Dalamnya laut dapat ditebak, dalamnya hati siapa yang tahu.
Bahkan yang paling tragis adalah ketika Yesus menganggap Petrus
Tentu Anda pernah mendengar ungkapan ini, bukan? Ungkapan ini sebagai batu sandungan. Tragis, baru saja sebelumnya Yesus ingin menjelaskan bahwa seringkali kita tidak dapat menebak memuji Petrus dengan menyebutnya “batu karang”, kini ia disebut keinginan atau perasaan orang lain. Apa yang diutarakan atau sebagai “batu sandungan”. dilakukan belum tentu sama dengan isi hatinya. Nah, jika menebak Petrus disebut sebagai “batu sandungan” karena tidak memikirkan pikiran sesama manusia saja susah, bagaimana mungkin kita dapat seperti apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan menebak dan mengerti pikiran Tuhan? manusia. Petrus bersikap dan berpikir egosentris, bukan berpikir Kegagalan inilah yang dialami oleh Petrus (Matius 16:21-28). Saat dan bersikap teosentris. Petrus memusatkan pada kehendak Tuhan Yesus menyampaikan keadaan yang akan dialami-Nya, yaitu pribadi, bukan kehendak Yesus. penderitaan dan kematian-Nya, Petrus malah menegur Yesus Memikirkan apa yang dipikirkan Allah berarti memikirkan apa yang dengan keras dan menyampaikan bahwa hal itu tidak akan terjadi menjadi kehendak Allah dalam hidup ini. Dengan demikian, kita pada Yesus. diajak untuk menumbuhkan cara berpikir dan bertindak yang Bagi Petrus, Yesus adalah Mesias. Mesias tidak akan mengalami berorientasi kepada Kristus, bukan pada diri sendiri. Oleh karena itu penderitaan semacam itu. Mesias adalah seseorang yang diurapi, Tuhan Yesus menganjurkan bagi yang mengikut Kristus harus terpilih, yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajah menyangkal diri dan memikul salib. Romawi dan menetapkan murid-murid-Nya untuk memerintah Panggilan Kristiani tertinggi dalam hal mengikut Yesus Kristus bersama-Nya. adalah menyangkal diri dan memikul salib (Matius 16:24). Ah, siapa Yesus marah pada Petrus. Sampai Tuhan Yesus berkata…. “Enyahlah yang suka? Dapat dipastikan, tidak akan ada yang menyukainya. Iblis”. Manusia sangat mencintai dirinya. Bagaimana mungkin dia diminta untuk menyangkalinya? Lalu apa yang harus aku lakukan? apakah Mengapa Iblis, bukan dikatakan”enyahlah Petrus?” karena Petrus menjadi orang Kristen harus menderita? Kalau tidak menderita bertindak seperti Iblis, seperti saat Iblis menyuruh Yesus melompat berarti tidak menyangkal diri atau tidak memikul salib? dari puncak Bait Allah, dengan sugesti Iblis bahwa Allah tidak akan membiarkan Yesus menderita (Mat. 4:5-6). Sangkal diri, bukanlah menyiksa diri bukan menderitakan diri, Sangkal diri adalah penguasaan diri atas keinginan diri. Kalau sudah Petrus juga memberikan sugesti kepada Yesus bahwa penderitaan berbicara soal keinginan diri, itu kan tidak ada tepinya. Demi yang dikemukan Yesus tidak akan terjadi kepada-Nya. keinginan diri manusia rela berbuat apapun agar keinginannya itu tercapai. Namun jika soal urusan pelayanan ada banyak beribu Pikul salib adalah penderitaan karena kebenaran. Itu sebab dalam alasan, bentar ya tuhan, masih begini, masih begitu, masih ada ini khotbah di bukit Tuhan Yesus berkata; Berbahagialah orang yang masih ada itu… nanti nek wes keingininannya susah dicapai baru dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya “mlampah ndunuk-ndunuk” kados tiyang klujingan… “Duh Gusti,… Kerajaan sorga (Matius 5:10). Kebenaran memang membawa kita nyuwun tulung”. Jadi, menyangkal diri adalah menempatkan pada situasi tidak nyaman. Sebuah cerita menarik yang menarik, kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada keinginan salah seorang bapak gereja, dan juga seorang uskup Bernama pribadi. Ini adalah suatu tindakan yang tidak mudah, karena kita Polikarpus, sering melakukan apa-apa yang kita anggap gampang dan Ia ditangkap dan diadili. karena Ia dianggap pengkhianat dan menguntungkan kita, tanpa mempertimbangkan apa yang penghasut, karena tidak mau menyembah kaisar Romawi sebagai sebenarnya diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan. Di tengah ancaman penyiksaan, Polikarpus diminta untuk Contoh:dulu dihari minggu itu banyak sekali film kartun, dan waktu menyembah kaisar sabagai Tuhan, Polikarpus tetap menolak. Ia remaja saya sangat suka sekali menonton film kartun itu, sampai- berkata: “Delapan puluh enam tahun aku mengabdi kepadaNya, sampai saya tidak mau berangkat ibadah minggu. Nah menyangkal dan dalam sesuatu apa pun Ia tak berbuat salah kepadaku, diri seperti meninggalkan film kartun yang amat kita sukai untuk bagaimana mungkin aku mengumpat Rajaku yang menyelamatkan beribadah ke gereja. Ini adalah contoh kecil. aku?” Yang artinya mengorbankan apa yang kita sukai/sayangi (seperti Ketika ia diancam akan dibakar, Polikarpus menjawab, “Apimu akan waktu, uang, tenaga, keluarga, dll) untuk Tuhan. Dengan sangkal diri membakar hanya satu jam lamanya, kemudian akan padam, namun hidup tak lagi berorientasi pada diri sendiri, melainkan melainkan api penghakiman yang akan datang adalah abadi.” berorientasi kepada Kristus (Filipi 2:5-8). Alhasil, Polikarpus pun dihukum mati. Namun, kematiannya justru Sementara pikul salib, juga bukan penderitaan, atau aniaya, karena menarik simpati banyak orang untuk mengenal Tuhan yang kesalahan sendiri. Itu adalah konsekwensi logis sebab akibat. disembahnya. Misalnya kebut-kebutan dijalan, kecelakaan, terus harus ada yang Pikul salib bukan tak boleh hidup kaya, atau tak boleh makan enak, diamputasi, bilangnya ini adalah salib Kristus. Bukan seperti itu. melainkan hidup berbeda dengan nilai dunia. Semua yang kita Ndak punya uang, jadi maling, ketahuan dianiaya warga, dipenjara, lakukan harus mencerminkan kebenaran yang seutuhnya. Nah, bilang penganiayaan ini adalah salib Kristus. Sakit tambah parah konsekwensi yang datang dari hidup benar, itulah pikul salib. Sudah karena tidak mematuhi anjuran dokter, katanya sedang memikul bisa dibayangkan betapa beratnya hidup benar diantara orang tidak salib Kristus,.. bukan begitu konsepnya… benar, atau hidup terang dikegelapan hidup. Namun inilah panggilan Kristiani yang harus kita jawab. Karena itu sangkal diri dan pikul salib bukan malapetaka, melainkan panggilan bahagia. Ada kekuatan yang luar biasa, yaitu kasih Kristus yang menyukakan hati. Yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha setia sampai akhir, karena Dia senantiasa beserta. Jika dalam usaha kita untuk setia ternyata kita merasa terlalu lelah, jika ada saat dimana salib itu menekan terlalu berat dan menyakitkan, mari datang pada-Nya Gusti Yesus kula badhe nderek Tuwan slaminya Nderek manggul salib Tuwan, sajeg kula neng Donya Kula Tuwan kiyataken sageda tahan susah Sampun ngantos kemuriden, sampun cuwa ing manah. Akhirnya, selamat terus berusaha mengikut Tuhan dengan setia, sampai kitab isa berkata seperti Paulus… Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. ( 2 Tim 4:7 ) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. ( 2 Tim 4:8 )