.

b. Quo ad sanam
Quo ad sanam merupakan ramalan mengenai kesembuhan pasien.Pada pasien
bronkitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien

8
berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi, prognosis bronkitis akut pada
anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang. Bila anak merokok (aktif
dan pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak
pada usia dewasa (Ngastiyah, 2005).

c. Quo ad functionam
Quo ad fungsionam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi fungsionalnya.
Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya baik, dapat pulih
seperti sebelumnya.

d. Quo ad cosmeticam
Quo ad cosmeticam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi kosmetik. Pada
kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik.

DAFTAR PUSTAKA
Benington-Castro, J. Everyday Health (2021). What Is Chronic Bronchitis? Causes, Symptoms,
Diagnosis, Treatment, and Prevention.
Woodfork K. (2007). Bronchitis. xPharm: The Comprehensive Pharmacology Reference, 1–13.
https://doi.org/10.1016/B978-008055232-3.63026-0
Anggraini, Nuri. 2011. Penatalaksanaan Infra Merah dan Chest Fisioterapi pada Bronkitis Akut
di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Robbins’s Basic Pathology edisi 9

Anda mungkin juga menyukai