http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edukom
Abstract
___________________________________________________________________
There are different types of e-learning software, one of which is social learning network. Based on the results of research that
has been done, obtained an important factor in the development of e-learning that has not been studied, namely on feature
development of online counseling in e-learning so that in this study will be implemented many features of online counseling (e-
counseling) on social learning network. The purpose of this research is to make an application of social learning network using
the features of e-counseling, to know the features of e-counseling that can be implemented in e-learning and to test the quality of
the developed system. The method used in the development of this system is the waterfall method that starts from the needs
analysis, design, coding, and ending with testing software. Based on the research conducted, the results (1) has been produced
an application of social learning network with the features of e-counseling which hassome advantages such as a counselor can
get the data of student learning achievement for supporting the counseling, the counselor can collaborate with teachers and
parents,
(2)there are some features of the guidance and counseling servicethat can be applied on the application of social
learning network that is integrated with e-counseling is service information, service data collection, individual
counseling and collaboration with teachers and parents, (3) the results of alpha testing, experts testing, beta testing
showed the system developed in this study achieves very good results.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6811
Gedung E6 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ptik.rizalyugo@gmail.com
9
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
PENDAHULUAN secara fisik mengikuti pelajaran di ruang kelas.
(Lahinta, 2010).
Semenjak social network menjadi bagian Menurut Subiyantoro dkk (2013:178)
dari gaya hidup baru, internet menjadi media secara umum dikenal dua jenis aplikasi e-learning
yang efektif bagi guru dan siswa untuk yaitu Learning Management System (LMS) dan
berkomunikasi. Hubungan dalam bingkai Learning Content Management System (LCMS).
akademis dan konseling yang sebelumnya Namun, seiring dengan popularitas Social
melalui tatap muka juga telah terbawa ke dunia Network (SN) khususnya Facebook, muncullah
maya seperti melalui facebook, email dan media aplikasi Social Learning Network (SLN).
pendukung lainya yang dapat digunakan untuk LMS dan LCMS merupakan perangkat
proses komunikasi antar siswa dan guru maupun lunak yang telah banyak digunakan dan terbukti
konsultasi dengan konselor. Namun, hal tersebut handal dalam penerapan sistem e-learning, namun
belum dilakukan dalam sebuah sistem dan media sistem ini juga memiliki kekurangan seperti apa
yang dibangun secara sengaja, sehingga kegiatan yang disebutkan oleh Subiyantoro dkk (2013:179)
tersebut seolah-olah hanya kegiatan “curhat” bahwa LMS dan LCMS memiliki kelemahan
rutin sehari-hari antara siswa dengan konselor pada sistem yang kurang memperhatikan daya
secara online, tanpa dibingkai dengan aspek suai (adaptability), fleksibilitas, dan hubungan
etika yang mencerminkan profesionalitas sosial. Oleh karena itu, dalam perkembangan
konselor maupun aspek akademis yang teknologi saat ini, konsep hubungan sosial dan
membangun budaya ilmiah akademis yang baik. kepedulian sosial mulai diterapkan dan
Salah satu alternatif pemecahan masalah memberikan pengaruh terhadap kolaborasi dan
tersebut adalah dengan membuat e-konseling pembelajaran. Oleh karena itu, muncullah
sebagai media yang dapat mewadahi layanan konsep baru dalam pembelajaran online, yaitu
konseling secara profesional melalui internet konsep penambahan dimensi sosial pada proses
yang sesuai dengan kaidah etika profesionalitas pembelajaran yang berbasis social network, konsep
kerja konselor. Dengan adanya e-konseling juga ini disebut social learning network yang bertujuan
memberikan kemudahan bagi konselor dalam untuk mendorong penggunanya memiliki
pengarsipan data dan menyimpan seluruh pengalaman baru dalam belajar menggunakan
rekaman konseling. jejaring sosial (social network) yang telah
Dalam penelitian ini e-konseling ini akan dilengkapi dengan konsep kepedulian sosial
diintegrasikan dengan salah satu jenis platform e- (Halimi, 2011).
learning yaitu social learning network sehingga Menurut Kordesh (dalam Subiyantoro
konselor akan memperoleh data aktivitas dan dkk, 2013) Social Learning Network (SLN) atau
hasil pembelajaran yang dilakukan sehingga jejaring sosial untuk pembelajaran merujuk pada
dapat mendukung konselor dalam mendapatkan koneksi interpersonal melalui interaksi dengan
data terkait dengan klienya (siswa). tujuan utama untuk pengembangan
E-learning merupakan inovasi baru dalam pengetahuan. Dari penjelasan diatas, dapat
proses pembelajaran yang memanfaatkan media disimpulkan bahwa Social Learning Network
elektronik khususnya internet sebagai sistem merupakan penggabungan antara komponen
pembelajarannya. Dengan e-learning, proses social network dengan komponen e-learning
pendidikan tidak lagi mengharuskan untuk untuk proses pembelajaran dengan tujuan agar
adanya tatap muka secara langsung. interaksi interpersonal menjadi lebih dekat dan
Pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dapat mengembangkan pengetahuan.
komputer, jaringan komputer dan internet ini Penelitian tentang e-learning sudah
juga memungkinkan pengembangan ilmu dilakukan banyak orang dari awal tahun 1990
pengetahuan kepada peserta didik dapat sampai sekarang. Hal ini ditandai dengan
dilakukan dengan mudah melalui komputer berdirinya berbagai badan atau lembaga yang
ditempat mereka masing-masing tanpa harus melakukan penelitian tentang e-learning antara
10
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
lain AICC, W3C, Dublin Core, dengan adanya fitur e-konseling juga merupakan
ARIADNE, dukungan dari institusi (sekolah) dalam
IEEE LTSC, IMS, MERLOT, ADL, CEN/ISSS menjalankan bidang pelayanan yang ada di
WS -LT, JTC1 SC36, ALIC, OKI, CanCore sekolah.
(Robson dalam Djuniadi, 2012:42). Dari uraian diatas, maka mengintegrasikan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah social learning network dan e-konseling menarik
dilakukan, didapatkan satu faktor penting dalam untuk diteliti. Oleh karena itu penambahan fitur e-
pengembangan e-learning yang belum konseling pada social learning network ini menjadi
dikaji yaitu tentang pengembangan fitur konseling topik utama dalam penelitian ini.
online dalam e-learning.
Selain itu, alasan yang mendasari E-Konseling
diintegrasikanya e-konseling dengan e-learning Seiring dengan perkembangan teknologi
adalah menggabungkan 2 komponen pelayanan di informasi dan komunikasi, ada cara baru yang
sekolah sebagaiamana disebutkan oleh Prayitno dapat membantu proses konseling, yaitu dengan
(2004:240) pada gambar 1. memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi
melaui format jarak jauh yang dikenal dengan
istilah e-konseling. Istilah e-konseling berasal dari
bahasa inggris yaitu e-counseling (electronic
counseling) yang secara singkat dapat diartikan
yaitu proses penyenggaraan konseling secara
elektronik. Selain istilah e-konseling ada pula yang
menyebut dengan istilah cybercounseling, virtual
counseling, internet counseling dan sebagainya.
Namun secara khusus pelayanan e-konseling ini
diperkenalkan pada tahun 2009 di Indonesia. (Ifdil,
Gambar 1. Bidang-Bidang Pelayanan di Sekolah
2009).
Nabilah (2010:5) menyatakan bahwa yang
Dengan menggabungkan e-learning dengan
dimaksud dengan konseling melalui internet adalah
e-konseling diharapkan akan menambah
layanan konseling profesional antara konselor dengan
fungsionalitas dan pelayanan dalam pelaksanaan
klien yang terpisah jarak dan waktu dengan
pembelajaran di sekolah.
memanfaatkan teknologi internet baik interaktif
Ada beberapa permasalahan dalam
maupun tidak interaktif, baik secara langsung
penerapan pembelajaran online seperti yang
maupun tidak langsung, dengan menggunakan situs
disebutkan oleh Djuniadi (2008) dan Lahinta
yang aman dan berisi
(2010) berikut ini:
informasi-informasi yang senantiasa diperbaharui,
1) Peserta didik merasa terisolasi,
dimana layanan konselingnya bisa diberikan
2) Dis-orientasi,
melalui email, chat, maupun video conferencing
3) Tidak ada dukungan institusi dengan dengan aman.
kurangnya keterampilan teknologi atau
ketersediaanya terknologi yang
Bentuk Layanan E-Konseling
dibutuhkan,
Ifdil (2011) menyebutkan beberapa media
4) Mengurangi interaksi sosial, dan
yang bisa digunakan untuk melakukan konseling
5) Memerlukan tingkat disiplin diri,
online antara lain website, telephone/hand phone,
manajemen waktu dan motivasi yang
email, chat, instant messaging, jejaring sosial, dan
tinggi. video conferencing.
Maka dengan diterapkanya social learning
network yang diintegrasikan dengan fitur konseling
online, siswa diharapkan tidak merasa terisolasi,
interaksi siswa dapat ditingkatkan dan
11
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
Marthin (dalam Nabilah, 2010) membagi Tahap ini akan menerjemahkan hasil dari analisis
dua jenis layanan dalam konseling melalui kebutuhan ke dalam sebuah perancangan
internet menjadi lebih spesifik, yaitu : perangkat lunak sebelum dibuat. Dalam
1. Non Interaktif, berupa situs yang berisi penelitian ini tahap desain disajikan dalam
informasi dan narasumber self help atau bentuk Unified Modeling Language (UML)
pertolongan mandiri; beberapa langkah berikut:
2. Interaktif (synchronous dan asynchronous). a. Perancangan Arsitektural Sistem
Interaktif synchronous adalah pelayanan Pada penilitan ini perancangan arsitektur
konseling secara langsung seperti chat sistem menggunakan use case diagram yang
atau instant messaging, dan video digunakan untuk menggambarkan hubungan
conferenc Interaktif asyncronous yang antara pihak-pihak yang terlibat dalam sistem
e.
secara tidak langsung berupa email dengan lebih detail.
therapy dan Bulletin Boards Counseling b. Pemodelan Data
Interaktif: konseling yang berjenis Pemodelan Data merupakan suatu teknik
interaktif adalah situs yang untuk mengorganisasi dan mendokumentasikan
menawarkan alternatif bentuk terapi data sistem. Dalam pengembangan sistem e-
melalui internet, dimana terdapat learning ini, untuk menggambarkan model data
interksi antara konseli dan konselor digunakan relational database kemudian
baik secara langsung maupun tidak diimplementasikan ke dalam bentuk physical
langsung. database.
c. Perancangan Antar Muka
METODE Perancangan antar muka berfungsi untuk
merencanakan bagaimana perangkat lunak
Penelitian ini menggunakan metode berkomunikasi dengan pengguna. Perancangan
sekuensial linier (waterfall). Menurut Pressman antar muka sistem dengan pengguna akan
(2002: 37) menyatakan bahwa sekuensial linier menggunakan desain layout. Desain layout
merupakan sebuah pendekatan perangkat lunak berfungsi sebagai dasar pembuatan interface setiap
yang dimulai pada proses analisis perangkat modul dan halaman e-learning.
lunak, dilanjutkan desain perangkat lunak d. Perancangan Prosedural Sistem
kemudian kode pembuatan perangkat lunak dan Dalam merancang prosedural sistem akan
diakhiri dengan pengujian perangkat lunak. menggunakan activity diagram. Activity diagram
Gambar 1 adalah model sekuensial linier. digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang
dapat dilakukan oleh sistem pada setiap use case.
Tahap selanjutnya adalah implementasi,
yaitu tahap dimana hasil desain sistem
diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.
Pada tahap ini, perancangan arsitektural sistem
Gambar 2. Model Sekuensial Linier diimplementasikan menggunakan model-view-
controller (MVC) menggunakan framework
Tahap pertama adalah analisis kebutuhan, CodeIgniter. Hasil perancangan antar muka
pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan user pengguna (user interface) diimplementasikan
untuk aplikasi e-learning dan analisis fitur menjadi tampilan sistem menggunakan HTML,
konseling online yang akan diterapkan pada e- CSS, dan Jquery. Sedangkan perancangan
learning. Dalam analisis kebutuhan, metode komponen prosedural diimplementasikan
yang digunakan adalah wawancara dan studi menjadi prosedur atau alur sistem menggunakan
literatur. bahasa PHP.
Setelah melakukan analisis kebutuhan, Pada tahap pengujian, sistem ini diuji
tahap selanjutnya adalah tapah desain sistem. dengan tiga tahap yaitu pengujian alpha,
12
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
guru siswa
13
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
Tabel 1. Strategi Pelayanan Bimbingan dan menentukan arah tujuan yang dikehendaki
14
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
Dari analisis diatas, maka fitur e-konseling Dalam pengembangan sistem e-learning ini,
yang dapat diterapkan dalam social learning network untuk menggambarkan model data digunakan
ini dapat digambarkan seperti gambar 6. relational database, gambar 8 rancangan database
yang akan dibuat.
Layanan Informasi tb_siswa tb_konselor tb_sekolah tb_orangtua tb_guru
PK id_siswa PK id_konselor PK id_sekolah PK id_ortu PK id_guru
E-Konseling
PK id_kelas PK id_posting PK id_kerjakan_tugas PK id_tugas PK id_komentar
Video Conference
PK id_kuis
PK id_kerjakan_kuis PK id_soal PK id_siswa PK id_kegiatan
Chat
id_kelas id_kuis id_kuis id_kelas id_kelas
id_guru id_siswa soal id_tugas
judul_kuis id_kelas dst... nilai nama_kegiatan
soal jawaban dst..
Guru Mapel dst..
tb_email_therapy tb_respon_email tb_pesan tb_percakapan
Kolaborasi
Orangtua PK id_email_therapy PK id_respon PK id_pesan PK id_percakapan
topik
pertanyaan
respon
dst..
id_siswa
id_konselor
id_ortu
username
pesan
dst..
Learning Network
dst...
tb_self_help
tb_komentar_sh
PK id_self_help
PK id_komentar_sh
Orangtua
Melihat Rekap Nilai Aktivitas
Melihat Rekap Nilai
Materi 1
Pesan Materi 2
Komunikasi dengan «uses» Siswa
Guru Orangtua
Melihat Layanan Materi 3
Informasi
Melakukan Pencarian Posting
«uses»
Isi Posting………...
Melihat Kartu
Komentar
Login
gagal
sukses Tampil Halaman Siswa
Tampilan Kelas
Melakukan
Aktivitas Pembelajaran
Bergabung/Mengikuti Kelas
c) Data Pembelajaran
Gambar 11. Halaman Kelas Data pembelajaran yang dapat dilihat pada
aplikasi ini meliputi kelas yang diikuti, posting
2. Implementasi Fitur E-Konseling pada yang pernah dilakukan, tugas yang dikerjakan,
Social Learning Network tugas yang terlambat, kuis yang dikerjakan, kuis
a) Layanan Informasi yang terlambat, nilai tugas dan nilai kuis. Data
Layanan Informasi diberikan dengan cara pembelajaran ini dapat dilihat oleh guru dan
konselor memposting informasi yang dibutuhkan konselor.
siswa. Setelah informasi diberikan, siswa dapat
memberikan respon pada informasi yang diberikan.
16
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)
2. Pengujian Ahli
Pengujian ahli media dilakukan oleh 4
responden dengan hasil seperti ditunjukkan pada
gambar 18.
e) Chat
Konseling chat ini hampir sama dengan
konseling email, namun pesan yang disampaikan
melalui chat dapat ditanggapi langsung pada chat
box.
Gambar 18. Hasil Pengujian Ahli Media
D. Pengujian
1. Pengujian Alpha Gambar 18. Hasil Pengujian Ahli Konseling
Pengujian alpha dilakukan dengan metode
blackbox dengan 2 cara yaitu (1) test case, (2) Setelah dilakukan pengkategorian maka
pengujian erro trapping Test case adalah penilaian ahli konseling masuk pada kategori
r . sangat baik.
serangkaian pengujian yang berisi input,
kondisi saat dieksekusi, dan hasil yang
17
Rizal Yugo Prasetyo & Djuniadi / Edu Komputika 2 (2) (2015)