Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

NIM : 042055919
NAMA : Dwi Febri Yanti
Matakuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kepada Yth Bapak / Ibu Tutor

Soal :
Tugas 1
1. Apakah kelebihan dan kelemahan Aliran atau Mahzab Hukum Alam dalam kaitan
dengan pembentukan hukum?
2. Dalam praktek di Pengadilan, aliran atau mahzab hukum apa yang digunakan oleh
hakim dalam menangani perkara sesuai ketentuan yang berlaku?
Jawaban :
1. Apakah kelebihan dan kelemahan Aliran atau Mahzab Hukum Alam dalam kaitan
dengan pembentukan hukum?
Jawab :
Aliran hukum alam atau yang biasa disebut mazhab hukum alam berpendapat bahwa hukum
itu berlaku universal dan abadi.
Penjelasan:
Aliran hukum alam atau yang biasa disebut mazhab hukum alam berpendapat bahwa hukum
itu berlaku universal dan abadi. Mahzab Sejarah dapat menjawab kelemahan pemikiran aliran
hukum alam dan hukum positif tentang hukum

2. Dalam praktek di Pengadilan, aliran atau mahzab hukum apa yang digunakan oleh
hakim dalam menangani perkara sesuai ketentuan yang berlaku?
Jawab :
Namun demikian tidak semua ahli hukum sependapat dengan hal tersebut di atas dan sebagai
reaksinya lahirlah aliran yang yang menolak dan menerima penemuan hukum oleh hakim:
Aliran ini berpandangan klasik (Aliran konservatif) yang di tenggari oleh Montesquieu, dan
juga Immanuel Kant berpendapat bahwa Hakim dalam menetapkan Undang-undang terhadap
peristiwa hukum sesungguhnya tidak menjalankan perannya secara mandiri. Hakim hanyalah
penyambung lidah atau corong Undang-undang (“Bouchedelaloi”) sehingga tidak dapat
merubah kekuatan hukum Undang-undang, tidak dapat menambah, tidak dapat
menguranginya disebabkan Undang-undang satu-satunya sumber hukum positif. Undang-
undang merupakan premis mayor dan peristiwa konkrit merupakan premis minor; sedangkan
keputusan Hakim adalah konklusi (kesimpulannya). Hal ini merupakan kesimpulan logis
tidak akan melebihi dari yang terdapat pada premis-premisnya. Ini adalah pandangan yang
logiscistis. karena sandarkan pada Pasal 20 AB bersumber dari pandangan ini yaitu : Pasal 20
AB “Hakim harus mengadili menurut Undang-undang kecuali ditentukan dalam pasal 11,
hakim sama sekali tidak boleh menilai anti atau keadilan dari undang-undang”. Pasal 21 AB :
“Tiada seorang Hakim pun dengan jalan peraturan umum, disposisi atau reglemen boleh
memutuskan dalam perkara yang tunduk kepada keputusannya”.
Sebagai reaksi aliran ini lahir pula penentangnya yang berpandangan lebih modern yaitu
Aliran Progresif yang di pelopori oleh Van Eikema Hommes teori dan pendapatnya disebut
materi Juridis, yang di Jerman dipertahankan oleh Oscar Bullow, Eugen Ehrlich, dan di
Perancis oleh Francois Geny serta di Amerika oleh Oliver Wendel Holmes dan Jerome Frank.
Geny menentang penyalahgunaan cara berfikir yang abstrak logistis dalam pelaksanaan
hukum dan fiksi bahwa Undang-undang berisikan hukum yang berlaku. Oliver Wendel
Holmes & J. Frank menentang pendapat yang mengatakan bahwa hukum yang ada itu
lengkap yang dapat menjadi sumber bagi Hakim dalam memutuskan peristiwa konkrit.
Penemuan hukum lebih menggunakan pandangan Mazhab historis yang dipelopori oleh Carl
Page 1|3
Von Sevigny yaitu Hakim perlu juga memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam
masyarakat, karena setiap bangsa itu memiliki jiwa bangsanya masing-masing (Volkgeist)
yang berbeda untuk setiap tempat. Hukum precedent dinegara-negara Anglo Saxon adalah
hasil penemuan hukum yang otonom sepanjang pembentukan peraturan & penerapan
peraturan dilakukan oleh hakim berdasarkan hati nuraninya tetapi juga sekaligus bersifat
heteronom karena Hakim terikat kepada keputusan-keputusan terdahulu (faktor-faktor diluar
diri hakim).

Demikian jawaban dari saya dan mohon koreksian dan revisi dari bapak / ibu tutor
Terima kasih
Salam
042055919 – Dwi Febri Yanti

Daftar Pustaka / Sumber Referensi


http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/umum/849-penemuan-hukum-oleh-hakim-
rechtvinding.html

Page 2|3

Anda mungkin juga menyukai