Anda di halaman 1dari 2

"Beritakanlah Perbuatan Allah Kepada Dunia"

1 Petrus 2: 5-10

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, Ada dua film yang saya pernah lihat yang
menggambarkan bagaimana kekuatan yang besar itu menunjukkan tanggung jawab. Yang pertama
datang dari film Spiderman. Peter Parker, tokoh utama Spiderman, memperoleh kekuatannya setelah
digigit oleh laba-laba yang terkena radiasi. Ternyata gigitan ini membuat Parker memperoleh
kekuatan yang luar biasa. Pada mulanya dia tidak ingin menggunakan kekuatannya untuk menolong
orang. Pamannya suka mengingatkan dia untuk berbuat sesuatu, namun Peter selalu menolaknya
karena menurut dia itu bukan urusannya. Suatu ketika seorang polisi mengejar seorang penjahat di
depannya, dan dia tidak menghentikannya. Penjahat ini kemudian membunuh paman Peter. Sejak itu
Peter selalu mengingat nasehat pamannya, “Great power comes with great responsibility.”

Film kedua baru keluar tahun ini. Film ini berjudul Kick Ass. Dave Lizewski adalah seorang anak
SMA yang tidak pernah mendapat perhatian orang. Suatu ketika dia memutuskan untuk mencoba
menjadi super hero seperti komik yang biasa dia baca, meskipun dia sendiri tidak punya kekuatan.
Dia kemudian harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa minggu karena dihajar oleh penjahat
yang dilawannya. Lalu dia mendapatkan Ilham dan berkata, “With no power comes no
responsibility.”

Identitas kita sebagai umat pilihan Tuhan membawa kita kepada tugas untuk memberitakan kabar
baik ini kepada dunia di sekitar kita.

Ayat yang akan mengantar kita kepada panggilan kita untuk bersaksi diambil dari 1 Petrus 2
khususnya di ayat 9. Surat ini ditulis oleh Petrus untuk orang Kristen yang sedang berada dalam
masa sulit karena Kaisar Nero berusaha menyingkirkan mereka (antara tahun 62-64). Petrus ingin
meyakinkan jemaat bahwa identitas spesial yang dimiliki oleh Israel juga sekarang dimiliki oleh
setiap orang percaya. Meskipun gereja di Asia kecil terdiri dari non-Yahudi, mereka juga tetap
menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri. Dalam Kristus, identitas khusus yang dimiliki Israel sekarang menjadi milik semua orang
percaya.

Ini artinya, kita sebagai umat Tuhan memperoleh status spesial dan kekuatan spesial, dan karena
itu kita memiliki tanggung jawab yang khusus juga. Petrus mencoba menjelaskan identitas khusus
ini dengan memberikan perbandingan Kristus sebagai batu penjuru. Istilah batu penjuru digunakan
untuk menggambarkan kekuatan dan daya tahan. Kristus sebagai batu yang hidup yang memberi
perlindungan dan keamanan kepada para muridNya. Kristus adalah batu yang dibuang, ditolak oleh
sesama orang Yahudi, tetapi terpilih oleh Allah sebagai batu penjuru dari Gereja. Melalui batu ini,
semua anggota yang lain bertumbuh dan dibangun di atasnya. Tidak ada batu lain yang dibangun
di luar dasar dari yang diberikan oleh batu penjuru ini.

Batu penjuru adalah batu pondasi yang penting dalam pembangunan sebuah struktur bangunan
karena batu ini menjadi poin referensi dari semua keseluruhan struktur. Karena pentingnya arti batu
ini, peletakan batu pertama seringkali diiringi dengan seremoni dan bahkan dibuatkan replikanya
untuk disimpan di tempat lain.
Kalau di Indonesia, selain acara resmi, orang juga sering menggunakan kepala binatang seperti
kerbau atau kambing sebagai tumbal untuk peletakan batu pertama. Artinya batu pertama, batu
penjuru adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Setelah menggambarkan Kristus
sebagai batu dasar, maka bahan material yang lain mengikutinya, yaitu orang percaya sebagai batu
hidup (1 Pet 2:5, living stones) untuk membangun gereja.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, Bagaimana kita bisa menghubungkan surat ini ke
dalam kehidupan kita dan panggilan kita untuk bersaksi sebagai gereja? Apakah kita sudah cukup
menjadi saksi bagi orang-orang yang ada di sekitar kita? Lalu, kesaksian seperti apa yang baik bagi
orang-orang di sekitar kita?

Hal pertama yang harus kita perhatikan tentunya, apa yang harus kita beritakan kepada dunia?
Perbuatan Allah! Perbuatan Allah yang seperti apa? Perbuatan Allah, dan karunianya di dalam hidup
kita. Lalu, bagaimana kita bisa memberitakannya?

Saudara-saudara, yang paling penting dalam memberitakan adalah bagaimana kita merasakan
dan meyakini apa yang kita beritakan. Kalau kita mau memberitakan tentang kuasa Allah dalam
hidup kita, namun kita sendiri tidak yakin akan apa yang kita beritakan, maka hal ini tidak akan ada
gunanya. Juru bicara produk masakan yang baik adalah seorang koki handal. Juru bicara parfum
yang baik adalah seorang model. Juru bicara untuk produk olahraga adalah seorang atlet. Lalu
siapa juru bicara yang baik untuk memberitakan karunia dan kuasa Tuhan?

Saudara-saudara, kita semua adalah juru bicara bagi kemuliaan Allah. Sebagai orang Kristen, kita
semua adalah imamat yang rajani, yang artinya kita semua adalah imam yang memiliki fungsi
yang sama dalam komunitas kita. Ini juga berarti bahwa kehidupan semua umat yang mengaku
percaya tidak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan rohaninya. Kita semua adalah imam dan kita
dipanggil untuk membawa ke’imam’an kita dalam kehidupan kita. Kita adalah umat baru yang
dipanggil Allah. Kita adalah orang-orang istimewa yang menjadi satu di dalam Allah. Dengan
identitas baru sebagai umat Tuhan, maka orang Kristen dipanggil untuk keluar dan menjadi saksi
dengan “memberitakan perbuatan yang besar dari Dia.” Ini adalah tugas kita sebagai gereja, yaitu
untuk bersaksi mengenai “Dia yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terangNya
yang ajaib.”

Yang menjadi juru bicara adalah kita semua yang sudah merasakan kuasa Allah dalam hidup
kita. Kalau kita betul-betul menunjukkan hidup yang baik, yang berbuah, yang penuh damai, maka
orang lain secara otomatis akan merasa tertarik untuk memiliki dan merasakan perbuatan Allah yang
baik. Apabila saudara merasakan kuasa Allah dan betul-betul menjadi terang, maka saudara bisa
menjadi juru bicara yang baik. Namun, apabila hidup kita penuh dengan permusuhan, pikiran jahat,
ataupun kedengkian, maka kita tidak bisa membawa berita karunia yang harus kita beritakan. Kalau
kita memberitakan kedamaian tanpa damai di hati, maka pemberitaan kita menjadi sia-sia.
Artinya, seperti kata Petrus, meskipun sekitar kita berbuat jahat atau penuh kemarahan, karena kita
adalah umat Tuhan yang istimewa, kita harus terus memberitakan damai sejahtera. Rasakan
dulu damai dan terang Allah baru engkau bisa memberitakannya kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai